PENGUKURAN
(P-1)
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Praktikan dapat menggunakan alat-alat ukur dasar
- Praktikan dapat menentukan hasil pengukuran dari alat ukur dasar
- Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran.
- Menuliskan hasil pengukuran secara benar.
X X
a. Mengukur
1. Pengertian
Contoh:
cm = satuan
gram = satuan
Waktu = besaran
90 = kuantitas pengukuran
menit = satuan
a) Mistar
• Stik meter, yaitu mistar yang memiliki panjang satu meter dan
memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter.
b) Jangka Sorong
Skala utama
Skala nonius
Rahang sorong
Rahang tetap
• skala utama
2. Neraca analitis, yaitu neraca yang banyak digunakan penjual emas dan
peneliti di laboratorium.
4. Ketelitian: 10 mg.
2. Jam pasir, yaitu jam yang didasarkan pada waktu yang dibutuhkan
pasir pada bagian atas gelas untuk jatuh ke bagian bawah.
5. Stop watch
6. Jam atom, yaitu jam yang diatur oleh gerakan atom cesium dan
diperkirakan hanya akan membuat kesalahan kira-kira 1 detik dalam
waktu 6.000 tahun.
c. Teknik Pengukuran
Pengukuran dalam fisika pada dasarnya dapat dibedakan atas
pengukuran secara langsung dan secara tak langsung. Pengukuran langsung
merupakan pengukuran pada besaran pokok. Pengukuran ini dilakukan jika
tersedia suatu alat ukur yang mampu mengukur besaran fisis bersangkutan,
misalnya untuk mengukur suhu tersedia thermometer, untuk mengukur kuat
arus tersedia amperemeter, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengukuran tak langsung dilakukan dengan
menghubungkan sifat benda yang akan diukur dengan besaran yang telah
tersedia alat ukurnya.
21 22 23 24 25 26 27
X = 26,7 0,2
Sesatannya dituliskan 0,2 karena orang yang melakukan pengukuran yakin
bahwa nilai 𝑋 lebih besar dari 26,5 dan lebih kecil dari 26,9. Namun
demikian telah menjadi kelaziman bahwa nilai sesatan taksiran tersebut
X
N
2
i −X
Sx
Sx = = i =1
………………………………...(2)
N N ( N − 1)
dengan :
X
N
2
i −X
Sx = i =1
…………..……………………………(3)
N −1
Makna statistik dari ungkapan ini adalah bahwa jika pengukuran
diulang berkali-kali, dan setiap kali pengulangan dihitung nilai rata-ratanya,
maka 68% dari nilai rata-rata yang diperoleh berada pada interval :
x x, y y x, y
f. Contoh
1. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar :
a. 4,1663 0,1229 → 4,17 0,13
b. 1,3145 0,05233 → 1,31 0,05
c. 10 0,0644 → 10,00 0,06
d. 100 0,5 → 100,0 0,5
2. Seorang ayah tingginya 170 cm, sedangkan anaknya yang baru lahir
tingginya 50 cm, berapa tinggi rata-rata keduanya?
Pembahasan :
Rata-rata tinggi dari keduanya = (170 + 50)/2 cm
= 110 cm
Apa arti nilai rata-rata tersebut ?
5 56
Z = 0,05 + 0,05 Z = 0,05 + 0,06
5 25
2 2
= (m ) + (L )
2 2
m m, L L m, L
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi dari balok masing-masing 5 kali
menggunakan jangka sorong dan mistar!
2. Ukurlah panjang, lebar dan tebal dan diameter lubang dari pelat masing-
masing 5 kali menggunakan Mikrometer Sekrup dan mistar!
3. Timbanglah massa balok dan pelat masing-masing 3 kali.
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Praktikan diharapkan dapat menyajikan Grafik hasil percobaan dengan
baik dan benar
- Menentukan garis lurus terbaik dari sejumlah pasangan data yang secara
teoritis memiliki hubungan linier
- Menentukan fungsi linier dari fungsi kuadratis
- Menentukan koefisien korelasi dari beberapa pasangan data
a. Pembuatan Grafik
Dari percobaan misalkan kita peroleh titik-titik data x1 Δx1 dan titik y1
Δy1 , yang diperoleh dengan perhitungan, bukan dari pengukuran langsung.
Ketidakpastian (Δx1 dan Δy1) yang diperoleh harus disesuaikan dengan
ketidakpastian yang dimiliki kertas grafik Δxgr dan Δygr, yaitu setengah dari
jarak antara dua garis terdekat pada kertas grafik tersebut. Dengan demikian
asas ketidakpastian pada x dan y dapat tetap kita terapkan.
Sebagai ilustrasi, kita ambil kertas grafik yang umum (kertas
millimeter), dimana jarak dua garis terdekat 1 mm. maka Δxg=0,5 mm dan
bila ukuran kertas grafik 10 cm x 10 cm, ketelitian terbesar (terbaik) yang
0,5
dapat tercapai adalah : mm x 100% = 0,5% . Dengan demikian
100
ketidakpastian hasil pengukuran dengan ketelitian misalnya 0,1% tidak
dapat doplotkan pada kertas grafuk 10cm x 10cm tetapi harus lebih besar
lagi, yaitu 50cm x 50 cm. Contoh lain, kalau sebuah sumbu X dengan
panjang 10 cm kita beri nilai 100 Volt, ketidakpastian terkecil yang dapat
70 35
60 30
50 25
Tegangan (V)
Tegangan (V)
40 20
30 15
20 10
10 5
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Arus (A) Arus (A)
Hal lain yang perlu kita ingat dan perhatikan dalam membuat grafik
antara lain adalah:
1. Judul grafik, ditulis pada bagian atas kertas grafik
2. Nama besaran pada sumbu mendatar dan sumbu tegak, harus ditulis
lengkap dengan satuannya, serta harga kalibrasinya jika ada. Contoh:
Tegangan (102 volt).
3. Pilih harga satuan skala sumbu-sumbu grafik dengan bilangan bulat
atau kelipatan puluhan. Misal : 1, 2, 3,… atau 5, 10, 15,… , sebaiknya
jangan 3, 6, 9,….
4. Perhatikan lebih dahulu bentuk fungsi dari besaran yang akan kita
gambarkan grafiknya, apa fungsi linier (garis lurus) atau bentuk
kuadratik (garis lengkung). Dengan demikian bagaimanapun bentuk
X0 =
X i
dan Y0 =
Y i
, N = jumlah data.
N N
Plotkan titik : X0, Y0 pada kertas grafik, kemudian tarik garis lurus
melaluinya sedemikian rupa, hingga jumlah titik-titik yang terdapat
diatasnya lebih kurang sama dengan jumlah yang ada di bawahnya.
Gunakan mistar plastik bening sebagai alat Bantu, diputar-putar
dengan titik sentroid sebagai poros putaran..
3. Metoda Garis Sumbu
Dari sekumpulan titik data yang telah kita plotkan pada suatu kertas
grafik, kita tarik sebuah garis sembarang (gs) yang kira-kira berada
ditengah-tengah area titik data, sehingga titik-titik data terbagi dua,
yaitu bagian atas dan bagian bawah. Buatlah penggalan-penggalan
garis dari setiap titik data yang tegak lurus ke garis gs. Bila jumlah
penggalan-penggalan garis yang tegak lurus bagian atas sama (hamper
sama) dengan jumlah pengalan-penggalan garis yang tegak lurus
xi2 yi − xi (xi yi )
bt = i =1 i =1 i =1 i =1
2
…………………………..(2)
N
N
N xi2 − xi
i =1 i =1
Sesatan pada nilai a dan b bersifat statistik dan diperoleh :
N
at = S y 2
…………………………..(3)
N
N
N xi2 − xi
i =1 i =1
N
x
i =1
2
i
bt = S y 2
……………………………(4)
N
N
N x − xi
2
i
i =1 i =1
dengan :
V = RI + V0
i =1 i =1
R = 1.91 k
N N N N
I i Vi − I i (I iVi )
Vo = i =1 i =1 i =1 i =1
2
N
N
N I − Ii i
2
i =1 i =1
Jika data dari soal dimasukkan ke dalam persamaan ini akan didapat :
Vo = 0,41 volt
Untuk menghitung sesatan dari R dan Vo, terlebih dahulu dihitung Sy
sebagai :
1 N
Sy = Vi − (R I i + Vo )2
N − 1 i =1
V V grafik = RI + V0 (V-Vgrafik)2
2,30 2,32 0,0004
3,20 3,28 0,0056
4,20 4,23 0,0009
4,90 5,19 0,0812
6,10 6,14 0,0016
7,30 7,10 0,0420
8,70 8,05 0,4225
9,20 9,01 0,0380
9,80 9,96 0,0256
10,50 10,92 0,1722
Jumlah : 0,7900
Diperoleh Sy = 0,30
I
i =1
i
2
V0 = Sy 2
N
N
N I − Ii
i
2
i =1 i =1
Diperoleh : Vo = 0,023 volt.
Jadi pelaporan hasil akhirnya : R = (1,91 0,07) k
Vo = (0,41 0,02) volt
Grafik ploting dan linierisasi menggunakan metoda kuadrat terkecil adalah seperti
gambar di bawah
12,00
10,00
Tegangan (Volt)
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
( )
2
N N
N
xi − x = x − x
2 2 1
i
i =1
N
i =1 i =1
2. Suatu fungsi secara teoritis dinyatakan sebagai y = ax2 + bx. Dalam hal
ini x dan y merupakan variable, sedangkan a dan b merupakan
parameter. Bagaimanakah kita harus memilih sumbu koordinat agar
diperoleh fungsi garis lurus.
3. Kerjakan seperti soal nomor 2 untuk fungsi y = ax2 + b.
V. TUGAS PRAKTIKUM
1. Asisten saudara akan membagikan selembar data yang harus saudara
olah.
2. Untuk ketiga kelompok data tersebut, tentukan parameter a dan b beserta
sesatannya jika diperkirakan data tersebut memenuhi fungsi :
• y = ax + b
• y = ax2 + bx
• y = ax2 + b
3. Tentukan koefisien korelasi untuk ketiga fungsi perkiraan pada tugas
nomor 2 di atas. Berdasarkan nilai koefisien korelasi tersebut tentukan
fungsi mana yang paling memenuhi data yang tersedia.
4. Kerjakan seperti pada tugas 2 dan 3 di atas untuk ketiga pasangan data
yang diberikan asisten!
5. Buatlah Grafik linierisasi untuk masing-masing data tersebut dengan
metode kuadrat terkecil!
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami mekanika fluida tentang viskositas.
2. Menentukan koefisien pergeseran zat cair.
3. Menentukan harga koefisien pergeseran zat cair koreksi.
II. ALAT-ALAT PERCOBAAN
1. Bola-bola kecil
2. Tabung berisi zat cair (gliserin)
3. Sendok penyaring
4. Neraca Ohaus
5. Mikrometer sekrup
6. Jangka sorong
7. Areometer
8. Termometer
9. Stopwatch
10. Penggaris
dengan :
Fs = Gaya Stokes
= koefisien pergeseran zat cair
r = jari-jari bola
υ = kecepatan relatif bola terhadap fluida
Berdasarkan kaidah Stokes tersebut, jika υ semakin besar maka nilai
gaya hambat akan semakin besar pula.
FS
FA
Fw
Gaya total yang bekerja pada bola tersebut dapat dinyatakan sebagai :
FTotal = Fw − Fs − FA
3
FTotal = mg − 6r − f g r 3 …………………………………(3)
4
Dari persamaan (3) terlihat bahwa makin besar nilai υ, makin kecil
nilai FTotal sehingga pada keadaan tunak FTotal = 0, pada saat itu :
3
mg − 6r − f g r 3 = 0
4
3 3
bolag r 3 − 6r − fg r 3 = 0
4 4
sehingga :
2r 2 g( bola − f )
= ……………………………………………(4)
9
jika dalam “t” detik, bola menempuh jarak h, maka :
9h
tr 2 = ……………………………………………(5)
2g( bola − f )
dengan :
to = waktu jatuh bola sebenarnya
t = waktu jatuh bola hasil percobaan
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan koefisien pergeseran zat cair ().
Buktikan dan jelaskan rumus-rumus yang mendasari percobaan.
2. Gambarkan bentuk grafik tr2 terhadap d dengan grafik t terhadap r/R
dengan rumus diatas.
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengukur kuat arus dan beda tegangan pada rangkaian arus searah
(DC).
2. Mengukur tahanan dalam dari voltmeter dan amperemeter.
3. Mengukur daerah pengukuran voltmeter dan amperemeter.
+ - + -
E E
i Rtetap
i
RBox RBox
A A
+ -
E
i
V
RBox
A
a b
Gambar 2
E
i ib
RBox
ia
R
Gambar 3
E
i
VV
RBox
Gambar 4
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Berdasarkan gambar 1, bagaimana seharusnya besar tahanan dalam
sebuah miliamperemeter yang baik. (mendekati kebenaran) jelaskan !
2. Pada gambar 2, bagaimana dengan tahanan dalam voltmeter !
3. Dapatkah sebuah amperemeter menjadi sebuah voltmeter ? apa
syaratnya ? bagaimana rangkaiannya ? jelaskan !
4. Turunkan rumus (1) dan (2).
5. Sebenarnya persamaan (1) dan (2) kurang tepat. Apakah syarat-
syaratnya agar kedua rumus tersebut berlaku.
I. TUJUAN UMUM
Mengenal dan memahami sifat pembiasan cahaya pada lensa.
II. TUJUAN KHUSUS
1. Menentukan jarak fokus lensa dengan metoda Bessel
2. Menentukan jarak fokus lensa dengan metoda Gauss
III. ALAT-ALAT
1. Lensa positif kuat (tanda ++).
2. Lensa positif lemah (tanda +).
3. Benda yang berupa anak panah.
4. Sumber Cahaya.
5. Layar untuk menangkap bayangan.
6. Bangku optik.
IV. TEORI
Lensa + Layar
S’
O
F F’
O’
S
L
Sebuah benda O diletakkan disebelah kiri lensa positif dan bayangan O’ yang
terbentuk disebelah kanan lensa dapat diamati pada sebuah layar. Jika m
pembesaran bayangan (perbandingan panjang O’ dan O), dan L jarak antara
benda dan bayangan (layar), maka jarak fokus lensa f dapat ditentukan dari
persamaan :
mL
f = .............................................................................. (1-1)
(1 + m )2
Layar
O I II
O’
E1
E2
L
Gambar 1.2
Cara lain untuk menentukan jarak fokus f sebuah lensa positif adalah sebagai
berikut (lihat gb. 1-2). Sebuah benda O diletakkan pada jarak L dari layar (L
tetap). Kemudian lensa positif yang akan ditentukan jarak fokusnya digeser-
geserkan antara benda O dan layar, sehingga diperoleh kedudukan (misalnya
kedudukan I dan II) dimana lensa pada masing-masing kedudukan tersebut
dapat memberikan bayangan yang jelas dari benda O pada layar (O’).
Bayangan yang satu diperbesar dan yang lain diperkecil. Jika e = jarak antara
dua kedudukan lensa yang dapat memberikan bayangan yang jelas pada layar,
maka jarak fokus f dari lensa menurut Bessel dapat ditentukan dengan rumus
L2 − e 2
f = ............................................................................... (1-3)
4L
B. Menentukan jarak fokus f lensa negatif (divergen).
Dengan lensa positif dapat dibuat sebuah bayangan dari benda pada layar (gb.
1-1).
Tempatkan lensa negatif yang akan ditentukan jarak fokusnya antara lensa
positif dan layar. Bayangan pada layar oleh lensa positif merupakan benda
lensa negatif dengan jarak benda S = jarak antara lensa negatif dan layar.
D. Cacat bayangan.
Rumus-rumus persamaan lensa yang telah diberikan diatas diturunkan dengan
syarat hanya berlaku untuk “sinar paraksial”, jika syarat tersebut tidak
dipenuhi, akan terjadi cacat-cacat bayangan (aberasi).
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan rumus/persamaan (1-1) s/d (1-5).
2. Dari rumus Bessel (1-3) bagaimana L harus dipilih, supaya dapat terjadi
dua bayangan yang diperbesar dan diperkecil pada layar ? Boleh dijawab
setelah percobaan.
3. Mengapa untuk menentukan jarak fokus lensa negatif harus menggunakan
pertolongan lensa positif ?
4. Terangkan apa yang dimaksud dengan aberasi khromatik ?
5. Apakah yang dimaksud dengan astigmatisme ?
I. TUJUAN
1. Menentukan percepatan katrol
2. Menetukan kecepatan
II. ALAT-ALAT PRAKTIKUM
1. Pesawat atwood yang terdiri dari :
- Katrol yang bergerak bebas pada sumbunya
- Tiang penggantung, penjepit silinder, penahan beban, dan kaki-
kaki penyangga tiang.
2. Dua buah beban silinder (m1 dan m2)
3. Dua piringan beban mb.
4. Neraca Ohaus
4. Tali penggantung beban
5. Stopwatch
III. TEORI DASAR
R RR
Katrol
A m2 + mb
I II
a
a
T T
B
m1 m2 + mb= M2
m1 g M2 g
C
Gb. 2
Jika pada sistem pesawat atwood tersebut
m1
mula-mula silinder m1 dilepaskan dari
Penjepit penjepitnya, maka sistema kan bergerak dengan
Gb. 1 percepatan tetap. Besarnya percepatan a
Pada sistem I :
Silinder dengan massa m1 akan bergerak keatas dengan percepatan a,
sehingga gaya total pada sistem I (FTotal) adalah:
Ftotal = m1 a m1 a = T − m1 g ……………………………..(1)
Percobaan II :
1. Siapkan percobaan seperti prosedur 2 dan 3 pada percobaan I. Buat jarak
AB 60 cm dan atur penyangga silinder di titik C sehingga BC = 23 cm.
2. Bebaskan silinder m1 dari penjepit. Tepat pada saat piringan beban mb
tersangkut pada penyangkut beban B, hidupkan stopwatch. Silinder m2
akan terus melanjutkan geraknya ke titik C dengan kecepatan yang bisa
dikatakan konstan.
3. Tepat pada saat m2 mencapai titik C, matikan stopwatch. Catat waktu yang
ditunjukkan oleh stopwatch. Lakukan percobaan sebanyak tiga kali
4. Ulangi prosedur 1 – 3 untuk jarak BC sama dengan 28 cm, 33 cm, 38 cm,
43 cm).
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkanlah rumus percepatan untuk pesawat atwood tersebut dengan
mengabaikan momen inersia katrol !
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan panas jenis dari berbagai logam.
dengan
c = Panas jenis air (Kal/groC)
C = Kapasitas panas Kalorimeter( Kal/oC)
cz = Panas jenis Zat (Kal/groC)
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang massa balok Alumunium dengan menggunakan neraca O’Hauss.
2. Isi kalorimeter dengan 100 cm3 air dengan menggunakan tabung takaran,
biarkan sesaat kemudian ukur suhunya (T1).
3. Panaskan balok Alumunium dengan mencelupkannya kedalam air
mendidih selama 5 menit, kemudian ukurlah suhu air tersebut(T2).
4. Ambil balok Alumunium tersebut keringkan dan masukan dengan cepat
kedalam kalorimeter.
5. Aduk dengan teratur sampai suhu setimbang(T3).
6. Ulangi percobaan tersebut untuk volume air 200 cm3.
7. Ulangi prosedur diatas untuk balok besi.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan azas Black dan dari
sistem percobaan, mana penerima panas dan pelepas panas?
2. Turunkan persamaan di atas dan jelaskan!
3. Jelaskan dengan singkat apa perbedaan konduksi, konveksi dan radiasi.
4. Jelaskan mengapa suhu awal kalorimeter dan suhu air harus sama?
5. Apa yang dimaksud dengan suhu kesetimbangan?
6. Jelaskan arti fisis dari cz untuk alumunium dan besi dan tuliskan harga
panas jenis literatur.
VI. TUGAS AKHIR
1. Tentukan harga panas jenis untuk balok Alumunium dan Besi berdasarkan
data hasil percobaan!
I. SASARAN
1. Memahami fungsi hambatan (resistansi) dalam rangkaian listrik.
2. Menentukan besarnya hambatan listrik dengan menggunakan metoda
“Jembatan Wheatstone”.
III. TEORI
Hambatan listrik digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik
dalam suatu rangkaian. Jika hambatan listrik dilalui arus listrik akan terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kalor, dan hal ini merupakan prinsip
kerja, misalnya kompor dan setrika listrik.
Hambatan listrik dari suatu penghantar (konduktor) adalah
perbandingan dari beda potensial antara ujung konduktor dengan arus listrik
yang melaluinya. Oleh sebab itu salah satu cara untuk mengukur besar
hambatan listrik dari konduktor adalah mengukur beda potensial dari ujung-
ujungnya dengan voltmeter dan juga mengukur arus listrik yang melaluinya
dengan amperemeter.
Untuk pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan
amperemeter dapat digunakan rangkaian-rangkaian seperti pada gambar 1a
atau gambar 1b.
iv iv
R R
A A
a a
b c b c
iR iR
i = iR + iv
Gambar 1 a Gambar 1 b
Rb X K
G IN
i2 i2
i1
A B E
R1 C R2
X
Rb G
C
A B
L1 L2
S E
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jika hambatan dalam dari amperemeter RA 0, dan nilai RA diketahui
(gambar 1a) turunkan rumus untuk memperoleh R dinyatakan dengan
Vac, iR dan RA
2. Jika pada rangkaian gambar 1b, hmabatan dalam dari voltmeter V
diketahui yaitu R, turunkan rumus untuk memperoleh Rv, dinyatakan
dengan Vab, i dan Rv.
3. Turunkan persamaan hukum fisika yang mendasari percobaan.