Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI PANJANG


DENGAN METODA OPTIK

IKRIMA AHDAVIA
G4401201101
ST23.1

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Dr. Erus Rustami, S.Si. M.Si

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2021
Tujuan praktikum
Praktikum ini bertujuan dapat menentukan koefisien muai panjang dari beberapa
macam logam dengan menggunakan pengukuran perubahan panjang secara optik.

Teori singkat
Pemuaian dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran suatu benda ketika
mengalami perubahan suhu (Ningsih et al. 2012). Dalam fenomena pemuaian termal,
logam akan memuai jika dipanaskan dan pemuaiannya berbeda-beda untuk jenis logam
yang berbeda (Wulandari dan Radiyono 2015). Pemuaian panjang adalah bertambahnya
ukuran panjang suatu benda karena menerima kalor (Meiza et al. 2017). Faktor yang
menentukan besarnya pemuaian panjang suatu jenis zat dinamakan koefisien muai
panjang (α) (Giancoli dan Douglas 2001). Koefisien muai menggambarkan bagaimana
ukuran dari suatu perubahan panjang benda terhadap perubahan suhu (Serway dan
Jewwet 2010). Koefisien muai untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak berubah
dengan tekanan, tetapi dapat berubah dengan temperatur (Wulandari dan Radiyono 2015).
Secara teori, nilai koefisien muai panjang pada tembaga sebesar 1.6x10-5/oC,
aluminium sebesar 2.4x10-5/oC, dan baja sebesar 1.1x10-5/oC (Sears dan Zemansky 2012).
Semakin tinggi nilai koefisisen muai panjang yang dimiliki logam maka semakin panjang
logam tersebut untuk memuai (Pujayanto et al. 2016). Melalui suatu eksperimen, nilai
koefisisen muai panjang dari berbagai logam dapat ditentukan (Meiza et al. 2017).
Percobaan terdahulu tentang penentuan nilai koefisien muai panjang aluminium telah
dilakukan oleh Bharmanee et al. (2008) menggunakan metode pola difraksi pada celah
yang saling didekatkan.
Pengaplikasian konsep pemuaian dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya pemasangan jembatan dan ban pada roda alat transportasi. Para ahli kontruksi
bangunan, jembatan, dan jalan raya harus menyusun sambungan besi baja saling
berjauhan untuk menghasilkan rongga karena pemuaian dan penyusutan dapat terjadi
pada siang hari dan malam hari (Albar et al. 2020). Pemasangan ban roda lori dengan
ukuran diameter ban sedikit lebih kecil daripada diameter roda sebelum dipanaskan
karena ban dapat menyusut ketika suhu dingin kemudian melekat kuat pada roda tanpa
menggunakan baut (Tripler dan Paul 1998).
Data
𝐿0 ± ∆𝐿0 = (15.00 ± 0.01) 𝑐𝑚
𝑇0 = 20𝑜 𝐶
Tabel 8 Hasil pengukuran koefisien muai panjang tembaga, aluminium, dan baja
i T (oC) ΔT (oC) ΔL Tembaga (cm) ΔL Aluminium (cm) ΔL Baja (cm)
1 20 0 0 0 0
2 25 5 1.22 x 10-3 1.63 x 10-3 8.59 x 10-4
3 30 10 2.31 x 10-3 3.58 x 10-3 1.70 x 10-3
4 35 15 3.78 x 10-3 5.17 x 10-3 2.78 x 10-3
5 40 20 5.03 x 10-3 6.93 x 10-3 3.45 x 10-3
6 45 25 6.51 x 10-3 8.84 x 10-3 4.21 x 10-3
7 50 30 7.05 x 10-3 1.035 x 10-2 5.35 x 10-3
8 55 35 8.70 x 10-3 1.130 x 10-2 6.32 x 10-3
9 60 40 10.30 x 10-3 1.380 x 10-2 7.12 x 10-3

𝐿𝑜𝛼𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 = 2.53 x 10-4 cm/oC 𝐿𝑜𝛼𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 3.38 x 10-4 cm/oC 𝐿𝑜𝛼𝑏𝑎𝑗𝑎 =1.79 x 10-4 cm/oC
∆𝐿𝑜𝛼𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 = 6 x 10-6 cm/oC ∆𝐿𝑜𝛼𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 7 x 10-6 cm/oC ∆𝐿𝑜𝛼𝑏𝑎𝑗𝑎 = 3 x 10-6 cm/oC
𝑎𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 = 1.69 x 10-5/oC 𝑎𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 2.25 x 10-5/oC 𝑎𝑏𝑎𝑗𝑎 = 1.19 x 10-5/oC
∆𝛼𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 = 4 x 10-7/oC ∆𝛼𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 5 x 10-7/oC ∆𝛼𝑏𝑎𝑗𝑎 = 2 x 10-7/oC
Pengolahan data
a. Tembaga

Gambar 1 Hasil perhitungan koefisien muai panjang tembaga di Excel

Kurva Perubahan Panjang Tembaga terhadap


Perubahan Panjang Tembaga (cm)

Perubahan Suhu
0.01200
0.01000 y = 0.0003x - 7E-05
0.00800
0.00600
0.00400
0.00200
0.00000
0 10 20 30 40 50
-0.00200

Perubahan Suhu (oCelcius)

Grafik 1 Hubungan perubahan panjang (ΔL) terhadap perubahan suhu (ΔT)


𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 → rumus umum
𝑦 = 0.0003𝑥 − 0.00007
a = Loα
α = a/ Lo
α ± Δα = (1.69 x 10-5 ± 4 x 10-7)/oC
Keterangan:
y : perubahan panjang (ΔL dengan satuan cm)
x : perubahan suhu (ΔT dengan satuan oC)
a : perkalian panjang awal dan koefisien muai panjang (Loα dengan satuan cm/oC)
b : perubahan panjang awal (ΔLo dengan satuan cm)
Perhitungan nilai ketepatan koefisien muai panjang tembaga
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = (1 − | |) 𝑥 100%
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
1.6𝑥10−5 − 1.69𝑥10−5
= (1 − | |) 𝑥 100%
1.6𝑥10−5
= 94.38%
b. Aluminium

Gambar 2 Hasil perhitungan koefisien muai panjang aluminium di Excel

Kurva Perubahan Panjang Aluminium terhadap


Perubahan Suhu
Perubahan Panjang Aluminium (cm)

0.016
0.014 y = 0.0003x + 8E-05
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 10 20 30 40 50
Perubahan Suhu (oCelcius)

Grafik 2 Hubungan perubahan panjang (ΔL) terhadap perubahan suhu (ΔT)


𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 → rumus umum
𝑦 = 0.0003𝑥 − 0.00008
a = Loα
α = a/ Lo
α ± Δα = (2.25 x 10-5 ± 5 x 10-7)/oC
Keterangan:
y : perubahan panjang (ΔL dengan satuan cm)
x : perubahan suhu (ΔT dengan satuan oC)
a : perkalian panjang awal dan koefisien muai panjang (Loα dengan satuan cm/oC)
b : perubahan panjang awal (ΔLo dengan satuan cm)
Perhitungan nilai ketepatan koefisien muai panjang tembaga
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = (1 − | |) 𝑥 100%
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
2.4𝑥10−5 − 2.25𝑥10−5
= (1 − | |) 𝑥 100%
2.4𝑥10−5
= 93.75%
c. Baja

Gambar 3 Hasil perhitungan koefisien muai panjang baja di Excel

Kurva Perubahan Panjang Baja terhadap


Perubahan Suhu
Perubahan Panjang Baja (cm)

0.008
0.007 y = 0.0002x - 4E-05
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
-0.001 0 10 20 30 40 50

Perubahan Suhu (oCelcius)

Grafik 3 Hubungan perubahan panjang (ΔL) terhadap perubahan suhu (ΔT)


𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 → rumus umum
𝑦 = 0.0002𝑥 − 0.00004
a = Loα
α = a/ Lo
α ± Δα = (1.19 x 10-5 ± 2 x 10-7)/oC
Keterangan:
y : perubahan panjang (ΔL dengan satuan cm)
x : perubahan suhu (ΔT dengan satuan oC)
a : perkalian panjang awal dan koefisien muai panjang (Loα dengan satuan cm/oC)
b : perubahan panjang awal (ΔLo dengan satuan cm)
Perhitungan nilai ketepatan koefisien muai panjang tembaga
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝑎𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = (1 − | |) 𝑥 100%
𝑎𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
1.1𝑥10−5 − 1.19𝑥10−5
= (1 − | |) 𝑥 100%
1.1𝑥10−5
= 91.82%

Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien muai panjang suatu
benda logam, diantaranya tembaga, aluminium, dan baja. Pertambahan panjang
berbanding lurus dengan perubahan suhu sehingga semakin besar perubahan suhu yang
dialami benda maka semakin besar pertambahan panjang benda. Semakin tinggi nilai
koefisisen muai panjang yang dimiliki logam maka logam tersebut akan semakin panjang
untuk memuai (Pujayanto et al. 2016). Hal tersebut dapat dibuktikkan dengan
menembakkan cahaya laser melalui celah tipis sehingga menimbulkan pola difraksi
berupa pola gelap dan terang yang ditangkap oleh layar.
Secara teori, nilai koefisien muai panjang pada setiap benda logam sesuai standar
internasional secara berurut adalah 1.6 x 10-5/oC, 2.4 x 10-5/oC, dan 1.1 x 10-5/oC (Sears
dan Zemansky 2012). Berdasarkan hasil percobaan dengan perubahan suhu yang sama
dan perbedaan pertambahan panjang menghasilkan nilai koefisien muai panjang yang
berbeda untuk setiap benda yang diamati. Pertama, nilai koefisien muai panjang pada
tembaga sebesar 1.69 x 10-5/oC dengan ketidakpastian 4 x 10-7/oC. Kedua, nilai koefisien
muai panjang pada aluminium sebesar 2.25 x 10-5/oC dengan ketidakpastian sebesar 5 x
10-7/oC. Ketiga, nilai koefisien muai panjang pada baja sebesar 1.19 x 10-5/oC dengan
ketidakpastian sebesar 2 x 10-7/oC. Jika membandingkan antara data ekperimen dengan
literatur menunjukkan hasil perhitungan eksperimen masih dalam jangkauan nilai
literatur. Kemungkinan kesalahan percobaan dalam menentukan koefisien muai panjang
adalah ketidaktelitian dalam perhitungan, teknik yang kurang tepat, dan menggunakan rata-
rata yang salah (Meiza et al. 2017).
Nilai koefisien muai panjang akan memengaruhi pemuaian benda dan semakin
besar nilai koefisien muai panjang benda maka benda akan memuai semakin panjang
(Silung et al. 2016). Berdasarkan tabel 8 pada percobaan kesembilan, perubahan panjang
pada tembaga, aluminium, dan baja secara berurut sebesar 1.03 x 10-2 cm, 1.38 x 10-2 cm,
dan 0.712 x 10-2 cm. Nilai koefisien muai panjang hasil eksperimen benda logam secara
berurut sebesar 1.69 x 10-5/oC, 2.25 x 10-5/oC, dan 1.19 x 10-5/oC. Kedua data tersebut
menunjukkan semakin besar nilai koefisien muai panjang benda maka semakin besar
perubahan panjang yang dialami benda.

Simpulan
Pemuaian pada benda dapat terjadi ketika terjadi perubahan suhu. Benda dapat
menyusut pada suhu dingin dan memuai pada suhu panas. Faktor yang menentukan
besarnya pemuaian panjang suatu jenis zat dinamakan koefisien muai panjang (α). Nilai
koefisien muai panjang sesuai standar internasional pada tembaga, aluminium, dan baja
secara berurut adalah 1.6 x 10-5/oC, 2.4 x 10-5/oC, dan 1.1 x 10-5/oC. Nilai koefisien muai
panjang secara eksperimen menggunakan metode optik pada benda yang sama secara
berurut adalah 1.69 x 10-5/oC, 2.25 x 10-5/oC, dan 1.19 x 10-5/oC. Hasil data pada ketiga
benda tersebut menunjukkan hasil eksperimen masih dalam jangkauan nilai literatur
dengan ketepatan secara berurut 94.38%, 93.75%, dan 91.82%.

Daftar Pustaka
Albar MG, Simatupang PH, Bunganaen W. 2020. Respon struktur jembatan prategang
besi akibat pengaruh gempa. Jurnal Teknik Sipil. 9(2): 277-290.
Bharmanee et al. 2008. Measurement of a thermal expansion coefficient for a metal by
diffraction patterns from a narrow slit. Jurnal Kasetsart. 42(1): 346-350.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Meiza et al. 2017. Pembuatan set eksperimen muai panjang digital berbasis
mikrokontroler atmega328. Jurnal Fisika. 10(1): 71-77.
Ningsih et al. 2012. Pemanfaatan bahan aditif abu sekam padi pada semen portland.
Jurnal Teknik Kimia. 18(4): 59-67.
Pujayanto et al. 2016. Pembuatan alat percobaan pengukuran koefisien pemuaian
panjang logam dengan difraksi. Jurnal Pendidikan Sains. 13(2): 263-268.
Serway RA, Jewwet JW. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta (ID): Salemba
Teknika.
Silung SN, Kusairi S, Zulaikah S. 2016. Diagnosis miskonsepsi siswa SMA di Kota
Malang pada konsep suhu dan kalor menggunakan three tier test. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi. 2(3): 95-105.
Tripler, Paul A. 1998. Fisika Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Wulandari PS, Radiyono Y. 2015. Penggunaan metode difarksi celah tunggal pada
penentuan koefisien pemuaian panjang alumunium (Al). Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika. 5(2): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai