Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

(PENGUKURAN DAN RALAT)

(PERCOBAAN-ME1)

Nama : Mohammad Raihan Ghany

NIM : 205090301111010

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Tgl.Praktikum. : 9 Oktober 2020

Nama Asisten. : Aprilia Brillianti

LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

Nama : Mohammad Raihan Ghany

NIM. : 205090301111010

Fak/Jurusan : MIPA/FISIKA

Kelompok :V

Tgl. Praktikum : 9 Oktober 2020

Nama Asisten : Aprilia Brillianti

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah dapat digunakannya alat-alat ukur untuk
pengukuran pajang, massa, dan volume suatu benda dengan baik dan benar dan
diterapkannya teori ralat.

1.2. Dasar Teori


Ilmu pengetahuan alam dan teknik didasari dengan sebuah pengukuran dan
perbandingan. Khususnya fisika dan teknik yang membutuhkan sebuah besaran
untuk sebuah eksperimen yang dilakukan pada bidangnya masing masing. Hal-hal
rumit yang terjadi di dunia ini terjadi karena adanya hukum alam yang berlaku, yaitu
hukum-hukum fisika dan itu semua dimulai dengan pengukuran yang sederhana. Kita
butuh aturan tersendiri untuk mengetahui sebuah kuantitas atau besaran yang
sesungguhnya dari sebuah objek, misalnya para fisikawan yang berusaha untuk
membuat jam dengan akurasi waktu yang benar-benar tinggi. Tanpa adanya
pengukuran yang sederhana tadi, teknologi masa kini sangat sulit bahkan mustahil
untuk ada. Sesuatu yang besar sekalipun, pasti dimulai dengan yang kecil terlebih
dahulu (Halliday dkk, 2014)

Ilmu fisika yang kita ketahui tidak sepenuhnya merupakan hukum alam.
Semakin berkembangnya teknologi kita semua sepakat bahwa ilmu fisika adalah
ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian tak hidup secara kuantatif. Kuantatif
berarti bisa diukur atau hitung. Hal-hal yang dapat dihitung pasti melibatkan sebuah
angka. Maka dari itu untuk mendapatkan sebuah angka, kita membutuhkan sebuah
pengukuran. (Jati, 2013)

Pengukuran merupakan aspek penting dalam ilmu fisika karena ilmu tersebut
melibatkan besaran atau kuantitas, diantaranya ada besaran Panjang, waktu, massa,
suhu, tekanan, dan arus listrik. Semua pengukuran memiliki standar yang dimana hal
itu sudah disepakati oleh para ilmuan yang dimisalkan bahwa besaran Panjang adalah
meter (m). Jarak 1 meter bisa kita artikan jarak yang ditempuh oleh cahaya selama
sepersekian detik, lalu dipekuat dengan pembuktian-pembuktian lain dengan berupa
percobaan yang akhirnya kita dapat sepakat akan standar besaran tersebut. (Halliday
dkk, 2014).

Gambar 1.1 percobaan pengukuran balok kayu


menggunakan penggaris (Giancoli, 2014)

Disetiap pengukuran pasti ada yang Namanya sebuah ketidakpastian. Teori


ketidakpastian atau ralat adalah bagian penting dari ilmu fisika. Tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian diantaranya. Faktor-faktor
ketidakpastian sangat banyak mulai dari pengamat sampai ke alat. Alat harus
memiliki akurasi yang mendekati kebenaran dalam pengukuran dan itu yang menjadi
batasan pada pengukuran dikarenakan ketidakmampuan sebuah alat dalam membaca
suatu pengukuran. Sebagai contoh pada gambar 1.1, kita dapat melihat bahwa ada
ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Bisa dikatakan 8.9 cm atau 8.7 cm, meski
secara sederhana bisa kita katakan bahwa lebar balok tersebut adalah 8.8 cm, dan
yang sebenarnya tidak tepat 8.8 cm karena ada faktor alat yang memiliki tingkat
akurasi yang tidak terlalu tinggi (Giancoli, 2014)
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan di antaranya mikrometer sekrup, jangka
sorong, neraca ohaus, gelas ukur, dan beberapa benda dengan bentuk bola, silinder,
dan tidak beraturan
.2 Tata Laksana Percobaan
2.2.1 Benda Berbentuk Bola

Diukur diameter benda, diguakan alat ukur yang sesuai

Dilakukan pengukuran beberapa kali (minimal 3x) ditempat yang


berbeda agar didapatkan variasi data

Benda ditimbang untuk mendapatkan massa

Diulang Langkah diatas untuk beberapa benda uji yang disediakan


2.2.2 Benda berbentuk silinder

diameter benda diukur dengan digunakannya alat ukur Panjang yang


sesuai

Dilakuukan pengukkuran beberapa kali (minimal 3x) ditempat yang


berbeda agar didapatkannya variasi data

Panjangnya diukur dengan alat ukur yang sesuai

Benda ditimbang agar didapatkan massanya

Langkah diatas diulang untuk beberapa benda uji yang telah disediakan
.2.4 Benda berbentuk tak beraturan

Gelas ukur diisi dengan menggunakan air dengan volume tertentu

Bola dicelupkan pada gelas yang telah diisi air dan dilihat perubahan
pada volume yang terdapat pada gelas ukur

Hasil pengukuran dicatat sebagai data percobaan.


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


3.1.1 Benda Uji : Silinder (Jangka Sorong)
Ukuran Massa Panjang Diameter (m)
No
Benda (kg) (m) D1 D2 D3
1 Besar 0,22672 0,25 0,0122 0,0130 0,0125
2 Kecil 0,009 0,145 0,0030 0,0028 0,0037

3.1.2 Benda Uji : Bola (Mikrometer)


Diameter (m)
No Ukuran Benda Massa (kg)
D1 D2 D3
1 Besar 0,0192 0,0219 0,0225 0,0224
2 Kecil 0,0045 0,0050 0,0053 0,0048

3.1.3 Benda Uji : Batu (Gelas Ukur)


Volume (m3)
No Benda Massa (kg)
Awal Akhir
0,026 0,000250 0,000265
1 (Batu Besar) 0,0261 0,000250 0,000266
0,0262 0,000250 0,000267
0,0155 0,000250 0,000260
2 (Batu Kecil) 0,0157 0,000250 0,000262
0,0159 0,000250 0,000263

3.2 Perhitungan

3.2.1 Silinder

d́=
∑d
n
=
0,01256
6667 m 2
(besar) ∑ |d−d́|
=√ 2
= ( n−1 ) d́
0,00316
8,2x10-8 m (besar)
V=π ()
2
L
6667= m
= 1.2x10-7 m (kecil)
(kecil) = 3.1x10-5 L (besar)
d = ( d́ ± δd) = 1.1x10 -6
δd L (kecil)
Kr d = x 100 %
= 0,012566667 ± 8,2x10-8 m (besar) d
= 0,003166667 ± 1.2x10-8 m (kecil) = 6,5x10-6 % (besar)
= 3.5x10-5 % (kecil)
3.2.2 Bola

d́=
∑d
n
=
0,02226
6667 m
2
(besar) ∑ |d−d́| 3
=√ 4 d́
=
0,00503
( n−1 ) V= π()
3 2
-8
3334 m= 5,2x10 m (besar) = 5,8x10-6 L (besar)
-8
(kecil) = 3,2x10 m (kecil) = 6.7x10 -8
δd L (kecil)
Kr d = x 100 %
d = ( d́ ± δd) d
= 0,022266667± 5,2x10-8 m (besar) = 2.3x10-6 % (besar)
= 0,005033334 ± 3,2x10-8 m (kecil) = 6.3x10-6 % (kecil)

3.2.3 Batu

V́ =
∑v V = ( V́ ± δV )
n
= 0,000016 ± 5x10-13 m3 ( besar)
= 0,000016 m3 (besar) = 1,2x105 ± 1.2x10-12 m3 (kecil)
= 1,2x10-5 m3 (kecil)

δV =√
∑ ¿V −V́ ∨²
(n−1)
= 5x10-13 m3 ( besar)
= 1.2x10-12 m3 (kecil)

δv
Kr V = x 100 %

= 3.12x10-8 % (besar)
= 1x10-7 % (kecil)
3.2.4 Silinder Besar
2
No d (m) |d −d́|(m)
1 0,012566667 ± 8,2x10-8 m 1,3x10 m -7

2 0,012566667 ± 8,2x10-8 m 1,9x10-7 m


3 0,012566667 ± 8,2x10-8 m 4,4x10-9 m

3.2.5 Silinder Kecil


2
No d (m) |d −d́|(m)
1 0,003166667 ± 1.2x10-8 m 2,8x10 m -8

2 0,003166667 ± 1.2x10-8 m 1,3x10-7 m


3 0,003166667 ± 1.2x10-8 m 2.8x10-7 m

3.2.6 Bola Besar


2
No d (m) |d −d́|(m)
-7
1 0,022266667± 5,2x10-8 m 1,3x10 m
2 0,022266667± 5,2x10-8 m 5,4x10-8 m
3 0,022266667± 5,2x10-8 m 1,8x10-8 m

3.2.7 Bola Kecil


2
No d (m) |d −d́|(m)
1 0,005033334 ± 3,2x10-8 m 1,1x10 m -9

2 0,005033334 ± 3,2x10-8 m 7,1x10-8 m


3 0,005033334 ± 3,2x10-8 m 5,4x10-8 m

3.2.8 Batu Besar


2
No V (m3) |V −V́ | (m3)
1 0,000016 ± 5x10-13 m3 1x10-12 m3
2 0,000016 ± 5x10-13 m3 0 m3
3 0,000016 ± 5x10-13 m3 1x10-12 m3

3.2.9 Batu Kecil


2
No V (m3) |V −V́ | (m3)
1 1,2x105 ± 1.2x10-12 m3 2,8x10-12 m3
2 1,2x105 ± 1.2x10-12 m3 1,1x10-13 m3
3 1,2x105 ± 1.2x10-12 m3 1,8x10-12 m3
.3 Pembahasan
3.3.1 Analisis Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat


Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai pengukuran dan ralat terdiri
dari mikometer sekrup, jangka sorong, neraca ohaus, dan gelas ukur. Neraca ohaus
digunakan untuk menimbang masing-masing benda. Jangka sorong dan mikrometer
digunakan untuk mengukur diameter dari silinder dan bola, masing-masing memiliki
tingkat kepresisian yang berbeda. Tingkat kepresisian untuk jangka sorong yaitu 0.1
mm, dan untuk tingkat kepresisian pada mikrometer sekrup mencapai 0.01 mm. Dan
terakhir gelas ukur yang telah diisi air digunakan untuk mengukur volume pada benda
yang tidak beraturan. Setelah tahap pengukuran selesai dilaksanakan, data yang
diperoleh ditulis di data percobaan untuk selanjutnya dihitung agar dapat diketahui
koefisien ralatnya.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan


Sebelum dimulainya praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan nanti saat
praktikum terlebih dahulu disiapkan. Setiap alat yang membutuhkan kalibrasi wajib
dikalibrasi terlebih dahulu agar pada saat digunakan dapat dihasilkan tingkat ke
akurasian yang lebih tepat. Mikrometer sekrup dan jangka sorong digunakan agar
diameter benda dapat diukur. Pertama, pengunci diputar agar alat dapat digerakkan.
Setelah itu, benda yang hendak diukur . Setelah itu, alat disesuaikan dengan benda. Bila
sudah sesuai, pengunci diputar kembali. Hasil pengukuran didapatkan dengan cara
dilihat secara teliti skala utama dan skala nonius lalu ditambahkan.
Neraca ohaus digunakan agar massa benda dapat diketahui. Benda yang akan
diukur massanya ditaruh pada tempat beban, lalu pemberat digerakkan dengan cara
digeser pada masing-masing lengan dari lengan dengan skala terbesar diikuti skala
terkecil hingga mencapai titik 0 atau garis kesetimbangan pada neraca, maka akan
didapatkan perkiraan massa dari benda tersebut.
Untuk volume benda tidak beraturan, digunakan gelas ukur yang telah diisi air.
Sebelum memasukan benda yang tidak beraturan tersebut ke dalam gelas ukur, catat
terlebih dahulu volume air sebelum benda dimasukan. Baru setelah itu benda tidak
beraturan dimasukan kedalam air dan akan terlihat perbedaan volume pada gelas ukur.
Catatlah kembali perubahan setelah benda tak beraturan dimasukan ke dalam gelas
ukur.

.3.2 Analisis Hasil

Setelah dilakukannya praktikum, didapatkan data-data yang nantinya akan


digunakan untuk menghitung berbagai macam rumus dalam fisika menyangkut
pengukuran dan ralat.
Apabila koefisien ralatyang didapat semakin kecil, maka data yang ada
semakin akurat dan hasil yang didapatkan hasil yang mendekati nilai sebenarnya. Dari
perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan besar koefisien ralat dan volume dari
masing- masing benda yang telah diukur. Pada benda silinder, koefisien ralat terkecil
terdapat pada pengukuran silinder besar dengan nilai 6,5x10-6 %, sedangkan pada
silinder kecil koefisien ralatnya sebesar 3.5x10-5 %. Pada benda bola, koefisien ralat
terkecil terdapat pada pengukuran bola kecil dengan nilai 2.3x10-6 %, sedangkan pada
bola besar koefisien ralatnya bernilai 6.3x10-6 %. Pada benda tak beraturan yaitu batu,
koefisien ralat terkecil terdapat pada pengukuran batu besar dengan nilai 3.12x10-8 %,
sedangkan pada batu kecil koefisien ralatnya senilai 1x10-7 %. Tentunya koefisien
ralat dipengaruhi oleh berbagai hal mulai dari alat dan ketidaktelitian praktikan dalam
menggunakan alat.
Pengukuran dilakukan agar didapatkan kuantitas dimensi dari suatu besaran
pada benda dengan cara dibandingkan dengan alat ukur yang telah dikalibrasi dengan
baik sebelum digunakan. Pengukuran dapat dilakukan agar dapat mengetahui massa,
panjang, dan volume dari suatu benda. Pengukuran tidak selalu berjalan dengan baik,
yang bisa saja terdapat kesalahan entah dari faktor manusia ataupun faktor alat ukur.
Oleh sebab itu, kesalahan yang terjadi dapat diminimalisasi dengan menggunakan
teori ralat. Ralat ini dapat digunakan agar diketahui nilai antara besaran yang diukur
dengan besaran yang dianggap sebagai tolak ukurnya.
Pentingnya teori ralat dalam ilmu fisika yaitu agar kesalahan-kesalahan yang
terjadi selama perhitungan pengukuran dapat diminimalisir agar hasil menjadi
mendekati akurat dan nilai yang mendekati kebenaran.
BAB IV
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Dalam melakukan sebuah pengukuran, alat ukur dan ketelitian praktikan
merupakan faktor terpenting. Maka dari itu, setelah menjalani praktikum, praktikan
diwajibkan mampu menggunakan alat-alat ukur untuk pengukuran pajang, massa, dan
volume suatu benda dengan baik dan benar dan menerapkan teori ralat dalam
menyatakan hasil pengukuran.

.2 Saran
Sebelum menggunakan alat laboratium seperti neraca ohaus, praktikan harus
teliti dalam menggunakannya dengan mengkalibrasi terlebih dahulu sebelum
menggunakan neraca ohaus. Praktikan juga harus siap secara jasmani dan rohani agar
pada saat proses praktikum tetap fokus dan memahami. Kesehatan tetap harus dijaga
karena praktikum membutuhkan sebuah ketelitian apalagi dalam membaca sebuah
pengukuran. Ketelitian dibutuhkan fokus dan keseriusan yang tinggi. Maka dari itu
sekali lagi, praktikan harus mempersiapkan diri sebelum praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSAKA

Giancoli, D.C. 2014. Physics Principles with Applications. Pearson Education, In. Glenview.

Halliday, D., J. Walker, & R. Resnick. 2014. Fundamental of Physics Extended, 10th Edition.
John Wiley & Sons, Inc. Hoboken

Jati, B.M.E. 2013. Pengantar Fisika 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
LAMPIRAN

Referensi

(Jati, 2013)

(Halliday dkk, 2014)


(Giancoli, 2014)
Tugas Pendahuluan

1. Pengukuran adalah membandingkan besaran fisik yang meliputi Panjang, waktu, gaya,
energi, dan suhu dengan satuan yang dimana hal itu adalah aspek penting dalam fisika (Salim
& Taib, 2018).
Ralat adalah sebuah ketidakpastian yang selalu ada pada sebuah pengukuran dikarekan
sebuah keterbatasan karena faktor alat, benda maupun pemakainya (Jati, 2020).

2. Jangka Sorong :
1. Rahang Dalam :
Terdiri dari 2 rahang, yaitu rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam
berfungsi mengukur diameter luar serta ketebalan benda.
2. Rahang Luar :
Sama seperti rahang dalam, fungsi rahang luar untuk mengukur diameter
dalam suatu benda.
3. Depth probe :
Digunakan untuk mengukur kedalaman dari objek.
4. Skala Utama (cm) :
Untuk menyataan hasil dari sebuah benda yang diukur dalam satuan centimeter
5. Skala Utama (inch) :
Untuk menyataan hasil dari sebuah benda yang diukur dalam satuan Inchi
6. Skala Nonius (1/10 mm) :
Ada berbagai macam ukuran pada skala nonius tergantung dengan jangka
sorong yang dipakai
7. Skala Nonius (Inchi) :
Untuk menunjukan skala pengukuran inchi
8. Tombol pengunci :
Berfungsi untuk mengunci bagian yang mudah bergerak agar pemakai bisa
lebih mudah membaca pengukuran.

Mikrometer Sekrup :
1. Frame :
Bagian Mikrometer Sekrup yang berbentuk seperti C dan terbuat dari logam
tahan panas agar tidak terjadi pemuaian yang dapat mengganggu proses
pengukuran
2. Anvil :
Untuk menahan benda yang ingin diukur dengan posisi poros tetap
3. Spindel :
Untuk menahan benda yang ingin diukur namun dapat digerakan untuk
menyesuaikan dengan besar benda
4. Lock Nut :
Untuk mengunci Spindel agar tidak bergerak dan mudah dibaca oleh pemakai
5. Slive :
Tempat skala utama berada dengan satuan Milimeter
6. Thimbel :
Tempat Skala nonius berada atau skala putar
7. Rachet Knob :
Bagian untuk memutar Spindle dan menjadi gagang dari Mikrometer Sekrup

3. Sebelum menggunakan Neraca Ohaus, kita harus mengkalibrasi terlebih dahulu dengan
cara berikut :
1. Kita letakan benda yang mau kita timbang
2. Gunakan skala yang dimulai dari paling besar atau ratusan terlebih dahulu
sampai ke yang paling kecil dengan cara digeser-geser.
3. Perhatikan garis yang berada pada skala agar sama atau sejajar dengan garis
yang ada pada ujung Neraca Ohaus
4. Jika dua garis tersebut sudah sejajar maka kita baru bisa mulai untuk membaca
pengukuran tersebut

4.Menurut saya, hal yang paling penting adalah untuk mempersiapkan alat ukur,
mempersiapkan diri sebelum praktikum, dan melakukan pengukuran secara berulang agar
dapat mendapatkan tingkat kebenaran yang tinggi.

Tugas Postest

Anda mungkin juga menyukai