Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI 2
DESTILASI, EKSTRAKSI PADAT – CAIR, FILTRASI, ION EXCHANGE,
ADSORPSI DAN SENTRIFUGASI

Nomor Induk Tanggal di


Nama Praktikan Tanda Tangan
Mahasiswa Kumpulkan
Arif Joni Malindo 202111033
Mahendra 202111041 2 Mei 2023
Suwarno 202111049

Tanggal di
Nama Instruktur Nilai Tanda Tangan
Perikasa

Nur Asma Deli, ST., Msc

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT


POLITEKNIK KAMPAR
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI 2
“ DESTILASI SEDERHANA”
A. Pendahuluan
Pemisahan merupakan salah satu proses paling penting terutama pada
bagian hilir proses kimia. Prinsip pemisahan adalah menentukan perbedaan sifat
antara komponen-komponen yang ingin dipisahkan sehingga dapat ditentukan
proses pemisahan yang tepat digunakan. Sifat komponen dapat berupa sifat fisik
maupun kimia. Salah satu sifat komponen adalah titik didih atau temperature saat
komponen tersebut memiliki tekanan uap yang sama dengan tekanan lingkungan.
Destilasi sederhana merupakan salah satu metode distilasi yang dapat
digunakan untuk memisahkan campuran dalam wujud cair yang satu komponen
dengan komponen lainnya memiliki titik didih yang jauh berbeda. Campuran
tersebut akan dipanaskan hingga temperturnya melebihi titik didih komponen
yang lebih rendah namun tidak melebihi titik didih komponen yang lebih tinggi.
Campuran yang tadinya memiliki fasa cair, sebagian komponen yang lebih mudah
menguapakan berada pada fasa gas akibat pemanasan sehingga dua komponen
tersebut terpisah.
Pada percobaan ini akan dilakukan proses ditilasi sederhana untuk
memisahkan larutan etanol-air dan tinjauan aspek-aspek berpengaruh pada proses
pemisahan ini. Tujuan dari distilasi adlaah memperoleh produk distilat dengan
kemurnian yang lebih tinggi dari umpannya sehingga aspek yang ditinjau adalah
aspek yang mempengaruhi konsentrasi dan kuantitas didtilat. Bebrapa aspek yang
berpengaruh adalah konsentrasi dan laju pemanasan umpan yang kemudian
ditinjau hasilnya dengan melihan densitas distilat terhadap waktu.
Tekanan parsil PA komponen A didalam suatu campurn uap adalah sama
dengan tekanan yang akan ditimbulkan oleh komponen A tersebut jika
ditempatkan sendiri didalam volume dan temperature yang sama dengan camuran.
Menurut hukum Dalton, P =∑ P A , yaitu tekanan total adalah sama dengan
penjumlahan tekanan parsil untuk suatu gas (uap) ideal, tekanan parsil berbanding
lurus dengan fraksi mol konstituen, maka :

1
PA = y A P ………………………………………………………………(1)
Untuk suatu campuran ideal, tekanan parsil konstituen dikaitkan dengan
konsentrasi konstituen dalam fasa cair, Raoult merumuskan hubungan tersebut
sebagai berikut:
PA = P aA xA ……………………………………………………………(2)
Di sini P adalah tekanan uap murni konstituen A pada temperatur yang
sama. Biasanya hubungan ini mendekati benar bila x, bernilai tinggi, atau bernilal
rendah Beberapa campuran isomer organik dan beberapa senyawa hidrocarbon
hampir secara penuh mengikuti hukum ini
Untuk x, dengan harga-harga yang rendah, hubungan linear antara P, dan
x, dirumuskan dengan
menggunakan faktor perbandingan yaitu suatu konstanta Henry H dan
bukan tekan uap murni zat.
Untuk zat cair A yang terlarut dalam pelarut zat 8, hukum Henry ditulis
sebagai berikut:
PA = H a xA …………………………………………………………….(3)
Bila suatu campuran mengikuti hukum Raoult, maka harga-harga ya untuk
berbagai komposisi x* dapat dihitung berdasarkan tekanan uap masing-masing
kedua komponen pada berbagai temperatur.
Berdasarkan Hukum Raoult:
PA = P a xA …………………………………………………………….(4)
PA = Py ……..…………………………………………………………(5)

B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan destilasi sederhana adalah mempelajari proses
pemisahan campuran binner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan
percobaan distilasi sederhana. Setelah melakukan percobaan diharapakan
praktikan dapat :
1. Menentukan hubungan antara volume distilat terhadap waktu distilasi
2. Menentukan hubungan antara konsentrasi distilat terhadap waktu dengan
variasi etanol pada umpan atau variasi laju pemanasan umpan

2
3. Membandingkan hasil dan melakukan pembahasan terhadap percobaan
dengan variasi yang beda

C. Alat Dan Bahan


C.1 Alat
1. Satu set perangkat peralatan distilasi sederhana yang terdiri dari
a. Labu didih dua leher 500 ml
b. Pemanas listrik
c. Statif dan klem penjepit
d. Kondensor leibig
e. Adaptor untuk mengalirkan destilat
f. dongkrak
2. Piknometer
3. Thermometer
4. Gelas piala 100 ml
5. Labu Erlenmeyer bertutup
6. Gelas ukur 250 ml
7. Gelas ukur 50 ml
8. Gelas ukur 5 ml
9. Corong
10. Batu didih

C.2 Bahan
1. Etanol
2. Aquades
3. Vaselin

D. Prosedur Percobaan
D.1 Pembuatan larutan umpan

3
1. Larutan umpan dibuat dengan mencampurkan campuran etanol dan
aquades dengan perbandingan etanol : air 40:60 dan 50:50 masing-
masing sebanyak 500 ml.
2. Tutup wadah dengan aluminium foil

D.2 Pengukuran densitas umpan


1. Massa piknometer kosong ditimbang dan dicatat hasilnya.
2. Piknometer diisi dengan aquades dan massanya ditimbang dan dicatat
hasilnya
3. Piknometer di kosongkan, kemudian dibersihkan dengan etanol dan
dikeringkan
4. Piknometer diisi dengan larutan umpan (etanol dan air) dan ditimbang
massanya serta di catat hasil pengukurannya.

D.3 Distilasi
1. Larutan umpan dimasukan ke dalam labu distilasi bersama dengan batu
didih
2. Alat destilasi di rangkai dan pastikan agar semua alat lurus
3. Air dialirkan ke kondensor
4. Pemanas dinyalakan dengan skala pemanasan yang telah ditentukan
yaitu pada suhu 80℃ dan 90℃
5. Tunggu tetesan pertama distilat, setelah tetesan pertama menetes,
nyalakan stopwatch
6. Setiap 5 menit, penampung distilat diganti dengan yang baru hingga
diperoleh 5 distilat (25 menit). Volume masing-masing distilat di catat.
7. Temperature bottom terbaca pada thermometer dicatat setiap pergantian
penampung distilat
8. Setelah data-data diatas di peroleh, pemanas dimatikan dan peralatan
didiamkan hingga mendingin.
9. Semua peralatan di bersihkan, langkah 1-9 diulangi dengan variasi
konsentrasi atau laju pemanas yang telah ditentukan.

4
E. Data Pengamatan
F.1 Densitas Etanol
Massa Piknometer Kosong 34,6132 gr
Massa Piknometer Berisi
59,2214 gr
Aquades
Massa Piknometer berisi 40:60 50:50
etanol (Umpan) 57,9100 gr 57,3383 gr

F.2 Destilasi
Temperatur 1 : 80℃ (50:50)
Waktu Piknometer isi Densitas
No Volume (ml)
(Menit) destilat (gr/ml)
1. 5 Menit 17 ml 48,1637 gr 0.55 kg/m3
2. 10 Menit 20 ml 50,8803 gr 0.66 kg/m3
3. 15 Menit 20,1 ml 51,0001 gr 0.65 kg/m3
4. 20 Menit 19 ml 50,1586 gr 0.63 kg/m3
5. 25 Menit 18,5 ml 49,9418 gr 0.61 kg/m3

Temperatur 2 : 90℃ (50:50)


Waktu Piknometer isi Densitas
No Volume (ml)
(Menit) destilat (gr/ml)
1. 5 Menit 24 ml 53,9033 gr 1,02 kg/m3
2. 10 Menit 22 ml 52,8090 gr 0.74 kg/m3
3. 15 Menit 15 ml 46,7563 gr 0.49 kg/m3
4. 20 Menit 13,5 ml 45,6035 gr 0.44 kg/m3
5. 25 Menit 13 ml 45,0114 gr 0.42 kg/m3

Konsentrasi Umpan 1 : (40:60) (80℃)


Waktu Piknometer isi Densitas
No Volume (ml)
(Menit) destilat (gr/ml)
1. 5 Menit 13,8 ml 46,0007 gr 0.46 kg/m3
2. 10 Menit 15,6 ml 47,7365 gr 0.53 kg/m3
3. 15 Menit 16,5 ml 47,9249 gr 0.54 kg/m3
4. 20 Menit 17 ml 48,4988 gr 0.56 kg/m3
5. 25 Menit 17,5 ml 49,1080 gr 0.59 kg/m3

5
Konsentrasi Umpan 2 : (50:50) (80℃)
Waktu Piknometer isi Densitas
No Volume (ml)
(Menit) destilat (gr/ml)
1. 5 Menit 17 ml 48,1637 gr 0.55 kg/m3
2. 10 Menit 20 ml 50,8803 gr 0.66 kg/m3
3. 15 Menit 20,1 ml 51,0001 gr 0.65 kg/m3
4. 20 Menit 19 ml 50,1586 gr 0.63 kg/m3
5. 25 Menit 18,5 ml 49,9418 gr 0.61 kg/m3

F. Data Perhitungan
7.1 Temperatur 1 : 80℃ (50:50)
𝑚
1. 𝜌 = (5 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
48,1637 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,55 kg/m3

𝑚
2. 𝜌 = (10 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,8803 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,65 kg/m3

𝑚
3. 𝜌 = (15 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
51,0001 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,66 kg/m3

𝑚
4. 𝜌 = (20 menit)
v

6
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,1586 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,63 kg/m3

𝑚
5. 𝜌 = (25 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
49,9418 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,61 kg/m3

7.2 Temperatur 2 : 90℃ (50:50)


𝑚
1. 𝜌 = (5 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
53,9033 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 1,02 kg/m3

𝑚
2. 𝜌 = (10 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
52,8090 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,74 kg/m3

𝑚
3. 𝜌 = (15 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
46,7563 − 34,6132
𝜌=
24,735

7
= 0,49 kg/m3

𝑚
4. 𝜌 = (20 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
45,6053 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,44 kg/m3

𝑚
5. 𝜌 = (25 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
45,0114 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,42 kg/m3

7.3 Konsentrasi Umpan 1 : (40:60) (80℃)


𝑚
1. 𝜌 = (5 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
46,0007 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,46 kg/m3

m
2. 𝜌 = (10 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
47,7365 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,53 kg/m3

m
3. ρ = v
(15 menit)

8
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
47,9249 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,54 kg/m3

m
4. ρ = (20 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
48,4988 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,56 kg/m3

m
5. ρ = (25 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
49,1080 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,59 kg/m3

7.4 Konsentrasi Umpan 1 : (50:50) (80℃)


𝑚
1. 𝜌 = (5 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
48,1637 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,55 kg/m3

𝑚
2. 𝜌 = (10 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,0803 − 34,6132
𝜌=
24,735

9
= 0,65 kg/m3

𝑚
3. 𝜌 = (15 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
51,0001 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,66 kg/m3

𝑚
4. 𝜌 = (20 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
50,1886 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,63 kg/m3

𝑚
5. 𝜌 = (25 menit)
v

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑠𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
49,9418 − 34,6132
𝜌=
24,735
= 0,61 kg/m3

G. Hasil Dan Pembahasan


Tujuan dari percobaan destilasi sederhana adalah mempelajari proses
pemisahan biner dan memperoleh keterampilan didalam melakukan percobaan
destilasi sederhana. Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului
dengan penguapan senyawa cair dengan cara dipanaskan, kemudian diembunkan
kembali uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik
didih dari zat yang dicampurkan, sehingga zat yang memiliki titik terendah akan
menguap terlebih dahulu, kemudian diembunkan dan menetes disebut dengan zat
murni (destilat).

10
Bahan yang digunakan adalah etanol dan aquades (air), etanol memiliki
titik didih yang rendah dibandingkan dengan aquades (air) yaitu 78,37℃,
sementara air memiliki titik didih 100℃. Larutan umpan dibuat dengan
mencampurkan etanol dan aquades dengan perbandingan (40:60) dan (50:50)
sebanyak 500 ml. Pada variasi perbandingan (40:60) etanol yang digunakan 200
ml dan aquades yang digunakan 300 ml, sementara pada variasi perbandingan
(50:50) masing-masing bahan digunakan sebanyak 250 ml, setiap campuran
dimasukan kedalam Erlenmeyer dan ditutup dengan aluminium foil, erlenmeyer di
tutup karena etanol mudah menguap diudara.
Untuk menentukan densitas dari larutan umpan digunakan piknometer,
densitas atau massa jenis adalah pengukuran massa setiap volume benda,
piknometer yang digunakan memiliki massa 34,6132 gr dan piknometer berisi
yang berisi aquades memiliki massa 59,2214 gr. Kemudian pada larutan umpan
ditimbang pada variasi perbandingan (40:60) memiliki massa 57,9100 gr dan pada
variasi perbandingan (50:50) 57,3383 gr.
Pada proses ditilasi, larutan umpan dimasukan ke dalam labu distilasi
bersama dengan batu didih, penggunaan batu didih agar pemanasan menjadi
homogen pada seluruh bagian larutan. Setelah itu perangkaian alat destilasi, setiap
bagian yang memiliki sambungan diberikan vaselin agar saat melepaskan
rangkaian menjadi lebih mudah, setelah rangkain selesai air kondensor dialirkan.
Pemanasan dilakukan pada suhu 80℃ dan 90℃ pada suhu ini etanol akan
mudah menguap sementara air tidak akan menguap, pada destilasi awal dilakukan
destilasi dengan temperature 80℃ variasi perbandingan (50:50) hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada diagram berikut.

11
Hubungan Volume Dan Densitas Umpan
Terhadap Waktu Destilasi
30
27

volume dan densitas


24
21 20 20,1 19 18,5
18 17
15 Volume
12
9 Densitas
6
3
0 0,55 0,66 0,65 0,63 0,61
5 Menit 10 15 20 25
Menit Menit Menit Menit

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu yang di
gunakan dengan temperature 80℃ dan variasi umpan 50 :50 seharusnya diperoleh
volume destilat semakin banyak dan densitas yang semakin tinggi. Tetapi pada
percobaan tersebut hasil yang diperoleh tidak stabil ini dikarenakan terdapat
kesalahan saat melakukan pemanasan sehingga suhu pada larutan umpan tidak
stabil oleh sebab itu hasilnya tidak maksimal.
Pada destilasi dengan temperatur 90℃ variasi perbandingan etanol dan air
(50:50).

Hubungan Volume Dan Densitas Umpan


Terhadap Waktu Destilasi
30
27
24 24
22
21
18 Volume
15 15
13,5 13 Densitas
12
9
6
3
0 1,02 0,74 0,49 0,44 0,42
5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit 25 Menit
Waktu

12
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada temperature 90℃ dengan
perbandingan konsentrasi umpan 50:50, denstitas yang diperoleh untuk tiap
destilat semakin rendah dan volume destilat juga semakin sedikit.
Pada destilasi dengan konsentrasi umpan perbandingan (40:60) dengan
suhu 90℃.

Hubungan Volume Dan Densitas Umpan


Terhadap Waktu Destilasi
30
27
24
21
18 17 17,5 Volume
15,6 16,5
15
13,5 Densitas
12
9
6
3
0 0,46 0,53 0,54 0,56 0,59
5 Menit 10 Menit 15 Menit 20 Menit 25 Menit
Waktu

Dari grafik diatas diketahui bahwa pada temeperature 90℃ dan


konsentrasi perbandingan 40:60 diperoleh volume destilat yang semakin banyak
dan densitas dari destilat yang tinggi.
PERTANYAAN :
1. Apa yang di maksud dengan destilasi ?
Jawab : Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan
pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan distilasi di dunia industry?
Jawab :

a. Destilasi digunakan dalam pengolahan minyak bumi menjadi


berbagai produk minyak bumi seperti bensin, solar, diesel dan
sebagainya
b. Proses pengolahan tebu menjadi gula juga memanfaatkan destilasi
untukmenguapkan molekul air
c. Destilasi juga dimanfaatkan dalam produksi garam dari air garam

13
d. Pemisahan campuran air bensin menjadi bensin murni
e. Pemurnian larutan alkohol

3. Jelaskan hubungan antara densitas etanol dengan kemurniannya?


Jawab : Berdasarkan Hukum Raoults dan Hukum Dalton, komposisi zat
volatile didalam fasa uapnya akan lebih banyak dibandingkan pada fasa
cairnya, tergantung pada harga sifat volatilitas relative (αAB) suatu
komponen terhadap komponen lain. Hubungan kesetimbangan campuran
biner system Etanol (A) – Air (B) pada kondisi tekanan total PT = 101,32 kPa
dan temperature standar, campuran Etanol-Air 2 tergolong pada campuran
tidak ideal karena sedikit tidak mengikuti hokum hukum Raoult,

H. Kesimpulan Dan Saran


H.1 Kesimpulan
1. Pada masing-masing waktu yang digunakan sangat berpengaruh pada
volume destilat dan juga di pengaruhi oleh temperature dan konsentrasi
umpan, pada temperature 90℃ dengan konsentrasi umpan 50:50
semakin lama waktu yang digunakan volume destilat semakin rendah
atau sedikit. Sementara pada temperature 80℃ dengan konsentrasi
umpan 50:50 volume destilat semakin banyak atau tinggi, sementara
pada temperature 90℃ dengan konsentrasi 40:60 semakin lama waktu
digunakan semakin banyak destilat dihasilkan.
2. Hubungan antara konsentrasi distilat terhadap variasi konsentrasi
umpan yaitu, pada konsentrasi umpan 40:60 dengan pemanasan yang
semakin lama konsentrasi destilat yang dihasilkan semakin tinggi atau
pekat. Pada konsentrasi umpan 50:50 temperature 90℃ konsentrasi
destilat yang dihasilkan semakin rendah.
3. Semakin banyak jumlah etanol yang di masukan sebagai umpan maka
konsentrasi densitasnya akan semakin tinggi atau pekat dan volumenya
akan semakin tinggi.

14
H.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan yaitu dalam melakukan
percobaan destilasi sederhana harus sangat memperhatikan temperature
dan harus berhati hati karena suhu pada media cukup panas.

15
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI 2
EKSTRAKSI PADAT CAIR

A. Pendahuluan
Pemisahan merupakan salah satu proses paling penting terutama pada
bagian hilir proses kimia Prinsip pemisahan adalah menentukan perbedaan sifat
antara komponen-komponen yang ingin dipisahkan sehingga dapat ditentukan
proses pemisahan yang tepat untuk digunakan. Sifat komponen dapat berupa sifat
fisik maupun kimia. Salah satu sifat fisik komponen adalah titik didih atau
temperatur saat komponen tersebut memiliki tekanan uap yang sama dengan
tekanan lingkungan.
Leaching adalah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut.
Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau
untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi,
seperti pigmen. Tahap-tahap ekstraksi
1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling
berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian
terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut,
umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu,
larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah
dipekatkan.
Hal yang perlu diperhatikan ada 4 faktor:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair;

16
sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak
untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.

2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat
dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik
dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang
dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kenta!
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya, pada ektraksi padat-cair
misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau
pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa
pelarut).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:


1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama
pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak,
resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan.
Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

17
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat
perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal
ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen- komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-
hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan
garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi
juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari
segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).
Kriteria yang lainnya adalah murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak
korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang
rendah, stabil secara kimia dan termis.

18
Beberapa pelarut yang terpenting adalah: air, asam-asam organik dan
anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon
yang mengandung khlor, isopropanol, etanol.
Gaya pendorong pada ekstraksi adalah perbedaan konsentrasi ekstrak
didalam bahan ekstraksi dan pelarut. Gaya ini sedapat mungkin besar. Untuk
mencapainya, yang paling baik adalah dengan menggunakan pelarut segar yaitu
yang tidak mengandung ekstrak, atau dengan segera mengeluarkan larutan ekstrak
dari permukaan perpindahan.
Dengan satu tahap ekstraksi tunggal, yaitu mencampur bahan ekstraksi
dengan pelarut satu kali, umumnya tidak mungkin seluruh ekstrak terlarutkan Hal
ini disebabkan adanya keseimbangan antara ekstrak yang terlarutkan dan ekstrak
yang masih tertinggal dalam bahan ekstraks (hukum distribus) Pelarutan lebih
lanjut hanya mungkin dengan cara memisahkan larutan ekstrak dari bahan
ekstraksi dan mencampurkan bahan ekstraksi tersebut dengan pelarut yang baru.
Proses ini harus dilakukan berulang-ulang, hingga derajat ekstraksi yang
diharapkan 9atau konsentrasi ekstrak dalam rafinat yang diizinkan) tercapai.
Ekstrak akan lebih menguntungkan jika dilakukan dalam jumlah tahap
yang banyak setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah
konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut
yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali
biayanya menjadi mahal.
Yang lebih ekonomis adalah menggunakan proses dengan aliran yang
berlawanan. Dalam hal ini bahan ekstraksi mula-mula dikontakkan dengan pelarut
yang sudah mengandung ekstrak larutan ekstrak), dan baru pada tahap akhir
proses dikontakkan dengan pelarut yag segar. Operasi dapat dilakukan baik secara
tak kontinu ataupun kontinu. Dengan metode ini pelarut dapat dihemat dan
konsentrasi larutan ekstrak yang lebih tinggi dapat diperoleh. Meskipun demikian,
perbedaan konsentrasi yang cukup besar yang merupakan gaya pendorong untuk
unjuk kerja ekstraksi yang tinggi masih dapat dipertahankan.
Permukaan, yaitu bidang antarmuka untuk perpindahan massa antara
bahan ekstraksi dan pelarut, harus sebesar mungkin. Pada ekstraksi padat-cair hal

19
tersebut dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi dan paa
ekstraksi cair-cair dengan mencerai-beraikan salah satu cairan menjadi tetes-tetes
(dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tahanan yang menghambat pelarutan ekstrak sedapat mungkin bernilai
kecil. Tahanan tersebut terutama tergantung pada ukuran dan sifat partikel dari
bahan ekstraksi. Semakin kecil partikel ini, semakin pendek jalan yang harus
ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin rendah
tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika kapiler-kapler
bahan padat semakin halus dan jika ekstrak semakin terbungkus didalam sel
(misalnya pada bahan-bahan alami).
Disamping faktor-faktor diatas, suhu juga seringkali memainkan peranan
penting dalam unjuk kerja ekstraksi. semakin tinggi suhu, sernakin kecil
viskositas fasa cair dan semakin besar kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu
kecenderungan pembentukan emulsi berkurang pada suhu yang tinggi.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya
zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel.
Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat
permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan
menangkap bagian pada lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya,
dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
1. Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut
meresap masuk.
2. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju
keluar.
3. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.

B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ekstraksi padat cair adalah mempelajari proses
pemisahan dengan operasi ekstraksi padat cair dengan melihat pengaruh beberapa

20
besaran seperti ukuran partikel, jumlah pelarut dan waktu kontak terhadap
efisiensi ekstraksi.

C. Alat dan Bahan


C1 Alat
1. Satu set perangkat peralatan ekstraksi padat cair yang terdiri dari:
a. labu didih 500 ml
b. Kondensor
c. Ekstraktor
d. pemanas listrik
e. statif dan klem Penjepit
2. Gelas Piala 250 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Batu Didih
5. Gelas ukur 250 ml

C2 Bahan
1. n-heksan
2. Daging buah sawit (Mesokarp)

D. Prosedur Percobaan
D.1 Pesiapan bahan baku
1. Bahan baku berupa daging buah sawit (mesokarp) di potong dengan 2
ukuran yang berbeda yaitu besar dan kecil.
2. Siapkan pelarut yaitu n-heksan

D.2 Ekstraksi padat cair


1. Siapkan selongsong ekstraksi, panskan dalam oven selama 2 jam dan
beratnya ditimbang
2. Bahan baku mesokarp ditimbang 10 gram dan dimasukkan ke selongsong
yang telah disiapkan.

21
3. Selongsong yang telah berisi bahan baku di masukkan ke soxhlet ektraktor
dan tambahkan pelarut secukupnya untuk melakukan ekstraski.
4. Rangkai alat ekstraktor kemudian panaskan dan refluks selama 4-6 jam
sampai bewarna bening di soxhlet ekstraktor
5. Hentikan ekstraksi kemudian pisahkan pelarut dari zat terlarut
6. Panaskan selongsong dan beratnya ditimbang
7. Hitung kadar minyak yang dapat terekstrak dari masing masing
selongsong

E. Data Pengamatan

1. Persipaan bahan baku


Ukuran Partikel 1 Kecil
Ukuran Partikel 2 Besar

2. Ekstraksi Padat Cair


No Uraian Partikel 1 Partikel 2
1 Berat selongsong 2,4230 gr 2,7300 gr
2 Berat sampel 10,0531 gr 10,0820 gr
3 Waktu Ekstraksi 8 jam 5 jam
4 Jumlah Pelarut 340 ml 330 ml
Berat sampel + selongsong 10,7272 ml 11,5628 ml
5
setelah di ekstrak (konstan) (konstan)
6 Jumlah minyak 1,7489 gr 1,2492 gr

3. Pengovenan
No Partikel 1 Partikel 2
1 10,7510 gr 11,6038 gr
2 10,7468 gr 11,5730 gr
3 10,7398 gr 11,5648 gr
4 10,7274 gr 11,5630 gr
5 10,7272 gr (Konstan) 11,5628 gr (Konstan)

22
F. Data Perhitungan
F.1 Partikel 1
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = (𝐵. 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝐵. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ) − (𝐵. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
+ 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 12,4761 + 10,7272
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 1,7489 𝑔𝑟
F.2 Partikel 2
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = (𝐵. 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝐵. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ) − (𝐵. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
+ 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 12,8120 + 11,5628
𝐽𝑚𝑙 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 1,2429 𝑔𝑟

G. Pembahasan
Percobaan ekstraksi padat cair bertujuan untuk mempelajari proses
pemisahan melalui operasi ekstraksi padat cair dengan melihat pengaruh beberapa
besaran yaitu ukuran partikel, jumlah pelarut dan waktu kontak terhadap efisiensi
ekstraksi.
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah daging buah sawit
(mesokarp) dengan ukuran partikel kecil dan besar. Pelarut yang di gunakan
adalan n-heksan dikarenakan pelarut yang paling ringan dalam mengangkat
minyak yang terdapat didalam bahan serta mudah menguap sehingga
memudahkan untuk refluk, refluk adalah metode ekstraksi dengan bantuan
pemanasan. Pada partikel 1 (kecil) memiliki massa bahan 10,0531 gr dan pada
partikel 2 (besar) memiliki massa bahan 10,0820 gr. Setelah sampel dan pelarut
disiapkan, selanjutnya menyediakan selongsong, selongsong ini terbuat dari kertas
saring yang berguna untuk wadah sampel saat proses ektraksi. Selongsong
dipanaskan selama 2 jam, pemanasan ini bertujuan agar selongsong tidak
mengandung kadar air yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi, selongsong
pada partikel 1 memiliki berat 2,4230 gr dan pada partikel 2 memiliki berat
2,7300 gr, perbedaan ini terjadi dikarenakan perbedaan ukuran dari kertas saring
yang digunakan dan perbedaan ukuran pada masing2 sampel.

23
Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam selongsong yang telah
di panakan dengan oven. Kemudian masukan selongsong kedalam soxhlet
ekstraktor dan tambahkan pelarut n-heksan sampai labu penuh kemudian
tambahkan kembali sampai setengah sampel. Selanjutnya di refluks selama 6 jam
untuk partikel kecil dan 5 jam pada partikel besar. Setelah pelarut berwarna
beniing hentikan proses ekstraksi.
Selanjutnya panaskan kembali untuk memisahkan pelarut dari zat terlarut.
Setelah selongsong dikeluarkan, selongsong kembali dipanaskan di oven hingga
berat konstan, berat konstan yang diperoleh pada partikel 1 10,7272 gr dan pada
partikel 2 11,5628 gr. Setelah semua rangkain percobaan dilakukan, hitung kadar
minyak yang terekstrak, pada selongsong partikel 1 jumlah minyak yang diperoleh
yaitu 1,7489 gr dan pada selongsong partikel 2 jumlah minyak yang di peroleh
1,2492 gr.
PERTANYAAN :
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi padat cair
Jawab : proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (innert) dengan
menggunakan pelarut cair.
2. Sebutkan aplikasi pemisahan ekstraksi padat cair dengan pelarut di dunia
industri
Jawab : pada industri kelapa sawit, pada industri makanan dan industri
farmasi
3. Jelaskan hubungan antara ukuran partikel terhadap efisiensi ekstraksi padat
cair.
Jawab : semakin kecil ukuran partikel semakin efektif minyak yang dapat
diambil dan waktu yang digunakan efisien.

24
H. Kesimpulan dan saran
H.1 Kesimpulan
Pada percibaan ekstraksi padat cair dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu, ukuran partikel bahan atau sampel sangat berpengaruh pada efisiensi
pengambilan minyak serta berpengaruh terhadap waktu yang digunakan pada
proses refluks.

H.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan yaitu, didalam melakukan ekstraksi
harus sangat memperhatikan suhu yang digunakan agar pemanasan tercapai,
kemudian pada pembuatan selongsong sebaiknya menggunakan ukuran kertas
saring yang sama, serta selalu berhati-hati selama melakukan percobaan.

25
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI 2
”FILTRASI, ION EXCHANGE DAN ADSORPSI”

A. Pendahuluan
FILTRASI
Filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan padatan memisahkan
padatan dari campuran fasa cair dengan driving force perbedaan tekanan sehingga
mendorong fasa cair melewati lapisan suport pada medium filter. Pada proses
filtrasi, pemisahan padatan akan tertahan pada medium penyaring. Sedangkan fasa
cair yang melewati medium filter berupa limbah/hasil sampingnya. Prosedur
filtrasi sederhana dapat diterapkan langsung pada benda padat yang bentuknya
tetap. Sebaliknya, diperlukan perlakuan-perlakuan khusus sebelum dan sesudah
proses filtrasi jika padatan yang akan dipisahkan berupa cairan yang mudah
terdeformasi atau berukuran kecil dan relatif sulit diambil dari suspensi cair.
Filtrasi sering diterapkan pada proses-proses biologis seperti memisahkan ekstrak
juice atau memisahkan mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-
proses pemisahan yang sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan
teknologi lain agar filtrasi lebih praktis, cepat, dan kualitas produk tidak
terdegradasi.
Pada umumnya, penerapan teknologi filtrasi pada industri kimia telah
banyak mengalami modifikasi. Modifikasi ini terutama dilakukan untuk
memperbaiki sifat dan karakteristik fisika dan kimiawi cake yang terakumulasi
pada medium filter. Padatan cake umumnya dipisahkan dari medium filter dengan
penambahan aditif tertentu. Padatan cake akan membentuk agregat yang semakin
lama semakin besar sehingga mudah dilepas dari medium filternya. Padatan lain
yang biasa ditambahkan adalah filter aid. Tanpa filter aid akumulasi cake pada
medium filter akan sangat sedikit karena terbawa aliran cross flow yang besar.
Dengan melakasakan prakikum ini, praktikan akan memahami bagaimana
proses filtrasi konvensional dilaksanakan. Pada teknologi filtrasi konvensional,
pembentukan cake sangat signifikan, sehingga aliran cross flow diabaikan. Proses

26
filtrasi ini umumnya melibatkan padatan tak terdeformasi yang berukuran relatif
besar.
Menurut prinsip kerjanya filtrasi dapat dibedakan yaitu:
a. Pressure Filtration yaitu filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan.
b. Gravity Filtration yaitu filtrasi yang cairannya mengalir karena gaya berat.
c. Vacuum Filtration yaitu filtrasi dengan cairan yang mengalir karena prinsip
hampa udara (penghisapan).
Kriteria Pemilihan alat filtrasi dilakukan dengan memperhatikan beberapa
hal berikut:
1. Jenis Campuran, campuran gas-padat memerlukan ruang filtrasi dan luas
permukaan filter yang lebih besar daripada campuran cair-padat. Hal ini
disebabkan volume gas lebih besar dari pada cairan. Disamping itu campuran gas-
padat hanya mungkin digunakan beda tekanan yang kecil.
2. Jumlah Bahan Yang Lolos Dan Tertahan, semakin besar jumlah campuran
yang harus difiltrasi, semakin besar daya filtrasi yang diperlukan dan dengan
demikian juga semakin besar luas permukaan total filter.
Ukuran pemanfaatan yang optimal dapat berupa luas permukaan filter
yang sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil mungkin.
3. Tekanan Filtrasi (Beda Tekanan), tekanan filtrasi mempengaruhi jenis
konstruksi dan ukuran alat filtrasi.
4. Jenis Operasi, konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi yang
kontinu atau yang tidak kontinu.
5. Pencucian, bila kue filter harus dicuci, diperlukan tambahan perlengkapan
untuk mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci yang digunakan, yaitu
apakah mengandung air, mudah terbakar atau beracun, maka alat filtrasi harus
dikonstruksi dengan cara yang berbeda-beda (misalnya terbuka, tertutup, dengan
perangkat penghisap dengan ruang-ruang terpisah).
6. Sifat Bahan yang difiltrasi, baik konstruksi maupun bahan yang dipakai untuk
membuat alat filtrasi tergantung pada bahan yang difiltrasi, apakah bersifat asam,
basa, netral, mengandung air, mudah terbakar, tahan api, peka terhadap oksidasi,

27
steril, panas atau dingin. Konstruksi dapat terbuka, tertutup atau dalam lingkugan
gas inert.
7. Sifat Filtrasi, apakah cake filter yang terbentuk dapat ditekan atau tidak dapat
ditekan, tergantung pada ukuran dan bentuk partikel bahan padat. Sifat kue filter
itu selanjutnya mempengaruhi luas permukaan filter, tebal kue, beda tekanan, dan
juga ukuran pori pada media filter.

ADSORPSI
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan adsorpsi dimana fluida terserap oleh
fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya
(Indra, 2008).
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorspi adalah penyerapan dari adsorbad kedalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben
(Brady,1999).
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorspi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan
suhu).
Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam
jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan
mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k
(berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik. Kinetika adsorpsi

28
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan
sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar
kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
- Macam adsorben
- Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
- Luas permukaan adsorben
- Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
- Temperatur

ION EXCHANGE
Pertukaran ion merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam larutan, untuk
dipindahkan kedalam media padat yang disebut dengan media penukar ion,
dimana media penukar ion melepaskan ion lain kedalam larutan. Sedangkan untuk
alatnya disebut ion exchanger.
Mekanisme Pertukaran Ion :
Jika suatu larutan yang mengandung anion atau kation dikontakkan
dengan media pertukaran ion, maka akan terjadi pertukaran anion dengan
mekanisme reaksi sebagai berikut :
1. Mekanisme pertukaran anion
A- + R+ B- => B- + R+ A-
2. Mekanisme pertukaran kation
A+ + R- B+ => B+ + R- A+
A = ion yang akan dipisahkan
( pada larutan )
B = ion yang menggantikan ion A
( pada padatan/media penukar ion )
R = bagian ionic/gugus fungsional pada penukar ion
Resin penukar ion ( ion exchange ) yang merupakan media penukar ion
sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini
membuka jalan pembuatan resi hasil polimerisasi styrene dan divinil benzena.

29
Bentuk resin penukar ion ini bermacam-macam yaitu dapat berupa butiran,
powder, membrane atau fiber.
Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kapasitas ikatan silang yang kuat yang dapat menghilangkan
sejumlah ion tertentu.
2. Resin dengan ukuran partikel kecil akan semakin baik, sebab dibutuhkan luas
kontak yang besar.
3. Resin mempunyai stabilitas yang dapat digunakan dalam waktu yang lama,
tidak mudah aus/rusak dalam regenerasi.

Ion Exchange sebagai water softening


Aplikasi ion exchanger sebagai water softener merupakan fungsi umum
dan digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses
dan bahan baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sedahan-nya (hardnees) tinggi
karena kandungan kalsiun dan magnesium harus diturunkan dengan cara
menggantikannya dengan muatan ion sodium yang terdapat resin.
Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai equilibrium dan jenuh
dan sesudah kondisi resi jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan dicuci
dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi.
Sebagai media purifikasi
Dalam hal penggunaan media ion exchange sebagai purifier misalnya
untuk mengikat bahan-bahan beracun yang dibawa oleh fluida tertentu, maka ion
exchanger dapat mengambil ion-ion logam berat seperti Cadmium, Lead dan
Copper dan menggantikannya dengan ion-ion garam sodium dan potassium.
Jenis Resin:
1. Kation Asam Kuat, dinamakan demikian karena sifat kimianya mirip dengan
asam kuat. Resin sangat terionisasi di kedua asam (R-SO3H) dan garam (R-
SO3Na). Mereka dapat mengkonveksi garam lokal dengan asam yang sesuai
dengan reaksi:
2(R-SO3H) + NiCl2 --> (R-SO4),Ni + 2HCl (5) 2 (R-SO3H) + NiCl2
->(R-SO4), Ni + 2HCl (5)

30
2. Kation Asam Lemah cekungan, dalam resin asam lemah, kelompok adalah
asam karbosilat (COOH) sebagai lawan dari kelompok asam sulfonat (SO3H)
digunakan dalam resin asam kuat. Resin ini berperilaku mirip dengan asam
organik lemah yang terdisosiasi.
3. Resin Anion Basa Kuat, seperti resin asam kuat, resin dasar yang kuat sangat
terionisasi dan dapat digunakan selama rentang pH seluruh. Resin ini
digunakan dalam hidroksida (OH) bentuk untuk deionisasi air. Mereka akan
bereaksi dengan anion dalam larutan dan dapat mengkonveksi solusi asam
untuk air murni:
R-->NH3OH + R-NH3Cl + HOH (6) R – NH3OH + HCl -> R-NH3Cl
+ HOH (6)
Regenerasi dengan sodium hidroksida pekat (NaOH) mengubah resin
kelelahan ke bentuk hidroksida.
Aplikasi Ion Exchange pada pengolahan air:
1. Water softener (Menghilangkan hardnees).
2. Dengan Resin kation.
3. Penghilang organik atau nitrat.
4. Dengan Resin anion.
5. Deionisasi/ Demineralisasi (menghilangkan unsur positif dan negatif).
6. Dengan gabungan resin anion dan kation.

Keunggulan Ion Exchange:


1. Mengurangi/ menghilangkan unsur inorganik dengan baik.
2. Bisa diregenerasikan kembali.
3. Dapat digunakan untuk flowrate/ debit yang berfluktuasi.
4. Jenis resin yang bervariasi, setiap jenis resi dapat digunakan untuk
mengilangkan unsur/kontaminan tertentu.
5. Untuk kualitas air baku dengan TDS < 500 ppm merupakan pilihan dan
operasi lebih murah.
Kekurangan Ion Exchange:
1. Semakin tinggi TDS semakin tinggi biaya operasional.

31
2. Tidak menghilangkan partikel, bakteri dan pyrogen.
3. Diperlukan pretreatment untuk hampir setiap bahan baku.
4. Sensitif terhadap keberadaan unsur lain dengan polaritas yang hampir sama.
5. Media resin berpontensi menjadi tempat berkembangbiak bakteri.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan filtrasi adalah mempelajari proses pemisahan campuran
biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan percobaan filtrasi, adsorpsi
dan ion exchange. Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat:
1. Melakukan pemisahan padatan yang tersuspensi di dalam cairan.
2. Menentukan perubahan fisik kimia fisik umpan dengan adanya filtrasi, ion
exchange dan adsorpsi.
3. Membandingkan hasil dan melakukan pembahasan terhadap percobaan
dengan variasi yang berbeda.

C. Alat dan Bahn


C.1 Alat
1. Peralatan filtrasi sederhana
2. pH meter
3. Corong Buchner
4. Pompa vakum
5. Labu Filtrasi
6. Gelas piala 1000 ml
7. Gelas piala 250 ml
8. Turbidimeter
9. Cawan Aluminium
10. Hot plate
11. Spatula
12. Kaca arloji
13. Statif dan klem ring
C.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah

32
1. Kertas Saring
2. Air sungai
3. Minyak goreng bekas
4. Zeolit
5. Karbon aktif
6. Bleaching earth

D. Prosedur Percobaan
1. Pengukuran Sifat Kimia Fisik Umpan
Umpan air sungai di uji pH, kadar kotoran dan kekeruhannya
Minyak goreng bekas diuji kadar kotoran, pH dan warnanya.
2. Filtrasi dan ion exchange
1. Persiapkan alat filtrasi dengan benar dan lengkap.
2. Media filter berupa zeolit dimasukkan ke alat filtrasi sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan (50,100 dan 150 gr)
3. Lewatkan air sungai sebanyak 1 liter ke dalam kolom filter.
4. Air keluaran kolom diuji kualitasnya (pH, kadar kotoran dan kekeruhan).
3. Filtrasi dan adsorpsi
1. Ditimbang 50 gram minyak jelantah didalam gelas piala 250 ml
2. Dipanaskan dengan suhu 1200C kemudian ditambahkan dengan absorben
sebanyak 4% dari jumlah minyak.
3. Dilanjutkan pemanasan selama 30 menit.
4. Disaring dengan menggunakan kertas saring biasa dengan bantuan pompa
vacum dan corong buncher.
5. Minyak hasil adsorbs di uji kualitasnya (pH, kadar kotoran dan warna).

E. Data Pengamatan
1. Sifat kimia fisik bahan baku
Parameter Air Sungai
pH 7,1
Kadar Kotoran 0,15 %
Kekeruhan 423 NTU

33
Parameter Minyak Goreng Bekas
pH 6,4
Warna Keruh Kekuningan
Kadar Kotoran 0,69 %

2. Filtrasi dan Ion Exchange


a. Massa Zeolit 1 : 50 gram
Parameter Air hasil Filtrasi
pH 7,4
Kadar Kotoran 4,61 %
Kekeruhan 4,25 NTU

b. Massa Zeolit 2 : 100 gram


Parameter Air hasil Filtrasi
pH 7,5
Kadar Kotoran 2,99 %
Kekeruhan 4,24 NTU

c. Massa Zeolit 3 : 150 gram


Parameter Air hasil Filtrasi
pH 7,9
Kadar Kotoran 1,96 %
Kekeruhan 4,44 NTU

3. Adsorpsi
a. Jenis Adsorben 1 : Zeolit
Parameter Minyak hasil Adsorpsi
pH 5
Warna
Kadar Kotoran 0,65 %

b. Jenis Adsorben 2 : Bleaching Earth


Parameter Minyak hasil Adsorpsi
pH 6
Warna
Kadar Kotoran 0,72 %

34
c. Jenis Adsorben 3 : Karbon Aktif
Parameter Minyak hasil Adsorpsi
pH 6
Warna
Kadar Kotoran 0,51 %

F. Data Perhitungan
1. Bahan Baku
a. Air Sungai
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1080 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1095 gr
Berat Sampel = 10 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,1095−0,1080
= 𝑥 100%
10

= 0,15 %
b. Minyak Bekas
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1962 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2656 gr
Berat Sampel = 10 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,2656−0,1962
= 𝑥 100%
10

= 0,69 %

2. Filtrasi dan Ion Exchange


a. Zeolit : 50 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1163 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1168 gr
Berat Sampel = 108,26 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

35
0,1168−0,1163
= 𝑥 100%
100,26

= 4,61 %

b. Zeolit : 100 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1160 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1163 gr
Berat Sampel = 100,27 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,1163−0,1160
= 𝑥 100%
100,26

= 2,99 %
c. Zeolit : 150 gr
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1048 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1050 gr
Berat Sampel = 102,01 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,1050−0,1048
= 𝑥 100%
102,01

= 1,96 %

3. Adsorspi
a. Adsorben : Zeolit
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,2009 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2338 gr
Berat Sampel = 5,0130 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,2338−0,2009
= 𝑥 100%
5,0130

= 0,65 %
b. Adsorben : Blancing Earth
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1957 gr

36
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,2319 gr
Berat Sampel = 5,0123 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,2319−0,1957
= 𝑥 100%
5,0123

= 0,72 %
c. Adsorben : Karbon Aktif
Diketahui : Berat Kertas Saring (W0) = 0,1008 gr
Berat Kertas Saring + Hasil Saringan (W1) = 0,1384 gr
Berat Sampel = 5,0018 gr
𝑊1−𝑊0
% Kadar Kotoran = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%
0,1384−0,1008
= 𝑥 100%
5,0018

= 0,51 %

G. Hasil dan Pembahasan


Praktikum Satuan Operasi 2 kali ini bertujuan untuk mempelajari proses
pemisahan campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan
percobaan filtrasi, adsorspi dan ion exchange. Setelah melakukan percobaan ini
praktikan juga diharapkan dapat melakukan pemisahan padatan yang tersuspensi
didalam cairan, menentukan perubahan sifat kimia fisik umpan dengan adanya
filtrasi, ion exchange serta adsorpsi dan dapat membandingkan hasil dan
melakukan pembahasan terhadap percobaan dengan variasi yang berbeda.
G.1 Pengukuran Sifat Kimia Fisik Umpan
Pada prosedur percobaan ini yang digunakan sebagai umpan yang akan
diuji adalah air sungai dan minyak goreng bekas. Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah dengan cara menimbang masing-masing umpan sebanyak 10
gram pada gelas piala 50 ml. Selanjutnya masing – masing umpan di uji
kualitasnya, pada pengujian umpan air sungai ialah meliputi pH, kadar kotoran
dan kekeruhannya.

37
Pada pengujian pH, umpan yang sudah ditimbang di ukur menggunakan
alat pH meter dengan mencelupkan pH meter ke dalam larutan umpan. Sebelum
dicelupkan pada larutan umpan, pH meter tersebut dimasukkan terlebih dahulu
kedalam larutan netral (aquades) hal ini bertujuan agar didapatkan standar dari
larutan sebelum melakukan pengukuran pada umpan, selain hal tersebut juga
bertujuan agar jika masih ada larutan-larutan lain yang tersisa dapat sekalian
dibersihkan menggunakan larutan netral tersebut dan didapatkan untuk hasil
pengukuran pH sebesar 7,1 dapat disimpulkan bahwa umpan air sungai yang
digunakan tersebut bersifat netral. Pada pengujian kadar kotoran, kertas saring
yang telah dioven selama 1 jam pada suhu 1050C dan didinginkan didalam
desikator lalu ditimbang agar diketahui berat kosongnya. Kemudian kertas saring
dipasang pada corong buchner dan dituangkan larutan umpan yang akan di uji
kadar kotorannya kedalam corong sambil menghidupkan pompa vakum yang telah
disiapkan. Setelah melakukan penyaringan, kertas saring kemudian di oven
kembali selama 1 jam dengan suhu 1050C yang bertujuan untuk menghilangkan
kadar airnya, selanjutnya di dinginkan ke dalam desikator dan ditimbang. Setelah
melakukan serangkaian proses tersebut didapatkan hasil untuk kadar kotoran pada
umpan air sungai sebesar 0,15%. Pada pengujian kekeruhan dari umpan air sungai
menggunakan turbimeter, umpan dimasukkan kewadah/ tabung. Sebelum wadah
yang berisi umpan dimasukkan ke dalam alat ukur, dimasukkan terlebih dahulu
wadah/tabung yang berisi blangko(aquades) untuk mendapatkan larutan standar
nya terlebih dahulu, kemudian sampel umpan dimasukkan kedalam alat
pengukuran. Setelah melakukan serangkaian pengukuran didapatkan hasil dari
angka kekeruhan yang muncul pada alat turbimeter sebesar 423 NTU.
Untuk pengukuran sifat fisik larutan umpan minyak goreng bekas,
serangkaian prosedur yang digunakan sama dengan pengukuran sifat fisik larutan
umpan air sungai. Hanya saja pada pengukuran/penentuan warna dari minyak
goreng bekas tersebut dapat dilihat secara langsung. Dari serangkaian prosedur
yang sudah dilakukan didapatkan untuk pH dari minyak goreng bekas sebesar 6,4.
Hal ini menandakan bahwa minyak goreng tersebut bersifat asam. Pada

38
pengukuran kadar kotoran didapatkan hasil sebesar 0,69%. Sedangkan warna pada
minyak goreng bekas tersebut adalah keruh kekuningan.

Gambar 1. Minyak Jelantah


G.2 Filtrasi dan Ion Exchange
Sebelum melakukan percobaan filtrasi dan ion exchange, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memasang alat filtrasi yang akan digunakan dengan
benar dan lengkap. Selanjutnya ditimbang masing-masing zeolit sebanyak 50 gr,
100 gr dan 150 gr didalam wadah yang sudah disiapkan. Setelah selesai
melakukan penimbangan, media filter berupa zeolit tersebut dimasukkan ke
dalam alat filtrasi sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
Kemudian lewatkan umpan air sungai sebanyak 1 liter ke dalam masing-
masing kolom filtrasi. Umpan air sungai keluaran dari kolom tersebut ditampung
pada gelas piala 1000 ml. Setelah air sungai yang ada pada masing-masing kolom
habis mengalir pada penampungan, selanjutnya di uji kualitasnya yang meliputi
pengujian pH, kotoran dan kekeruhan.
Pada pengujian pH, air sungai keluaran dari masing-masing kolom filtrasi
dengan berat zeolit yang bervariasi di ukur kadar pHnya mengguakan pH meter.
dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam masing-masing air sungai yang
dihasilkan dari proses filtrasi menggunakan media zeolit. Sebelum dicelupkan
pada larutan umpan, pH meter tersebut dimasukkan terlebih dahulu kedalam
larutan netral (aquades) hal ini bertujuan agar didapatkan standar dari larutan
sebelum melakukan pengukuran pada umpan air sungai, selain hal tersebut juga
bertujuan agar jika masih ada larutan-larutan lain yang tersisa dapat sekalian
dibersihkan menggunakan larutan netral tersebut dan didapatkan untuk hasil

39
pengukuran pH air sungai pada zeolit dengan berat 50 gr sebesar 7,4, zeolit 100
gr sebesar 7,5 dan zeolit 150 gr sebesar 7,9. Maka dapat disimpulkan bahwa
ketiga umpan air sungai yang dihasilkan dari proses filtrasi tersebut bersifat netral.
Pada pengujian kadar kotoran, kertas saring yang telah dioven selama 1
jam pada suhu 1050C dan didinginkan didalam desikator lalu ditimbang agar
diketahui berat kosongnya sesuai masing-masing berat zeolit yang sudah
digunakan, untuk berat zeolit 50 gr didapatkan berat kertas kosong sebesar 0,1080
gr, zeolit 100 gr sebesar 0,1962 gr dan zeolit 150 gr sebesar 0,1048 gr. Selain
menimbang masing-masing kertas kosong, ditimbang juga untuk masing-masing
sampel umpan air sungai yang akan diuji kadar kotorannya. Untuk berat zeolit 50
gram ditimbang sampel air sungai sebanyak 108,26 gr, zeolit 100 gr sebesar
100,27 gr dan zeolit 150 gr sebanyak 102,01 gr. Kemudian kertas saring dipasang
pada corong buchner dan dituangkan larutan sampel yang akan di uji kadar
kotorannya kedalam corong sambil menghidupkan pompa vakum yang telah
disiapkan. Setelah melakukan penyaringan, masing-masing kertas saring
kemudian di oven kembali selama 1 jam dengan suhu 1050C yang bertujuan untuk
menghilangkan kadar airnya, selanjutnya di dinginkan ke dalam desikator dan
ditimbang. Setelah melakukan serangkaian proses tersebut didapatkan hasil untuk
kadar kotoran pada sampel air sungai dengan penggunaan zeolit 50 gr sebesar
4,61%, zeolit 100 gr sebesar 2,99% dan zeolit 150 gr sebesar 1,96%.
Hubungan antara massa media filter yang digunakan dengan kualitas air
sungai yang dihasilkan dapat disajikan pada grafik berikut:

40
Hubungan antara massa filter dengan kualitas
air
5,00%
4,61%
4,00%
Kadar Kotoran
3,00% 2,99%

2,00% 1,96%

1,00%

0,00%
Zeolit 50 gr Zeolit 100 gr Zeolit 150 gr
Massa filter

Dari grafik data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak media
filter yang digunakan maka kadar kotoran yang dapat disaring akan semakin
banyak pula, dengan demikian kualitas air yang didapatkan juga akan semakin
baik.
G.3 Filtrasi dan Adsorpsi
Pada prosedur percobaan filtrasi dan adsorpsi, langkah awal yang
dilakukan ialah dengan menimbang masing-masing 50 gram minyak jelantah
didalam gelas piala 100 ml yang telah diberi label untuk berbagai absorben yang
akan digunakan yaitu zeolit, karbon aktif dan bleacing earth. Selanjutnya
panaskan masing-masing gelas piala berisi minyak jelantah dengan suhu 1200C
diatas hot plate, pemanasan tersebut bertujuan agar lemak-lemak yang mungkin
mengeras/ membeku dapat cair dengan sempurna dan untuk mempercepat proses
adsorpsi setelah penambahan adsorben. Kemudian adsorben ditambahkan ke
dalam gelas piala yang sudah diberi label sebanyak 4% dari jumlah minyak
jelantah yang digunakan dan dilanjutkan pemanasan selama 30 menit sambil
sesekali dilakukan pengadukan menggunakan spatula. Selanjutnya dinginkan
terlebih dahulu minyak jelantah yang sudah dipanaskan hingga suhu benar-benar
sudah menurun. Saring masing-masing minyak jelantah menggunakan kertas
saring biasa dengan bantuan pompa vakum dan corong buncher, penyaringan
bertujuan untuk memisahkan antara adsorben dengan minyak jelantah hasil proses

41
adsorpsi. Kemudian tuang kembali minyak hasil penyaringan ke dalam gelas piala
yang sudah disiapkan untuk di uji kualitasnya yang meliputi kadar pH, kadar
kotoran dan warna minyak jelantah yang dihasilkan dari proses tersebut.
Pada pengujian pH, masing-masing minyak jelantah yang dihasilkan dari
proses penyaringan di ukur pHnya menggunakan kertas lakmus. Dari hasil
pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil untuk pH dari minyak jelantah yang
menggunakan adsorben zeolit sebesar 5, adsorben bleacing earth sebesar 6 dan
adsorben karbon aktif sebesar 6. Dengan demikian minyak goreng yang dihasilkan
dari proses adsorspi masing-masing adsorben yang berbeda masih bersifat asam.
Untuk pengujian warna, masing-masing dari minyak goreng jelantah hasil
adsorpsi dengan berbagai adsorben yang digunakan dapat dilihat dari
penampakan warnanya sebagai berikut:

Gambar 2. Adsorben Bleaching Earth

Gambar 3. Adsorben Zeolit

42
Gambar 4. Adsorben Karbon Aktif
Pada pengujian kadar kotoran, hasil minyak jelantah dari masing-masing
adsorben yang dihasilkan ditimbang terlebih dahulu sebagai sampel . Untuk
adsorben Zeolit didapatkan dari hasil penimbangan sebesar 5,0130 gr, adsorben
karbon aktif sebesar 5,0123 gr dan adsorben bleacing earth sebesar 5,0018 gr.
Sebelum melakukan penyaringan, kertas saring kosong dioven terlebih dahulu
dengan suhu 1050 C selama 30 menit kemudian ditimbang untuk mencari berat
bersih masing-masing kertas kosong yang akan digunakan. Kemudian kertas
saring dipasang pada corong buchner dan dituangkan larutan sampel (minyak
jelantah) yang akan di uji kadar kotorannya kedalam corong sambil
menghidupkan pompa vakum yang telah disiapkan. Setelah melakukan
penyaringan, masing-masing kertas saring kemudian di oven kembali selama 1
jam dengan suhu 1050C yang bertujuan untuk menghilangkan kadar airnya,
selanjutnya di dinginkan ke dalam desikator dan ditimbang. Setelah melakukan
serangkaian proses tersebut didapatkan hasil untuk kadar kotoran pada minyak
jelantah dengan penggunaan adsorben zeolit sebesar 0,65% , adsorben bleaching
earth sebesar 0,72% dan adsorben karbon aktif sebesar 0,51%.
Hubungan antara jenis adsorben yang digunakan dengan kualitas
minyak yang dihasilkan dapat disajikan pada grafik berikut:

43
Hubungan antara jenis adsorben dengan
kualitas minyak
1,00%

0,80%
Kadar Kotoran 0,72%
0,65%
0,60%
0,51%
0,40%

0,20%

0,00%
Zeolit Bleacing Karbon Aktif
Earth
Adsorben

Dari grafik data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penggunaan


adsorben karbon aktif kadar kotoran yang dihasilkan dari proses adsorbansi lebih
sedikit yaitu sebanyak 0,51% dibandingkan penggunaan absorben bleacing earth
yaitu sebesar 0,72% dan penggunaan adsorben zeolit yaitu sebesar 0,65%. Dengan
demikian untuk memperoleh kualitas minyak yang baik harus menggunakan
adsorben berupa karbon aktif pada proses adsorbansi minyak goreng bekas.
Pertanyaan
1. Apa perbedaan filtrasi, adsorpsi dan ion exchange?
Jawab: Filtrasi adalah proses pemisahan yang bertujuan memisahkan
padatan dari campuran fasa cair dengan driving force perbedaan tekanan sehingga
mendorong fasa cair melewati lapisan supprot pada medium filter. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat
pada suatu padatan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Ion exchange merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam
larutan, untuk dipindahkan kedalam media padat yang disebut dengan media
penukar ion, dimana media penukar ion melepaskan ion lain kedalam larutan.

2. Sebutkan aplikasi pemisahan dalam industri

44
Jawab: Pada industri kelapa sawit, aplilkasi pemisahan menggunakan
kolom atau tabung ion exchange untuk bahan boiler (boiler feed water) dan sistem
pendinginan (cooling system) akan meningkatkan efisiensi kedua sistem peralatan
tersebut dengan cara membebaskan pipa-pipa saluran air dan uap pada sistem
tersebut dari karat dan endapan yang mengganggu sehingga dapat menimbulkan
kebocoran maupun tersumbatnya saluran pada kedua sistem tersebut.

3. Jelaskan hubungan antara hubungan massa media filter (zeolit) terhadap


perubahan sifat kimia fisik air sungai setelah melalui proses filtrasi.
Jawab: Semakin banyak massa media filter (zeolit) yang digunakan maka
kadar kotoran pada air sungai yang dapat disaring akan semakin banyak pula,
dengan demikian kualitas air yang didapatkan dari proses filtrasi juga akan
semakin baik.

4. Jelaskan pengaruh jenis adsorben terhadap kualitas minyak goreng bekas


setelah melalui proses adsorpsi.
Jawab: Penggunaan karbon aktif sebagai adsorben pada proses adsorbansi
dengan minyak jelantah sebagai sampel bahan, kadar kotoran yang dihasikan lebih
sedikit dibandingkan penggunaan absorben bleacing earth dan penggunaan
adsorben zeolit. Dengan demikian untuk memperoleh kualitas minyak yang lebih
baik harus menggunakan adsorben berupa karbon aktif pada proses adsorbansi
minyak goreng bekas.

H. Kesimpulan dan Saran


H.1 Kesimpulan
1. Senyawa biner adalah senyawa yang merupakan gabungan dua unur kimia
dan terbentuk ketika dua unur yang berbeda berikatan atu sama lain. Pada
proses pemisahan senyawa biner, umpan yang digunakan yaitu adalah air
sungai dan minyak goreng bekas dan pengujian sifat fisik kimia kedua umpan
tersebut meliputi uji pH, kadar kotoran, kekeruhan serta warnanya.

45
2. Praktikan telah melakukan percobaan filtrasi, adsorpsi dan ion exchange
berdasarkan instruksi kerja pada modul yang telah diberikan, serta memahami
serangkaian proses pada masing-masing percobaan dan pengumpulan data
yang diperoleh.
H.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan praktikan yaitu:
1. Sebelum melakukan serangkaian percobaan, hendaknya praktikan memahami
terlebih dahulu dari masing-masing prosedur percobaan yang akan
dilakukan.
2. Praktikan hendaknya memerhatikan penimbangan serta pengukuran bahan
yang dibutuhkan agar tidak berpengaruh pada hasil yang akan didapatkan.
3. Teliti dalam mengumpulkan data agar tidak terjadi kesalahan saat
memasukkan data dalam laporan pengamatan.
4. Berhati-hati saat melakukan kegiatan percobaan, selain mengingat peralatan
yang digunakan mudah pecah serta menghindari hal-hal yang tidak diingikan
dalam laboratorium.

46
SENTRIFUGASI
A. Pendahuluan
Secara umum sentrifugasi adalah proses pemisahan dengan menggunakan
gaya sentrifugal sebagai driving force. Pemisahan dapat dilakukan terhadap fasa
padat cair tersuspensi maupun campuran berfasa cair-cair. Pada pemisahan dua
fasa cair dapat dilakukan apabila kedua cairan mempunyai perbedaan rapat massa.
Semakin besar perbedaan rapat massa dari kedua cairan semakin mudah
dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Semakin mudah dipisahkan yang dimaksud
adalah semakin kecil energi yang diperlukan untuk proses pemisahannya.
Dua cairan yang dipisahkan dengan metode sentrifugasi biasanya
berbentuk dua fasa cair yang teremulsi. Pemisahan paling sering kita jumpai
dalam industri adalah pemisahan lemak yang terdapat dalam susu full cream.
Dengan sentrifugasi dipisahkan lemaknya sehingga diperoleh susu skim, susu
dengan kadar lemak yang rendah, yaitu berkisar ±3% berat.
Dalam keperluan lain operasi sentrifugasi juga dapat berfungsi ganda,
yaitu sebagai pemisahan untuk campuran maupun sebagai operasi yang membantu
proses pengeringan bahan. Fungsi pengeringan utamanya biasanya adalah adanya
tarikan udara vakum atau suhu yang agak tinggi.
Gaya sentrifugasi gaya yang terjadi akibat adanya putaran, arah gayanya
adalah dari titik pusat putaran keluar menuju jari-jari luar. Pemisahan
menggunakan gaya ini pada penerapannya biasanya dikenakan pada pemisahan
fasa padat dengan fasa cair yang tercampur. Pemisahan menggunakan gaya ini
dilakukan apabila perbedaan densitas antara kedua fasa tidak terlalu besar, bisa
dalam bentuk campuran tersuspensi, sehingga pemisahan dengan grafitasi sukar
dilakukan.
Pemisahan antara dua fasa cair yang membentuk emulsi juga dapat
dilakukan dengan cara pemberian gaya sentrifugal. Gaya ini berfungsi ganda,
yaitu sebagai perusak sistem emulsi dan memisahkan kedua fasa cairnya.

47
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan filtrasi adalah mempelajari proses pemisahan campuran
biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan percobaan sentrifugasi.
Setelah melakukan percobaan, praktikan diharapkan dapat:
1. Memisahkan minyak dan air pada emulsi minyak dalam air (santan kelapa)
2. Mengetahui pengaruh besar gaya sentrifugal, terhadap perbandingan volume
perolehan fasa ringan dan berat.
3. Mengetahui pengaruh besar gaya sentrifugal, terhadap tingkat pemisahan.
4. Mengetahui tingkat pemisahan yang dilakukan satu tahap dengan dua tahap
pada operasi pemisahan dua fasa cair dengan peralatan sentrifugasi.

C. Alat dan Bahan


C.1 Alat
1. Satu set peralatan filtrasi sederhana
2. Beaker plastik 2.000 ml
3. Piknometer
4. Gelas kimia
5. Timbangan analitik
6. Penggaris
C.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah
1. Santan Kelapa
2. CaCO3

D. Prosedur Percobaan
1. Sentrifuge dibersihkan bagian-bagiannya
2. Larutan CaCO3 20% dan santan kelapa sebanyak 1 liter disiapkan.
3. Bahan baku santan atau CaCO3 20% dimasukkan ke tabung sentrifugasi untuk
dipisahkan.
4. Hidupkan sentrifuge sesuai dengan variasi kecepatan dan waktu yang telah
ditentukan.

48
5. Setelah terdapat dua lapisan maka dipisahkan antara fasa ringan dan fasa
berat kemudian diukur volumnya masing-masing.
6. Lakukan berulang untuk variasi kecepatan dan waktu yang lainnya.

E. Data Pengamatan
E.1 Larutan CaCO3
Kecepatan putar 1: 1000 rpm
No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 4,25 cm 3,75 cm
2. 5 4,20 cm 3,80 cm
3. 10 4,10 cm 3,90 cm

Kecepatan putar 1: 1500 rpm


No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 5,40 cm 2,60 cm
2. 5 5,40 cm 2,60 cm
3. 10 4,70 cm 3,30 cm

Kecepatan putar 1: 2000 rpm


No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 5,00 cm 3,00 cm
2. 5 5,00 cm 3,00 cm
3. 10 4,90 cm 3,10 cm

E.2 Santan Kelapa


Kecepatan putar 1: 1000 rpm
No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 5,00 cm 3,00 cm
2. 5 4,80 cm 3,20 cm
3. 10 4,70 cm 3,30 cm

Kecepatan putar 1: 1500 rpm


No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 5,30 cm 2,70 cm
2. 5 5,00 cm 3,00 cm
3. 10 4,20 cm 3,80 cm

49
Kecepatan putar 1: 2000 rpm
No Waktu (menit) Light Phase (ml) Heavy Phase (ml)
1. 2 4,70 cm 3,30 cm
2. 5 4,00 cm 4,00 cm
3. 10 4,00 cm 4,00 cm

F. Hasil dan Pembahasan


Praktikum satuan operasi 2 kali ini bertujuan untuk mempelajari proses
pemisahan campuran biner dan memperoleh keterampilan dalam melakukan
percobaan sentrifugasi. Setelah melakukan percobaan ini praktikan juga
diharapkan dapat memisahkan minyak dan air pada emulsi minyak dalam air
(santan kelapa), mengetahui pengaruh besar gaya sentrifugal terhadap
perbandingan volume perolehan fasa ringan dan berat, mengetahui pengaruh gaya
sentrifugal terhadap tingkat pemisahan dan mengetahui tingkat pemisahan yang
dilakukan satu tahap dengan dua tahap pada operasi pemisahan fasa cair dengan
peralatan sentrifugasi.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini ialah membersihkan
terlebih dahulu bagian-bagian sentrifuge maupun tabung-tabungnya
menggunakan tissu agar tidak ada kotoran-kotoran yang tersisa didalamnya.
Selanjutnya larutan CaCO3 20% dan santan kelapa disiapkan sebanyak 1 liter.
Setelah selesai menyiapkan bahan baku larutan CaCO3 20% dan santan kelapa,
kemudian bahan baku tersebut dimasukkan kedalam masing-masing tabung yang
sudah disiapkan untuk dilakukan proses pemisahan menggunakan alat
sentrifugasi. Bahan baku yang dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
disamakan semua tingginya agar memudahkan dalam melakukan pengukuran
menggunakan setalah dilakukan sentrifugasi. Hidupkan sentrifuge sesuai dengan
variasi kecapatan dan waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya setelah terdapat
dua lapisan maka dipisahkan antara fasa ringan (light phase) dengan fasa berat
(heavy phase) kemudian ukur volume atau tinggi fasa yang dihasilkan
menggunakan penggaris. Selanjutnya lakukan berulang-ulang untuk variasi
kecepatan dan waktu yang sudah ditentukan.

50
Pada larutan CaCO3 dengan kecepatan putar 1000 rpm untuk waktu putar
selama 2 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 4,25 cm dan fasa gelap
sebesar 3,75 cm, untuk waktu putar selama 5 menit di dapatkan hasil untuk fasa
ringan sebesar 4,20 cm dan fasa gelap sebesar 3,80 cm dan untuk waktu putar
selama 10 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 4,10 cm dan fasa
gelap sebesar 3,90 cm. Pada kecepatan putar 1500 rpm untuk waktu putar selama
2 menit dihasilkan untuk fasa ringan sebesar 5,40 cm dan fasa gelap sebesar 2,60
cm, untuk waktu putar 5 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 5,40 cm
dan 2,60 cm dan untuk waktu putar selama 10 menit didapatkan hasil untuk fasa
ringan sebesar 4,70 cm dan fasa berat sebesar 3,30 cm. Selanjutnya pada
kecepatan putar 2000 rpm untuk waktu putar selama 2 menit didapatkan hasil
untuk fasa ringan sebesar 5,00 cm dan fasa berat sebesar 3,00 cm, untuk waktu
putar selama 5 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 5,00 cm dan fasa
ringan sebesar 3,10 cm dan waktu putar 10 menit didapatkan untuk fasa ringan
sebesar 4,90 cm dan fasa gelap sebesar 3,10 cm.
Pada sampel bahan baku santan kelapa, dengan kecepatan putar 1000 rpm
untuk waktu putar selama 2 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 5,00
cm dan fasa gelap sebesar 3,00 cm, untuk waktu putar selama 5 menit di dapatkan
hasil untuk fasa ringan sebesar 4,80 cm dan fasa gelap sebesar 3,20 cm dan untuk
waktu putar selama 10 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 4,70 cm
dan fasa gelap sebesar 3,30 cm. Pada kecepatan putar 1500 rpm untuk waktu putar
selama 2 menit dihasilkan untuk fasa ringan sebesar 5,30 cm dan fasa gelap
sebesar 2,70 cm, untuk waktu putar 5 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan
sebesar 5,00 cm dan 3,00 cm dan untuk waktu putar selama 10 menit didapatkan
hasil untuk fasa ringan sebesar 4,20 cm dan fasa berat sebesar 3,80 cm.
Selanjutnya pada kecepatan putar 2000 rpm untuk waktu putar selama 2 menit
didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar 4,70 cm dan fasa berat sebesar 3,30
cm, untuk waktu putar selama 5 menit didapatkan hasil untuk fasa ringan sebesar
4,00 cm dan fasa ringan sebesar 4,00 cm dan waktu putar 10 menit didapatkan
untuk fasa ringan sebesar 4,00 cm dan fasa gelap sebesar 4,00 cm.

51
Hubungan antara light phase (fasa ringan) terhadap waktu dan hubungan
antara light phase (fasa ringan) terhadap kecepatan putar dapat disajikan pada
beberapa grafik sebagai berikut:

5 5 4,8
4,5 4,7 CaCO3
4,25 4,2 4,1
Light Phase (cm)

4 Santan Kelapa
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2 menit 5 menit 10 menit
Waktu

Grafik 1. Hubungan antara light phase terhadap waktu dan terhadap


kecepatan putar (1000 rpm)

6
5,4
5,3 5,4 CaCO3
Light Phase (cm)

5 5 4,9
4,2 Santan Kelapa
4
3
2
1
0
2 menit 5 menit 10 menit
Waktu

Grafik 2. Hubungan antara light phase terhadap waktu dan terhadap


kecepatan putar (1500 rpm)

52
5 5 5 4,9
4,5 4,7 CaCO3

Light Phase (cm)


4 4 4 Santan Kelapa
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
2 menit 5 menit 10 menit
Waktu

Grafik 3. Hubungan antara light phase terhadap waktu dan terhadap


kecepatan putar (2000 rpm)

Berdasarkan masing-masing grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa pada


hubungan antara light phase terhadap waktu putaran adalah semakin lama waktu
yang digunakan saat proses sentrifugasi maka hasil besaran volume dari light
phase akan semakin menurun dan pada hubungan antara light phase terhadap
kecepatan putar adalah semakin besar kecepatan putaran yang digunakan pada
proses sentrifugasi maka hasil besaran volume dari light phase akan semakin
menurun.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan sentrifugasi?
Jawab: Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk
sedimentasi campuran dengan menggunakan mesin sentrifuge atau pemusing.

2. Sebutkan aplikasi pemisahan tersebut dalam industri.


Jawab: Dalam bidang industri makanan, pemisahan yang biasa dilakukan adalah
pemisahan pada lemak yang terdapat pada susu full cream. Dengan sentrifugasi
dipisahkan lemaknya sehingga diperoleh susu skim, susu dengan kadar lemak
yang rendah yaitu berkisar antara ±3% berat.

53
3. Jelaskan hubungan antara volume light phase terhadap waktu sentrifugasi.
Jawab: Semakin lama waktu yang digunakan saat proses sentrifugasi maka
hasil besaran volume dari light phase akan semakin menurun.

4. Jelaskan pengaruh kecepatan putar sentrifugasi terhadap perolehan light


phase.
Jawab: Semakin besar kecepatan putaran yang digunakan pada proses
sentrifugasi maka hasil besaran volume dari light phase akan semakin menurun.

G. Kesimpulan dan Saran


G.1 Kesimpulan
Praktikan telah melakukan pemisahan minyak dan air pada emulsi minyak
dalam air (santan kelapa) serta mengetahui pengaruh besar gaya sentrufigal
terhadap perbandingan volume perolehan fasa ringan dan berat. Didapatkan hasil
hubungan antara volume fasa ringan terhadap waktu sentrifugasi yaitu semakin
lama waktu yang digunakan saat proses sentrifugasi maka hasil dari besaran
volume light phase akan semakin menurun dan hubungan antara pengaruh
kecepatan putar sentrifugasi terhadap perolehan light phase yaitu semakin besar
kecepatan putaran yang digunakan pada proses sentrifugasi maka hasil besaran
volume dari light phase akan semakin menurun.

G.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan praktikan yaitu:
1. Praktikan hendaknya memerhatikan waktu dan masing-masing kecepatan
yang sudah ditentukan dalam melakukan proses pemisahan.
2. Melakukan pengukuran dengan benar saat mengukur hasil dari light phase
maupun heavy phase.
3. Berhati-hati saat melakukan kegitan didalam laboratorium guna menghindari
kerusakan alat-alat yang digunakan.

54
55

Anda mungkin juga menyukai