Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA

ISSN: 2355 – 7109


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/1
04
STUDI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL
VEKTOR DI SMA NEGERI 1 INDERALAYA
Susiharti1), Ismet2)
1)
SMA Negeri 1 Inderalaya
2)Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
susihartithamra@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kesalahan-sesalahan siswa dalam


menyelesaikan soal-soal vektor. Konsep vektor merupakan konsep yang paling fundamental dan
sangat esensial dalam fisika karena konsep vektor menjadi dasar bagi jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dan banyak terkait dengan dengan hampir semua materi fisika sehingga kesalahan
yang dilakukan siswa tentang vektor akan berpengaruh terhadap penguasaan materi lainnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan desain studi kasus. Subjek
penelitian berjumlah 29 orang, dan instrumen yang digunakan berupa soal-soal essay yang
meliputi penjumlahan, penguraian, perkalian vektor. Data yang didapat dianalisis secara
kualitatif, dan dibantu dengan paparan secara kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwakesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan vektor secara geometri disebabkan
karena belum memahami dengan baik vektor dan anti vektor. Sementara kesalahan siswa dalam
melakukan penjumlahan vektor secara analitis disebabkan karena siswa tidak dapat
menggambarkan penguraian semua vektor ke dalam komponen-komponennya, dan juga
kesalahan dalam melakukan operasi matematika. Sedangkan kesalahan siswa dalam melakukan
operasi perkalian titik disebabkan karena siswa sering memperlakukan perkalian titik (dot
product) antara dua buah vektor sama dengan perkalian skalar sehingga tidak memperhitungkan
sudut antara kedua vektor.

Kata Kunci : analisis, kesalahan siswa, vektor.

PENDAHULUAN konsep yang abstrak. Dengan demikian,


Fisika merupakan cabang sains yang belajar fisika pada hakikatnya adalah suatu
memaparkan tentang fenomena alam yang aktivitas mental yang tinggi untuk
berbentuk fisik. Untuk menjelaskan memahami arti dari struktur-struktur,
fenomena yang muncul, para ilmuwan hubungan-hubungan, dan simbol-simbol,
membangun konsep-konsep dan teori-teori. kemudian menerapkan konsep-konsep yang
Pengetahuan konseptual dalam fisika dihasilkan ke situasi yang nyata sehingga
seringkali berupa simbol yang abstrak menyebabkan suatu perubahan tingkah laku.
sehingga menjadi sulit untuk dipahami, dan Dalam fisika, terdapat dua besaran
hal ini menjadikan pelajaran fisika sering penting yang mutlak dipahami oleh siswa,
ditakuti siswa, sekalipun simbol-simbol yaitu besaran skalar dan besaran vektor.
abstrak tersebut memiliki makna yang Besaran skalar merupakan besaran dalam
cermat. Tawil dan Liliasari (2015) juga fisika yang hanya memiliki nilai saja, dan
menyatakan bahwa dalam mempelajari siswa tidak banyak mengalami kesulitan
fisika tidak hanya berhubungan dengan dalam memahami dan menguasai konsep
rumus-rumus, bilangan-bilangan serta besaran skalar tersebut. Sementara besaran
operasi-operasinya, tetapi fisika juga vektor merupakan besaran dalam fisika
berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, disamping memiliki nilai, juga memiliki
dan hubungannya yang diatur secara logika, arah. Dibandingkan dengan besaran skalar,
sehingga fisika itu berkaitan dengan konsep- besaran vektor sedikit lebih komplek dan

99
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

lebih rumit sehingga siswa banyak menyatakan kesalahan siswa dalam


mengalami kesulitan dalam menguasai menyelesaikan persoalan dapat disebabkan
besaran-besaran vektor tersebut. karena 3 hal yaitu; kesalahan konsep,
Konsep vektor merupakan konsep kesalahan prinsip, dankesalahan
yang paling fundamental dan sangat esensial operasi.Informasi tentang kesalahan dalam
dalam fisika. Dikatakan sebagai konsep menyelesaikan masalah sangatlah penting
sangat mendasar dan esensial karena konsep karena dapat digunakan untuk memperbaiki
vektor menjadi dasar bagi jenjang dan meningkatkan mutu pembelajaran
pendidikan yang lebih tinggi. Konsep vektor (Widodo, 2016).
merupupakan konsep yang banyak terkait Sifat mata pelajaran Fisika salah
dengan dengan hampir semua materi fisika. satunya adalah bersyarat, artinya setiap
Sebagian besar konsep-konsep dalam fisika konsep baru ada kalanya menuntut prasyarat
merupakan besaran vektor, seperti pemahaman atas konsep sebelumnya. Oleh
kecepatan, percepatan, gaya, momentum, karena itu bila terjadi kesulitan belajar pada
impuls, medan listrik, dan medan magnet. salah satu pokok bahasan akan terbawa ke
Vektor banyak digunakan dalam melakukan pokok bahasan berikutnya, atau bila terjadi
penyelesaian masalah dalam fisika. miskonsepsi akan terbawa sampai jenjang
Kesalahan yang dialami siswa tentang pendidikan berikutnya.
vektor akan berpengaruh terhadap Konsep vektor merupakan konsep
penguasaan materi lainnya. Dalam yang paling mendasar dalam fisika.
pembelajaran Fisika di Sekolah menengah Kesalahan yang dilakukan siswa dalam
Atas, materi vektor merupakan materi menguasai konsep mendasar tersebut akan
prasyarat dalam mengajarkan materi mempengaruhi penguasaan siswa terhadap
kinematika dan dinamika gerak. Siswa yang konsep-konsep lainnya dalam fisika.
mengalami kesulitan dalam memahami Demikian pentingnya penguasaan terhadap
konsep vektor akan mengalami masalah vektor, maka perlu dilakukan analisis
yang sangat serius dalam menguasai materi- terhadap kesalahan siswa dalam
materi fisika pada tahap berikutnya. Hasil menyelesaikan soal-soal vektor. Dalam
penelitian Knight (2008) mengungkapkan makalah ini akan diuraikan hasil analisis
bahwa ketidakmapuan mahasiswa dalam terhadap kesalahan-kesalahan yang
menyelesaikan soal-soal yang diberikan dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-
dikarenakan kurangnya penguasaan terhadap soal vektor.
konsep-konsep vektor. Penguasaan terhadap
konsep dalam belajar fisika sangatlah METODE PENELITIAN
penting. Rusli, dkk. (2016), pemahaman Penelitian ini merupakan penelitian
konsep sangat berarti dan penting sebagai deskriptif dengan cara melakukan analisis
suatu cara untuk mengorganisir atau deskriptif kualitatif terhadap kesalahan
menyusun pengetahuan dan merupakan siswa dalam menyelesaikan soal-soal vektor
dasar untuk membangun pemikiran menuju dengan desain studi kasus. Penelitian
pada tingkat yang lebih tinggi. dilakukan di SMA Negeri 1 Inderalaya,
Dalam pembelajaran ketidakmampuan Kabupaten Ogan Ilir, dengan subjek
siswa dalam menyelesaikan soal-soal tidak penelitian adalah siswa-siswa kelas X MIA
semata-mata disebabkan kaaena kurangnya 1 yang berjumlah 29 orang.
penguasaan konsep-konsep, tapi dapat Metode pengumpulan data dilakukan
disebabkan oleh hal-hal lain. Rahayu (2016) dengan memberikan tes kepada subjek

100
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

penelitian. Alat pengumpul data berupa tes disebabkan karena siswa tidak mampu
materi mendasar tentang vektor yang terdiri menggambarkan vektor resultan, sehingga
atas 6 butir soal. Soal-soal yang dikonstruksi berakibat kepada kesalahan dalam
sebagai instrumen pengumpul data berkaitan menentukan besar dan arah vektor resultan
dengan penjumlahan, pengurangan, (Gambar 2b).
perkalian dan penguraian vektor. Data yang
terkumpul, berupa dokumen hasil kerja
siswa, selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif,
dibantu dengan paparan kuantitatif berupa a c
persentase. A B C
Gambar 2. Kesalahan siswa dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan penjumlah vektor, (a)
penjumlahan metoda segitiga, (b)
1. Analisis kesalahan siswa dalam metode jajaran genjang, dan (c)
melakukan penjumlahan vektor metoda poligon.
a. Secara geometris
Pada soal, siswa diminta untuk Dalam melakukan penjumlahan
melakukan penjumlahan dan pengurangan secara poligon, sebagian besar siswa
vektor dengan metode segi tiga, jajaran mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
genjang, poligon dan analiitis. Contoh soal soal. Dari semua subjek penelitian, 27 orang
ditampilkan pada gambar 1. (93,1%) mengalami kesalahan, dan sisanya
hanya 2 orang (6,9%) sudah dapat
melakukannya dengan benar. Kesalahan
yang dilakukan siswa dikarenakan siswa
belum memahami vektor dan anti vektor
(vektor negatif), dan tidak paham dengan
Gambar 1. Soal untuk penjumlahan vektor resultan. Pada gambar 2c diperlihat
vektor contoh hasil jawaban siswa dalam
mengerjakan penjumlahan dan pengurangan
Untuk melakukan penjumlah vektor vektor secara poligon. Dari gambar juga
dengan metode segitiga, dari semua subjek terlihat bahwa siswa asal-asalan dalam
penelitian, hanya 5 siswa ( 17,2%) yang memindahkan vektor dan tidak
dapat menjawab dengan benar, dan sisanya mempertimbangkan dengan baik dalam
24 orang (82,8%) menjawab salah. menggambarkan besar dan kemiringan dari
Kesalahan yang dilakukan siswa dalam vektor, padahal besaran vektor memiliki
melakukan penjumlah vektor secara segitiga besar dan arah. Siswa dalam melakukan
adalah siswa salah dalam menempatkan titik operasi penjumlahan dengan metode poligon
pangkal vektor, sehingga siswa salah dalam hanya menghubung-hubungkan antara satu
menentukan vektor resultan (Gambar 2a). vektor dengan vektor berikutnya sehingga
Dalam melakukan penjumlahan terbentuk gambar poligon, tetapi dari
secara jajaran genjang, 11 orang (37,9%) gambar yang dibuat siswa belum
mengalami kesalahan, dan sisanya 18 orang menggambarkan vektor resultan yang
(62,1%) sudah dapat melakukannya dengan diinginkan soal.
benar. Kesalahan siswa dalam melakukan Dari semua kesalahan yang
penjumlahan dengan metode jajaran genjang dilakukan siswa pada proses penjumlahan

101
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

vektor, kesalahan utama disebabkan karena komponennya. Pada gambar gambar 4


siswa kurang paham cara melakukan diperlihatkan contoh jawaban siswa.
penjumlahan vektor, baik penjumlahan sehingga tidak tergambar vektor mana saja
secara sgitiga, jajaran genjang, maupun yang bekerja di sumbu-x dan sumbu-y.
penjumlahan secara poligon. Hasil ini tidak
jauh beda dengan penelitian yang dilaporkan
oleh Sari, dkk.(2015) bahwa berturut-turut
jenis kesahahan yang dilakukan siswa
karena (1) kurang memahami konsep, (2)
kesalahan perhitungan, (3) kurang
memahami perintah soal, dan (3) kesalahan
dalam melakukan perhitungan matematia.
Penjumlahan vektor dengan metode Gambar 4. Kesalahan dalam melakukan
segitiga, jajaran genjang dan metode poligon penjumlahan vektor secara analitis.
dinamakan penjumlahan vektor secara
geometri.Disamping itu, Jika seluruh vektor searah sumbu-x
penjumlahan/pengurangan vektor dapat belum tergambar maka tidak bisa
dilakukan dengan cara analitis. Penggunaan dijumlahkan, begitu juga vektor-vektor yang
metode analitis dalam melakukan operasi bekerja pada arah sumbu-y. Dari hasil
vektor dapat membantu dalam menentukan jawaban siswa terlihat bahwa siswa tidak
besarnya vektor resultan secara matematis. mampu menggambarkan penguraian vektor
dengan lengkap, sehingga tidak bisa ke
b. Penjumlahan Vektor Secara Analitis tahap penjumlahan searah sumbu-x dan
Kesalahan siswa dalam sumbu-y. Jika resultan vektor kedua sumbu
menyelesaikan penjumlahan vektor secara tidak benar maka resultan ketiga vektor tak
analitis disebabkan ketidakmampuan siswa bisa ditentukan. Pada gambar 4 terlihat
dalam menguraikan vektor dan menentukan siswa sudah dapat melakukan penguraian
resultan vektor arah sumbu-x dan resultan vektor ke dalam kompnen-kompenennya.
vektor arah sumbu-y. Contoh soal mengenai Namun ternyata siswa belum paham yang
penjumlahan vektor secara analitis mana komponen-komponen vektor dalam
diperlihatkan pada Gambar 3. sumbu-x dan sumbu-y. Ketidakpahaman
tersebut menyebabkan siswa mengalami
kesalahan dalam melakukan penjumlahan
kompoenen vektor dalam sumbu-y. Kalau
dicermati lebih jauh terhadap hasil kerja
Gambar 3. Soal penjumlahan vektor siswa, terlihat ketidakmampuan siswa dalam
secara analitis. menggaambarkan vektor-vektor dengan
baik, dimana siswa menggambarkan panjang
Dari semua subjek penelitian, hanya 1 vektor 2 N, tidak jauh berbeda dengan
siswa (3,4%) saja yang menjawab benar, vektor 4√2 𝑁 sehingga terkesan siswa asal-
sebahagian besar siswa tidakmampu asalan dalam menggambarkan vektor
menyelesaikan soal penjumlahan vektor tersebut. Kesalahan dalam menggambar juga
secara analitis disebabkan karena siswa ditemukan pada mahasiswa saat
tidak dapat menggambarkan penguraian menggambarkan vektor-kecepatan pada
semua vektor ke dalam komponen- gerak parabola (Ismet, 2013).

102
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

memperlakukan perkalian titik (dot product)


c. Penjumlahan Vektor Berdasarkan antara dua buah vektor sama dengan
komponen vektor satuan perkalian skalar sehingga tidak
Kesalahan siswa dalam melakukan memperhitungkan sudut antara kedua vektor
penjumlahan vektor berdasarkan komponen seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Dari
vektor satuanadalah dalam menentukan semua subjek penelitian, hanya 12 orang
besarnya vektor resultan. Contoh jawaban (41,4%) yang mampu menyelesaikan
siswa salah seperti dilihat pada Gambar 5. perkalian titik antara 2 buah vektor dengan
Dari semua subjek penelitian 11 (37,9%) baik, dan sisanya memperlakukan perkalian
siswa salah. titik sama dengan perkalian skalar.
Kesalahan jenis ini termasuk dalam
kesalahan konsep, yaitu kesalahan yang
didlakukan karena tidak memahami konsep
tersebut dengan baik (Sari dkk, 2015).

Gambar 5. Jawaban siswa dalam


melakukan penjumlahan vektor
berdasarkan komponen vektor
satuan
Gambar 6. Hasil jawaban siswa dalam
Pada umumnya, dalam melakukan melakukan operasi perkalian titik
antara dua buah vektor.
penjumlahan komponen-komponen vektor
satuan sudah dapat dilakukan oleh siswa. 3. Analisis kesalahan siswa dalam
Dalam hal ini siswa, sudah memahami melakukan penguraian vektor
dengan baik dalam menjumlahkan vektor- Penguraian vektor berkaitan dengan
vektor yang berada pada sumbu-sumbu yang kemampuan menguraikan sebuah vektor ke
sama (x,y dan z). Secara matematika, dalam komponen-komponen vektornya
melakukan perhitungan untuk menentukan (komponen vertikal dan horizontal).
resultan sudah baik, namun masih terjadi Berdasarkan jawaban siswa, 16 orang
kesalahan dalam melakukan operasi (55,2%) sudah dapat melakukan operasi
matematika. Kesalahan operasi matematika penguaraian vektor dengan benar, dan
dalam penjumlahan vektor sering terjadi sisanya 13 orang (44,8%) mengalami
karena kurang hati-hati dalam melakukan kesulitan dalam operasi penguraian vektor.
operasi (Sari dkk, 2015; Imswatama dan Kesalahan siswa dalam melakukan
Muhassanah, 2016; Andriani, 2012). penguraian vektor karena (1)siswa belum
mampu merepresentasikan vektor tersebut
2. Analisis kesalahan siswa dalam kedalam bentuk representasi gambar yang
melakukan perkalian vektor baik, dan (2) ketidakmampuan siswa dalam
Kesalahan siswa dalam melakukan melakukan operasi matematik pada proyeksi
operasi perkalian titik antara dua buah vektor. Pada gambar 4 diperlihatkan contoh
vektor disebabkan kurang pahamnya siswa kesalahan akibat belum memahami operasi
dengan ketentuan dalam operasi perkalian matematik pada penguraian vektor, namun
titik antara dua buah vektor. Siswa sering demikian siswa sudah mulai mampu

103
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

merepresentasikan kedalam representasi Gambar 5. Kesalahan siswa dalam


gambar, walaupun gambar yang dibuat melakukan operasi matematika
belum sempurna dan kurang memperhatikan dalam penguraian vektor.
skala dan identitas sumbu-sumbu koordinat.
Kesalahan-kesalahan seperti ini juga terjadi PENUTUP
pada mahasiswa (Ismet, 2015). Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kesalahan siswa dalam melakukan
penjumlahan vektor secara geometri
disebabkan karena belum memahami
Gambar 4. Kesalahan operasi matematik
dengan baik vektor dan anti vektor.
dalam penguraian vektor.
2. Kesalahan siswa dalam melakukan
penjumlahan vektor secara analitis
Dalam fisika, representasi gambar disebabkan karena siswa tidak dapat
merupakan representasi yang sangat penting menggambarkan penguraian semua
karena gambar dapat menjelaskan dan vektor ke dalam komponen-
memperkuat pemahaman akan konsep- komponennya, dan juga kesalahan
konsep fisika (Ismet, 2013). Berdasarkan dalam melakukan operasi
matematika
jawaban siswa, sebagian siswa ada yang
3. Kesalahan siswa dalam melakukan
dapat melakukan operasi matematika dengan operasi perkalian titik disebabkan
baik, tetapi belum mampu karena siswa sering memperlakukan
merepresentasikan dengan baik melalui perkalian titik (dot product) antara
representasi gambar. Pada Gambar 5 dua buah vektor sama dengan
diperlihatkan contoh hasil kerja siswa dalam perkalian skalar sehingga tidak
merepresentasikan jawabannya ke dalam memperhitungkan sudut antara
kedua vektor.
bentuk representasi gambar dan representasi
matematik. Pada representasi Gambar 5a, Saran
siswa tidak dapat menggambarkan vektor Berdasarkan hasil penelitian, agar
proyeksi yang diinginkan soal, dan pada kesalahan-kesalahan dalam melakukan
Gambar 5b siswa sudah dapat operasi vektor tidak terjadi, maka disarankan
menggambarkan vektor proyeksi dalam arah sebagai berikut.
sumbu x, tetapi gambar yang dikonstruksi 1. Dalam proses pembelajaran siswa-
siswa perlu diberi alokasi waktu
siswa tidak menggambarkan proyeksi vektor
yang memadai untuk
v yang dimaksud pada gambar dan skala menggambarkan, menguraikan, dan
sudut yang digambarkan juga tidak melakukan operasi vektor.
proporsional. 2. Dalam proses pembelajaran guru
perlu memperbanyak representasi
gambar yang dapat membantu siswa
memahami konsep vektor
3. Perlu kolaborasi dengan guru
matematika menyangkut materi
penunjang vektor
a b

104
Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya

DAFTAR PUSTAKA Rusli, W., Haris, A., & Yani, A. (2016).


Sari, M., Werdhiana dan Wahyono. Studi Miskonsepsi Peserta Didik
(2015). Analisis kemampuan Kelas XI SMP Negeri 1 Makassar
pemecahan masalah vektor Yang pada Pokok Bahasan Gerak dan
direpresentasikan dalam konteks Gaya. Jurnal Sains dan Pendidikan
yang Berbeda pada mahasiswa calon Fisika. 12 (2): 192-199.
guru fisika. Jurnal Pendidikan Fisika
Tadulako (JPFT)Vol. 3 No. 4 Widodo, S.A. 2016. Analisis Kesalahan
Dalam Pemecahan Masalah
Imswatama, A., dan Muhassanah. Divergensi Tipe Membuktikan Pada
2016.Analisis Kesalahan Mahasiswa Mahasiswa Matematika.
dalam MenyelesaikanSoal Geometri MATHEDU,Vol 1 No. 2.
Analitik Bidang Materi Garis
danLingkaran.Suska Journal of
Mathematics Education Vol. 2, No. 1

Ismet. (2015). Mengases Kemampuan


Mahasiswa Membangun
Representasi pada Pokok Bahasan
Kinematika Gerak Translasi Program
Studi Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Sriwijaya. Disampaikan
pada SEMIRATA BIDANG MIPA,
Pontianak 2015.
Ismet (2013). Multiple Representations-
Based Mechanics Learning: A Case
Study in Kinematics. Internatioanl
Conference on Theoretiical Physics:
Malang
Adriani, A.N. (2012). Analisis kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal
fisika untuk memahami materi
vektor. Yogyakarta: Skripsi (tidak
diterbitkan).

Tawil, M. dan Liliasari. (2015). Berpikir


Kompleks dan Implementasinya
dalam Pembelajaran IPA. Makasar:
Badan Penerbit UNM

Knight, R.D. (2008). Physics for scientist


and engineers: A strategic approach
(second edition). San Fransico:
Pearson Addison Wesley.
Rahayu, Siti. 2016. Analisis Kesalahan
Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-
Soal Kesebangunan. Jurnal e-
DuMath Volume 2 No. 1.

105

Anda mungkin juga menyukai