Anda di halaman 1dari 23

ELASTISITAS

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Eksperimen Fisika Dasar 1


yang diampu oleh Dra. Hj. Heni Rusnayati, M.Si.

disusun oleh
Rima Putri Febriana (1505009)
Teman sekelompok:
1. Andini Eka Putri (1501426)
2. Uswatun Hasanah (1503485)

Hari/Tanggal: Senin/29 Februari 2016


Suhu (°C) Tekanan (cmHg)
Sebelum 25 ± 0,25 68,8±0,005
Sesudah 25 ± 0,25 68,8±0,005

LABORATORIUM FISIKA DASAR


DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
A. JUDUL: Elastisitas

B. TUJUAN
Menentukan modulus young (E) batang logam besi, tembaga, dan
kuningan dengan menggunakan metode pengukuran tunggal dan berulang.

C. DASAR TEORI
Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awal segera
setelah gaya yang mengenai benda tersebut dihilangkan. Benda yang dapat
kembali ke bentuk semula setelah gaya yang mengenainya dihilangkan disebut
benda elastis. Sebaliknya, benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula
setelah gaya yang mengenainya dihilangkan disebut benda plastis.
Besaran-besaran yang berhubungan dengan sifat elastisitas benda antara
lain tegangan dan regangan
Tegangan pada objek didefinisikan oleh F/A, dimana F merupakan
magnitude gaya yang diterapkan secara tegak lurus terhadap area A pada objek.
Regangan atau deformasi unit adalah kuantitas tanpa dimensi , perubahan
dalam nilai pecahan (atau kadang-kadang dalam presentase) mengubah panjang
sampel. Jika sampel merupakan sebuah batang panjang dan tegangan tidak
melebihi kekuatan hasilnya, maka tidak hanya batang secara keseluruhan, namun
juga setiap bagiannya akan mengalami regangan yang sama ketika tegangan
diberikan. Karena regangan tidak memiliki dimensi, maka modulus dalam
persamaan tegangan = modulus × regangan memiliki dimensi yang sama
dengan tegangannya yaitu gaya per unit luas.
Modulus untuk tegangan tarik dan kompresi dinamakan modulus Young
dan dinyatakan dengan symbol E. Persamaan menjadi

Meskipun modulus Young untuk sebuah objek mungkin hampir sama untuk
regangan dan tegangan, kekuatan akhir objek mungkin berbeda sekali untuk kedua
tipe tegangan.
Berikut ini disajikan nilai modulus Young beberapa bahan.
Bahan Modulus Young
Kuningan 0,91 × 1011 N/m2
Tembaga 1,1 × 1011 N/m2
Besi 1,9 × 1011 N/m2

Modulus Young dengan alat elastisitas didapatkan:

Dengan:
L = jarak antara penumpu dengan batang uji
M = massa beban gantung
g = percepatan gravitasi
a = tebal batang uji
b = lebar batang uji
e = penyimpangan titik tengah batang uji dari titik seimbangnya, ketika diberi
beban M
e (penyimpangan titik tengah batang uji dari titik seimbangnya, ketika diberi
beban M)

Dengan:
Z = jarak tegak lurus antara kaki-kaki cermin datar.
= penyimpangan skala yang terbaca melalui teleskop ketika batang diberi
beban
x = jarak antar meteran skala ke cermin datar

D. ALAT DAN BAHAN


1. Satu unit teleskop yang digunakan untuk melihat skala yang ditunjukan
oleh penggaris.
2. Satu unit cermin kaki tiga yang digunakan untuk melihat bayangan skala
yang ditunjukan oleh penggaris.
3. Tujuh buah beban yang digunakan untuk memberikan gaya terhadap
logam.
4. Satu unit jangka sorong digunakan untuk mengukur tebal dan lebar logam
batang besi, tembaga, dan kuningan.
5. Satu buah meteran gulung yang digunakan untuk mengukur panjang x
6. Penggaris yang digunakan untuk melihat skala dalam menentukan
7. Gantungan beban yang digunakan untuk menyangga beban yang
digantungkan pada logam
8. Dua batang logam besi
9. Dua batang logam tembaga
10. Dua batang logam kuningan
11. Satu set elastic
12. Statif dan capit statif
13. Neraca untuk mengukur massa beban

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukur ketebalan batang (a) dan lebar (b) dari batang uji untuk setiap bahan
yang tersedia dengan menggunakan jangka sorong.
2. Ukur jarak kaki tiga cermin (c,d).
3. Atur susunan alat yang tersedia
4. Ukur jarak antara kedua penumpu batang uji (L).
5. Pasang teleskop pada jarak tertentu yang cukup jauh dari cermin datar (±
2m). Rangkailah sketsa peralatan
6. Atur posisi dan arah teleskop sedemikian rupa sehingga bayangan meteran
skala pada cermin dapat dilihat jelas melalui teleskop, lalu catat skala yang
ditunjukkan oleh tanda silang (koordinat (0,0) pada teleskop beri nama yo.
(langkah ini dilakukan sebelum batang mendapat beban M).
7. Beri beban gantung pada batang , catat massa beban gantung tersebut (M),
kemudian melalui teleskop amati nilai skala yang ditunjukkan oleh tanda
silang pada teleskop (koordinat(0,0)) saat ini beri harga indeks yi.8.
Berikan tambahan beban gantung, dan lakukan langkah ke-7 untuk semua
beban gantung yang tersedia.
8. Kurangi beban satu demi satu, kemudian catat kedudukan skala yang
tampak pada koordinat teleskop (0,0).
9. Lakukan langkah pertama hingga kesembilan untuk batang uji yang
berbeda (besi dan kuningan).

F. DATA
Cermin Datar
d = (3,1 ± 0,05) cm = (0,031 ± 0,0005)m
c = (4 ± 0,05) cm = (0,04 ± 0,0005)m
Z= (2,4 ± 0,05) cm= (0,024 ± 0,0005)m
I. Besi
a = (0,5 ± 0,005) cm = (0,005 ± 0,00005) m
b = (1,61 ± 0,005) cm = (0,0161 ± 0,00005) m
x = (195± 0,05) cm = (1,95 ± 0,0005) m
L = (40± 0,05) cm = (0,40 ± 0,0005) m
yo = (126 ± 0,5) mm = (0,126 ± 0,0005) m

Tabel Penambahan Beban Tabel Pengurangan Beban


M y1 y1 M y2 y2
No No
(kg) (m) (m) (kg) (m) (m)
1 0,20130 0,107 0,019 1 1,40892 0,030 0,013
2 0,40252 0,094 0,013 2 1,20762 0,043 0,012
3 0,60376 0,081 0,013 3 1,0064 0,055 0,013
4 0,80512 0,069 0,012 4 0,80512 0,068 0,011
5 1,0064 0,056 0,013 5 0,60376 0,081 0,013
6 1,20762 0,043 0,013 6 0,40252 0,094 0,013
7 1,40892 0,030 0,013 7 0,20130 0,107 0,019
II. Tembaga

a = (0,5 ± 0,005) cm = (0,005 ± 0,00005) m


b = (1,6 ± 0,005) cm = (0,016 ± 0,00005) m
x = (195± 0,05) cm = (1,95± 0,0005) m
L = (40 ± 0,05) cm = (0,40 ± 0,0005) m
yo = (27 ± 0,5) mm = (0,027 ± 0,0005) m

Tabel Penambahan Beban Tabel Pengurangan Beban


M y1 y1 m y2 y2
No No
(kg) (m) (m) (kg) (m) (m)
1 0,20130 0,001 0,026 1 1,40892 0,125 0,021
2 0,40252 0,020 0,019 2 1,20762 0,104 0,021
3 0,60376 0,041 0,021 3 1,0064 0,083 0,021
4 0,80512 0,061 0,020 4 0,80512 0,062 0,020
5 1,0064 0,082 0,021 5 0,60376 0,042 0,022
6 1,20762 0,104 0,022 6 0,40252 0,020 0,020
7 1,40892 0,125 0,021 7 0,20130 0 0,027

III. Kuningan
a = (0,5 ± 0,005) cm = (0,005 ± 0,00005) m
b = (1,6 ± 0,005) cm = (0,016 ± 0,00005) m
x = (195± 0,05) cm = (1,95±0,0005) m
L = (40 ± 0,05) cm = (0,40 ± 0,0005) m
yo = (120± 0,5) mm = (0,120± 0,0005) m
Tabel Penambahan Beban Tabel Pengurangan Beban
m y1 y1 m y2 y2
No No
(kg) (m) (m) (kg) (m) (m)
1 0,20130 0,084 0,036 1 1,40892 0,082 0,026
2 0,40252 0,054 0,030 2 1,20762 0,056 0,028
3 0,60376 0,028 0,026 3 1,0064 0,028 0,028
4 0,80512 0 0,028 4 0,80512 0 0,028
5 1,0064 0,028 0,028 5 0,60376 0,028 0,027
6 1,20762 0,056 0,028 6 0,40252 0,055 0,030
7 1,40892 0,082 0,026 7 0,20130 0,085 0,035

G. PENGOLAHAN DATA

I. Besi

Pengukuran tunggal:
Data ke-1:

Data ke-2:

)
Pengukuran berulang:

M
No
(kg) (kg) (kg)
1 0,20130 0,00003
2 0,20122 0,00005 25
3 0,20124 0,00003
4 0,20136 0,00009 81
5 0,20128 0,00001
6 0,20122 0,00005 25
7 0,20130 0,00003 9
∑ 1,40892 159

m= =(

No
(m) (m) (m2)

1 0,019 0,005 25 × 10-6


2 0,013 0,001 1 × 10-6
3 0,013 0,001 1 × 10-6
4 0,012 0,002 4× 10-6
5 0,013 0,001 1 × 10-6
6 0,013 0,001 1 × 10-6
7 0,013 0,001 1 × 10-6
∑ 0,096 34 × 10-6

No
(m) (m) (m2)

1 0,013 0 0
2 0,012 0,001 1 × 10-6
3 0,013 0 0
4 0,011 0,002 4 × 10-6
5 0,013 0 0
6 0,013 0 0
7 0,019 0,006 36 × 10-6
∑ 0,094 41 × 10-6
Data ke-1

Data ke-2
II. Tembaga

Pengukuran tunggal:

Data ke-1:

Data ke-2:

)
Pengukuran berulang:

M
No
(kg) (kg) (kg)
1 0,20130 0,00003
2 0,20122 0,00005 25
3 0,20124 0,00003
4 0,20136 0,00009 81
5 0,20128 0,00001
6 0,20122 0,00005 25
7 0,20130 0,00003 9
∑ 1,40892 159

m= =(
Data ke-1:

No
(m) (m) (m2)

1 0,026 0,005 25 × 10-6


2 0,019 0,002 4 × 10-6
3 0,021 0 0
4 0,020 0,001 1× 10-6
5 0,021 0 0
6 0,022 0,001 1× 10-6
7 0,021 0 0
∑ 0,15 31 × 10-6

Data ke-2:

No
(m) (m) (m2)

1 0,021 0,001 1 × 10-6


2 0,021 0,001 1 × 10-6
3 0,021 0,001 1 × 10-6
4 0,020 0,002 4 × 10-6
5 0,022 0 0
6 0,020 0,002 4 × 10-6
7 0,027 0,005 25 × 10-6
∑ 0,152 36× 10-6
Data ke-1
Data ke-2

III. Kuningan
Pengukuran tunggal:

Data ke-1:

)
Data ke-2:

Pengukuran berulang

M
No
(kg) (kg) (kg)
1 0,20130 0,00003
2 0,20122 0,00005 25
3 0,20124 0,00003
4 0,20136 0,00009 81
5 0,20128 0,00001
6 0,20122 0,00005 25
7 0,20130 0,00003 9
∑ 1,40892 159
m= =(

No
(m) (m) (m2)

1 0,036 0,007 49 × 10-6


2 0,030 0,001 1 × 10-6
3 0,026 0,003 9 × 10-6
4 0,028 0,001 1× 10-6
5 0,028 0,001 1 × 10-6
6 0,028 0,001 1 × 10-6
7 0,026 0,003 9 × 10-6
∑ 0,202 71 × 10-6
No
(m) (m) (m2)

1 0,026 0,003 9 × 10-6


2 0,028 0,001 1 × 10-6
3 0,028 0,002 1 × 10-6
4 0,028 0,001 1 × 10-6
5 0,027 0,002 4 × 10-6
6 0,030 0,001 1 × 10-6
7 0,035 0,006 36 × 10-6
∑ 0,202 53 × 10-6
Data ke-1

Data ke-2

H. ANALISIS DATA
Dari data yang diperoleh nilai modulus young besi dengan menggunakan
perhitungan tunggal saat beban bertambah adalah
sama dengan nilai modulus young saat beban berkurang. Serta nilai modulus
young besi dengan menggunakan perhitungan berulang adalah
saat beban semakin bertambah, dan bernilai
saat beban semakin berkurang. Sedangkan berdasarkan literatur yang
ada, nilai modulus young besi adalah 1,9× 1011 N/m2.

Berdasarkan literatur yang ada, nilai modulus young tembaga adalah 1,1 ×
1011 N/m2 . Hasil perhitungan dengan menggunakan perhitungan tunggal maupun
berulang tidak jauh berbeda dengan literatur yang ada. Nilai modulus young
tembaga dengan menggunakan perhitungan tunggal saat beban bertambah adalah
dan saat beban dikurangi, nilai modulus young
tembaga yang diperoleh adalah .
Serta nilai modulus young besi dengan menggunakan perhitungan berulang adalah
saat beban semakin bertambah, dan bernilai
0,025×1011 N/m2 saat beban semakin berkurang.

Nilai modulus young kuningan berdasarkan perhitungan tunggal adalah


saat beban semakin bertambah, dan bernilai
0,01×1011 N/m2 saat beban semakin berkurang. Sedangkan berdasarkan
perhitungan berulang nilai modulus young kuningan adalah
saat beban semakin bertambah dan bernilai
saat beban semakin berkurang, hasil perhitungan yang diperoleh tidak
jauh berbeda dengan literatur. Dalam literatur nilai modulus young kuningan
adalah 0,91 × 1011 N/m2.

Modulus elastisitas yang diperoleh dengan perhitungan manual


menggunakan metode pengukuran berulang mendekati nilai modulus elastisitas
yang tercantum dalam literatur. Namun nilai modulus young yang diperoleh tidak
tepat sama dengan literature. Hal ini disebabkan karena:

1. Kesalahan yang timbul ketika melihat ketepatan fokus teleskop terhadap


skala yang akan berpengaruh pada nilai y.
2. Pemakaian alat dalam keadaan berbeda dengan keadaan pada waktu alat
kalibrasi (suhu, tekanan, dan kelembaman udara yang berbeda).
3. Kesalahan dalam pengukuran skala awal.
4. Kesalahan ketika melakukan penimbangan massa benda
5. Keadaan ruangan seperti getaran.

I. KESIMPULAN
Perhitungan modulus elastisitas menggunakan metode pengukuran
berulang lebih teliti daripada menggunakan pengukuran tunggal.
Nilai modulus young besi adalah sebagai berikut
1) Perhitungan Tunggal:

2) Perhitungan Berulang

Nilai modulus young tembaga adalah sebagai berikut


1) Perhitungan Tunggal

2)

Nilai modulus young kuningan adalah sebagai berikut


1) Perhitungan Tunggal:

2) Perhitungan Berulang
J. DAFTAR PUSTAKA

Chasanah, R. dan Rinawan Abadi. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Semester
1. Klaten: Intan Pariwara.
Halliday, Resnick dan Walker. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

K. LAMPIRAN

Alat dan Bahan yang Digunakan

Proses Pengambilan Data

Anda mungkin juga menyukai