Anda di halaman 1dari 94

JURNAL FISIKA DASAR

FISIKA DASAR I

DISUSUN OLEH:

NAMA : FITRIANISAH

NIM : 1106103030015

JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA

DOSEN PEMBIMBING : Dr. YUSRIZAL, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikal limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal
Fisika mata kuliah FISIKA DASAR.

Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih terdapat kekurangan


yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Penulis
menghrapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif dan inivatif dari
berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan uacapn terima kasih


yang tulus kepada Dosen pembimbing mata Kuliah yang telah
bersungguh-sungguh membimbing penulis dalam menyelesaikan jurnal
ini.

Akhirnya penulis memenjatkan do’a kehadirat Allah swt, semoga


kita semua berhasil mencapai apa yang dicita-citakan serta melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Darussalam, 02 Januari 2012

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB 1 BESARAN DAN SATUAN


1.1 BESARAN ......................................................................... 4
1.2 SATUAN ............................................................................ 13

BAB II HUKUM-HUKUM
2.1 KINEMATIKA PARTIKEL .................................................. 21
2.2 DINAMIKA PARTIKEL ...................................................... 32
2.3 KERJA DAN ENERGI ....................................................... 38
2.4 MOMENTUM LINEAR ....................................................... 45
2.5 DINAMIKA ROTASI .......................................................... 49
2.6 GERAK HARMONIK ......................................................... 57
2.7 MEKANIKA FLUIDA .......................................................... 63
2.8 SUHU DAN KALOR .......................................................... 76

BAB III APLIKASI GERAK HARMONIK ............................................. 86

BAB IV RUMUS-RUMUS PENTING .................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 94

3
BAB I

BESARAN DAN SATUAN

1.1 BESARAN

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung,


dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.Besaran juga
merupakan suatu sifat yang dapat diukur dari suatu benda dan
mempunyai nilai. kemampuan untuk mengidentifikasikan besaran-
besaran tersebut secara tepat dan mengukurnya secara teliti
merupakan suatu syarat dalam fisika. Besar tiap besaran fisik harus
terdiri dari suatu bilangan dan sebuah satuan.

1.1.1 Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu


berdasarkan kesepatan para ahli fisika yang  berdiri sendiri, dan
tidak tergantung pada besaran lain. Besaran satuan, satuannya
ditetapkan dalam secara sistem internasional (SI). Ada 7 besaran
pokok yaitu : panjang, massa, waktu, kuat arus listrik,
suhu,intensitas cahaya dan jumlah zat. Besaran pokok mempunyai
ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung,
mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan
terlebih dahulu.

4
Tabel-1

Sistem Satuan Internasional Besaran Pokok

Besaran Satuan Dimensi


Nama Lambang Nama Lambang
Panjang L Meter m L
Massa M Kilogram Kg M
Waktu t Detik s,dt T
Arus listrik I Ampere A I
Suhu T Kelvin K θ
Intensitas
I Candela Cd J
Cahaya
Jumlah Zat N Mole Mol N
Pelengkap :
Sudut Datar α Radian Rad ∆
Sudut Ruang ѿ Steradian Sr Ω

1.1.2 Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari


besaran pokok. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain
diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai
satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok. Contoh besaran
turunan adalah luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya,
tekanan, usaha, daya, momentum, impuls, momen gaya.

Tabel-2

Sistem Internasional Besaran Turunan

5
Besaran Satuan
Nama Lambang Nama Lambang
Luas A m× m m2
Volume V m× m× m m3
Massa Jenis ρ Kg/m3 Kg/m3
Kecepatan v m/s m/s
m2 m/s 2
Percepatan a
s
Gaya F Kg m/s2 N
Tekanan P N /m N /m
Usaha W N ×m Joule
Daya P J×s watt
Momentum P Kg m/s2 Kg m/s2
Impuls I N ×s N ×s
Momen N /m N /m
τ
Gaya

1.1.2 Besaran Skalar dan Besaran Vektor

Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai besar dan tidak


memiliki arah, misalnya laju, volume, massa, waktu, suhu dan
sebagainya.
Besaran vektor adalah besaran yang selain memiliki besar juga
memiliki arah, misalnya kecepatan, percepatan, gaya, momentum dan
sebagainya. Besaran vector dapat digambar dengan sebuah anak
panah yang panjangnya sebanding dengan besarnya, sedngkan arah
anak panah menyatakan arah dari vector tersebut.

A.Vektor posisi
Posisi titik P terhadap O dapat dinyatakan dengan vektor
posisi yang ditarik dari O sampai P.
y
P (x,y)

6
r⃗
θ
0
x

vektor posisi suatu titik sembarang ditulis sebagai r⃗ , dan


ditentukan oleh jarak titik P (x,y) terhadap 0 dan sudut antara vektor
posisindengan sumbu x,dapat tulis:

r⃗ =^x + ^y

B. Vektor satuan
vektor satuan didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai
panjang satu satuan dan mempunyai panjang satu satuan dan
mempunyai arah yang sama dengan vektor awalnya.
z

k^
^j
i^
x cartesien, vektor satuan ke arah sumbu x, y, dan z
untuk koordinat
berturut-turut adalah:
r⃗ = xi^ + y ^j + zk^

C. Komponen Vektor

Setiap vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponen vektor


A
menurut arah sumbu-sumbun koordinat. Sebagai contoh inilah vektor ⃗
yang akan diuraikan menjadi komponen-komponennya.

7
Az
⃗ A

γ
β Ay

y
α
Ax

A=⃗
⃗ A x+ ⃗
A y+ ⃗
A z =⃗ ^ ⃗
A x i+ A z k^
A y ^j+ ⃗

Dengan nilai satuan vektornya :

A = √ A 2x + A 2y + A 2z
Ax , ⃗
⃗ Ay,⃗
A z dan i^ , ^j , k^ masing-masing adalah kom[ponen vektor dan vektor
satuan pada sumbu x, y dan z. disini:

A x = A x i^ yang besarnya A x = A cos α


A y = A y ^j yang besarnya A y = A cos β


A z = A z k^ yang besarnya A z = A cos γ


A terhadap sumbu x, y, dan z positif adalah :


Arah vektor ⃗

Ax A A
cos α = , cos β = y , cos γ = z
A A A
Hubungan α , β , dan γ memenuhi :
cos 2 α +cos 2 β +cos2 γ = 1

8
Untuk bidang datar dapat ditulis:
y

A menjadi :
Dalam bidang, sumbu z tidak ada, maka vektor ⃗

A=⃗
⃗ A x+ ⃗
A y =⃗ ^ ⃗
A x i+ A y ^j

Besarnya: A = √ A 2x + A 2y

A x = A x i^ , besarnya A x = A cos α
Maka : ⃗

A y = A y ^j, besarnya A y = A sin α


A membentuk sudut α dengan sumbu x


Arah vektor ⃗
Ax
tan α=
A

1.1.3. Operasi Vektor

A. Penjumlahan dan Pengurangan


a. Pengurangan vektor
Pada prinsipnya pengurangan vektor sama dengan
penjumlahan vektor dengan meninjau gambar berikut ini:

b⃗

9
α a⃗

R

- b⃗

1. Membuat vektor –b (besarnya sama dengan vektor b,


tetapi berlawan arah)
2. Menentukan selisih a⃗ dan b⃗ , maka ⃗
R = a⃗ - b⃗ = a⃗ + (-b⃗ )
3. Menentukan resultan vektor

R = √ a2 +b 2−2 ab cos α

b. Perjumlahan vektor

1. Perjumlahan sederhana
Vektor pada penjumlahan sederhana merupakan khusus
untuk vektor yang searah.

a⃗ b⃗

R
⃗ R =⃗a + b⃗

c. Segi banyak (poligon)

10
b⃗
R =⃗a + b⃗ + ⃗c

0 a⃗
c⃗

d. Segitiga
α R =⃗a + b⃗

R

R|=√|a|2+|b|2 −2|a||b|cos γ
Besaran : |⃗
|⃗a| γ|⃗b| R|
|⃗
Arah = sin α
= sin β
= sin γ
β
α

e. Jajar genjang (Rumus Cosinus)

B
R

R=√ a2+ b2 +2 ab cos α

b⃗

B. Perkalian vector
a. Pekalian titik

11
A dan ⃗
Perkalian titik dua vekktor ⃗ B ditulis ⃗
A.⃗
B adalah suatu
besaran skalar yang didefinisikan sebagai:

A.⃗
⃗ B = AB cos θ

Pada perkalian skalar ini berlaku huku komutatif, artinya:


A.B
⃗ ⃗ =B⃗ .⃗
A

b. Perkalian silang
Adan ⃗
Perkalian silang dua vector ⃗ B ditulis ⃗
A×⃗
B adalah
vektor yang didefinisikan :

A.⃗
⃗ B = ABsin θ

Pada silang dua vektor adalah anti komutatif, artinya :


A×⃗
⃗ B=−⃗ B×⃗A

1.2 SATUAN

Satuan adalah sesuatu yang menyatakan hasil pengukuran.


Umpamanya dikatakan bahwa, sekolah saya berjarak 850 meter
darirumah, bukan sekedar sekolah saya jaraknya jauh. 850
merupakan nilai jarak dan meter  s a t u a n dari besaran
j a r a k . Disamping itu sering kita jumpai masyarakat banyak yang
menyatakan hasil pengukurandengan menggunakan satuan sehari-hari
yang berlaku lokal di daerahnya masing-masing.M i s a l n y a untuk
satuan panjang masih menggunakan : bahu, jengkal, depa,
bata d a n sebagainya, untuk satuan massa masih digunakan
:pikul, gayung, tumbu dan lain-lain.Sistem satuan pada dasarnya
memiliki satuan standar atau baku. Satuan baku tersebut h a r u s
memenuhi syarat-syarat antara lain bersifat tetap, berlaku

12
u n i v e r s a l , m u d a h digunakan setiap saat dengan tepat. Bila syarat-
syarat itu dipenuhi boleh dikatakan satuanyang bersangkutan sudah baik
dan baku.

Sistem satuan yang dipaka istandar sejak tahun 1960 melalui


pertemuan parailmuwan di Sevres, Paris menyepakati, terutama
digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan
sistem metriks yang dikelompokkan menjadi sistem
metriks  b e s a r a t a u M K S ( M e t e r K i l o g r a m S e c o n d ) y a n g
disebut sistem internasional ataudisingkat SI dan sistem
metriks kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).

1.Satuan Internasional untuk Panjang


Hasil pengukuran besaran panjang biasanya dinyatakan dalam
satuan meter, centimeter,millimeter atau kilometer. Satuan besaran
panjang dalam SI adalah meter. Pada mulanyasatu meter ditetapkan
sama dengan panjang sepersepuluh juta dari jarak kutub utara ke
khatulistiwa melalui Paris. Kemudian dibuat batang meter standart dari
campuran Platina Iridium. Satu meter didefinisikan sebagai jarak dua
goresan pada batang ketika bersuhu 0 ℃. M e t e r s t a n d a r t i n i
d i s i m p a n d i  Internasional Bureau of Weights an Measure di
Sevres dekat Paris.Batang meter standart dapat berubah dan rusak
karena dipengaruhi suhu, serta k e s u l i t a n d a l a m m e n e n t u k a n
ketelitian pengukuran, maka tahun 1960 batang
meter standart dirubah. Satu meter didefinisikan sebagai
j a r a k 1 6 5 0 7 6 3 , 7 2 k a l i p a n j a n g gelombang sinar jingga yang
dipancarkan oleh atom gas krypton 86 dalam ruang hampa pada suatu
lucutan listrik.P a d a t a h u n 1 9 8 3 K o n f e r e n s i I n t e r n a s i o n a l
t e n t a n g t i m b a n g a n d a n u k u r a n memutuskan satu meter
merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada selang

13
w a k t u 1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena
nilainya dianggap selalukonstan.

2. Satuan Internasional untuk Massa

Pernakah kamu pergi ke pasar tradisional?. Dalam pembicaraan


sehari-hari pedagang di pasar sering menggunakan satuan massa untuk
besaran berat, misalnya berat beras itu 50Kg, berat gula pasir
tersebut 80 ons. Hal ini dapat membingungkan. Dalam SI
satuan berat adalah Newton, nilainya dapat berubah–rubah
karena dipengaruhi gaya gravitasi bumi, sedangkan massa
mempunyai satuan Kg, ons, gr atau ton dan nilainya tetap
 
Dalam hubungan perdagangan tradisional dan internasional
sangatlah diperlukansuatu besaran massa yang standart. Besaran
massa dalam SI dinyatakan dengan satuankilogram (Kg). Para
ahli mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah
silinder yang terbuat dari bahan campuran Platina dan Iridium
yang disimpan di Sevres dekatParis. Massa standart 1 Kg dapat juga
disamakan dengan massa satu liter air murni pada suhu 4 ℃.

3. Satuan Internasioanl untuk Waktu


Pada awalnya satuan waktu dinyatakan atas dasar
waktu rotasi bumi pada porosnya yaitu 1 hari. Karena
waktu berputar bumi tidak tetap maka waktu 1
h a r i  berubah-rubah. Dalam SI, satuan waktu dinyatakan dalam
satuan detik atau sekon. Paraahli mendefinisikan satu detik sama
dengan selang waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk
melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali.

1.1 Pengukuran

14
pengukuran didefinisikan sebagai proses membandingkan suatu
besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang digunakan sebagai
satuan. Satuan yang digunakan harus didefinisikan secara fisik, misalnua
meter, ember, cangkir, atau gelas. Pendefinisian secara fisik diperlukan
agar segala sesuatuyang diukur tersebut jelas ukurannya. Jika satuan
yang digunakan tidak jelas ukurannya, maka hasil pengukuran sulit
dipertanggungjawabkan.
Ketelitian pengukuran sangat diperlukan dalam mengukur suatu
benda. ketidaktelitian pengukuran seringkali membuat suatu benda tidak
sesuai dengan panjang atau berat suatu benda.

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Secara Langsung

Secara langsung yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat


ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa
menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan.

2. Secara tidak langsung

Secara tidak langsung yaitu dalam pengukuran memerlukan


penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai besaran yang diukur.

Untuk mendaptkan hasil pengukuran yang akurat, faktor yang harus


diperhatikan antara lain :

a.alat ukur yang dipakai

b.aturan angka penting

c. posisi mata pengukuran (paralax)

15
A. Kesalahan Pengukuran

Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai


benar x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Keteledoran

Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat,


diantaranya kurang terampil menggunakan instrumen, terutama untuk
instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur
atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.

2. Kesalahan sistmatik

Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan


(kuantitatif), contoh : kesalahan pengukuran panjang dengan mistas 1
mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm

3. Kesalahan acak

Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk


bialangan (kualitatif),

Contoh :

a.kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang

b.pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayuna


sederhana

16
c.pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada
percobaan hukum II Newton.

B.Ketidakpastian Pada Pengukuran

Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan


instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X 0, melainkan
selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh
beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan
kemampuan dalam membawa hasil yang ditunjukkan alat ukur.

Beberapa istilah dalam pengukuran adalah:

1.Ketelitian (accuracy)

Ketelitian adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat


pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X 0

2.Kepekaan

Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi


(dikenal) oleh instrumen, misal galvanometer memiliki kepekaan yang
lebih besar dari pada Amperemeter / Voltmeter

3.Ketepatan (precision)

Ketepatan adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan


hasil pengukuran yang sama.

4.Presisi

Presisi berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran,


penyimpangan hasil ukuran dan jumlah angka desimal yang dicantumkan
dalam hasil pengukuran.

17
5.Akurasi

Akurasi yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai


yang sesungguhnya.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam mengukur panjang suatu


benda seperti mistar, jangka sorong, mikrometer skrup dan lain-lain.

1. Mistar/penggaris

Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau
0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu
sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada
saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah
pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda
yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang
tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih
besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut
kesalahan paralaks.

2. Jangka Sorong

18
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat
mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam
dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital.
Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk
jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm

kegunaan jangka sorong adalah:


a. Untuk mengukur suatu benda sisi luar dengan cara diapit.
b. Untuk mengukur kedalaman suatu benda

3. Mikrometer skrup

Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal


benda-benda tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang
kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup
terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir. Skala

19
panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan
skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam
mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu
bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau
0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian
paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya,
yaitu 0,01 mm.

BAB II

HUKUM-HUKUM

2.1 KINEMATIKA PARTIKEL

Kinematika merupakan bagian ilmu fisika yang mempelajari


masalah gerak suatu benda dapat memperhatikan penyebab benda
tersebut bergerak. Sedangkan partikel merupakan suatu benda yang
ukurannya kecil sehingga dapat diabaikan. Partikel sering digambarkan
sebagai titik materi dan saat partikel mendapat gaya maka gaya-gaya itu
dianggap bekerja pada titik materi tersebut.

20
2.1.1 KECEPATAN RATA-RATA DAN SESAAT

Seringkali kita tidak dapat membedakan kata kecepatan dan laju.


Berikut ini ada beberapa perbedaan mendasar antara dua kata tersebut.

Kelajuan rata-rata partikel didefinisikan sebagai perbandingan


jarak total yang ditempuh terhadap waktu yang dibutuhkan. Kelajuan
merupakan besaran skalar.

jarak total
Kelajuan rata-rata =
Waktu Total
Satuan SI kelajuan rata-rata adalah meter per sekon (m/s), dan satuan
yang lazim di Amerika adalah feet per sekon (ft/s). satuan kelajuan yang
sehari-hari dikenal di Amerika Serikat adalah mil per jam (mi/j).

Konsep kecepatan serupa dengan konsep kelajuan tetapi berbeda


karena kecepatan mencakup arah gerakan.

Gambar 2-1-1 menunjukkan sebuah mobil (yang kita perlakukan


sebagai partikel) yang berada pada posisi x 1 pada t1 dan pada posisi x2
pada saat t2. Perubahan posisi partikel x 2 – x2, dinamakan perpindahan
partikel. Biasanya digunakan huruf yunani ∆ (huruf besar delta) untuk
menyatakan perubahan kuantitas. Jadi, perubahan x ditulis ∆ x.

∆ x=¿x2 – x1

∆x

0
X1 X2 X

Gambar 2-1-1

21
Kecepatan adalah laju perubahan posisi. Kecepatan rata-rata
partikel didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan ∆ x dan
selang waktu ∆ t=¿ t2 – t1 :

∆ x x 2−x 1
v rata−rata= =
∆ t t 2−t 1

Kecepatan sesaat adalah limit rasio ∆ x /∆ t jika ∆ t mendekati nol.

∆x
lim =¿kemiringan garis yang menyinggung kurva x terhadap t.
∆ t →0 ∆t
Limit ini dinamakan turunan x terhadap t. dalam notasi kalkulus turunan

dx
dapat ditulis
dt
:

∆ x dx
lim =
∆ t →0 ∆ t dt

Kemiringan ini dapat positif ( x bertambah ) atau negatif ( x berkurang) ,


dengan demikian, dalam gerakan satu demensi, kecepatan sesaat
mungkin bernilai positif maupun negatif. Besarnya kecepatan sesaat
dinamakan kelajuan sesaat.

2.1.2 PERCEPATAN RATA-RATA DAN SESAAT

Bila kecepatan sesaat sebuah partikel berubah seiring dengan


berubah waktu, partikel dikatakan dipercepat. Percepatan rata-rata untuk
selang waktu tertentu ∆ t=t 2−t 1 didefinisikan sebagai rasio ∆ v / ∆ t, dengan

22
∆ v=∆ v 2−∆ v 1 adalah perubahan kecepatan sesaat untuk selang waktu
tersebut:

∆v
a rata−rata=
∆t

∆v
Percepatan sesaat adalah limit rasio dengan ∆ t mendekati
∆t
nol. Percepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai kemiringan garis
yang menyinggung kurva pada saat itu:

∆v
a= lim kemiringan garis yang menyinggung kurva v terhadap t
∆t→0 ∆t

Jadi, percepatan adalah turunan kecepatam terhadap waktu. Notasi

dv
kalkulus untuk turunan adalah . Karena kecepatan adalah turunana
dt
posisi x terhadap t, percepatan adalahnturunan kedua x terhadap t, yang

d2 x
biasanya ditulis . Alasan notasi semacam ini dengan menuliskan
d t2

dv dx
percepatan sebagai dan menganti v dengan :
dt dt

dx
)d(
dv dt d2 x
a= = = 2
dt dt dt

Jika kecepatan konstan, percepatan akan bernilai nol karena ∆ v = 0 untuk


seluruh selang waktu.
Seelain itu a dapat ditulis sebaga:

23
d ⃗v d ⃗v d ⃗r d ⃗v d ⃗r
a⃗ = = ∙ = ∙
dt dt d ⃗r d ⃗r dt
Atau
d ⃗v
a⃗ = ⃗v
d r⃗

bila dinyatakan dalam vector satuan, maka dalam koordinat kartesis,


vector posisi adalah:

^ y ^j+ z k^
⃗x =x i+

Selanjutnya vektor kecepatan adalah :

d ⃗x dx ^ dy ^ dz ^
v⃗ = = i+ j+ k
dt dt dt dt
^ v y ^j+ v z k^
⃗v =v ₓ i+

Dan vektor percepatan adalah :


d
a= ( v i^ + v y ^j+ v z k^ )
dt x
d vx d v y d vz
a= ^
i+ ^j + k^
dt dt dt
^ y ^j+ az k^
a=a x i+a

2.1.3 GERAK LURUS

Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda tersebut berpindah


kedudukan relative terhadap benda lain yang dianggap sebagai

24
acuan.sedangkan gerak lurus merupakan gerakan yang menghasilkan
lintasan berbentuk garis lurus, dimana vector posisi dapat dinyatakan:

r⃗ = ⃗x = x i^

Gerak lurus dapat dibedakan mebjadi:


1. Gerak lurus beraturan
2. Gerak lurus dengan percepatan konstan
3. Gerak lurus dengan percepatan berubah.

A.Gerak Lurus Beraturan

Gerak lurus beraturan adalah gerak dengan kecepatan konstan. Ini


berarti tidak ada percepatannya, atau a = 0. Akibatnya v = dx/dt
Atau
dx = v.dt
bila di integrir, maka:

x t

∫ dx=v ∫ dt
x0 0

x−x 0=vt
Yang memberikan :
x=vt+ x 0

1. Grafik GLB, kecepatan terhadap waktu

25
Jarak = luas segi empat

2. Grafik jarak terhadap waktu

t
Kecepatan = tan α

B.Gerak Lurus Dengan Percepatan Konstan

Percepatan konstan berarti bahwa kemiringan kurva v terhadap


waktu adalah konstan, artinya kecepatan berubah secara linear terhadap
waktu, jika nilai kecepatan adalah v 0 pada saat t = 0, nilai v pada saat t
berikutnya diberikan oleh

v=v 0 + at

Jika partikel memulai gerakan di x 0 pada saat t = 0 dan posisinya adalah x


pada saat t, perpindahan ∆ x=x −x0 di berikan oleh

∆ x=v rata−rata t

Grafik kecepatan rata-rata untuk percepatan konstan

v v=v 0 + at

1
v rata−rata= ( v 0−v )
2

26
v0

Jadi perpindahannya adalah

1
∆ x=v rata−rata t= ( v 0 −v )
2

Mengeliminasi v dengan mensubtitusikan v = v 0+ at

1 1 1
∆ x= ( v 0−v )= ( v 0+ v 0 +at )=v 0 t+ a t 2
2 2 2

Dengan demikian, fungsi posisinya adalah

1
x=x 0 +v 0 t+ a t 2
2

Hubungan antara perpindahan ∆ x, percepatan a, dan kecepatan awal dan


kecepatan akhir.

1 v −v 0 1 v−v 0
∆ x=¿ v 0 t + a t 2=v 0
2 ( a ) (
+ a
2 a )
Jika tiap ruas dikalikan dengan a dan tiap sukunya dijabarkan, maka akan
didapat:

1 1 1 1
a ∆t=v 0 v−v 20 + v 2−v 0 v + v 20= v 2− v 20
2 2 2 2

27
Atau
v 2=v 20 +2 a ∆ x

C.Gerak Lurus Dengan Percepatan Berubah

Perubahan percepatan dapat dibedakan sebagai fungsi waktu atau


a = f(t), dan percepatan sebagai fungsi posisi atau a = f(x).

1.Percepatan sebagai fungsi waktu

Untuk gerak lurus dapat dituliskan persamaan:

dv
a= f (t), maka dv = f (t) dt
dt
Dengan mengintegrasikan persamaan diatas,

∫ dv=∫ f ( t ) dt, diperoleh


V = ∫ f ( t ) dt + c

∫ f ( t ) dt dapat diselesaikan jika bentuk f (t) diketahui, dan juga dapat


dihitung dari syarat batas.
untuk mencari posisinya, dari persamaan v = dx/dt dpat ditulis
menjadi dx = v∙dt, dan dengan mengintegrasikan diperoleh:

∫ dx=v ∙ dt
x = ∫ v ∙ dt +C

2.Percepatan sebagai fungsi posisi

28
Dari persamaan a = dv/dt = f (x), atau
dv dx dv
f (x) = =v
dt dt dx
sehingga, v.dv = f (x) dx
dengan mengintegrasikan persamaan tersebut diperoleh

∫ v ∙ dv=∫ f ( x ) dx
1 2
v =∫ f ( x ) dx +C
2

2.1.4 GERAK DALAM BIDANG DATAR

Gerak partikel (benda) dalm bidang adalah gerak benda yang


terjadi dalam dua dimensi yang dapat diuraikan dalamsalib sumbu x-y,
sehingga sehingga vektor posisinya dapa dinyatakan sebagai:

^ y ^j
r⃗ =x i+

Sehinnga vektor kecepatanya menjadi


^ y ^j
⃗v =v x i+v
Salah satu contoh gerak dalam bidang datar dengan percepatan tetap
adalah gerak peluru. Gerak peluru merupakan gerak lengkung dengan
percepatan konstan(percepatannya dalam hal ini adalah percepatan
gravitasi g dan tidak ada komponen percepatan dalam arah horizontal.
Gerak peluru merupakan gerak dua dimensi dari suatu peluru yang
dilemparkan miring ke udara.

29
2.1.5 GERAK MELINGKAR

Dalm gerak melingakar jarak partikel pada suatu saat terhadap


pusat lingkaran adalh tetap dan sama dengan jari-jari. Akibatnya posisi
benda terhadap titik pusat lingkaran cukup dinyatakan dengan sudut θ.
Besaran dθ/dt didefinisikan sebago kecepatan sudut ω, dinyatakan dalam
satuan rad/dt.

V = ωR
A. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak melingkar adalah gerak suatu partikel/benda yang


lintasannya lingkaran dan besarnya kecepatan konstan sedangkan arah
vektor kecepatan berubah-ubah.

30
GMB adalah gerak melingkar dengan kecepatan sudut (w) tetap.
Arah kecepatan linier v selalu menyinggung lintasan, jadi sama dengan
arah kecepatan tangensial sedanghan besar kecepatan v selalu tetap
(karena w tetap). Akibatnya ada percepatan radial ar yang besarnya tetap
tetapi arahnya berubah-ubah. ar disebut juga percepatan
sentripetal/sentrifugal yang selalu v.

V=wR
W 2 R2
a=
R

a=w 2 R

2.2 DINAMIKA PARTIKEL

Sir Isaac Newton (1643 – 1727)

Newton lahir 4 Januari 1643 di Woolsthorpe,


Inggris dan meninggal 31 Maret 1727 Di London,

31
Inggris. Newton adalah ahli fisika yang menekuni berbagai bidang,
terutama fisika klasik. Bidang keahliannya mencakup mekanika (berhasil
mengemukakan tiga buah hukum tentang gerak), bidang optika (berhasil
mengemukakan hukum difraksi cahaya dan cincin newton), serta
penyelidikan masalah warna. Penyelidikannya terhadap cahaya
melahirkan teori corpuscular. Puncak prestasi Newton adalah melahirkan
teori gravitasi umum.

2.2.1 HUKUM-HUKUM NEWTON

1. Hukum I Newton ( hukum kelembaman)

“ Sebuah benda yang diam akan tetap diam atau bergerak


lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan jika resultan
gaya yang bekerja pada benda tesebut sama dengan nol. “

∑F =0

2. Hukum II Newton

“ Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada


sebuah benda berbanding lurus dengan besar gaya yang bekerja
padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda.”

3. Hukum III Newton ∑ F = m a

32
“ Apabila sebuah benda memberikan gaya kepada benda
lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda yang
pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi
berlawanan arah.”

∑ F aksi = -∑ F reaksi

2.2.2 BERAT DAN MASSA


Berat suatu benda adalah gaya yang bekerja pada benda yang
disebabkan oleh tarikan bumi. Gaya tarik bumi disebut gaya gravitasi.
Secara matematis hubungan antara berat dan massa dapat ditulis:
w =m ⃗g

w dan ⃗g merupakan vektor yang arahnya menuju ke pusat



bumi,sehingga bila sebuah benda bermassa m bergerak dengan
percepatan a, dapat dikatakan bahwa percepatan tersebut dihasilkan oleh
sebuah gaya.

F́= ( wg ) ⃗a
2.2.3 MACAM-MACAM GAYA

A. Gaya Tegangan

Gaya tegangan adalah gaya yang bekerja pada tali atau dawai
yang menyebabakantali atau dawai berada dalam berada dalam keadaan
tegang.
m1 ∙ m2
T= g
m1 +m2

33
B. Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya reaksi bidang pada benda karena benda
menekan bidang dan arahnya selalu tegak lurus bidang yang ditekan.
Besarnya gaya normal tergantung pada bentuk bidang.

C. Gaya Gesekan
Gaya gesekan disebabkan oleh ketidaklicinan permukaan dua
benda yang saling mengesek

f F
34

mg
Gaya gesek selalu berlawanan arah gerak.ada dua macam gaya
gesek yaitu:

1. Gaya gesekan statis


Gaya gesekan statis adalah gaya geseka ketika benda
masih dalm keadaan diam, yang harganya sebanding dengan gaya
normal, dapat dituliskan:

f s ≤ μs N

Dimana μs = koefisien gesekan statis.

2. Gaya gesekan kinetik


Gaya gesekan kinetik adalah gaya gesekan bila benda
sedang bergerak, yang persamaanya dapat ditulis:

f s=μ k N

Dimana μk = koefisien gesekan kinetik.

Pada umumnya harga μs > μ k

D. Gaya Sentripetal

35
Gay sentripetal selalu ada bila benda bergerak melingkar.telah
diketahui bahwa percepatan sentripetal dari benda yang bergerak
melingkar adalah:

v2
a=
R

Dengan mensubtitusikan dalma hukum newton II , F = ma, didapat:

v2
F=m
R

Gaya sentrifugal adalah reaksi gaya sentripetal yang dalam sistem


benda tali adalah gaya tarik m pada tali dan arahnya radial keluar.

E. Gaya gravitasi

Hukum gravitasi Newton menyatakan bahwa dua benda


bermassaakan saling tarik menarik dengan gaya yang besarnya adalah:

36
m1 ∙ m2
F=γ
r

Keterangan:
γ = tetapan gravitasi ( 6,672 ∙ 10−11 N m2 / kg2 )
m1 ∙ m2 = massa benda-benda (kg)

r = jarak antara m1 dan m2 (m)

untuk benda-benda yang terletak dipermukaan bumi persamaan


dapat dituliskan:

mB m
F=γ
R 2B

Keterangan:
mB = massa bumi (kg)
m = massa benda (kg)
RB =jari-jari bumi (m)

Dari hukum II Newton F =m.g , maka percepatan gravitasi bumi


adalah:

γ mB
g=
R2B

37
2.3 KERJA DAN ENERGI

2.3.1 GAYA DAN KERJA

Kerja (W) yang dilakukan oleh sebuah gaya pada suatu benda
merupakan kemampuan gaya untuk memindahkan benda pada jarak
tertentu. Gaya yang melakukan kerja adalah komponen gaya yang searah
dengan arah gerak benda.

Jika sebuah benda bergerak sejauh ds akibat gay f yang bekreja


padanya, maka kerja secara matematis dinyatakan sebagai:

F ∙ ⃗d s
dW = ⃗

Maka persamaan juga dapat dinyatakan sebagai

F ∙ ⃗d s cos θ
dW = ⃗

untuk F searah lintasan, maka θ = 1, sehingga

W = F (x2 – x1)
Satuan kerja (usaha) dalam sistem SI adalah Newton meter (joule).

38
A. Kerja Oleh Gaya Variabel

Jika gaya yang bekerja pada benda merupakan fungsi posisi dan
dalam waktu dt benda berpindah sejauh dx, mka kerja yang dilakukan:

dW = F dx

kerja total yang dilakukan hingga benda berpindah dari x 1 ke x2 mejadi:

x2

w = ∫ F dx
x1

Menurut hukum Hooke,


F=kx
Dimana k adalah tetapan pegas

Kerja yang dilakukan untuk menarik ujung pegas dari x 1 ke x2 adalah:

x2

W = ∫ F dx=∫ ( kx )
x1

1 2 1 2
W= kx − kx
2 2 2 1

39
Jika diambil x1 = 0 ( pegas mulai dalm keadaan kendur ) sampai x 2 = x ,
diperoleh:

1 2
W= kx
2

2.3.2 KERJA DAN ENERGI KINETIK

Ada hubungan yang penting antara kerja total yang dilakukan pada
sebuah partikel dengan kelajuan awal dan akhir partikel itu. Jika F x adalah
gaya neto yang bekerja pada sebuah partikel, hukum kedua Newton
memberikan
Fx = max

Untuk sebuah gaya konstan, percepatan adalah konstan , kita


dapat menghubungkan jarak yang ditempuh partikel dengan kelajuan awal
dan akhirnya dengan menggunakan rumus percepatan konstan. Jika
kelajuan awal adalah vi dan kelajuan akhir adalah vf maka persamaan:

v 2f =v 2i +2 a x ∆ x

Karena kerja yang dilakukan oleh gaya neto sama dengan kerja total yang
dilakukan pada partikel,

W total =F x ∆ x=ma x ∆ x

1 2 2
Dengan mensubtitusikan ( v −v ) untuk a x ∆ x, maka diperoleh:
2 f i

40
1 1
W total = mv 2f − mv 2i
2 2

1
Besaran m v 2 dinamakan energi kinetik K dari partikel. Besran ini adalah
2
besaran skalaryang bergantung pada massa dan kelajuan partikel:

1
K= mv 2
2

Kerja total yang dilakukan pada partikel sama dengan perubahan energi
kinetik partikel:

1 1
W total =∆ K= m v 2f − m v 2i
2 2

Hasil ini dikenal dengan teorema kerja-energi. Teorema ini berlaku baik
gaya netonya konstan maupun tidak.

2.3.3 KERJA DAN ENERGI POTENSIAL

Energi potensial adalah energi yang diperoleh suatu benda sebagai


akibat posisi atau kedudukan benda tersebut dalam suatu medan gaya.
Contoh energi potensial adalah energi medan gravitasi, energi yang
dimiliki gas yang ditekan dalam ruang tertutup, energi yang dimiliki bahan
magnetik dalam suatu medan magnet, dan energi yang dimiliki pegas
akibat pengaruh gaya pegas.

Energi potensial terbagi atas 2 yaitu:

1.energi potensial elastik

41
Contohnya: karet yang regang, busur panah yang dipasang anak
panah dan pegas yang ditarik ataupun ditekan.

Sebuah benda ditarik oleh gaya F sehingga panjangnya bertambah


sebesar x. hubungan gaya F dan X adalah:

F = -k x

Energi potensial pegas adalah:

dW = F dx
W = ∫ k x dx
1
Ep = kx
2

Selain energi potensial pegas, terdapat pula energi potensial magnet,


listrik dan gravitasi.
Sumber energi yang terbesar adalah matahari, energi cahaya dapat
menghasilkan listrik melalui sel fotovoltaik. Energi air , energi panas bumi,
energi nuklir dapat diubah menjadi energi listrik.

42
3. Energi potensial gravitasi

Energi potensial yang disebabkan oleh gaa gravitasi disebut


energi potensial gravitasi bumi.

F h

Usaha untuk memindahkan benda dari permukaan tanah


lantai ke tempat yang jauh atau ketinggiaanya h dari permukaan tanah,
sama dengan energi potensial gravitasi bumi, dengan gaya F sama
dengan berat benda w , yaitu:

W = Ep = F. h
= w .h
= m.g.h

m
Satuan energi potensial adalah kg ∙ m = Nm = joule.
s2

2.3.4 KEKEKALAN ENERGI MEKANIK

43
Energi mekanik sebuah benda adalah jumlah energi potensial dan
energi kinetik yang dimiliki benda tersebut. Secara , energi mekanik
sebuah benda dirumuskan sebagai:

Em =E p + E k
1
¿ m g h+ mv 2
2

Dalam medan garvitasi jumlah energi potensial dan energi kinetik


benda bernilai tetap. Ungkapan ini dikenal sebagai Hukum Kekekalan
Energi Mekanik yang hanya berlaku dengan gaya-gaya konservatif.
Secara sistematis, hukum kekekalan energi mekanik dapat dirumuskan
sebagai :

E p + E k = konstan

1 1
m g h A + m v 2A=m g hB + mv 2B
2 2

2.3.5 DAYA

Daya didefinisikan sebagai laju kerja yang dilakukan terhadap


waktu. Bila sejumlah kerja ∆ w dilakukan dalam selang waktu ∆ t , daya
rata-ratanya adalah:

∆w
Pr =
∆t

44
Dan daya sesaatnya :

∆ w dw
P= lim =
∆t→ 0 ∆ t dt

F d ⃗s , akan diperoleh:
Selanjutnya dari hubungan dW = ⃗

dw d ⃗s
P=
dt
= F dt

P=⃗
P v⃗

Satuan daya dalam sistem SI adalah joule/dt atau watt, dalm sistem
CGS disebut erg/dt dan dalam sistem British Engineering satuan daya
adalah daya kuda dimana 1 HP = 764 watt.

2.4 MOMENTUM LINEAR

2.4.1 KONSEP MOMENTUM DAN IMPULS

Momentum adalah sifat yang dimiliki oleh benda yang bergerak dan
dapat digunakan menentukan besarnya gaya yang dibutuhkan unntuk
mempercepat atau menghentikan benda tersebut. Momentum merupakan
hasil perkalian antara massa benda (m) dan kecepatan (v) sehingga
momentum sering dianggap sebagai massa yang bergerak.

45
P = m ⃗v

Momentum adalah besaran vektor dan dalm sistem SI bersatuan kg


m/dt. Momentum sebuah partikel dapat dipandang sebagai ukuran
kesulitan untuk mendiamkan sebuah partikel. Hukum kedua Newton dapat
ditulis dalam kaitannya dengan momentum partikel .

dP d ( mv ) dv
= =m =m a
dt dt dt

Dengan mensubtitusikan gaya F untuk m a, didapatkan

d⃗
P
F=

dt
F dt = d⃗
⃗ P

∫ ⃗P dt= ⃗P −⃗
P 0=∆ ⃗
P
Atau
⃗I = ∆ ⃗
P

Jadi perubahan momentum yang terjadi sama dengan impuls yang


dilakukan pada benda. Untuk gerak lurus I =∆ P.

2.4.2 KEKEKALAN MOMENTUM LINEAR

F =0 ¿ maka
Jika resultan gaya luar pada suatu sistem nol ( ⃗
persamaan menjadi.

P=m⃗v =¿konstan

Persamaan ini disebut hukum kekekalan momentum yang dapat


diartikan sebagai momentum total dari sistem benda yang terisolasi selalu

46
konstan. Hukum kekekalan momentum ini tidak hanya berlaku untuk
sebuah partikel, tetapi juga untuk sistem partikel.

Karena selama proses, momentum total itu konstan, maka dapat


dituliskan:

PA + PB = konstan

Untuk sebelum dan sesudah tumbukan dapat ditulis:

PA1 + PB1 = PA2 + PB2


mA vA1 + mB vB1 = mA vA2 + mB vB2

2.4.3 PERISTIWA TUMBUKAN

Menurut jenisnya tumbukan dapat dibedakan atas:

1. Tumbukan lenting sempurna


2. Tumbukan tidak lenting
3. Tumbukan lenting sebagian.

Untuk mengetahui keelestisian (kelentingan) suatu tumbukan didefinisikan


suatu besaran “koefisien restitusi (e)” yaitu:

47
−⃗v A 2−⃗v B 2
e=
⃗v A 1−⃗v A 2

1. Tumbukan Lenting Sempurna

Tumbukan lenting smpurna terjadi jika jumlah energi kinetik


sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama dengan jumlah energi
kinetik setelah tumbukan.

Nilai koefisien restitusi untuk tumbukan lenting sempurna adalah 1


(e=1). Pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi kinetik.

m A v A + mB v B =m A v ' A +mB v ' B

2. Tumbukan tidak lenting sama sekali

Tumbuka tidak lenting sama sekali didefinisikan sebagai tumbukan


yang momentum totalnya tetap, sedangkan energi kinetik total sistemnya
tidak tetap.
Nilai koefisien restitusi untuk tumbukan tidak lenting sama sekali
adalah nol (e=0). Pada tumbukan tidak lenting sama sekali tidak berlaku
hukum kekekalan energi kinetik.

m A v A + m B v B =( m A + m B ) v '

48
3. Tumbukan lenting sebagian

Pada tumbukan lenting sebagian berlaku hukum kekekalan


momentum, tetapi jumlah energi kinetik sebelum tumbukan lebih besar
dari jumlah energi kinetik sesudah tumbukan.

Nilai koefisien restitusi untuk tumbukan lenting sebagian adalah


antara nol dan satu (0¿ e¿ 1 ¿. Besar koefisien restitusi sebuah benda yang
terpental dari lantai dirumuskan dengan:

h'
e=
√ h

2.5 DINAMIKA ROTASI

2.5.1 MOMEN GAYA

Pada gerak lurus, gaya merupakan penyebab benda bergerak


lurus sedangkan dalam gerak rotasi momen gaya merupakan penyebab
benda bergerak rotasi. Ini berarti makin besar momen gaya makin mudah
suatu benda dapat berotasi.

τ =r × F

Sudut θ adalah sudut yang dibentuk antara r dan F adalah

τ =r F sin θ

49
2.5.2 MOMENTUM SUDUT

Suatu benda (sistem) dikatakan mempunyai momentum sudut jika


benda itu bergerak melingkar (berotasi). Jika sebuah partikel bermassa m
yang berada pada posisi r dan sedang bergerak dengan kecepatan v,
maka momentum sudut L didefinisikan sebagai:

L = r x mv

Karena besaran mv adalah momentum linear P, maka momentum sudut


partikel menjadi:

L=rxP

Momentum sudut adalah besaran vektor yang besarnya

L = r P sin θ

Dengan θ adalah sudut antara vektor posisi r dengan momentum P.

2.5.3 MOMEN INERSIA

Momen inersia adalah hasil kali massa suatu partikel dengan


kuadrat jarak partikel dari titik poros (sumbu) putar. Suatu benda

50
dikatakan mempunyai momen inersia jika benda itu mempunyai massa
dan berotasi (berputar) terhadap sumbu porosnya.

I =m r 2

Jika benda terdiri atas banyak bagian, momen inersianya dirumuskan


sebagai berikut:

I =∑ m n r 2n

Catatan :

Sebuah benda tersusun oleh banyak partikel dengan massa dan jarak
partikel yang berbeda-beda. Jadi, untuk mengetahui besar momen inersia
benda itu dapat dipandang sebagai jumlah aljabar momen-momen inersia
partikel-partikel penyusunnya.

Besar beberapa momen inersia beberapa benda ditunjukan oleh gambar


berikut:

51
2.5.4 ENERGI KINETIK ROTASI

Energi kinetik rotasi adalah energi kinetik sutu benda akibat benda
tersebut berotasi terhadap suatu poros. Besar energi kinetik rotasi suatu
benda dipengaruhi oleh besar momen inersia dan kecepatan sudut dari
benda tersebut.

1
Ek = m v 2
2
1 1
E K = mv 2 + I ω 2
2 2

52
Roda yang bergelinding mempunyai energi kinetik translasi dan
energi kinetik rotasi, sehingga energi kinetik totalnya adalah:

Ek =Etranslasi + Erotasi
1 1
Ek = m v 2+ I ω2
2 2

2.5.5 HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT

Bunyi hukum kekekalan momentum sudut :

“ jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada benda, maka
momentum sudut benda adalah tetap”

F ∆ t=P−P0=∆ P
dp d ( mv )
F= =
dt dt

d (m r2 )
Fr= r
dt

d ( mr 2 ω ) d ( I ω )
τ= =
dt dt
dL
τ=
dt

Momentum linear akan konstan jika ∑ F=0, maka momentum sudut akan

konstan ∑ τ=0

53
dL
=0
dt
dL = 0
L2−L1=0
I 1 ω 1=I 2 ω 2

2.5.6 GERAK MENGGELINDING

Gerak menggelinding merupakan, yaitu gerak translasi pusat


massa dan gerak rotasi. Suatu benda yang menggelinding terjadi ketika
sebuah benda dengan jari-jari R dan massa m berada di puncak suatu
bidang miring yang kasar (terdapat gaya gesek antara benda dan
permukaan bidang miring)nbergerak turun elintasi bidang miring tersebut.

Karena adanya bidang yang kasar maka terdapat gaya gesekan yang
menyebabkan benda dapat berotasi sekaligus bertranslasi. Energi kinetik
yang dipunyai silinder yang menggelinding adalah:

1 1
K= mv 2 + I ω 2
2 2

s
h I
54
Momen inersia silinder terhadap pusat massa adalah:

1
I= m R2 , juga w = v /R
2
Sehingga,

1 1 1
m g h= m v 2+
2 2 2 ( )
m R 2 v 2 /w2

1 1
m g h= m v 2+ mv 2
2 4
v=√ 4 /3 gh

Jadi terlihat bahwa kecepatan benda menggelinding lebih kecil dari pada
bila benda meluncur tanpa gesekan yang kecepatannya

v=√ 2 gh

2.5.7 ELASTISITAS

1. Teganggan (stress)

Rasio gya yang F terhadap luas penampang A dinamakan


tegangan tarik:

55
F
Tegangan =
A

2. Regangan (strain)

Regangan adalah perubahan relatif bentuk benda karena


mengalami tegangan, baik tegangan tarik maupun tengangan tekan.

a. Regangan tarik atau tekan adalah perbandingan pertambahan


panjang awalnya

L−L0 ∆L
Regangan tarik =
L0
= L0

b. Regangan volume adalah perbandingan perubahan volume


terhadap volume semula.

v−v 0 ∆ v
Regangan Volume = =
v0 v0

c. Regangan geser adalah regangan yang disebabkan tegangan


geser.

Regangan geser = tg θ ≈ θ
3. Modulus elastisitas

Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan


terhadap regangan.

a. Modulus young

56
Fn/ A
Y=
∆ L /L0

b. Modulus bulk

−P
B=
∆ v /v 0

c. Modulus geser

FT / A '
E=
θ

2.6 GERAK HARMONIK

2.6.1 DINAMIKA GERAK HARMONIK

Robert Hooke ( 1635 – 1703)

Robert Hooke lahir 18 Juli 1635 di Isle dan


meninggal 3 Maret 1703 di London, Inggris. Dalam
percobaan yang dimulainya tahun 1658, Hooke
menemukan dua hal penting, yaitu pegas spiral
untuk mengontrol keseimbangan dan memperbaiki
sistem pelepas jangkar. Pada tahun 1660, saat

57
merancang pegas pangatur keseimbangan jam, Hooke menemukan sutu
kejadian yang akhirnya melahirkan hukum Hooke yang bekaitan dengan
hukum umum tentang elastisitas.

“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka


pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya.”

Gaya pemulih F yang arahnya selalu berlawanan dengan arah simpangan


yang diberikan oleh:
F=-kx

Perbandingan antara gaya pemulih arah F dan jumlah


pertambahan panjang pegas (simpangan) x disebut tetapan pegas k.

Gaya pemulih pada gerak harmonik sederhana

F=-kx

Jadi F = m a = m w2 x
Sehingga
-m ω2 x = - k x

58
2 k
k =m ω2 x atau ω =
m
Sehingga
k
ω=
√ m

ω=
T
jadi persamaan menjadi :

m
T =2 π
√ k
1 k
f=
2π m √
Besaran ω disebut frekuensi sudut dari gerak harmonik yang dunyatakan
dalam satuan rad/dt. Simpangan pada gerak harmonik adalah:

x= A cos ( ωt+θ )

Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dicari dengan jalan


menurunkan persamaan geraknya terhadap waktu. Maka akan didapatkan
persamaanya seperti dibawah ini:

dx
Kecepatan : v=
dt
d { A cos ( ωt+ θ ) }
¿
dt
¿−ω A sin ( ωt +θ )

dv
Percepatan : a=
dt

59
d {−ωA sin ( ωt +θ ) }
¿
dt

¿−ω2 A sin ( ωt+ θ )

2.6.2 ENERGI PADA GERAK HARMONIK

Pada gerak harmonik sederhana gaya-gaya yang bekerja hanya


gaya konservatif sehingga energi mekanikanya yaitu:

E=K+U

Untuk simpangan gerak harmonik yang diberikan oleh persamaan


1
X = A cos ( ωt +θ ) , energi kinetiknya adalah m v 2.
2
Dari hubungan v = dx/dt = -A ω sin ( ωt +θ ), maka didapatkan:

1
K= m v2
2
1
¿ m A 2 ω 2 sin 2 ( ωt +θ )
2

Untuk mencari hubungan antara kecepatan v sebagai fungsi x, maka


dapat dilihat kembali persamaan diatas:

1
K= m v2
2
1
¿ m A 2 ω 2 sin2 ( ωt +θ )
2
Karena sin2 ( ωt +θ ) ={1−cos 2 ( ωt+θ ) }

60
1
K= m ω2 A 2 {1−cos2 ( ωt +θ ) }
2
1
= m ω2 { A 2−A 2 cos2 ( ωt+ θ ) }
2
1
= m ω2 ( A 2−x 2 )
2
1 1
Jadi, m v 2= m ω2 ( A 2−x 2 )
2 2
Atau v 2=ω2 ( A2 −x2 )

Dari persamaan diatas dapat dihubungkan

v=± ω √ A 2−x 2
Atau
k
v=±
√ m
( A ¿ ¿ 2−x 2) ¿

Energi kinetik K akan maksimun bila x = 0 , sedangkan pada titik x = ± A


(terjauh) tidak mempunyai kecepatan , jadi k = 0.

2.6.3 APLIKASI GERAK HARMONIK

1. Bandul Sederhana

Sebuah benda massa m digantung pada seutas tali yang


panjangnya l. Massa m diayun sehingga membentuk sudut θ yang
tidak seberapa besar.

61
Massa m akan berosilasi pada lingkaran radiusnya l. Gaya pemulih
yang bekerja pada m:
F = - mg sin θ
Untuk sudut kecil:
Sin θ ≈ θ
Sehingga gaya pemulih menjadi:

F = - mg θ=mg ( xl )=−( mgl ) x


Konstanta mg/l menyatakan k dalam F = -k x. sehingga persamaan
menjadi:
g g
ω 2=
l atau ω=
√ l
Periode bandul sederhana menjadi:
l
T =2 π
√ g

Pengukuran oeriode bandul sederhana dapat digunakan sebagai dasar


pebgukuran percepatan gravitasi g.

2. Bandul Puntiran

Persamaan periode pada bandul puntiran adalah

62
I
T =2 π
√ k

3. Bandul fisik

Bandul fisik adalah sembarang benda tegar yang digantung


yang dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu tertentu.

Persamaan periode pada bandul fisik:

I
T =2 π
√ k
Atau
I
T =2 π
√ mgd

Sedangkan frekuensinya, f = 1/T

1 mgd
f=
2π I√

2.7 MEKANIKA FLUIDA

2.7.1 MASSA JENIS DAN TEKANAN

63
Massa jenis adalah massa jenis (ρ ¿sebuah benda didefinisikan
sebagai massa per satuan volume.

m
ρ=
v

Dimana m adalah massa benda dan v merupakan volumenya.


Massa jenis merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Satuan massa
jenis dalam SI adalah kg/m3.

Tekanan didefinisikan sebagai gaya persatuan luas. Dimana gaya


F dipahami bekerja tegak lurus terhadap A.

F
P=
A

Satuan tekanan dalam SI adalah pascal (pa), 1 pa = 1 N/m 2

2.7.2 PRINSIP PASCAL DAN ARCHIMEDES

1. Prinsip Pascal

64
Blaise Pascal (1623 – 1662)

Blaise Pascal adalah seorang fisikawan Prancis


yang juga tertarik mempelajari penggunaan raksa
dalam barometer. Dengan melakukan percobaan
menggunakan system vakum ganda, Pascal berhasil
mengemukakan hukum yang dikenal sebagai Hukum
Pascal. Hukum ini menyatakan bahwa tekanan pada
fluida diam berlangsung ke segala arah dengan
besar yang konstan. Pascal juga berhasil merancang dan membuat
sebuah mesin yang sukses di pasaran yaitu kalkulator.

“ Tekana yang dikerjakan pada zat cair dalam bejana tertutup akan
diteruskan ke segala arah sama besar.”

A1
A2

maka persamaan dapat ditulis:

F1 F 2
=
A1 A2

65
2. Prinsip Archimedes

Archimedes (287 – 212) BC

Archimedes yang hidup di Yunani pada tahun 287


sampai 212 sebelum masehi, adalah seorang
matematikawan, fisikawan, astronom sekaligus
filusuf. Archimedes dilahirkan di kota pelabuhan
bernama Syracuse, kota ini sekarang dikenal
sebagai Sisilia. Archimedes juga dikenal sebagai
insinyur terkemuka yang berhasil merumuskan
prinsip gaya apung atau dikenal sebagai prinsip
sebagai prinsip kegembiraan. Kenapa disebut demikian. Menurut
sejarahnya,prinsip gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat
cair yand dipindahkan, ditemukan Archimedes pada saat mandi. Dia
kemudian bersorak penuh kegembiraan atas penemuanya tersebut.
Penemuan Archimedes lainya adalah pembuatan lensa yang dapat
memfokuskan cahaya matahari.

“ Setiap benda yang berada yang berad di dalam fluida maka


benda itu akan mengalami gaya ke atas, yang disebut gaya apung,
sebesar zat cair yang dipindahkan.”

66
F A= w u−wa

Atau
F A= ρ a V a g

Syarat benda tenggelam, melayang, dan terapung dalam prinsip


archimedes adalah:

1. Tenggelam

Benda akan tenggelam jika:


w > FA
ρb >¿ ρ ¿
a

2. Melayang

Benda akan melayang jika:


w=F A
ρb =¿ ρ ¿
a

3. Terapung

Benda akan terapung jika:

67
w < FA
ρb <¿ ρ ¿
a

2.7.3 TEGANGAN PERMUKAAN DAN KAPILARITAS

Permukaan terbuka suatu zat cair (fluida) nmerentang sebagi


membren yang memberikan gaya kepada zat cair di dalamnya. Gejala
alam yang memperlihatkan kenyataan ini antara lain terjadinya
gelembung sabun, pisau silet yang dapat terapung, naiknya air pad
pipa kapiler,dan sebaginya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
gaya-gaya yang bekerja pada permukaan zat cair.

Tegangan permukaan ( γ ) didefinisikan sebagai usaha per luas


terbentuk,

F dy F
γ= =
2 Ldy 2 L

68
Kapilaritas adalah zat cair yang tampak naik atau turun pada
sebuah tabung dengan diameter relatif terhadap tingkat zat cair yang
mengelinginya, bengantung oada kekuatan relatif gaya adhesi dan
kohesi. Besar naiknya (turunnya) bergantung pada tegangan
permukaan yang menjaga agar permukaan zat cair tidak pecah.

Jika silinder mempunyai jejari r, mka zat cair bersentuhan dengan


silinder sepanjang 2πr, maka gaya yang meninggalkan permukaan
adalah:
F=¿2πr γ cos θ

Dengan : r = jari-jari (m)


γ = tegangan permukaan (N/m)
θ = sudut kontak

Gaya ynag menarik zat cair ke bawah adalah berat kolom zat cair
setinggi y yang harganya

w=π r 2 ρgy

Karena zat cair dalam keadaan setimbang , maka F = w, sehingga:

2πr γ cos θ=π r 2 ρgy

69
2 πr γ cos θ
y=
π r 2 ρg
2 γ cos θ
y=
ρgr

2.7.4 PERSAMAAN KONTUNUITAS

ρ1 A 1 V 1 =ρ2 A 2 2

Jika aliran tunak tersebut bersifat komprsibel, maka ρ1= ρ2 sehingga


persamaan kontinuitas menjadi:

A 1 v 1= A 2 v 2

Hasil kali A.v disebut fluk volume atau laju aliran yang mempunyai satuan
m3/dt. Dan sering dituliskan dalam bnetuk:

Q=Av

2.7.5 PERSAMAAN BERNOULLI

Daniel Bernoulli (1700 – 1782)

Daniel Bernoulli lahir 29 januari 1700 di Groningen,


Belanda, dan meninggal 17 Maret 1782 di Basel,
Swiss. Bernoulli merupakan salahn seorang penemu
prinsip dasar dalam bidang dinamika fluida. Bernoulli
banyak berjasa memajukan ilmu matematika dan

70
berhasil menjadi profesor pada sebuah akademi Rusia di kota Petersburg.
Bernoulli juga dianggap sebagai penganjur mekanika newton yang paling
awal dan berhasil merumuskan konsep ini didalam aliran fluida. Di akhir
hidupnya, Bernoulli banyak mengamalkan ilmunya sebagai pengajar di
Universitas Groningen.

“Bila kecepatan fluida (zat cair) tinggi maka tekanan fluida (zat cair)
tersebut akan rendah atau sebaliknya.”

1 1
P1 + ρg h1 + ρV 21 =P2+ ρg h2+ ρ V 22
2 2

Keterangan:
P = tekanan fluida (N/m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)


h = tinggi fluida dari titik acuan (m)
v = kecepatan fluida (m/s)

71
2.7.6 APLIKASI PERSAMAAN BERNOULLI

1. Persamaan statistika fluida

Sebuah tabung yang berisi fluida dengan massa jenis.

P1 + ρg y 1=P0 + ρg y 2
P1=P0 + ρ g ( y 2− y 1 )
Atau
P1=P0 + ρ gh

2. Teorema Toricelli

Bentuk persamaan Bernoulli adalah

1 1
P0 + ρ v 21 + ρg y 1=P0 + ρ v 22 + ρg y 2
2 2

Jika perbandingan luas penampang pada titik 1≫ luas


penampang pada titik 2, maka kecepatan v1 ≈ 0,

1
P0 +0+ ρg y 1=P0 + ρ v22 + ρg y 2
2
1
ρg y 1= ρ v 22 + ρg y 2
2

72
1 2
ρ v = ρg y 2−ρg y 1
2 2
Atau
v 2=√ 2 gh

3. Tabung pitot

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin


atau aliran gas.
Jika diketahui harga-harga ρ, ρ ' penampang A1 dan A2
serta tinggi h, maka kecepatan aliran dapat ditentukan:

'
v1 =A 2
√ 2 ( ρ −ρ ) gh
ρ ( A 21− A 22)

2.7.7 VISIKOSITAS

1. Koefisien visikositas.
Visikositas dapat diartikan sebagai gesekan internal suatu fluida.
Persamaan kofisien visikositas adalah:

F/ A
𝛈¿ v/L
Atau
Av
F=η
L

73
2. Bilangan Reynold
Persamaan bilangan Reynold adalah :

ρv D
N R=
η

3. Hukum Stokes

George Gabriel Stokes (1819 – 1903)

George Gabriel Stokes lahir 13 Agustus 1819 di


Irlandia dan meninggal 1 Februari 1903 di Inggris.
Stokes menyelidiki masalah friksi internal didalam
cairan sedang bergerak dan mempelajari pula gerak
penfulum dalam fluida. Hasil penelitiannya kemudian
dituliskan dalam sebuah tulisan ilmiah berkaitan
dengan aspek dasar hidrodinamika. Stokes berhasil
mengemukakan sebuah hukum mengenai visikositas dengan
menguraikan tentang kecepatan sebuah bola yang dijatuhkan pada
sebuah fluida kental.

“ Bila sebuah bola dijatuhkan dala fluida kental, maka bola tersebut
akan mengalami gaya gesek”

Besarnya gaya gesek yang dialami oleh


fluida di dalam fluida adalah:

74
Fs
F
F=6 π η r v

Keterangan:
F = gaya gesek (N)
r = jari-jari bola (m)
𝛈 = visikositas fluida (N.s/m2 atau Pa.s )
V = kecepatan relatif bola (m/s2)

Besarnya kecepatan terminal


2 r 2−g '
v= ( ρ− ρ )
9 η
Sedangkan besranya kekentalan fluida adalah:
r 2−g '
𝛈 = 2/9 ( ρ− ρ )
v

4. Hukum Poiseulle

Jean Louis Marie Poiseulle (1799 – 1869)

Jean Louis Marie Poiseulle Lahir pada 22 April


1799 dan meninggal pada 26 Desember 1869.
Dokter dan fisiolog Perancis yang berkontribusi
pada pengetahuan tentang sirkulasi darah melalui

75
arteri dan eksperimental berasal persamaan yang menggambarkan laju
aliran laminar cairan melalui tabung sempit (sekarang dikenal sebagai
persamaan Hagen-Poiseuille karena insinyur Jerman Gotthilf Hagen juga
independen menemukan itu). Hal ini terkait laju aliran untuk viskositas
fluida, penurunan tekanan sepanjang tabung, dan jari-jari tabung.
Minatnya dalam sirkulasi darah dipimpin dia untuk melakukan eksperimen
pada aliran cairan dalam tabung sempit. Poiseuille diyakini menjadi yang
pertama untuk telah menggunakan manometer air raksa untuk mengukur
tekanan darah dengan penemuan nya, hemodynamometer, metode
ditingkatkan untuk mengukur tekanan darah.

“ Cairan yang mengalir melalui saluran pipa akan berbanding


langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa “

π R4
Q= ( P −P2 )
8η L 1

Keterangan:
Q = kelajuan aliran (m/s)
R = jari – jari pipa atau tabung (m)
L = panjang pipa atau tabung (m)
P1 = tekanan 1 (N/m2)
P2 = tekanan 2 (N/m2)

76
2.8 SUHU DAN KALOR

2.8.1 SUHU

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu


benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur
suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur
suhu dengan valid.

Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan


kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 –
1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang
digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama
sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan
terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti
bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa
menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 – 1907) menawarkan skala
baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air
membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama
dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur
dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan
mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka
pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.

77
1.Termometer skala Kelvin, titik didih air 373 K dan titik beku cair 273

2. Termometer skala Reamur, titik didih air 800R dan titik beku cair 00R

3. Termometer skala Fahrenheit, titik didih air 212 0F dan titik beku cair 00F

4. Termometer skala Celcius, titik didih air 100 0C dan titik beku cair 00C

Suhu mutlaknya adalah kelvin (K)


0 ℃ = 273 K
t ℃ = (t + 273) K

78
2.8.2 KALOR

Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari temperatur tinggi


ke temperatur rendah, jika suatu benda menerima atau melepaskan kalor
maka temperatur benda itu akan naik atau turun dan wujud dari benda itu
akan berubah. Kalor adalah suatu bentuk energi yang dapat dipindahkan,
tetapi tidak dapat dihilangkan. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu
adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu
kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun yang dilepaskan
oleh suatu benda. Kalor juga merupakan suatu bentuk energi.

1 Joule = 0,24 kalori Joule = J


1 kalori = 4,18 Joule Kalori = kal

Kalor dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:

a. Kalor Jenis

Kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 kilo zat itu sebesar derajat celcius (1 0C). Bilangan kalor
jenis dinyatakan dengan satuan Kkal/Kg 0C.

b. Kalor Laten

Kalor laten atau yang disebut dengan panas laten adalah kalor
yang diperlukan untuk mengubah wujud zat padat menjadi cair, dan cair
menjadi gas atau sebaliknya. Satuan kalor laten adalah joule, kalori atau
BTU.

79
Q=m L
Dengan L = kalor laten (joule/kg)

1.Azas Black

Kalor yang dilepaskan oleh benda bersuhu tinggi sama


dengan kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih renda. Hal ini
dapat dinyatakan dalam persamaan:

Qlepas =Q terima

m1 c1 ∆t 1=m1 c1 ∆t 2

2.Pemuaian Zat Padat

Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena


pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda
karena menerima kalor.

Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair,
dan pada zat gas.

Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian


panjang (untuk satu demensi), pemuaian luas (dua dimensi) dan
pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat cair dan zat
gas hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya
diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273℃.

Pemuaian zat padat


 pemuaian panjang

80
∆ l=l 0 α ∆ T

∆ l=l t−l 0

 Pemuaian luas

∆ A= A0 β ∆ T
β=2 α
At = A0 ( 1+ β ∆T )
∆ A= At − A0

 Pemuaian ruang

V =V 0 γ ∆ T
γ =3 α
∆ V =V t −V 0
V t =V 0 (1+ γ ∆ T )

3. Perpindahan Kalor

 Konduksi
Kalor berpindah melalui benda, tetapi partikel-partikel benda itu
tidak mengalami perpindahan tempat. Perpindahan kalor seperti
ini disebut konduksi atau hantaran.
Benda yang baik menghantarkan kalor disebut konduktor.
Misalnya: besi, tembaga, aluminium, dan perak.

81
Benda yang tidak baik menghantarkan kalor disebut isolator.
Misalnya: kayu, kaca, dan plastik.

k A∆T
H=
l

 Konveksi
Perpindahan kalor yang disebabkan oleh aliran suatu zat atau
perpindahan partikel-partikel zat disebut konveksi. Konveksi
bisa terjadi pada zat alir yaitu zait cair atau zat gas.
Perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua
yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa.
Konveksi alamiah, contohnya aliran air pada saat dimasak.
Konveksi paksa contohnya untu mendapatkan udara dingin
dlam ruang dipasang AC atau kipas angin.

H=h A ∆ T

 Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan kalor dengan pancaran tidak

82
memerlukan zat perantara (medium), karena berupa gelombang
elektromagnetik.
Contoh perpindahan kalor secara radiasi: kalor dari matahari
sampai ke bumi, kalor dari api unggun sampai ke badan kita,
kalor dari lampu ruangan memancar ke segala arah.

- Permukaan yang hitam dan kusam adalah penyerap dan


pemancar kalor yang baik
- Permukaan yang putih dan mengkilap adalah penyerap dan
pemancar kalor yang buruk

W =e σ T 4
e=¿ emisivitas (0<e<1). Benda hitam sempurna e=1
σ =¿ tetapan stefan-Boltzman (5,6 x10-8 w/ m2K4)
T =¿ suhu mutlak (K)
W =¿intetitas radiasi (W/m2)

4. Hukum Boyle

Robert Boyle (1627 – 1691)

Robert Boyle lahir pada 25 januari 1627 di


Waterfood, Irlandia, dan meniggal 30 Desember
1691 di London. Boyle berkonstibusi penting dalam
ilmu fisika dan kimia denganmenemukan sebuah
hukumyang dikenal sebagai hukum Boyle. Hukum
ini menghubungkan volume dan tekanan suatu gas.
Selain itu, Boyle bersama asistennya juga berhasil
menemukan bebarapa fakta ilmiah lainnya, diantaranya mengenai bunyi
yang tidak dapat merambat dalm ruang hampa udara.

83
“ Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding
terbalik dengan tekananya ”

P V =¿Konstan atau P1 V 1=P2 V 2

P1 = tekanan gas 1 (N/m2 = Pa )


V1 = volume gas 1 (m3)
P2 = tekanan gas 2 (N/m2 = Pa)
V2 = volume gas 2 (m3)

5. Hukum Gay Lussac

Joseph Louis Gay Lussac ( 1778 – 1850)

Joseph Louis Gay Lussac lahir 6 Desember 1778


dan meninggal 10 Mei 1850. ialah kimiawan dan
fisikawan Prancis. Ia terkenal untuk dua hukum
yang berkenaan pada gas. Gay-Lussac dilahirkan
di St Leonard dari Noblac, di bagian Haute
Vienne.Dari 1808 sampai 1832 ia merupakan guru
besar fisika di Sorbonne, Gay Lussac pertama
kali merumuskan hukum bahwa gas berkembang secara linear dengan
tekanan tetap dan suhu yang bertambah (biasanya banyak dikenal
sebagai Hukum Charles).Pada 1808, ia merupakan ko-penemu boron.

“ Bila sejumlah gas ditempatka dalam ruang tertutup yang


volumenya dibuat konstan mak besar tekanan dan suhu akan saling
mempengaruhi.”

84
P 1 P2
=
T1 T 2

Keterangan :
P1 = tekanan 1 (N/m2)

T 1 = suhu 1(k)

P2 = tekanan 2 (N/m2)

T 2 = suhu 2 (k)

6. Hukum Vander wall

Johannes Diderik Vander Waals (1837 – 1923)

Johannes Diderik van der Waals lahir pada 23


November 1837 dan meninggal 8 Maret 1923
ialah ilmuwan Belanda yang terkenal atas
karyanya pada persamaan gas cairan, sehingga
ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam
Fisika pada 1910. van der Waals adalah yang
pertama menyadari perlunya mengingat akan
volume molekul dan gaya antarmolekul (kini
disebut gaya van der Waals) dalam mendirikan hubungan antara tekanan,
volume, dan suhu gas dan cairan.

85
BAB III

APLIKASI GERAK HARMONIK

3.1 BANDUL SEDERHANA

Contoh gerah harmonik adalah gerak harmonik pada bandul


sederhana. Bandul sederhana merupakan gerak harmonik
sederhana hanya jika amplitudo geraknya kecil.

Sebuah benda massa m digantung pada seutas tali yang


panjangnya l. Massa m diayun sehingga membentuk sudut θ yang
tidak seberapa besar.

S = L∅

Kompeonen tangensial percepatan benda adalah d 2 s /dt 2. Komponen


tangensial hukumkedua Newton adalah:

d2 s
∑ F t =−mg sin ∅=m dt 2
Atau

86
d2 s s
2
=−g sin ∅=−g sin
dt l
Jika s jauh lebih kecil dari pada S/L, sudut ∅=s /L adalah kecil, dan kita
dapat mendekati sin∅ . Dengan menggunakan sin (s/L) ≈ s/ L.

d 2 s −g
= s
dt 2 L

d2 s 2
=−ω s
dt 2
Dengan
g
ω 2=
L
g
atau ω=
√ l
Periode bandul sederhana menjadi:
l
T =2 π
√ g

Pengukuran oeriode bandul sederhana dapat digunakan sebagai dasar


pebgukuran percepatan gravitasi g.

3.2 BANDUL PUNTIR

τ =−k ∅

Konstanta kesebandingan k diesebut konstanta puntir . jika


momen inersia benda terhadap sumbu, hukum kedua Newton
memberikan:

d2∅
τ =−k ∅=I
dt 2

87
Atau
d 2 ∅ −k 2
2
= ∅=−w ∅
dt I

Persamaan periode pada bandul puntiran adalah

I
T =2 π
√ k

3.3 BANDUL FISIS

Bandul fisis adalah sembarang benda tegar yang digantung


yang dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu tertentu.

Persamaan periode pada bandul fisik:

I
T =2 π
√ k
Atau
I
T =2 π
√ mgd

Sedangkan frekuensinya, f = 1/T

1 mgd
f=
2π I√
BAB IV

88
RUMUS – RUMUS PENTING

1.1 Gerak Harmonik

1. Kecepatan gerak Harmonik


dx
v x=
dt

¿ d { A cos ( ωt + Ø ) }
vx
dt

v x =− Aω sin ( ωt+ Ø )

2. Percepatan
dv
a x=
dt

d { – ωA sin ( ωt + Ø ) }
a x=
dt

a x =−ω2 A cos ( ωt+ Ø )

i. Energi pada gerak Harmonik

3. Energy kinetic
1
EK= m v 2
2

Karena v x =− Aω sin ( ωt+ Ø ),

89
1 2
EK= m { – Aω sin ( ωt+ Ø ) }
2

1
EK= m A 2 ω2 sin 2 ( ωt + Ø )
2

k k
Karena k =m ω2 atauω 2=
m
, ω=
m√
1
EK = k A2 sin 2 ( ωt + Ø )
2

4. Energy potensial
x x
1
EP=∫ F . dx=∫ kx . dx= kx
0 0 2

1 2
EP= k { A cos ( ωt+ Ø ) }
2

1
EP= k A 2 cos 2 ( ωt + Ø )
2

5. Energy mekanik

EM =EK + EP

1 1
EM = k A2 sin 2 ( ωt+ Ø ) + k A2 cos 2 ( ωt + Ø )
2 2

1
EM = k A2 {sin 2 ( ωt + Ø ) }+cos2 ( ωt + Ø )
2

1
EM = k A2
2

90
Hubungan antara kecepatan v sebagai fungsi dari x, yaitu :

1 1
EK = m v 2= m A 2 ω2 sin 2 ( ωt + Ø )
2 2

Karena sin2 ( ωt + Ø )={1−cos2 ( ωt + Ø ) }, maka :

1
EK = m A 2 ω2 {1−cos 2 ( ωt + Ø ) }
2

1
EK = m ω2 { A2− A 2 cos 2 ( ωt + Ø ) }
2

1
EK = m ( A 2−x 2 )
2

Jadi,
1 1
m v 2= m ( A 2−x 2 )
2 2
atau
v 2=ω2 ( A2−x 2 )

k 2 2
v=± ω √ A 2−x 2 atau v=±
√ m
( A −x )

1.2 Tekanan Fluida

PA−( P+ dP ) A−dw=0
PA−( P+ dP ) A−ρgA . dy =0
dP=−ρgh . dy

91
dP
=ρg … .
dy
P2 y2

∫ dP=−∫ ρg . dy
P1 y1

P2−P1=−( y 2− y 1 ) ρg
Dapat diperoleh :
P0−P=−ρg ( y 2− y 1 )
P=P 0+ gh

1.3 Hukum Stokes

4
F a= π r 3 ρ ' g
3
Dan
4
w= π r 3 ρg
3
Jadi,
w=F a + F
4 3 4
π r ρg= π r 3 ρ' g+6 π η rv
3 3
4 3 '
π r g ( ρ− ρ ) =6 π η rv
3
2 2
r g( ρ−ρ' )
9
v=
η

1.4 Pada Tabung pitot

( ρ' − ρ ) gh= 1 ρ v 22− 1 ρ v 12


2 2
A1 v1 1
( ρ' − ρ ) gh= 1 ρ ( ) − ρ v1
2
2 A2 2

92
A1 v 1 2
2 ( ρ' −ρ ) gh= ρ
{( ) }
A2
−v 12

A1 2
{( ) }
¿ρ
A2
−1 v 12

A1 2 A2 2

{( ) ( ) }
¿ρ
A2

A2
v 12

A 12−A 22
'
2 ( ρ −ρ ) gh= ρ
( A2 2 ) v 12

2 2 ( ρ' −ρ ) gh
V1 = 2 2
A 22
ρ ( A1 − A 2 )

2 ( ρ' −ρ ) gh
v1 =A 2
√ ρ ( A12− A 22 )

1.5Pemuaian Termal

∆ l l0 ∆ t
∆ l=α l 0 ∆ t
1 ∆l
α=
l0 ∆ t
l−l 0 =α l 0 ∆ t
l=l 0 ( 1+α ∆ t )
atau
b=b0 ( 1+α ∆ t )
Jadi,
A=l b
A=l 0 ( 1+α ∆ t ) b0 ( 1+α ∆ t )
A=l 0 b 0 { (1+ α ∆ t )( 1+α ∆ t ) }

A=A 0 {1+2 α ∆ t +α 2 ( ∆t 2 ) }

Karena α 2 ( ∆ t 2 ) terhadap 1, maka :

93
A=A 0 (1+ γ ∆ t )
γ =2 α adalah koefisien pemuaian luas
Untuk pemuaian ruang :
V =V 0+ (1+3 α ∆ t )
V =V 0+ (1+ β ∆ t )
Sehingga :
1 ∆V
β=
V0 ∆t

DAFTAR PUSTAKA

Alonson, Marcelo dkk.1992.Dasar-Dasar Universitas.Jakarta:Erlangga


Giancoli, Douglas C.1997.Fisika.Jakarta :Erlangga
Sofyan.1998.Fisika Dasar I.Darussalam
Sutrisno.1997.Fisika Dasar.Bandung:ITB
Tipler.1991.Fisika Untuk Sains Dan Teknik.Jakarta:Erlangga
Yusrizal.2010.Fisika Dasar 1. Darussalam

94

Anda mungkin juga menyukai