FISIKA DASAR I
DISUSUN OLEH:
NAMA : FITRIANISAH
NIM : 1106103030015
2012
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB II HUKUM-HUKUM
2.1 KINEMATIKA PARTIKEL .................................................. 21
2.2 DINAMIKA PARTIKEL ...................................................... 32
2.3 KERJA DAN ENERGI ....................................................... 38
2.4 MOMENTUM LINEAR ....................................................... 45
2.5 DINAMIKA ROTASI .......................................................... 49
2.6 GERAK HARMONIK ......................................................... 57
2.7 MEKANIKA FLUIDA .......................................................... 63
2.8 SUHU DAN KALOR .......................................................... 76
3
BAB I
1.1 BESARAN
4
Tabel-1
Tabel-2
5
Besaran Satuan
Nama Lambang Nama Lambang
Luas A m× m m2
Volume V m× m× m m3
Massa Jenis ρ Kg/m3 Kg/m3
Kecepatan v m/s m/s
m2 m/s 2
Percepatan a
s
Gaya F Kg m/s2 N
Tekanan P N /m N /m
Usaha W N ×m Joule
Daya P J×s watt
Momentum P Kg m/s2 Kg m/s2
Impuls I N ×s N ×s
Momen N /m N /m
τ
Gaya
A.Vektor posisi
Posisi titik P terhadap O dapat dinyatakan dengan vektor
posisi yang ditarik dari O sampai P.
y
P (x,y)
6
r⃗
θ
0
x
r⃗ =^x + ^y
B. Vektor satuan
vektor satuan didefinisikan sebagai vektor yang mempunyai
panjang satu satuan dan mempunyai panjang satu satuan dan
mempunyai arah yang sama dengan vektor awalnya.
z
k^
^j
i^
x cartesien, vektor satuan ke arah sumbu x, y, dan z
untuk koordinat
berturut-turut adalah:
r⃗ = xi^ + y ^j + zk^
C. Komponen Vektor
7
Az
⃗ A
⃗
γ
β Ay
⃗
y
α
Ax
⃗
A=⃗
⃗ A x+ ⃗
A y+ ⃗
A z =⃗ ^ ⃗
A x i+ A z k^
A y ^j+ ⃗
A = √ A 2x + A 2y + A 2z
Ax , ⃗
⃗ Ay,⃗
A z dan i^ , ^j , k^ masing-masing adalah kom[ponen vektor dan vektor
satuan pada sumbu x, y dan z. disini:
Ax A A
cos α = , cos β = y , cos γ = z
A A A
Hubungan α , β , dan γ memenuhi :
cos 2 α +cos 2 β +cos2 γ = 1
8
Untuk bidang datar dapat ditulis:
y
A menjadi :
Dalam bidang, sumbu z tidak ada, maka vektor ⃗
A=⃗
⃗ A x+ ⃗
A y =⃗ ^ ⃗
A x i+ A y ^j
Besarnya: A = √ A 2x + A 2y
A x = A x i^ , besarnya A x = A cos α
Maka : ⃗
b⃗
9
α a⃗
R
⃗
- b⃗
R = √ a2 +b 2−2 ab cos α
b. Perjumlahan vektor
1. Perjumlahan sederhana
Vektor pada penjumlahan sederhana merupakan khusus
untuk vektor yang searah.
a⃗ b⃗
R
⃗ R =⃗a + b⃗
⃗
10
b⃗
R =⃗a + b⃗ + ⃗c
⃗
0 a⃗
c⃗
d. Segitiga
α R =⃗a + b⃗
⃗
R
⃗
R|=√|a|2+|b|2 −2|a||b|cos γ
Besaran : |⃗
|⃗a| γ|⃗b| R|
|⃗
Arah = sin α
= sin β
= sin γ
β
α
B
R
⃗
R=√ a2+ b2 +2 ab cos α
b⃗
B. Perkalian vector
a. Pekalian titik
11
A dan ⃗
Perkalian titik dua vekktor ⃗ B ditulis ⃗
A.⃗
B adalah suatu
besaran skalar yang didefinisikan sebagai:
A.⃗
⃗ B = AB cos θ
b. Perkalian silang
Adan ⃗
Perkalian silang dua vector ⃗ B ditulis ⃗
A×⃗
B adalah
vektor yang didefinisikan :
A.⃗
⃗ B = ABsin θ
1.2 SATUAN
12
u n i v e r s a l , m u d a h digunakan setiap saat dengan tepat. Bila syarat-
syarat itu dipenuhi boleh dikatakan satuanyang bersangkutan sudah baik
dan baku.
13
w a k t u 1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena
nilainya dianggap selalukonstan.
1.1 Pengukuran
14
pengukuran didefinisikan sebagai proses membandingkan suatu
besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang digunakan sebagai
satuan. Satuan yang digunakan harus didefinisikan secara fisik, misalnua
meter, ember, cangkir, atau gelas. Pendefinisian secara fisik diperlukan
agar segala sesuatuyang diukur tersebut jelas ukurannya. Jika satuan
yang digunakan tidak jelas ukurannya, maka hasil pengukuran sulit
dipertanggungjawabkan.
Ketelitian pengukuran sangat diperlukan dalam mengukur suatu
benda. ketidaktelitian pengukuran seringkali membuat suatu benda tidak
sesuai dengan panjang atau berat suatu benda.
1. Secara Langsung
15
A. Kesalahan Pengukuran
1. Keteledoran
2. Kesalahan sistmatik
3. Kesalahan acak
Contoh :
16
c.pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada
percobaan hukum II Newton.
1.Ketelitian (accuracy)
2.Kepekaan
3.Ketepatan (precision)
4.Presisi
17
5.Akurasi
1. Mistar/penggaris
Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar atau
penggaris. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau
0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu
sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada
saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah
pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda
yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang
tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih
besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut
kesalahan paralaks.
2. Jangka Sorong
18
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat
mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam
dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital.
Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk
jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm
3. Mikrometer skrup
19
panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan
skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam
mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu
bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau
0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian
paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya,
yaitu 0,01 mm.
BAB II
HUKUM-HUKUM
20
2.1.1 KECEPATAN RATA-RATA DAN SESAAT
jarak total
Kelajuan rata-rata =
Waktu Total
Satuan SI kelajuan rata-rata adalah meter per sekon (m/s), dan satuan
yang lazim di Amerika adalah feet per sekon (ft/s). satuan kelajuan yang
sehari-hari dikenal di Amerika Serikat adalah mil per jam (mi/j).
∆ x=¿x2 – x1
∆x
0
X1 X2 X
Gambar 2-1-1
21
Kecepatan adalah laju perubahan posisi. Kecepatan rata-rata
partikel didefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan ∆ x dan
selang waktu ∆ t=¿ t2 – t1 :
∆ x x 2−x 1
v rata−rata= =
∆ t t 2−t 1
∆x
lim =¿kemiringan garis yang menyinggung kurva x terhadap t.
∆ t →0 ∆t
Limit ini dinamakan turunan x terhadap t. dalam notasi kalkulus turunan
dx
dapat ditulis
dt
:
∆ x dx
lim =
∆ t →0 ∆ t dt
22
∆ v=∆ v 2−∆ v 1 adalah perubahan kecepatan sesaat untuk selang waktu
tersebut:
∆v
a rata−rata=
∆t
∆v
Percepatan sesaat adalah limit rasio dengan ∆ t mendekati
∆t
nol. Percepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai kemiringan garis
yang menyinggung kurva pada saat itu:
∆v
a= lim kemiringan garis yang menyinggung kurva v terhadap t
∆t→0 ∆t
dv
kalkulus untuk turunan adalah . Karena kecepatan adalah turunana
dt
posisi x terhadap t, percepatan adalahnturunan kedua x terhadap t, yang
d2 x
biasanya ditulis . Alasan notasi semacam ini dengan menuliskan
d t2
dv dx
percepatan sebagai dan menganti v dengan :
dt dt
dx
)d(
dv dt d2 x
a= = = 2
dt dt dt
23
d ⃗v d ⃗v d ⃗r d ⃗v d ⃗r
a⃗ = = ∙ = ∙
dt dt d ⃗r d ⃗r dt
Atau
d ⃗v
a⃗ = ⃗v
d r⃗
^ y ^j+ z k^
⃗x =x i+
d ⃗x dx ^ dy ^ dz ^
v⃗ = = i+ j+ k
dt dt dt dt
^ v y ^j+ v z k^
⃗v =v ₓ i+
24
acuan.sedangkan gerak lurus merupakan gerakan yang menghasilkan
lintasan berbentuk garis lurus, dimana vector posisi dapat dinyatakan:
r⃗ = ⃗x = x i^
x t
∫ dx=v ∫ dt
x0 0
x−x 0=vt
Yang memberikan :
x=vt+ x 0
25
Jarak = luas segi empat
t
Kecepatan = tan α
v=v 0 + at
∆ x=v rata−rata t
v v=v 0 + at
1
v rata−rata= ( v 0−v )
2
26
v0
1
∆ x=v rata−rata t= ( v 0 −v )
2
1 1 1
∆ x= ( v 0−v )= ( v 0+ v 0 +at )=v 0 t+ a t 2
2 2 2
1
x=x 0 +v 0 t+ a t 2
2
1 v −v 0 1 v−v 0
∆ x=¿ v 0 t + a t 2=v 0
2 ( a ) (
+ a
2 a )
Jika tiap ruas dikalikan dengan a dan tiap sukunya dijabarkan, maka akan
didapat:
1 1 1 1
a ∆t=v 0 v−v 20 + v 2−v 0 v + v 20= v 2− v 20
2 2 2 2
27
Atau
v 2=v 20 +2 a ∆ x
dv
a= f (t), maka dv = f (t) dt
dt
Dengan mengintegrasikan persamaan diatas,
∫ dx=v ∙ dt
x = ∫ v ∙ dt +C
28
Dari persamaan a = dv/dt = f (x), atau
dv dx dv
f (x) = =v
dt dt dx
sehingga, v.dv = f (x) dx
dengan mengintegrasikan persamaan tersebut diperoleh
∫ v ∙ dv=∫ f ( x ) dx
1 2
v =∫ f ( x ) dx +C
2
^ y ^j
r⃗ =x i+
29
2.1.5 GERAK MELINGKAR
V = ωR
A. Gerak Melingkar Beraturan
30
GMB adalah gerak melingkar dengan kecepatan sudut (w) tetap.
Arah kecepatan linier v selalu menyinggung lintasan, jadi sama dengan
arah kecepatan tangensial sedanghan besar kecepatan v selalu tetap
(karena w tetap). Akibatnya ada percepatan radial ar yang besarnya tetap
tetapi arahnya berubah-ubah. ar disebut juga percepatan
sentripetal/sentrifugal yang selalu v.
V=wR
W 2 R2
a=
R
a=w 2 R
31
Inggris. Newton adalah ahli fisika yang menekuni berbagai bidang,
terutama fisika klasik. Bidang keahliannya mencakup mekanika (berhasil
mengemukakan tiga buah hukum tentang gerak), bidang optika (berhasil
mengemukakan hukum difraksi cahaya dan cincin newton), serta
penyelidikan masalah warna. Penyelidikannya terhadap cahaya
melahirkan teori corpuscular. Puncak prestasi Newton adalah melahirkan
teori gravitasi umum.
∑F =0
2. Hukum II Newton
32
“ Apabila sebuah benda memberikan gaya kepada benda
lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda yang
pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi
berlawanan arah.”
∑ F aksi = -∑ F reaksi
F́= ( wg ) ⃗a
2.2.3 MACAM-MACAM GAYA
A. Gaya Tegangan
Gaya tegangan adalah gaya yang bekerja pada tali atau dawai
yang menyebabakantali atau dawai berada dalam berada dalam keadaan
tegang.
m1 ∙ m2
T= g
m1 +m2
33
B. Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya reaksi bidang pada benda karena benda
menekan bidang dan arahnya selalu tegak lurus bidang yang ditekan.
Besarnya gaya normal tergantung pada bentuk bidang.
C. Gaya Gesekan
Gaya gesekan disebabkan oleh ketidaklicinan permukaan dua
benda yang saling mengesek
f F
34
mg
Gaya gesek selalu berlawanan arah gerak.ada dua macam gaya
gesek yaitu:
f s ≤ μs N
f s=μ k N
D. Gaya Sentripetal
35
Gay sentripetal selalu ada bila benda bergerak melingkar.telah
diketahui bahwa percepatan sentripetal dari benda yang bergerak
melingkar adalah:
v2
a=
R
v2
F=m
R
E. Gaya gravitasi
36
m1 ∙ m2
F=γ
r
Keterangan:
γ = tetapan gravitasi ( 6,672 ∙ 10−11 N m2 / kg2 )
m1 ∙ m2 = massa benda-benda (kg)
mB m
F=γ
R 2B
Keterangan:
mB = massa bumi (kg)
m = massa benda (kg)
RB =jari-jari bumi (m)
γ mB
g=
R2B
37
2.3 KERJA DAN ENERGI
Kerja (W) yang dilakukan oleh sebuah gaya pada suatu benda
merupakan kemampuan gaya untuk memindahkan benda pada jarak
tertentu. Gaya yang melakukan kerja adalah komponen gaya yang searah
dengan arah gerak benda.
F ∙ ⃗d s
dW = ⃗
F ∙ ⃗d s cos θ
dW = ⃗
W = F (x2 – x1)
Satuan kerja (usaha) dalam sistem SI adalah Newton meter (joule).
38
A. Kerja Oleh Gaya Variabel
Jika gaya yang bekerja pada benda merupakan fungsi posisi dan
dalam waktu dt benda berpindah sejauh dx, mka kerja yang dilakukan:
dW = F dx
x2
w = ∫ F dx
x1
x2
W = ∫ F dx=∫ ( kx )
x1
1 2 1 2
W= kx − kx
2 2 2 1
39
Jika diambil x1 = 0 ( pegas mulai dalm keadaan kendur ) sampai x 2 = x ,
diperoleh:
1 2
W= kx
2
Ada hubungan yang penting antara kerja total yang dilakukan pada
sebuah partikel dengan kelajuan awal dan akhir partikel itu. Jika F x adalah
gaya neto yang bekerja pada sebuah partikel, hukum kedua Newton
memberikan
Fx = max
v 2f =v 2i +2 a x ∆ x
Karena kerja yang dilakukan oleh gaya neto sama dengan kerja total yang
dilakukan pada partikel,
W total =F x ∆ x=ma x ∆ x
1 2 2
Dengan mensubtitusikan ( v −v ) untuk a x ∆ x, maka diperoleh:
2 f i
40
1 1
W total = mv 2f − mv 2i
2 2
1
Besaran m v 2 dinamakan energi kinetik K dari partikel. Besran ini adalah
2
besaran skalaryang bergantung pada massa dan kelajuan partikel:
1
K= mv 2
2
Kerja total yang dilakukan pada partikel sama dengan perubahan energi
kinetik partikel:
1 1
W total =∆ K= m v 2f − m v 2i
2 2
Hasil ini dikenal dengan teorema kerja-energi. Teorema ini berlaku baik
gaya netonya konstan maupun tidak.
41
Contohnya: karet yang regang, busur panah yang dipasang anak
panah dan pegas yang ditarik ataupun ditekan.
F = -k x
dW = F dx
W = ∫ k x dx
1
Ep = kx
2
42
3. Energi potensial gravitasi
F h
W = Ep = F. h
= w .h
= m.g.h
m
Satuan energi potensial adalah kg ∙ m = Nm = joule.
s2
43
Energi mekanik sebuah benda adalah jumlah energi potensial dan
energi kinetik yang dimiliki benda tersebut. Secara , energi mekanik
sebuah benda dirumuskan sebagai:
Em =E p + E k
1
¿ m g h+ mv 2
2
E p + E k = konstan
1 1
m g h A + m v 2A=m g hB + mv 2B
2 2
2.3.5 DAYA
∆w
Pr =
∆t
44
Dan daya sesaatnya :
∆ w dw
P= lim =
∆t→ 0 ∆ t dt
F d ⃗s , akan diperoleh:
Selanjutnya dari hubungan dW = ⃗
dw d ⃗s
P=
dt
= F dt
P=⃗
P v⃗
Satuan daya dalam sistem SI adalah joule/dt atau watt, dalm sistem
CGS disebut erg/dt dan dalam sistem British Engineering satuan daya
adalah daya kuda dimana 1 HP = 764 watt.
Momentum adalah sifat yang dimiliki oleh benda yang bergerak dan
dapat digunakan menentukan besarnya gaya yang dibutuhkan unntuk
mempercepat atau menghentikan benda tersebut. Momentum merupakan
hasil perkalian antara massa benda (m) dan kecepatan (v) sehingga
momentum sering dianggap sebagai massa yang bergerak.
45
P = m ⃗v
⃗
dP d ( mv ) dv
= =m =m a
dt dt dt
d⃗
P
F=
⃗
dt
F dt = d⃗
⃗ P
∫ ⃗P dt= ⃗P −⃗
P 0=∆ ⃗
P
Atau
⃗I = ∆ ⃗
P
F =0 ¿ maka
Jika resultan gaya luar pada suatu sistem nol ( ⃗
persamaan menjadi.
P=m⃗v =¿konstan
⃗
46
konstan. Hukum kekekalan momentum ini tidak hanya berlaku untuk
sebuah partikel, tetapi juga untuk sistem partikel.
PA + PB = konstan
47
−⃗v A 2−⃗v B 2
e=
⃗v A 1−⃗v A 2
m A v A + m B v B =( m A + m B ) v '
48
3. Tumbukan lenting sebagian
h'
e=
√ h
τ =r × F
τ =r F sin θ
49
2.5.2 MOMENTUM SUDUT
L = r x mv
L=rxP
L = r P sin θ
50
dikatakan mempunyai momen inersia jika benda itu mempunyai massa
dan berotasi (berputar) terhadap sumbu porosnya.
I =m r 2
I =∑ m n r 2n
Catatan :
Sebuah benda tersusun oleh banyak partikel dengan massa dan jarak
partikel yang berbeda-beda. Jadi, untuk mengetahui besar momen inersia
benda itu dapat dipandang sebagai jumlah aljabar momen-momen inersia
partikel-partikel penyusunnya.
51
2.5.4 ENERGI KINETIK ROTASI
Energi kinetik rotasi adalah energi kinetik sutu benda akibat benda
tersebut berotasi terhadap suatu poros. Besar energi kinetik rotasi suatu
benda dipengaruhi oleh besar momen inersia dan kecepatan sudut dari
benda tersebut.
1
Ek = m v 2
2
1 1
E K = mv 2 + I ω 2
2 2
52
Roda yang bergelinding mempunyai energi kinetik translasi dan
energi kinetik rotasi, sehingga energi kinetik totalnya adalah:
Ek =Etranslasi + Erotasi
1 1
Ek = m v 2+ I ω2
2 2
“ jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada benda, maka
momentum sudut benda adalah tetap”
F ∆ t=P−P0=∆ P
dp d ( mv )
F= =
dt dt
d (m r2 )
Fr= r
dt
d ( mr 2 ω ) d ( I ω )
τ= =
dt dt
dL
τ=
dt
Momentum linear akan konstan jika ∑ F=0, maka momentum sudut akan
konstan ∑ τ=0
53
dL
=0
dt
dL = 0
L2−L1=0
I 1 ω 1=I 2 ω 2
Karena adanya bidang yang kasar maka terdapat gaya gesekan yang
menyebabkan benda dapat berotasi sekaligus bertranslasi. Energi kinetik
yang dipunyai silinder yang menggelinding adalah:
1 1
K= mv 2 + I ω 2
2 2
s
h I
54
Momen inersia silinder terhadap pusat massa adalah:
1
I= m R2 , juga w = v /R
2
Sehingga,
1 1 1
m g h= m v 2+
2 2 2 ( )
m R 2 v 2 /w2
1 1
m g h= m v 2+ mv 2
2 4
v=√ 4 /3 gh
Jadi terlihat bahwa kecepatan benda menggelinding lebih kecil dari pada
bila benda meluncur tanpa gesekan yang kecepatannya
v=√ 2 gh
2.5.7 ELASTISITAS
1. Teganggan (stress)
55
F
Tegangan =
A
2. Regangan (strain)
L−L0 ∆L
Regangan tarik =
L0
= L0
v−v 0 ∆ v
Regangan Volume = =
v0 v0
Regangan geser = tg θ ≈ θ
3. Modulus elastisitas
a. Modulus young
56
Fn/ A
Y=
∆ L /L0
b. Modulus bulk
−P
B=
∆ v /v 0
c. Modulus geser
FT / A '
E=
θ
57
merancang pegas pangatur keseimbangan jam, Hooke menemukan sutu
kejadian yang akhirnya melahirkan hukum Hooke yang bekaitan dengan
hukum umum tentang elastisitas.
F=-kx
Jadi F = m a = m w2 x
Sehingga
-m ω2 x = - k x
58
2 k
k =m ω2 x atau ω =
m
Sehingga
k
ω=
√ m
2π
ω=
T
jadi persamaan menjadi :
m
T =2 π
√ k
1 k
f=
2π m √
Besaran ω disebut frekuensi sudut dari gerak harmonik yang dunyatakan
dalam satuan rad/dt. Simpangan pada gerak harmonik adalah:
x= A cos ( ωt+θ )
dx
Kecepatan : v=
dt
d { A cos ( ωt+ θ ) }
¿
dt
¿−ω A sin ( ωt +θ )
dv
Percepatan : a=
dt
59
d {−ωA sin ( ωt +θ ) }
¿
dt
E=K+U
1
K= m v2
2
1
¿ m A 2 ω 2 sin 2 ( ωt +θ )
2
1
K= m v2
2
1
¿ m A 2 ω 2 sin2 ( ωt +θ )
2
Karena sin2 ( ωt +θ ) ={1−cos 2 ( ωt+θ ) }
60
1
K= m ω2 A 2 {1−cos2 ( ωt +θ ) }
2
1
= m ω2 { A 2−A 2 cos2 ( ωt+ θ ) }
2
1
= m ω2 ( A 2−x 2 )
2
1 1
Jadi, m v 2= m ω2 ( A 2−x 2 )
2 2
Atau v 2=ω2 ( A2 −x2 )
v=± ω √ A 2−x 2
Atau
k
v=±
√ m
( A ¿ ¿ 2−x 2) ¿
1. Bandul Sederhana
61
Massa m akan berosilasi pada lingkaran radiusnya l. Gaya pemulih
yang bekerja pada m:
F = - mg sin θ
Untuk sudut kecil:
Sin θ ≈ θ
Sehingga gaya pemulih menjadi:
2. Bandul Puntiran
62
I
T =2 π
√ k
3. Bandul fisik
I
T =2 π
√ k
Atau
I
T =2 π
√ mgd
1 mgd
f=
2π I√
63
Massa jenis adalah massa jenis (ρ ¿sebuah benda didefinisikan
sebagai massa per satuan volume.
m
ρ=
v
F
P=
A
1. Prinsip Pascal
64
Blaise Pascal (1623 – 1662)
“ Tekana yang dikerjakan pada zat cair dalam bejana tertutup akan
diteruskan ke segala arah sama besar.”
A1
A2
F1 F 2
=
A1 A2
65
2. Prinsip Archimedes
66
F A= w u−wa
Atau
F A= ρ a V a g
1. Tenggelam
2. Melayang
3. Terapung
67
w < FA
ρb <¿ ρ ¿
a
F dy F
γ= =
2 Ldy 2 L
68
Kapilaritas adalah zat cair yang tampak naik atau turun pada
sebuah tabung dengan diameter relatif terhadap tingkat zat cair yang
mengelinginya, bengantung oada kekuatan relatif gaya adhesi dan
kohesi. Besar naiknya (turunnya) bergantung pada tegangan
permukaan yang menjaga agar permukaan zat cair tidak pecah.
Gaya ynag menarik zat cair ke bawah adalah berat kolom zat cair
setinggi y yang harganya
w=π r 2 ρgy
69
2 πr γ cos θ
y=
π r 2 ρg
2 γ cos θ
y=
ρgr
ρ1 A 1 V 1 =ρ2 A 2 2
A 1 v 1= A 2 v 2
Hasil kali A.v disebut fluk volume atau laju aliran yang mempunyai satuan
m3/dt. Dan sering dituliskan dalam bnetuk:
Q=Av
70
berhasil menjadi profesor pada sebuah akademi Rusia di kota Petersburg.
Bernoulli juga dianggap sebagai penganjur mekanika newton yang paling
awal dan berhasil merumuskan konsep ini didalam aliran fluida. Di akhir
hidupnya, Bernoulli banyak mengamalkan ilmunya sebagai pengajar di
Universitas Groningen.
“Bila kecepatan fluida (zat cair) tinggi maka tekanan fluida (zat cair)
tersebut akan rendah atau sebaliknya.”
1 1
P1 + ρg h1 + ρV 21 =P2+ ρg h2+ ρ V 22
2 2
Keterangan:
P = tekanan fluida (N/m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
71
2.7.6 APLIKASI PERSAMAAN BERNOULLI
P1 + ρg y 1=P0 + ρg y 2
P1=P0 + ρ g ( y 2− y 1 )
Atau
P1=P0 + ρ gh
2. Teorema Toricelli
1 1
P0 + ρ v 21 + ρg y 1=P0 + ρ v 22 + ρg y 2
2 2
1
P0 +0+ ρg y 1=P0 + ρ v22 + ρg y 2
2
1
ρg y 1= ρ v 22 + ρg y 2
2
72
1 2
ρ v = ρg y 2−ρg y 1
2 2
Atau
v 2=√ 2 gh
3. Tabung pitot
'
v1 =A 2
√ 2 ( ρ −ρ ) gh
ρ ( A 21− A 22)
2.7.7 VISIKOSITAS
1. Koefisien visikositas.
Visikositas dapat diartikan sebagai gesekan internal suatu fluida.
Persamaan kofisien visikositas adalah:
F/ A
𝛈¿ v/L
Atau
Av
F=η
L
73
2. Bilangan Reynold
Persamaan bilangan Reynold adalah :
ρv D
N R=
η
3. Hukum Stokes
“ Bila sebuah bola dijatuhkan dala fluida kental, maka bola tersebut
akan mengalami gaya gesek”
74
Fs
F
F=6 π η r v
Keterangan:
F = gaya gesek (N)
r = jari-jari bola (m)
𝛈 = visikositas fluida (N.s/m2 atau Pa.s )
V = kecepatan relatif bola (m/s2)
4. Hukum Poiseulle
75
arteri dan eksperimental berasal persamaan yang menggambarkan laju
aliran laminar cairan melalui tabung sempit (sekarang dikenal sebagai
persamaan Hagen-Poiseuille karena insinyur Jerman Gotthilf Hagen juga
independen menemukan itu). Hal ini terkait laju aliran untuk viskositas
fluida, penurunan tekanan sepanjang tabung, dan jari-jari tabung.
Minatnya dalam sirkulasi darah dipimpin dia untuk melakukan eksperimen
pada aliran cairan dalam tabung sempit. Poiseuille diyakini menjadi yang
pertama untuk telah menggunakan manometer air raksa untuk mengukur
tekanan darah dengan penemuan nya, hemodynamometer, metode
ditingkatkan untuk mengukur tekanan darah.
π R4
Q= ( P −P2 )
8η L 1
Keterangan:
Q = kelajuan aliran (m/s)
R = jari – jari pipa atau tabung (m)
L = panjang pipa atau tabung (m)
P1 = tekanan 1 (N/m2)
P2 = tekanan 2 (N/m2)
76
2.8 SUHU DAN KALOR
2.8.1 SUHU
77
1.Termometer skala Kelvin, titik didih air 373 K dan titik beku cair 273
2. Termometer skala Reamur, titik didih air 800R dan titik beku cair 00R
3. Termometer skala Fahrenheit, titik didih air 212 0F dan titik beku cair 00F
4. Termometer skala Celcius, titik didih air 100 0C dan titik beku cair 00C
78
2.8.2 KALOR
a. Kalor Jenis
Kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 kilo zat itu sebesar derajat celcius (1 0C). Bilangan kalor
jenis dinyatakan dengan satuan Kkal/Kg 0C.
b. Kalor Laten
Kalor laten atau yang disebut dengan panas laten adalah kalor
yang diperlukan untuk mengubah wujud zat padat menjadi cair, dan cair
menjadi gas atau sebaliknya. Satuan kalor laten adalah joule, kalori atau
BTU.
79
Q=m L
Dengan L = kalor laten (joule/kg)
1.Azas Black
Qlepas =Q terima
m1 c1 ∆t 1=m1 c1 ∆t 2
Pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair,
dan pada zat gas.
80
∆ l=l 0 α ∆ T
∆ l=l t−l 0
Pemuaian luas
∆ A= A0 β ∆ T
β=2 α
At = A0 ( 1+ β ∆T )
∆ A= At − A0
Pemuaian ruang
V =V 0 γ ∆ T
γ =3 α
∆ V =V t −V 0
V t =V 0 (1+ γ ∆ T )
3. Perpindahan Kalor
Konduksi
Kalor berpindah melalui benda, tetapi partikel-partikel benda itu
tidak mengalami perpindahan tempat. Perpindahan kalor seperti
ini disebut konduksi atau hantaran.
Benda yang baik menghantarkan kalor disebut konduktor.
Misalnya: besi, tembaga, aluminium, dan perak.
81
Benda yang tidak baik menghantarkan kalor disebut isolator.
Misalnya: kayu, kaca, dan plastik.
k A∆T
H=
l
Konveksi
Perpindahan kalor yang disebabkan oleh aliran suatu zat atau
perpindahan partikel-partikel zat disebut konveksi. Konveksi
bisa terjadi pada zat alir yaitu zait cair atau zat gas.
Perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua
yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa.
Konveksi alamiah, contohnya aliran air pada saat dimasak.
Konveksi paksa contohnya untu mendapatkan udara dingin
dlam ruang dipasang AC atau kipas angin.
H=h A ∆ T
Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan kalor dengan pancaran tidak
82
memerlukan zat perantara (medium), karena berupa gelombang
elektromagnetik.
Contoh perpindahan kalor secara radiasi: kalor dari matahari
sampai ke bumi, kalor dari api unggun sampai ke badan kita,
kalor dari lampu ruangan memancar ke segala arah.
W =e σ T 4
e=¿ emisivitas (0<e<1). Benda hitam sempurna e=1
σ =¿ tetapan stefan-Boltzman (5,6 x10-8 w/ m2K4)
T =¿ suhu mutlak (K)
W =¿intetitas radiasi (W/m2)
4. Hukum Boyle
83
“ Bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding
terbalik dengan tekananya ”
84
P 1 P2
=
T1 T 2
Keterangan :
P1 = tekanan 1 (N/m2)
T 1 = suhu 1(k)
P2 = tekanan 2 (N/m2)
T 2 = suhu 2 (k)
85
BAB III
S = L∅
d2 s
∑ F t =−mg sin ∅=m dt 2
Atau
86
d2 s s
2
=−g sin ∅=−g sin
dt l
Jika s jauh lebih kecil dari pada S/L, sudut ∅=s /L adalah kecil, dan kita
dapat mendekati sin∅ . Dengan menggunakan sin (s/L) ≈ s/ L.
d 2 s −g
= s
dt 2 L
d2 s 2
=−ω s
dt 2
Dengan
g
ω 2=
L
g
atau ω=
√ l
Periode bandul sederhana menjadi:
l
T =2 π
√ g
τ =−k ∅
d2∅
τ =−k ∅=I
dt 2
87
Atau
d 2 ∅ −k 2
2
= ∅=−w ∅
dt I
I
T =2 π
√ k
I
T =2 π
√ k
Atau
I
T =2 π
√ mgd
1 mgd
f=
2π I√
BAB IV
88
RUMUS – RUMUS PENTING
¿ d { A cos ( ωt + Ø ) }
vx
dt
v x =− Aω sin ( ωt+ Ø )
2. Percepatan
dv
a x=
dt
d { – ωA sin ( ωt + Ø ) }
a x=
dt
3. Energy kinetic
1
EK= m v 2
2
89
1 2
EK= m { – Aω sin ( ωt+ Ø ) }
2
1
EK= m A 2 ω2 sin 2 ( ωt + Ø )
2
k k
Karena k =m ω2 atauω 2=
m
, ω=
m√
1
EK = k A2 sin 2 ( ωt + Ø )
2
4. Energy potensial
x x
1
EP=∫ F . dx=∫ kx . dx= kx
0 0 2
1 2
EP= k { A cos ( ωt+ Ø ) }
2
1
EP= k A 2 cos 2 ( ωt + Ø )
2
5. Energy mekanik
EM =EK + EP
1 1
EM = k A2 sin 2 ( ωt+ Ø ) + k A2 cos 2 ( ωt + Ø )
2 2
1
EM = k A2 {sin 2 ( ωt + Ø ) }+cos2 ( ωt + Ø )
2
1
EM = k A2
2
90
Hubungan antara kecepatan v sebagai fungsi dari x, yaitu :
1 1
EK = m v 2= m A 2 ω2 sin 2 ( ωt + Ø )
2 2
1
EK = m A 2 ω2 {1−cos 2 ( ωt + Ø ) }
2
1
EK = m ω2 { A2− A 2 cos 2 ( ωt + Ø ) }
2
1
EK = m ( A 2−x 2 )
2
Jadi,
1 1
m v 2= m ( A 2−x 2 )
2 2
atau
v 2=ω2 ( A2−x 2 )
k 2 2
v=± ω √ A 2−x 2 atau v=±
√ m
( A −x )
PA−( P+ dP ) A−dw=0
PA−( P+ dP ) A−ρgA . dy =0
dP=−ρgh . dy
91
dP
=ρg … .
dy
P2 y2
∫ dP=−∫ ρg . dy
P1 y1
P2−P1=−( y 2− y 1 ) ρg
Dapat diperoleh :
P0−P=−ρg ( y 2− y 1 )
P=P 0+ gh
4
F a= π r 3 ρ ' g
3
Dan
4
w= π r 3 ρg
3
Jadi,
w=F a + F
4 3 4
π r ρg= π r 3 ρ' g+6 π η rv
3 3
4 3 '
π r g ( ρ− ρ ) =6 π η rv
3
2 2
r g( ρ−ρ' )
9
v=
η
92
A1 v 1 2
2 ( ρ' −ρ ) gh= ρ
{( ) }
A2
−v 12
A1 2
{( ) }
¿ρ
A2
−1 v 12
A1 2 A2 2
{( ) ( ) }
¿ρ
A2
−
A2
v 12
A 12−A 22
'
2 ( ρ −ρ ) gh= ρ
( A2 2 ) v 12
2 2 ( ρ' −ρ ) gh
V1 = 2 2
A 22
ρ ( A1 − A 2 )
2 ( ρ' −ρ ) gh
v1 =A 2
√ ρ ( A12− A 22 )
1.5Pemuaian Termal
∆ l l0 ∆ t
∆ l=α l 0 ∆ t
1 ∆l
α=
l0 ∆ t
l−l 0 =α l 0 ∆ t
l=l 0 ( 1+α ∆ t )
atau
b=b0 ( 1+α ∆ t )
Jadi,
A=l b
A=l 0 ( 1+α ∆ t ) b0 ( 1+α ∆ t )
A=l 0 b 0 { (1+ α ∆ t )( 1+α ∆ t ) }
A=A 0 {1+2 α ∆ t +α 2 ( ∆t 2 ) }
93
A=A 0 (1+ γ ∆ t )
γ =2 α adalah koefisien pemuaian luas
Untuk pemuaian ruang :
V =V 0+ (1+3 α ∆ t )
V =V 0+ (1+ β ∆ t )
Sehingga :
1 ∆V
β=
V0 ∆t
DAFTAR PUSTAKA
94