Anda di halaman 1dari 4

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI PANJANG

DENGAN METODA OPTIK

1. Pendahuluan

Perhatikan apa yang terjadi ketika sebuah benda dipanaskan. Pada umumnya
benda-benda akan memuai ketika dipanaskan. Tinjau sebuah batang logam yang
pada suhu T0 panjangnya L0. Ketika suhu batang dinaikkan menjadi 𝑇 = 𝑇0 + ∆𝑇,
batang memuai sehingga panjangnya menjadi 𝐿 = 𝐿0 + ∆𝐿 (Gambar 8.1).

L0 L
T0
L
T
Gambar 8.1. Batang logam pada suhu T0 panjangnya L0. Ketika suhunya dinaikkan
menjadi T terjadi pemuaian sebesar L.

Untuk perubahan suhu yang tidak terlalu besar, perubahan panjang yang terjadi
pada batang sebanding dengan panjang awalnya dan perubahan suhu batang.
Dengan demikian dapat dituliskan:

∆𝐿 = 𝐿0 𝛼∆𝑇 (8-1)

dengan  adalah koefisien muai panjang (/oC atau /K).

Pemuaian yang terjadi itu sebenarna sangat kecil, hanya dalam orde sepersejuta
bagian untuk tiap kenaikan suhu sebesar 1 K.

2. Prinsip Kerja Peralatan

Keterangan gambar
1. Layar
2. Pemisah berkas cahaya
3. Laser He-Ne
4. Cermin yang tetap posisinya
5. Cermin yang dapat ditekuk
6. Cermin yang dapat bergerak
7. Penutup yang dapat bergerak
naik-turun
8. Oven
9. Batang Sampel
10. Sensor Suhu
11. Landasan

Gambar 8.2. Skema Peralatan Pengukur Koefisien Muai Panjang


Perhatikan Gambar 8.2. Secara umum peralatan ini terdiri dari sebuah
interferometer Michelson dan sebuah oven yang dilengkapi sensor suhu. Batang
sampel diletakkan diantara landasan yang posisinya tetap dan penutup yang dapat
bergerak naik turun mengikuti pemuaian batang sampel. Baik landasan dan
penutup tersebut terbuat dari bahan yang nilai koefisien muainya sangat kecil.
Bahan quartz sering dijadikan pilihan yang baik karena selain koefisien muainya
sangat kecil, bahan ini juga tahan panas. Berkas cahaya dari laser ketika mencapai
pemisah berkas akan terpisah menjadi dua bagian, berkas pertama akan menjalani
serangkaian pembiasan dan pemantulan mengikuti lintasan 3-2-4-2-1 sedangkan
berkas kedua akan menjalani serangkaian pembiasan dan pemantulan mengikuti
lintasan 3-2-5-6-5-2-1. Kedua berkas tersebut akan berinterferensi sehingga di
layar akan muncul pola gelap-terang seperti pada Gambar 8.3. Ketika batang sampel
dipanaskan, dia akan memuai sehingga penutup (7) dan cermin (6) posisinya
bergeser naik dan panjang lintasan berkas cahaya yang kedua akan berkurang. Jika
perubahan panjang batang sampel adalah ∆𝐿 maka panjang lintasan berkas kedua
berkurang sebesar 2∆𝐿. Adanya perubahan panjang lintasan berkas kedua
menyebabkan terjadinya pergeseran pola interferensi seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.3b. Jarak antar dua garis pada pola terang-gelap berkorelasi dengan
panjang gelombang laser yang digunakan, dengan demikian jika pergeserannya
adalah n garis kita dapatkan persamaan:
𝑛𝜆
∆𝐿 = (8-2)
2

Dari persamaan di atas jelas pergeseran terkecil yang dapat diamati adalah separuh
dari panjang gelombang laser yang dipakai. Laser yang sering dipakai untuk
percobaan ini adalah laser He-Ne dengan panjang gelombang 632.8 nm. Ini berarti
pergeseran terkecil yang dapat diamati adalah sekitar 300 nm.

Gambar 8.2. Pola terang-gelap hasil interferensi dua berkas cahaya pada layar .
a. Keadaan awal sebelum pemanasan
b. Keadaan akhir setelah pemanasan

Dengan memadukan persamaan (8-1) dan (8-2), koefisien muai panjang dapat
dituliskan dalam bentuk:
𝑛𝜆
𝛼= (8-3)
2𝐿0 ∆𝑇
Ada beberapa keunggulan perangkat pengukuran ini yaitu
a. Ketelitian yang tinggi
b. Tidak memerlukan ruang yang besar karena panjang batang sampel tidak
perlu terlalu panjang, yaitu sekitar 15 cm saja, sementara kalau kita
memakai peralatan konvensional biasanya panjang sampel sekitar 1 meter.
c. Tidak memerlukan pemanasan yang tinggi, cukup dalam daerah 20C - 60C,
sementara pada peralatan konvensional biasanya dipanaskan dengan
mengalirkan uap panas bersuhu sekitar 100C.
d. Dapat memeriksa sifat linearitas dari koefisien muai karena suhu sampel
dapat diatur sehingga bisa diapatkan kurva perubahan panjang terhadap
perubahan suhu, sementara pada peralatan konvensional hanya ada satu
data saja.
e. Dapat dengan mudah diintegrasikan dengan komputer sehingga pengolahan
data dapat dilakukan secara otomatis.

3. Tugas Praktikum
Tabel di bawah ini menunjukkan data muai panjang dari tiga macam logam
yaitu tembaga, aluminium dan baja. Suhu awal batang sampel T0 = 20C dan
panjang awal sampel L0 = 15 cm.

No. T (C) L Tembaga (cm) L Aluminium (cm) L Baja (cm)


1 20 0 0 0
2 25 1.22  10 -3
1.63  10 -3
8.59  10-4
3 30 2.31  10-3 3.58  10-3 1.70  10-3
4 35 3.78  10-3 5.17  10-3 2.78  10-3
5 40 5.03  10-3 6.93  10-3 3.45  10-3
6 45 6.51  10-3 8.84  10-3 4.21  10-3
7 50 7.05  10-3 1.035  10-2 5.35  10-3
8 55 8.70  10-3 1.130  10-2 6.32  10-3
9 60 10.30  10-3 1.380  10-2 7.12  10-3

Siapkan aplikasi “Microsoft Excel” untuk mengolah data yang ada di tabel di
atas. Cara penggunaan Microsoft Excel ada di buku “PANDUAN PRAKTIKUM
KULIAH UMUM FISIKA”.
1. Buatlah kurva antara L terhadap T untuk masing-masing logam
2. Tentukan koefisien muai panjangnya dengan menggunaka metoda
kuadrat terkecil (least square).
3. Buat laporan singkat praktikum dalam berkas pdf kemudian lampirkan
di lms pada saat anda mengikuti sessi “Tugas Praktikum P08”.

---oo0oo---

Anda mungkin juga menyukai