Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM

DESTILASI
SATUAN OPERASI 2
Kelas
TPS 2 A

Disusun oleh

NAMA NIM Tanggal Kumpul Tanda Tangan


Zulfikri 202111026
Devid satria anugrah 202111007 29 mei 2023
Praticia Aliyah 202111017

Nama Instruktur Tanggal Koreksi Nilai Tanda Tangan

Nur Asma Deli


S.T, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT


POLITEKNIK KAMPAR
2023
PERCOBAAN I
DESTILASI SEDERHANA

I. PENDAHULUAN
Pemisahan merupakan salah satu proses paling penting terutama pada
bagian hilir proses kimia Prinsip pemisahan adalah menentukan perbedaan sifat
antara komponen-komponen yang ingin dipisahkan sehingga dapat ditentukan
proses pemisahan yang tepat untuk digunakan. Sifat komponen dapat berupa
sifat fisik maupun kimia. Salah satu sifat fisik komponen adalah titik didih atau
temperatur saat komponen tersebut memiliki tekanan uap yang sama dengan
tekanan lingkungan.
Distilasi sederhana merupakan salah satu metode distilasi yang dapat
digunakan untuk memisahkan campuran dalam wujud cair yang satu
komponen dengan komponen lainnya memiliki titik didih yang jauh berbeda.
Campuran tersebut akan dipanaskan hingga temperaturnya melebihi titik didih
komponen yang lebih rendah namun tidak melebihi titik didih komponen yang
lebih tinggi. Campuran yang tadinya memiliki fasa cair, sebagian komponen
yang lebih mudah menguap akan berada pada fasa gas akibat pemanasan
sehingga dua komponen tersebut terpisah.
Pada percobaan ini akan dilakukan proses distilasi sederhana untuk
memisahkan larutan etanol-air dan tinjauan aspek-aspek yang berpengaruh
pada proses pemisahan ini. Tujuan dari distilasi adalah memperoleh produk
distilat dengan kemurnian yang lebih tinggi dari umpannya sehingga aspek
yang ditinjau adalah aspek yang mempengaruhi konsentrasi dan kuantitas
distilat. Beberapa aspek yang berpengaruh adalah konsentrasi umpan dan laju
pemanasan umpan yang kemudian ditinjau hasilnya dengan melihat densitas
distilat terhadap waktu.
Tekanan Parsil, hukum-hukum Dalton, Raoult dan Henry
Tekanan parsil P, komponen A di dalam suatu campuran uap adalah
sama dengan tekanan yang akan ditimbulkan oleh komponen A tersebut jika
ditempatkan sendiri di dalam volume dan temperatur yang sama dengan
campuran. Menurut hukum Dalton, P=ΣP,.yaitu tekanan total adalah sama
dengan perjumlahan tekanan parsil. Untuk suatu gas (uap) ideal, tekanan parsil
berbanding lurus dengan fraksi mol konstituen, maka:
PA = y A P .....................................................................(1)
Untuk suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan
dengan konsentrasi konstituen di dalam fasa cair, Raoult merumuskan
hubungan tersebut sebagai berikut:
PA = PnA X A...................................................................(2)
Di sini PnA adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur
yang sama. Biasanya hubungan ini mendekati benar bila xA bernilai tinggi, atau
xB bernilai rendah. Beberapa campuran isomer organik dan beberapa senyawa
hidrocarbon hampir secara penuh mengikuti hukum ini.
Untuk xA dengan harga-harga yang rendah, hubungan linear antara PA
dan xA dirumuskan dengan menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu
konstanta Henry H' dan bukan tekan uap murni zat.
Untuk zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat B, hukum Henry
ditulis sebagai berikut:
PA = H' xA .....................................................................(3)
Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga ya
untuk berbagai komposisi x dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-
masing kedua komponen pada berbagai temperatur.
Berdasarkan Hukum Raoult:
PA = PoA X A…(4)
PA = Py A ………………………………………………….(5)
Dari ko edua persamaan ini diperoleh:
PoAXA PoBXB
yA = dan yB = ................................(6)
P P
Jumlah fraksi dua komponen adalah:
yA + yB = 1................................................................(7)
PoAXA PoBXB
+ =1..................................................(8)
P P
Dari persamaan ini dihasilakan:
P−PoB
XA= ......................................................(9)
PoA−PoB

II. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan percobaan destilasi sederhana adalah mempelajari proses
pemisahan campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan
percobaan distilasi sederhana. Setelah melakukan percobaan, praktikan
diharapkan dapat:
1. Menentukan hubungan antara volume distilat terhadap waktu distilasi.
2. Menentukan hubungan antara konsentrasi distilat terhadap waktu
dengan variasi konsentrasi etanol pada umpan atau variasi laju
pemanasan umpan
3. Membandingkan hasil dan melakukan pembahasan terhadap percobaan
dengan variasi yang berbeda

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Satu set perangkat peralatan distilasi sederhana yang terdiri dari:
a. labu didih dua leher 500 ml
b. pemanas listrik
c. statif dan klem penjepit
d. Kondenser leibig
e. Adaptor untuk mengalirkan destilat
f. Dongkrak
2. Piknometer
3. Termometer
4. Gelas 100 ml
5. Labu Erlenmeyer Bertutup
6. Gelas ukur 250 ml
7. Gelas ukur 50 ml
8. Gelas ukur 5 ml
9. Corong
10. Batu didih

B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. Etanol
2. Aquades
3. Vaselin atau silica grease

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pembuatan Larutan Umpan
1. Larutan umpan dibuat dengan mencampurkan campuran etanol dan
aquades dengan perbandingan etanol:air 40:60 dan 50:50 masing-masing
sebanyak 500 ml.
2. Tutup wadah dengan aluminium foil.

B. Pengukuran Densitas Umpan


1. Massa piknometer kosong ditimbang dan dicatat hasilnya.
2. Piknometer diisi dengan aquades dan massanya ditimbang dan dicatat
hasilnya.
3. Piknometer dikosongkan kemudian dibersihkan dengan etanol dan
dikeringkan.
4. Piknometer dilsi dengan larutan umpan (etanol dan air) dan ditimbang
massanya serta dicatat hasil pengukurannya.
C. Distilasi
1. Larutan umpan dimasukan ke dalam labu distilasi bersama dengan batu
didih.
2. Alat percobaan dirangkai dan dipastikan agar semua alat lurus.
3. Air ke kondensor dialirkan.
4. Pemanas dinyalakan dengan skala pemanasan yang telah ditentukan yaitu
pada suhu 80°C dan 90°C.
5. Tetesan pertama distilat ditunggu. Setelah tetesan pertama menetes,
stopwatch dinyalakan.
6. Setiap 5 menit, penampung distilat diganti dengan yang baru hingga
diperoleh 5 distilat (25 menit). Volume masing-masing distilat dicatat.
7. Temperatur bottom terbaca pada termometer dicatat setiap pergantian
penampung distilat.
8. Setelah data-data di atas diperoleh, pemanas dimatikan dan peralatan
didiamkan hingga mendingin.
9. Semua peralatan dibersihkan hingga bersih. Langkah 1 hingga 9 diulangi
dengan variasi konsentrasi atau laju pemanas yang telah ditentukan.

V. DATA PENGAMATAN
A. Densitas Etanol
Massa Piknometer Kosong 11,9496 gr
Massa piknometer berisi aquades 17,3140 gr
Massa piknometer berisi etanol (umpan) 40:60 50:50

17,0142 gr 16,92 gr
B. Destilasi
1. Temperature 1 : 800C (50 : 50)
NO Waktu (menit) Volume (mL) Densitas (gr/mL)

1 5 23 0,17

2 10 30 0,15
3 15 31 0,14
4 20 31 0,14

5 25 31 0,14

2. Temperature 2 : 90 0C (50:50)
NO Waktu (menit) Volume (mL) Densitas (gr/mL)

1 5 24 0,19

2 10 26 0,18
3 15 26 0,18
4 20 23 0,21

5 25 22 0,22

3. Konsentrasi umpan 1 : (40:60) (80 0C)


NO Waktu (menit) Volume (mL) Densitas (gr/mL)

1 5 29 0,15

2 10 29 0,15
3 15 28 0,16
4 20 28 0,16

5 25 28 0,16
4. Konsentrasi umpan 2 : (50:50) (80 0C)
N
Waktu (menit) Volume (mL) Densitas (gr/mL)
O

1 5 23 0,17

2 10 30 0,15

3 15 31 0,14

4 20 31 0,14

5 25 31 0,14

VI. DATA PERHITUNGAN


A. Densitas 1 : 80 0C (50:50)
M 1−M 2
ρ
V
1. Waktu 5 Menit
16,4562−11,9496 4,5350
ρ= = = 0,17 gr/mL
23 23
2. Waktu 10Menit
16,4846−11,9496 4,535
ρ= = =¿ 0,15 gr/ml
30 30
3. Waktu 15 Menit
16,5098−11,9496 4,5602
ρ= = = 0,14 gr/mL
31 31
4. Waktu 20 Menit
16,5373−11,9496 4,5877
ρ= = = 0,14 gr/mL
31 31
5. Waktu 25 Menit
16,5725−11,9496 4,6229
ρ= = = 0,14 gr/ml
31 31
B. Densitas 2 : 90 0C (50:50)
M 1−M 2
ρ
V
1. Waktu 5 Menit
16,6097−11,9496 4,6601
ρ= = = 0,19 gr/mL
24 24

2. Waktu 10Menit
16,6560−11,9496 4,7064
ρ= = =¿ 0,18 gr/ml
26 26
3. Waktu 15 Menit
16,8498−11,9496 4,9002
ρ= = = 0,18 gr/mL
26 26
4. Waktu 20 Menit
16,7207−11,9496 4,7711
ρ= = = 0,21 gr/mL
23 23
5. Waktu 25 Menit
16,9214−11,9496 4,9718
ρ= = = 0,22 gr/ml
22 22

C. Konsentrasi umpan 1 : 80 0C (40:60)


M 1−M 2
ρ
V
1. Waktu 5 Menit
16,4090−11,9496 4,4626
ρ= = = 0,15 gr/mL
29 29
2. Waktu 10Menit
16,4472−11,9496 4,5008
ρ= = =¿ 0,15gr/ml
29 29
3. Waktu 15 Menit
16,4762−11,9496 4,5298
ρ= = = 0,16 gr/mL
28 28
4. Waktu 20 Menit
16,5155−11,9496 4,5691
ρ= = = 0,16 gr/mL
28 28
5. Waktu 25 Menit
16,6247−11,9496 4,5783
ρ= = = 0,16 gr/ml
28 28

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada pratikum ini, pratikkan melakukan percobaan destilasi
sederhana, merupakan salah satu metode distilasi yang dapat digunakan untuk
memisahkan campuran dalam wujud cair yang satu komponen dengan
komponen lainnya memiliki titik didih yang jauh berbeda. Sehingga larutan
yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap terlebih dahulu agar dapat
memisahkan larutan yang berbeda pula.
Untuk melakukan metode destilasi pratikan pertama- pertama yang
dilakukan adalah pembuatan larutan umpan dengan mencampurkan etanol dan
aquades dengan perbandingan 40:60 dan 50:50 masing-masing sebanyak 500
mL. Selanjutnya mengukur densitas umpan dengan menimbang piknometer
kosong, kemudian diisi dengan air aquades lalu ditimbang dan dicatat hasilnya.
Dan didapat kan hasil 17,1340 gr. Lalu Bersihkan dan keringkan piknometer
menggunakan etanol, fungsi etanol adalah untuk mengikat air agar menguap
bersamaan dengan menguapnya etanol, setelah itu masukan kembali larutan
umpan kedalam piknometer dan timbang serta catat hasilnya. Setelah dilakukan
penimbangan, didapatkan hasil piknometer berisi larutan umpan 40:60 yaitu
17,0142 gr dan larutan umpan 50:50 yaitu 16,9284 gr.
Setelah larutan umpan selesai dibuat selanjutnya masukkan larutan
umpan kedalam labu destilasi bersamaan dengan batu didih. Kemudian
panaskan larutan umpan dengan suhu yang telah ditentukan yaitu pada suhu 80
0
C dan 90 0C. Tetesan pertama distilat ditunggu, Setelah tetesan pertama
menetes, stopwatch dinyalakan. Kemudian setiap 5 menit, penampung distilat
diganti dengan yang baru hingga diperoleh 5 distilat (25 menit), volume
masing masing destilat dicatat. Pada temperature 80 0C dengan konsentrasi
umpan 50:50 di waktu 5 menitdidapatkan volume distilat yaitu 23 ml dengan
densitas 0,17 gr/ml, waktu 10 menit didapatkan volume distilat sebanyak 30 ml
dengan densitas 0,15 gr/ml, waktu 15 menit didapatkan volume distilat yaitu 31
ml dengan densitas 0,14 gr/ml, waktu 20 menit didapatkan volume distilat
sebanyak 31 ml dengan densitas 0,14 gr/ml dan pada waktu 25 menit
didapatkan volume distilat sebanyak 31 ml dengan densitas 0,14 gr/ml.
Pada suhu 90 oC dengan konsentrasi umpan 50:50 di waktu 5 menit
didapatkan volume distilat dengan volume yaitu 24 ml dengan densitas 0,19
gr/ml, waktu 10 menit didapatkan volume distilat sebanyak 26 ml dengan
densitas 0,18 gr/ml, waktu 15 menit didapatkan volume distilat sebanyak 26 ml
dengan densitas 0,18 gr/ml, waktu 20 menit didapatkan volume distilat
sebanyak 23 ml dengan densitas 0,21 gr/ml dan waktu 25 menit didapatkan
volume distilat sebanyak 22 ml dengan densitas 0,22 gr/ml.
Pada suhu 80 oC dengan konsentrasi 40:60 di waktu 5 menit
didapatkan volume distilat sebanyak 29 ml dengan densitas 0,15 gr/ml, waktu
10 menit didapatkan volume distilat yaitu 29 ml dengan densitas 0,15 gr/ml,
waktu 15 menit didapatkan volume distilatsebanyak 28 ml dengan densitas
0,16 gr/ml, waktu 20 menit didapatkan volume distilatsebanyak 28 ml dengan
densitas 0,16 gr/ml dan pada 25 menit kelima diperoleh volume
distilatsebanyak 28 ml dengan densitas 0,16 gr/ml.
Berikut adalah grafik densitas dan volume hasil destilasi
DENSITAS
0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

Temperatur 1 dan konsentrasi umpan 2 : 80 (50:50) Temperatur 2 : 90 (50:50)


Konsentrasi umpan 1 : 80 (40:50)

Gambar 1. Grafik densitas dengan variasi suhu dan waktu

VOLUME
35

30

25

20

15

10

0
5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

Temperatur 1 dan konsentrasi umpan 2 : 80 (50:50) Temperatur 2 : 90 (50:50)


Konsentrasi umpan 1 : 80 (40:50)

Gambar 2. Grafik volume destilat variasi suhu dan waktu

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan distilasi?
Jawab:destilasimerupakan salah satu metode distilasi yang dapat
digunakan untuk memisahkan campuran dalam wujud cair yang satu
komponen dengan komponen lainnya memiliki titik didih yang jauh
berbeda.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan distilasi di dunia industry
Jawab:penyulingan air
3. Jelaskan hubungan antara densitas etanol dengan kemurniannya
Jawab: Standar densitas etanol adalah 0,9042 gr/ml, maka apabila distilat
yang diperoleh memiliki densitas mendekati standar densitas etanol, maka
distilat hampir murni.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, pratikkan dapat menyimpukan
dengan sebagai berikut:
1. Semakin lama waktu distilasi, maka semakin sedikit volume distilat
yang diperoleh
2. Suhu juga sangat berpengaruh terhadap hasil destilat yang diperoleh
sebab semakin tinggi suhu yang di berikan maka semakin besar hasil
destilat yang diperoleh

B. Saran
Di harapkan agar pratikkan dapat menggunakan kelengkapan APD
seperti jas dan masker, serta berhati – hati dalam melakukan pratikum agar
hal yang tidak diinginkan tidak terjadi
PERCOBAAN 2
EKSTRASI PADAT CAIR

I. PENDAHULUAN
Pemisahan merupakan salah satu proses paling penting terutama pada
bagian hilir proses kimia Prinsip pemisahan adalah menentukan perbedaan sifat
antara komponen-komponen yang ingin dipisahkan sehingga dapat ditentukan
proses pemisahan yang tepat untuk digunakan. Sifat komponen dapat berupa
sifat fisik maupun kimia. Salah satu sifat fisik komponen adalah titik didih atau
temperatur saat komponen tersebut memiliki tekanan uap yang sama dengan
tekanan lingkungan.
Leaching adalah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat
pelarut. Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu
padatan atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan
terkontaminasi, seperti pigmen. Tahap-tahap ekstraksi
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling
berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian
terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut,
umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu,
larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah
dipekatkan.

Hal yang perlu diperhatikan ada 4 faktor:


1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan
cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata
lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan
adalah kecil.

2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup
rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut
murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir,
konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya
menjadi lebih kenta!
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:


1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.

4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal
ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

2. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen- komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-
hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan
garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
3. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari
segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).
Kriteria yang lainnya adalah murah, tersedia dalam jumlah besar,
tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan
udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki
viskositas yang rendah, stabil secara kimia dan termis.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah: air, asam-asam organik
dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton,
hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol.
Gaya pendorong pada ekstraksi adalah perbedaan konsentrasi
ekstrak didalam bahan ekstraksi dan pelarut. Gaya ini sedapat mungkin
besar. Untuk mencapainya, yang paling baik adalah dengan menggunakan
pelarut segar yaitu yang tidak mengandung ekstrak, atau dengan segera
mengeluarkan larutan ekstrak dari permukaan perpindahan.
Dengan satu tahap ekstraksi tunggal, yaitu mencampur bahan
ekstraksi dengan pelarut satu kali, umumnya tidak mungkin seluruh
ekstrak terlarutkan Hal ini disebabkan adanya keseimbangan antara ekstrak
yang terlarutkan dan ekstrak yang masih tertinggal dalam bahan ekstraks
(hukum distribus) Pelarutan lebih lanjut hanya mungkin dengan cara
memisahkan larutan ekstrak dari bahan ekstraksi dan mencampurkan
bahan ekstraksi tersebut dengan pelarut yang baru. Proses ini harus
dilakukan berulang-ulang, hingga derajat ekstraksi yang diharapkan 9atau
konsentrasi ekstrak dalam rafinat yang diizinkan) tercapai.
Ekstrak akan lebih menguntungkan jika dilakukan dalam jumlah
tahap yang banyak setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit.
Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah,
dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk
mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal.
Yang lebih ekonomis adalah menggunakan proses dengan aliran
yang berlawanan. Dalam hal ini bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan
dengan pelarut yang sudah mengandung ekstrak larutan ekstrak), dan baru
pada tahap akhir proses dikontakkan dengan pelarut yag segar. Operasi
dapat dilakukan baik secara tak kontinu ataupun kontinu. Dengan metode
ini pelarut dapat dihemat dan konsentrasi larutan ekstrak yang lebih tinggi
dapat diperoleh. Meskipun demikian, perbedaan konsentrasi yang cukup
besar yang merupakan gaya pendorong untuk unjuk kerja ekstraksi yang
tinggi masih dapat dipertahankan.
Permukaan, yaitu bidang antarmuka untuk perpindahan massa
antara bahan ekstraksi dan pelarut, harus sebesar mungkin. Pada ekstraksi
padat-cair hal tersebut dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan
ekstraksi dan paa ekstraksi cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu
cairan menjadi tetes-tetes (dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tahanan yang menghambat pelarutan ekstrak sedapat mungkin
bernilai kecil. Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat
partikel dari bahan ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek
jalan yang harus ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi,
sehingga semakin rendah tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan
semakin besar jika kapiler-kapler bahan padat semakin halus dan jika
ekstrak semakin terbungkus didalam sel (misalnya pada bahan-bahan
alami).
Disamping faktor-faktor diatas, suhu juga seringkali memainkan
peranan penting dalam unjuk kerja ekstraksi. semakin tinggi suhu,
sernakin kecil viskositas fasa cair dan semakin besar kelarutan ekstrak
dalam pelarut. Selain itu kecenderungan pembentukan emulsi berkurang
pada suhu yang tinggi.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh
banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan
besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan,
material yang dekat permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu.
Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum
mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan
laju ekstraksi menjadi turun.

Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:


1. Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat
pelarut meresap masuk.
2. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat
menuju keluar.
3. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.

II. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan percobaan ekstraksi padat cair adalah mempelajari proses
pemisahan dengan operasi ekstraksi padat cair dengan melihat pengaruh
beberapa besaran seperti ukuran partikel, jumlah pelarut dan waktu kontak
terhadap efisiensi ekstraksi.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Satu set perangkat peralatan ekstraksi padat cair yang terdiri dari:
a. labu didih 500 ml
b. Kondensor
c. Ekstraktor
d. pemanas listrik
e. statif dan klem Penjepit
2. Gelas Piala 250 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Batu Didih
5. Gelas ukur 250 ml

B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. n-heksan
2. Daging buah sawit (Mesokarp)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pesiapan Bahan Baku
1. Bahan baku berupa daging buah sawit (mesokarp) di potong dengan 2
ukuran yang berbeda yaitu besar dan kecil.
2. Siapkan pelarut yaitu n-heksan

B. Ekstraksi padat cair


1. Siapkan selongsong ekstraksi, panskan dalam oven selama 2 jam dan
beratnya ditimbang
2. Bahan baku mesokarp ditimbang 10 gram dan dimasukkan ke
selongsong yang telah disiapkan.
3. Selongsong yang telah berisi bahan baku di masukkan ke soxhlet
ektraktor dan tambahkan pelarut secukupnya untuk melakukan
ekstraski.
4. Rangkai alat ekstraktor kemudian panaskan dan refluks selama 4-6 jam
sampai bewarna bening di soxhlet ekstraktor
5. Hentikan ekstraksi kemudian pisahkan pelarut dari zat terlarut
6. Panaskan selongsong dan beratnya ditimbang
7. Hitung kadar minyak yang dapat terekstrak dari masing masing
selongsong.

V. DATA PENGAMATAN
1. Persiapan Bahan Baku
Ukuranpartikel 1 (besar) 10,0255 gr

Ukuranpartikel 2 (kecil) 10,0212 gr

2. Ekstraksi Padat Cair


No Uraian Partikel 1 Partikel 2

1 Berat selongsong 3,3025 gr 3,2905 gr

2 Berat sampel 10,5588 gr 10,0212 gr

3 Waktuekstraksi ± 3 jam ± 1,5 jam

4 Jumlahpelarut 290 ml 300 gr

5 Beratselongsong + 10,5588 gr 11,6012 gr


sampelsetelahdiekstrak

6 Jumlahminyakterekstrak 2,7692 gr 1,7105 gr

VI. DATA PERHITUNGAN


A. Minyakterekstrakpartikel 1
= ( beratselonsong+ beratsampel) – sampelsetelahdiekstrak
= ( 3,3025 + 10,0255) – 10,5588
= 13,3280 – 10,5588
= 2,7692 gr

B. Minyakterekstrakpartikel 2
= (minyakselonsong + beratsampel) – sampelsetelahdiekstrak
= (3,2905 + 10,0212) – 11,6012
= 13,3117 – 11,6012
= 1,7105 gr
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada peratikum kali ini akan membahas tentang ekstraksi pada cair
ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Prinsip
pemisahan adalah menentukan perbedaan sifat antara komponen-komponen
yang ingin dipisahkan sehingga dapat ditentukan proses pemisahan yang tepat
untuk digunakan.
Langkah awal yang duilakukan untuk proses ekstraksi padat cair ini
adalah persiapan bahan baku terlebih dahulu, bahan bakunya berupa daging buah
kelapa sawit (mesokarp) yang dipoting dengan 2 ukuran yang berbeda yaitu
ukuran besar dan kecil untuk bahan baku yang besar berat sampel nya adalah
10,5588 gr. Dan untuk berat bahan baku untuk yang kecil masa nya adalah
10,0212 gr. Setelah bahan baku daging buah sawit siap, siap kan pelarut yaitu
n-heksan sebanyak 290 ml sampai 300 ml.
Masuk keproses ektraksi padat cair, yang pertama siapkan siapkan
selongsong ekstraksi untuk selongsong ada 2 buah karna sampel bahan baku aka
2 ukuran untuk berat selonsong bahan baku pertama atau yang besar adalah
3,3025 gr, dan untuk berat selongsong kecil adalah 3,2905 gr. Panaskan
selongsong dalam oven selama 2 jam. Selanjutnya selanjutnya bahan baku
mesokarp yang telah di timbang 10,5588 gr untuk yang besar dan mesokarp
yang kecil 10,0212 gr dimasukan kedalam selongsong yang telah disiapkan,
selanjutnya selongsong yang telah berisi bahan baku dimasukan ke soxhlen
ektraktor dan masukkan pelarut n-heksan sebanyak 300 ml untuk melakukan
eksreaksi. Kemudian panaskan pelarut dan refluks selama 3-4 jam sampai
pelarut heksan bewarna bening di soxhlet ekstraktor, setelah pelarut bewarna
bening hentikan ekstraksi kemudian pisahkan pelarut dari zat telarut,keluarkan
selongsong dari soxhlen ektraktor dan masukan selongsong tersebut kedalam
oven sampai kering dan ditimbang dan didapat berat sampel besar 10,5588 gr
dan untuk selongsong sampel kecil 11,6012 gr, kemudian hitung kadar minyak
yang didapat terekstrak dari masing-masing selongsong, untuk selongsong
sampel besar didapat 2,7692 gr dan untuk selongsong sampel kecil didapat
1,7105 gr.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraks ipadat cair?
Jawab: Ekstraksi padat cair atau biasa juga disebut leaching adalah suatu
proses pemisahan satu atau lebih konstituen dari suatu padatan dengan
mengontakkannya dengan pelarut cair.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan ekstraksi padat cair dengan pelalut didunia
industry?
Jawab: Contohnya pada pabrik kelapa sawit, ekstraksi dilakukan pada
mesin digester dan screw press yang bertujuan untuk mengeluarkan
minyak yang terdapat didalam mesokarp dengan bantuan steam.
3. Jelaskan hubungan antara ukuran partikel terhadap efisiensi ekstraksi
padat cair?
Jawab: semakin kecil ukuran partikel, maka waktu yang diperlukan untuk
ekstraksi maka lebih singkat dikarenakan memiliki luas permukaan yang
kecil.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Ekstraksi padat cair atau biasa juga disebut leaching adalah suatu
proses pemisahan satu atau lebih konstituen dari suatu padatan dengan
mengontakkannya dengan pelarut cair.
Tujuan ekstraksi padat cair adalah mempelajari proses pemisahan
dengan operasi ekstraksi padat cair dengan melihat pengaruh beberapa
besaran seperti ukuran partikel, jumlah pelarut dan waktu kontak terhadap
efisiensi ekstraksi.
B. Saran
Selalu berhati-hati dalam melakukan pratikum ,dan sesalulu cek atau
perhatikan pengikat selongsong agar pengikatnya tidak lepas yang
mengakibatkan sampel keluar dari selongsong.
FILTRASI, ION EXCHANGE DAN ADSORPSI

I. PENDAHULUAN
FILTRASI
Filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan padatan
memisahkan padatan dari campuran fasa cair dengan driving force perbedaan
tekanan sehingga mendorong fasa cair melewati lapisan suport pada medium
filter. Pada proses filtrasi, pemisahan padatan akan tertahan pada medium
penyaring. Sedangkan fasa cair yang melewati medium filter berupa
limbah/hasil sampingnya. Prosedur filtrasi sederhana dapat diterapkan
langsung pada benda padat yang bentuknya tetap. Sebaliknya, diperlukan
perlakuan-perlakuan khusus sebelum dan sesudah proses filtrasi jika padatan
yang akan dipisahkan berupa cairan yang mudah terdeformasi atau berukuran
kecil dan relatif sulit diambil dari suspensi cair. Filtrasi sering diterapkan pada
proses-proses biologis seperti memisahkan ekstrak juice atau memisahkan
mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-proses pemisahan
yang sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan teknologi lain
agar filtrasi lebih praktis, cepat, dan kualitas produk tidak terdegradasi.
Pada umumnya, penerapan teknologi filtrasi pada industri kimia
telah banyak mengalami modifikasi. Modifikasi ini terutama dilakukan untuk
memperbaiki sifat dan karakteristik fisika dan kimiawi cake yang terakumulasi
pada medium filter. Padatan cake umumnya dipisahkan dari medium filter
dengan penambahan aditif tertentu. Padatan cake akan membentuk agregat
yang semakin lama semakin besar sehingga mudah dilepas dari medium
filternya. Padatan lain yang biasa ditambahkan adalah filter aid. Tanpa filter
aid akumulasi cake pada medium filter akan sangat sedikit karena terbawa
aliran cross flow yang besar.

Dengan melakasakan prakikum ini, praktikan akan memahami


bagaimana proses filtrasi konvensional dilaksanakan. Pada teknologi filtrasi
konvensional, pembentukan cake sangat signifikan, sehingga aliran cross flow
diabaikan. Proses filtrasi ini umumnya melibatkan padatan tak terdeformasi
yang berukuran relatif besar.

Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan yaitu:

a. Pressure Filtration yaitu filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan


tekanan.
b. Gravity Filtration yaitu filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya
berat.
c. Vacuum Filtration yaitu filtrasi dengan cairan yang mengalir karena
prinsip hampa udara (penghisapan).

Kriteria Pemilihan alat filtrasi dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal


berikut:

1. Jenis Campuran, campuran gas-padat memerlukan ruang filtrasi dan luas


permukaan filter yang lebih besar daripada campuran cair-padat. Hal ini
disebabkan volume gas lebih besar dari pada cairan. Disamping itu
campuran gas-padat hanya mungkin digunakan beda tekanan yang kecil.
2. Jumlah Bahan Yang Lolos Dan Tertahan, semakin besar jumlah campuran
yang harus difiltrasi, semakin besar daya filtrasi yang diperlukan dan
dengan demikian juga semakin besar luas permukaan total filter.

Ukuran pemanfaatan yang optimal dapat berupa luas permukaan filter yang
sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil mungkin.

3. Tekanan Filtrasi (Beda Tekanan), tekanan filtrasi mempengaruhi jenis


konstruksi dan ukuran alat filtrasi.

4. Jenis Operasi, konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi yang
kontinu atau yang tidak kontinu.

5. Pencucian, bila kue filter harus dicuci, diperlukan tambahan perlengkapan


untuk mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci yang digunakan, yaitu
apakah mengandung air, mudah terbakar atau beracun, maka alat filtrasi
harus dikonstruksi dengan cara yang berbeda-beda (misalnya terbuka,
tertutup, dengan perangkat penghisap dengan ruang-ruang terpisah).

6. Sifat Bahan yang difiltrasi, baik konstruksi maupun bahan yang dipakai
untuk membuat alat filtrasi tergantung pada bahan yang difiltrasi, apakah
bersifat asam, basa, netral, mengandung air, mudah terbakar, tahan api,
peka terhadap oksidasi, steril, panas atau dingin. Konstruksi dapat terbuka,
tertutup atau dalam lingkugan gas inert.

7. Sifat Filtrasi, apakah cake filter yang terbentuk dapat ditekan atau tidak
dapat ditekan, tergantung pada ukuran dan bentuk partikel bahan padat.
Sifat kue filter itu selanjutnya mempengaruhi luas permukaan filter, tebal
kue, beda tekanan, dan juga ukuran pori pada media filter.

ADSORPSI
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan adsorpsi dimana fluida terserap
oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut


(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya
(Indra, 2008).

Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan


adsorben, sedang absorspi adalah penyerapan dari adsorbad kedalam adsorben
dimana disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi
disebut adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut
adsorben (Brady,1999).

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika


(disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas
untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi
kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat
yang teradsorspi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan
fungsi tekanan dan suhu).

Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben


dalam jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui
dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan
menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada
grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan
adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan
waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya :
- Macam adsorben
- Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
- Luas permukaan adsorben
- Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
- Temperatur

ION EXCHANGE

Pertukaran ion merupakan suatu metode yang digunakan untuk


memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam larutan, untuk
dipindahkan kedalam media padat yang disebut dengan media penukar ion,
dimana media penukar ion melepaskan ion lain kedalam larutan. Sedangkan
untuk alatnya disebut ion exchanger.
Mekanisme Pertukaran Ion :
Jika suatu larutan yang mengandung anion atau kation dikontakkan
dengan media pertukaran ion, maka akan terjadi pertukaran anion dengan
mekanisme reaksi sebagai berikut :
1. Mekanisme pertukaran anion
A- + R+ B- => B- + R+ A-
2. Mekanisme pertukaran kation
A++ R-B+=> B++ R-A+
A = ion yang akan dipisahkan
( pada larutan )
B = ion yang menggantikan ion A
( pada padatan/media penukar ion )
R = bagian ionic/gugus fungsional pada penukar ion
Resin penukar ion ( ion exchange ) yang merupakan media penukar ion sintetis
pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka
jalan pembuatan resi hasil polimerisasi styrene dan divinil benzena. Bentuk
resin penukar ion ini bermacam-macam yaitu dapat berupa butiran, powder,
membrane atau fiber.
Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kapasitas ikatan silang yang kuat yang dapat menghilangkan
sejumlah ion tertentu.
2. Resin dengan ukuran partikel kecil akan semakin baik, sebab dibutuhkan
luas kontak yang besar.
3. Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalam waktu yang
lama, tidak mudah aus/rusak dalam regenerasi.

Ion Exchange sebagai water softening


Aplikasi ion exchanger sebagai water softener merupakan fungsi
umum dan digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk
proses dan bahan baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sedahan-nya
(hardnees) tinggi karena kandungan kalsiun dan magnesium harus diturunkan
dengan cara menggantikannya dengan muatan ion sodium yang terdapat resin.
Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai equilibrium dan
jenuh dan sesudah kondisi resi jenuh maka segera dilakukan re-generasi
dengan dicuci dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi.
Sebagai media purifikasi
Dalam hal penggunaan media ion exchange sebagai purifier misalnya
untuk mengikat bahan-bahan beracun yang dibawa oleh fluida tertentu, maka
ion exchanger dapat mengambil ion-ion logam berat seperti Cadmium, Lead
dan Copper dan menggantikannya dengan ion-ion garam sodium dan
potassium.
Jenis Resin:
1. Kation Asam Kuat, dinamakan demikian karena sifat kimianya mirip
dengan asam kuat. Resin sangat terionisasi di kedua asam (R-SO3H) dan
garam (R-SO3Na). Mereka dapat mengkonveksi garam lokal dengan asam
yang sesuai dengan reaksi:
2(R-SO3H) + NiCl2 --> (R-SO4),Ni + 2HCl (5) 2 (R-SO3H) + NiCl2
->(R-SO4), Ni + 2HCl (5)
2. Kation Asam Lemah cekungan, dalam resin asam lemah, kelompok adalah
asam karbosilat (COOH) sebagai lawan dari kelompok asam sulfonat
(SO3H) digunakan dalam resin asam kuat. Resin ini berperilaku mirip
dengan asam organik lemah yang terdisosiasi.
3. Resin Anion Basa Kuat, seperti resin asam kuat, resin dasar yang kuat
sangat terionisasi dan dapat digunakan selama rentang pH seluruh. Resin
ini digunakan dalam hidroksida (OH) bentuk untuk deionisasi air. Mereka
akan bereaksi dengan anion dalam larutan dan dapat mengkonveksi solusi
asam untuk air murni:
R-->NH3OH + R-NH3Cl + HOH (6) R – NH3OH + HCl -> R-NH3Cl +
HOH (6)
Regenerasi dengan sodium hidroksida pekat (NaOH) mengubah resin
kelelahan ke bentuk hidroksida.
Aplikasi Ion Exchange pada pengolahan air:
1. Water softener (Menghilangkan hardnees).
2. Dengan Resin kation.
3. Penghilang organik atau nitrat.
4. Dengan Resin anion.
5. Deionisasi/ Demineralisasi (menghilangkan unsur positif dan negatif).
6. Dengan gabungan resin anion dan kation.

Keunggulan Ion Exchange:


1. Mengurangi/ menghilangkan unsur inorganik dengan baik.
2. Bisa diregenerasikan kembali.
3. Dapat digunakan untuk flowrate/ debit yang berfluktuasi.
4. Jenis resin yang bervariasi, setiap jenis resi dapat digunakan untuk
mengilangkan unsur/kontaminan tertentu.
5. Untuk kualitas air baku dengan TDS < 500 ppm merupakan pilihan dan
operasi lebih murah.
Kekurangan Ion Exchange:
1. Semakin tinggi TDS semakin tinggi biaya operasional.
2. Tidak menghilangkan partikel, bakteri dan pyrogen.
3. Diperlukan pretreatment untuk hampir setiap bahan baku.
4. Sensitif terhadap keberadaan unsur lain dengan polaritas yang hampir sama.
5. Media resin berpontensi menjadi tempat berkembangbiak bakteri.

II. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan filtrasi adalah mempelajari proses pemisahan


campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan percobaan
filtrasi, adsorpsi dan ion exchange. Setelah melakukan percobaan, praktikan
diharapkan dapat:

1. Melakukan pemisahan padatan yang tersuspensi di dalam cairan.


2. Menentukan perubahan fisik kimia fisik umpan dengan adanya filtrasi,
ion exchange dan adsorpsi.
3. Membandingkan hasil dan melakukan pembahasan terhadap percobaan
dengan variasi yang berbeda.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Peralatan filtrasi sederhana
b. pH meter
c. Corong Buchner
d. Pompa vakum
e. Labu Filtrasi
f. Gelas piala 1000 ml
g. Gelas piala 250 ml
h. Turbidimeter
i. Cawan Aluminium
j. Hot plate
k. Spatula
l. Kaca arloji
m. Statif dan klem ring

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah

a. Kertas Saring
b. Air sungai
c. Minyak goreng bekas
d. Zeolit
e. Karbon aktif
f. Bleaching earth

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pengukuran Sifat Kimia Fisik Umpan
Umpan air sungai di uji pH, kadar kotoran dan kekeruhannya
Minyak goreng bekas diuji kadar kotoran, pH dan warnanya.
2. Filtrasi dan ion exchange
1. Persiapkan alat filtrasi dengan benar dan lengkap.
2. Media filter berupa zeolit dimasukkan ke alat filtrasi sesuai dengan
jumlah yang telah ditentukan (50,100 dan 150 gr)
3. Lewatkan air sungai sebanyak 1 liter ke dalam kolom filter.
4. Air keluaran kolom diuji kualitasnya (pH, kadar kotoran dan
kekeruhan).
3. Filtrasi dan adsorpsi
1. Ditimbang 50 gram minyak jelantah didalam gelas piala 250 ml
2. Dipanaskan dengan suhu 1200C kemudian ditambahkan dengan
absorben sebanyak 4% dari jumlah minyak.
3. Dilanjutkan pemanasan selama 30 menit.
4. Disaring dengan menggunakan kertas saring biasa dengan bantuan
pompa vacum dan corong buncher.
5. Minyak hasil adsorbs di uji kualitasnya (pH, kadar kotoran dan
warna).

V. DATA PENGAMATAN
1. Sifat kimia fisik bahan baku
Parameter Air Sungai

pH 5,8

Kadar 0,17 %
Kotoran

Kekeruhan 20,7 NTU

Parameter Minyak Goreng Bekas

pH 2,0

Warna Oreng kecoklatan

Kadar 1,67 %
Kotoran

2. Filtrasi dan Ion Exchange


a. Massa Zeolit 1 : 50 gram
Parameter Air hasil Filtrasi

pH 5,9

Kadar Kotoran 0,21 %

Kekeruhan 17,4 NTU

b. Massa Zeolit 2 : 100 gram


Parameter Air hasil Filtrasi

pH 6,1

Kadar Kotoran 0,12 %

Kekeruhan 16,1 NTU

c. Massa Zeolit 3 : 150 gram


Parameter Air hasil Filtrasi

pH 6,2

Kadar Kotoran 0,06 %

Kekeruhan 17,9 NTU

3. Adsorpsi
a. Jenis Adsorben 1 : Zeolit
Parameter Minyak hasil Adsorpsi

pH 5

Warna Kuning keorengan

Kadar Kotoran 1,0 %

b. Jenis Adsorben 2 : Bleaching Earth


Parameter Minyak hasil Adsorpsi

pH 5

Warna Kuning

Kadar Kotoran 0,83 %

c. Jenis Adsorben 3 : Karbon Aktif


Parameter Minyak hasil Adsorpsi

pH 6

Warna Kuning keorengan

Kadar Kotoran 0,72 %

VI. DATA PERHITUNGAN


1. Bahan Baku
a. Air Sungai
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0)= 0,1240 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1422 gr
Berat Sampel = 10 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,1422−0,1240
= x 100 %
10
= 0,17 %
b. Minyak Bekas
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1324 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,3009 gr
Berat Sampel = 10,0364 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,3009−0,1324
= x 100 %
10
= 1,67 %

2. Filtrasi dan Ion Exchange


a. Zeolit : 50,2376 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1232 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1447 gr
Berat Sampel = 10,0031 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,1447−0,1232
= x 100 %
10,0031
= 0,21 %

b. Zeolit : 100,0311 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1443 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1570 gr
Berat Sampel = 10,1523 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,1570−0,1443
= x 100 %
10,1523
= 0,12 %
c. Zeolit : 150,0014 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1328 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1394 gr
Berat Sampel = 10,0283 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,1394−0,1328
= x 100 %
10,0283
= 0,06 %

3. Adsorspi
a. Adsorben : Zeolit
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1283 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2341 gr
Berat Sampel = 10,1174 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,2341−0,1283
= x 100 %
10,1174
= 1,0 %
b. Adsorben : karbon aktif
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1328 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2108 gr
Berat Sampel = 10,1273 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,2108−0,1328
= x 100 %
10,1272
= 0,77 %
c. Adsorben : bleching
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1302 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2146 gr
Berat Sampel = 10,1004 gr
W 1−W 0
% Kadar Kotoran = x 100 %
Berat Sampel
0,2146−0,1302
= x 100 %
10,1004
= 0,83 %

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan memisahkan


padatan dari campuran fasa cair dengan drifing force perbedaan tekanan
sehingga mendorong fasa cair melewati lapisan suport pada media filter.
Sedangkan ion exchange adalah suatu metode yang di gunakan untuk
memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam larutan,untuk
dipindahkan kedalam media padat yang disebut media penukar ion,dimana
media penukar ion ini melepaskan ion lain kedalam larutan. Dan
sedangkan adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi
terlarut(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda
penyerap,dimana terjadi suatu ikatan fisika antara substansi dengan
penyerapannya.tujuan dilakukan pratikum ini adalah memperoleh proses
pemisahan campuran biner memperoleh keterampilan dalam melakukan
percobaan filtrasi,adsorpsi dan ion exchange.
Langkah awal yang harus dilakukan saat pratikum kali ini adalah yg
pertatama pengukuran sifat kimia fisika umpan, umpan air sungai diuji
phnya kadar kotoran nya dan kekeruhan nya dimana ph umpan di dapat 5,6
dan kadar kotoran 0,17% sedangkan kekeruhan 20,7 NTU.dan pengukuran
sifat kimia fisika untuk umpan minyak goreng bekas ada penujian ph,
kadar kotoran dan warna, untuk ph minyak goreng bekas di dapat 2,0 dan
kadar kotoran seberat 1,67% sedangkan warnanya oreng pekat.setelah
pengujian umpan.
masuk ke cara kerja filtrasi dan ion exchange untuk pengujian air
sungai, yang pertama persiapkan alat filtrasi dengan benar dan
lengkap,yang kedua media filter berupa zeolit dimasukan kea alat filtrasi
sesuai dengan jumlah yang di tentukan dimana hasil penimbangan zeolit
pertama 50,2376 gr dan zeolit kedua 100,0311 gr dan zeolit ketiga
150,2465 gr.jadi terdapat 3 buat alat filtasi.setelah itu lewati atau
masukkan air sebanyak 1 liter kedalam masing-masing alat filtasi yang
telah dimasukan zeolit tersebut, air keluaran keluaran dari masing-masing
alat filtrasi di uji (ph, kadar kotoran dan kekeruhan).filtrasi 1 yang diisi
zeolit sebanyak 50,2376gr menghasikan ph 5,9 den kadar kotoran 0,21%
dan kekeruhan 17,4 NTU, sedangkan filtrasi 2 yng diisi zeolit 100,0311gr
menghasilkan ph 6,1 kadar kotoran 0,12% dan kekeruhan 16,1 NTU,
sedangkan untuk filtrasi ke 3 dengan zeolit 150,2465gr menghasilkan ph
6,2 kadar kotoran 0,06% dan kekeruhan 17,9 NTU.
Percobaan selanjutnya filtrasi adsorpsi minyak goreng bekas, yang
pertama di timbang minyak goreng sebanyak 50 gram minyak jelanta di
dalam gelas piala 250 ml sebanyak 3 buah gelas piala yang berisi minyak
sebanyk 50 graam, setelah itu masukan zeolit ke gelas piala pertma dan
gelas gelas kedua masukkan arang dan gelas piala ketiga masukan
bleaching,setelah itu lanjutkan pemanasan selama 30 menit, setelah
pemanasan selama 30 menit lanjut penyaringan dengan menggunakan
kertas saring dengan bantuan pompa vacuum dan corong buncher, minyak
hasil adsorsi dilakukan pengujian ph dan warna sedangkan hasil saringan
untuk pengujian kadar kotoran. Untuk adsorben 1 minyak jelanta yang
berisi zeolit mendapatkan atau menghasilkan ph 5,0 kadar Koran 1,0% dan
menghasikan warna kuning keorengan, adsorben 2 minyak jelanta yang
berisi arang setelah proses penyaringan mendapatkan ph 6,0 kadar kotoran
0,72 % dan warna kuning keorengan, sedangkan adsorben 3 minyak bekas
yang berisi bleaching mendapatkan ph 5,0 kadar kotoran 0,83 dan warna
kuning bening.

Tugas
Grafik hubungan antara masa media filter terhadap kualitas air dan
grafik hubungan antra jenis adsorben terhadap kualitas minyak.
Grafik filtrasi ion exchange.

ph ion exchange
6.3
6.2
6.1 ph ion exchange
6
5.9
5.8
5.7
zeolit 50 gr zeolit 100 gr zeolit 150 gr

Gambar 1. Grafik ph air sungai


kadar kotoran
0.25
0.2
0.15 kadar kotoran

0.1
0.05
0
zeolit 50 gr zeolit 100 gr zeolit 150 gr

Gambar 2. Grafik kadar kotoran air sungai.

kekeruhan air sungai


18

17 kekeruhan air sungai

16

15
zeolit 50 gr zeolit 100gr zeolit 150 gr

Gambar 3. Grafik kekeruhan pada air sungai.

Grafik adsorpsi minyak jelanta.

ph minyak jelanta
6.2
6
5.8
5.6
ph minyak jelanta
5.4
5.2
5
4.8
4.6
4.4
zeolit arang aktif bleaching

Gambar 4. Ph minyak jelanta


kadar kotoran minyak jelanta
1.2
1
0.8
kadar kotoran minyak jelanta
0.6
0.4
0.2
0
zeolit arang aktif bleching

Gambar 5. Kadar kotoran pada minyak jelanta.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan

Filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan memisahkan padatan


dari campuran fasa cair dengan driving force perbedaan tekanan
sehingga mendorong fasa cair melewati lapisan support pada medium
filter. Tujuan dari filtrasi adalah untuk memisahkan solit dari fluida
pembawanya. Sebagai contoh adalah penyaringan tah yang kita seduh
dipagi hari. Pada tiap proses filtrasi, pemisahan solid ini didapatkan
dengan melewati fluida melalui media porous penyaring.

B. Saran.

Semakin banyak zeolit yang digunakan untuk penyaringan makan


proses filtrasi akan semakin jernih dan kadar kotoran akan semakin
sedikit.
SENTRIFUGASI

I. PENDAHULUAN
Secara umum sentrifugasi adalah proses pemisahan dengan
menggunakan gaya sentrifugal sebagai driving force. Pemisahan dapat
dilakukan terhadap fasa padat cair tersuspensi maupun campuran berfasa cair-
cair. Pada pemisahan dua fasa cair dapat dilakukan apabila kedua cairan
mempunyai perbedaan rapat massa. Semakin besar perbedaan rapat massa dari
kedua cairan semakin mudah dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Semakin
mudah dipisahkan yang dimaksud adalah semakin kecil energi yang diperlukan
untuk proses pemisahannya.
Dua cairan yang dipisahkan dengan metode sentrifugasi biasanya
berbentuk dua fasa cair yang teremulsi. Pemisahan paling sering kita jumpai
dalam industri adalah pemisahan lemak yang terdapat dalam susu full cream.
Dengan sentrifugasi dipisahkan lemaknya sehingga diperoleh susu skim, susu
dengan kadar lemak yang rendah, yaitu berkisar 43x berat.
Dalam keperluan lain operasi sentrifugasi juga dapat berfungsi ganda,
yaitu sebagai pemisah untuk campuran maupun sebagai operasi yang
membantu proses pengeringan bahan. Fungsi pengeringan utamanya biasanya
adalah adanya tarikan udara vakum atau Suhu yang agak tinggi.
Gaya sentifugal adalah gaya yang terjadi akibat adanya putaran, arah
gayanya adalah dari titik pusat putaran keluar menuju jari-jari luar. Pemisahan
menggaunakan gaya ini pada penerapannya biasanya dikenakan pada
pemisahan fasa padat dengan fasa cair yang tercampur. Pemisahan
menggunakan gaya ini dilakukan apabila perbedaan densitas antara kedua fasa
tidak terlalu besar, bisa dalam bentuk campuran suspensi, sehingga pemisahan
dengan grafitasi sukar dilakukan.

II. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan filtrasi adalah mempelajari proses pemisahan


campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan percobaan
sentrifugasi. Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat:

1. Memisahkan minyak dan air pada emulsi minyak dalam air (santan kelapa)
2. Mengetahui pengaruh besar gaya sentrifugal, terhadap perbandingan
volume perolehan fasa ringan dan berat.
3. Mengetahui pengaruh besar gaya sentrifugal, terhadap tingkat pemisahan.
4. Mengetahui tingkat pemisahan yang dilakukan satu tahap dengan dua
tahap pada operasi pemisahan dua fasa cair dengan peralatan sentrifugasi.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
1. Satu set peralatan filtrasi sederhana
2. Beaker plastik 2.000 ml
3. Piknometer
4. Gelas kimia
5. Timbangan analitik
6. Penggaris
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. Santan Kelapa
2. CaCO3

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Sentrifuge dibersihkan bagian-bagiannya
2. Larutan CaCO3 20% dan santan kelapa sebanyak 1 liter disiapkan.
3. Bahan baku santan atau CaCO3 20% dimasukkan ke tabung sentrifugasi
untuk dipisahkan.
4. Hidupkan sentrifuge sesuai dengan variasi kecepatan dan waktu yang telah
ditentukan.
5. Setelah terdapat dua lapisan maka dipisahkan antara fasa ringan dan fasa
berat kemudian diukur volumnya masing-masing.
6. Lakukan berulang untuk variasi kecepatan dan waktu yang lainnya.

V. DATA PENGAMATAN
1. Larutan CaCO3
Kecepatan putar 1: 1000 rpm

No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 7,90 cm 1,10 cm

2. 5 7,80 cm 1,20 cm
3. 10 7,60 cm 1,40 cm

Kecepatan putar 1: 1500 rpm

No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 7,50 cm 1,50 cm

2. 5 7,30 cm 1,70 cm

3. 10 7,90 cm 1,90 cm

Kecepatan putar 1: 2000 rpm

No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 7,00 cm 2,00 cm

2. 5 6,90 cm 2,10 cm

3. 10 6,70 cm 2,30 cm

2. Santan Kelapa
Kecepatan putar 1: 1000 rpm

No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 8,00 cm 1,00 cm

2. 5 7,80 cm 1,20 cm

3. 10 7,60 cm 1,40 cm

Kecepatan putar 1: 1500 rpm


No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 7,50 cm 1,50 cm

2. 5 7,40 cm 1,60 cm

3. 10 7,30 cm 1,70 cm

Kecepatan putar 1: 2000 rpm

No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)

1. 2 7,10 cm 1,90 cm

2. 5 7,00 cm 2,00 cm

3. 10 6,90 cm 2,10 cm

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada pratikum kali ini membahas tentang sentrifugasi, Secara umum
sentrifugasi adalah proses pemisahaan dengan menggunakan gaya setrifugasi
sebagai drifing force. Pemisahan dapat dilakukan terhadap pase padat cair
tersuspensi maupun campuran berfaca cair-cair.pada pemisahan dua fasa cair
dapat dilakukan apabila kedua cairan mempunyai perbedaan rapat massa.
Semakin besar perbedaan rapat masa dari dua cairan semakin mudah di
pisahkakan dengan cara sentrifugasi. Semakin mudah dipisahkan dimaksud
adalah semakin kecil energi yang diperlukan untuk proses pemisahannya.
Dalam keperluan lain operasi sentrifugasi juga dapat
berfungsi ganda, yaitu sebagai pemisah untuk campuran maupun sebagai
operasi yang membantu proses pengeringan bahan. Fungsi pengeringan
utamanya biasanya adalah adanya tarikan udara vakum atau suhu yang agak
tinggi.
Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah
bersihkan terlebih dahulu bagian-bagian dari setrifugasi. Setelah itu buat
larutan CaCo3 20% dan siap kan larutan santan sebanyak 1 liter ,setelah itu
masukkan larutan santan dan larutan CaCo3 ke dalam tabung sentrifugal
untuk dilakukan proses pemisahan.hidupkan sentrifugasi sesuai dengan
pariasi kecepatan dan waktu yang telah di tentukan ,setelah sentrifugasi
berhenti akan terdapat dua lapisan maka pisahkan antara fase ringan dan fase
berat dan ukur berapa volume yang di dapat dari masing-masing
tabung,lakukan berulang untuk variasi kecepatan dan waktu yang telah di
tentuykan untuk men dapat kan data yang sesuai atau yang diminta.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan sentrifugasi?
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk
sedimentasi campuran dengan menggunakan mesin sentrifuge atau
pemusing.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan tersebut dalam industri?
Dalam bidang industri makanan, pemisahan yang biasa dilakukan
adalah pemisahan pada lemak yang terdapat pada susu full cream.
Dengan sentrifugasi dipisahkan lemaknya sehingga diperoleh susu
skim, susu dengan kadar lemak yang rendah yaitu berkisar antara ±3%
berat.
3. Jelaskan hubungan antara volume light phase terhadap waktu
sentrifugasi?Semakin lama waktu yang digunakan saat proses
sentrifugasi maka hasil besaran volume dari light phase akan semakin
menurun.
4. Jelaskan pengaruh kecepatan putar sentrifugasi terhadap perolehan
light phase?Semakin besar kecepatan putaran yang digunakan pada
proses sentrifugasi maka hasil besaran volume dari light phase akan
semakin menurun.
Tugas
Hubungan antra light phase (fase ringan) terhadap waktu dan hubungan antara
light phase (fase ringan) terhadap kecepatan putar dapat disajikan pada beberapa
grafik sebagai berikut.
8.1

7.9

7.8
LIGHT PHASE CM

7.7
CaCo3
7.6 santan

7.5

7.4

7.3
2 menit 5 menit 10 menit
WAKTU

Grafik1. Hubungan antara light phase terhadap waktu dan kecepatan putara
sentrifuge (1000 rpm)
7.55
7.5
7.45
7.4
LIGHT PHASE CM

7.35
7.3
CaCo3
7.25
santan
7.2
7.15
7.1
7.05
2 menit 5 menit 10 menit
WAKTU

Grafik 2. Hubungan antara light phase terhadap waktu dan terhadap


kecepatan putar sentrifuge (1500 rpm).
7.2

7.1

7
LIGHT PHASE CM

6.9

6.8 CaCo3
santan
6.7

6.6

6.5
2 menit 5 menit 10 menit
WAKTU

Grafik.3 hubungan antra light phase terhadap waktu dan terhadap


kecepatan putaran sentrifuge (2000 rpm).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sentrifugasi adalah proses pemisahaan dengan menggunakan gaya
sentrifugasi sebagai drifing force. Sedangkan filtrasi adalah mempelajari
proses pemisahan campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam
melakukan percobaan sentrifugasi.
2. Saran
Setelah membahas materi mengenai sentrifugasi penulis mengharapkan
agar kedepannya materi sentrifugasi dikembangkan lebih jauh terutama
mengenai sifat-sifat dari sentrifugasi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai