Agung Budi Prakoso1, Elsa Budi Prasetya2, Resti Rifiyantika3, Rijal Danialhaq4, Rio
Riantana5, Rio Rizky Septianto6, Rizky Wulandari7, Yoga Tri Wardana8.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
. Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A
Kentingan, Surakarta, 57126
1
kisaragigentaro12101993@gmail.com, 2erusafox@yahoo.com,
3
restirifiyantika@gmail.com, 4curcum12@gmail.com, 5rioriantana@yahoo.com,
6
riorizkyseptianto@student.uns.ac.id, 7rizqiwul@gmail.com, 8yowardhana@gmail.com
[ABSTRAK]
Termometer gas volume tetap memiliki ketelitian dan keakuratan yang sangat tinggi,
sehingga secara internasional dapat diterima sebagai instrumen standar untuk
pengkalibrasian termometer lainnya. Termometer ini meggunakan gas sebagai senyawa
termometrik (umumnya Hidrogen dan Helium), dengan memanfaatkan sifat termometrik
berupa tekanan yang dihasilkan gas. Alat dan bahan yang dipakai adalah kontainer gas, water
bath, termometer, pipa U, selang, penyedot, air raksa, air panas, dan millimeter blok. Prinsip kerja
percobaan ini adalah menjaga volume agar selalu konstan. Ketika suhu bertambah tekanan
gas juga bertambah. Dalam pipa U terdapat air raksa. Volume gas dijaga agar selalu
konstan. Dari percobaan ini diperoleh nilai suhu (T) dan perubahan ketinggian permukaan
air raksa (∆h). Perbedaan tinggi tersebut sebagai tekanan (Pn). Untuk mencari nilai dari
tekanan (Pn) digunakan persamaan 𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ, dengan P0 sebesar 1 atm yang setara
dengan 76 cmHg. Pada percobaan ini digunakan perhitungan dengan menggunakan dua
metode, yaitu metode grafik dan metode analisis kuadrat terkecil. Keduanya digunakan untuk
menentukan besarnya nilai nol mutlak yang merupakan perpotongan sumbu x. Nilai nol
mutlak yang diperoleh dari Metode Grafik adalah -273,50C dan Metode Kuadrat Terkecil
adalah -345,950C dan -388,780C dengan literature -273,150C.
Volume gas dijaga agar selalu tetap.Ketika suhu bertambah, tekanan gas juga
bertambah.Dalam pipa 1 dan pipa 2 terdapat air raksa. Volume gas dijaga agar selalu kostan,
dengan cara menaikkan atau menurunkan pipa 2 sehingga permukaan air raksa dalam pipa 1
selalu dalam tanda acuan. Jika suhu meningkat, tekanan gas dalam tabung juga
meningkat.Karenanya pipa 2 harus diangkat lebih tinggi agar volume gas selalu
konstan.Tekanan gas dapat diketahui dengan membaca tinggi kolom air raksa (h) dalam pipa
2. Jika dengan cara manual, ingat saja kolom air raksa setinggi 760nm = tekanan 1 atm. Pada
termometer gas volume konstan yang canggih sudah ada alat penghitung tekanan. Wadah
yang berisi gas juga sudah dirancang agar gas selalu berada dalam volume yang tetap. Jadi
yang diukur hanya perubahan tekanan saja. (Vienik, 1991)
Untuk mengkalibrasi termometer gas volume konstan, dapat mengukur tekanan gas
pada dua suhu. Misalnya, gunakan suhu titik es dan suhu titik uap.Termometer gas volume
konstan dikalibrasi pada tempat yang mempunyai tekanan udara 1 atm. Langkah melakukan
kalibrasi termometer adalah sebagai berikut :
1. Tabung gas dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es dan air. Volume gas dijaga agar
selalu tetap, karenanya pipa 2 harus diturunkan sehingga permukaan air raksa pada pipa 1
tetap berada pada titik acuan. Jika volume gas sudah tidak berubah, catat ketinggian
kolom air raksa (h) pada pipa 2. Gunakan h untuk menghitung tekanan. Jika
menggunakan termometer gas volume konstan yang canggih, tabung yang berisi gas
langsung dicelup ke dalam wadah yang berisi es dan air. Sudah ada alat pengukur
tekanan. Catat tekanan gas tersebut (anggap saja ini tekanan 1 atau P1)
2. Tabung gas dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air yang sedang dipanaskan.
Volume gas dijaga agar selalu tetap, karenanya pipa 2 dinaikkan sehingga permukaan air
raksa pada pipa 1 tetap berada pada titik acuan. Jika volume gas sudah tidak berubah,
catat ketinggian kolom air raksa (h) pada pipa 2. Gunakan h untuk menghitung tekanan
gas (anggap saja ini tekanan 2 atau P2)
3. Dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dan suhu. Lihat contoh di
bawah.
Grafik Hubungan antara Tekanan dan Suhu
P1 adalah tekanan gas pada suhu titik es (0 oC) dan P2 adalah tekanan gas pada suhu titik
uap (100 oC).Gambarkan sebuah garis yang menghubungkan titik temu P1 dengan 0 oC
dan titik temu P2 dengan 100 oC.Dengan berpedoman pada grafik, walaupun hanya
mengetahui besar tekanan gas, besar suhu juga dapat diketahui dengan mudah bahkan
dapat diramalkan.
Jika garis miring pada grafik di atas digambarkan hingga memotong sumbu T oC,
maka ketika tekanan gas = 0, suhu gas = -273,15oC. Mungkin berpikir bahwa suhu gas pada
tekanan 0 berbeda-beda, bergantung pada jenis gas yang berada di dalam tabung termometer
gas volume konstan. Berdasarkan percobaan, walaupun jenis gas berbeda, ketika tekanan gas
menjadi nol, suhu selalu bernilai -273,15oC. Dengan demikian, dapat menggunakan suhu ini
sebagai standar skala suhu (disebut juga sebagai suhu nol mutlak). Suhu nol mutlak ini
dikenal dengan julukan skala mutlak alias skala Kelvin. Kelvin adalah nama almahrum Lord
Kelvin (1824-1907), mantan fisikawan Inggris.
Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam Kelvin (K), bukan derajat Kelvin (oK). Selang
antara derajat sama seperti pada skala Celcius, tetapi harga nol digeser hingga 0 K. Jadi 0 K =
-273,15oC dan 273,15 K = 0 oC. Suhu dalam skala Celcius dapat diubah menjadi skala Kelvin
dengan menambahkan 273,15. Demikian juga suhu dalam skala Kelvin bisa diubah menjadi
skala Celcius dengan mengurangi 273,15.
T (K) = T (oC) + 273,15
T (oC) = T (K) – 273,15 (Holman, 2006).
Metode kuadrat terkecil (least square method) linier adalah suatu metode yang
digunakan untuk menentukan hubungan linier dari suatu data agar dapat diprediksi nilai-
nilainya yang mana nilai tersebut tidak terdapat pada data-data yang dimiliki,
terkadang proses yang melibatkan metode kuadrat terkecil untuk menentukan hubungan dua
variabel data berupa fungsi linier disebut sebagai regresi linier.
Metode kuadrat terkecil ditemukan oleh Carl F. Gauss (matematikawan dan fisikawan
ternama asal Jerman, abad ke-17) ketika ia masih berumur 18 tahun, dan karyanya ini masih
dipakai sampai saat ini sebagai metode yang paling baik untuk menentukan hubungan linier
dari dua variabel data. Dengan metode kuadrat terkecil, dapat menyajikan data dengan lebih
berguna.
Secara umum persamaan garis linier adalah:
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
dimana, y adalah variabel yang dicari trendnya dan x adalah variabel waktu. Sedangkan
untuk mencari nilai konstanta a dan parameter b adalah:
∑𝑦 ∑𝑥
𝑎= −𝑏
𝑛 𝑛
dan
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑏= (Cromer, 2006)
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
Dalam matematika, ekstrapolasi adalah proses memperkirakan nilai suatu variabel
melampaui interval pengamatan aslinya berdasarkan hubungannya dengan variabel lainnya.
Ekstrapolasi itu mirip dengan interpolasi, yaitu menghasilkan perkiraan di antara hasil
pengamatan yang diketahui, namun ekstrapolasi itu rentan terhadap ketakpastian yang lebih
tinggi dan terhadap risiko yang lebih tinggi dalam menghasilkan hasil yang tidak
bermakna.Ekstrapolasi dapat juga berarti memperluas metode, yaitu dengan mengasumsikan
metode yang mirip dapat diaplikasikan.Ekstrapolasi juga dapat diterapkan pada pengalaman
manusia untuk memproyeksikan atau memperluas wawasan dari pengalaman yang telah
dialami ke dalam bidang yang tidak diketahui atau belum pernah dialami sebelumnya agar
dapat mengetahui (biasanya bersifat dugaan) hal yang belum diketahui itu. (cth. pengemudi
mengekstrapolasikan kondisi jalanan di luar batas penglihatannya). (Petrucci, 2001).
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Berikut adalah skema langkah kerja percobaan ini :
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
T0 = 290C, P0 = 1 atm = 76 cmHg
No T (0C) ∆h (cm) P(cmHg)
1 35 0.5 76.5
2 39 0.9 76.9
3 41 1.3 77.3
4 44 1.8 77.8
5 46 2.2 78.2
6 48 2.8 78.8
7 52 3.6 79.6
8 54 3.9 79.9
9 55 4.5 80.5
Percobaan 2
T0 = 290C, P0 = 1 atm = 76 cmHg
No T (0C) ∆h (cm) P(cmHg)
1 36 0.6 76.6
2 38 0.9 76.9
3 41 1.2 77.2
4 43 1.5 77.5
5 44 1.9 77.9
6 46 2.2 78.2
7 47 2.4 78.4
8 49 2.8 78.8
9 50 3.2 79.2
Percobaan yang dilakukan adalah termometer gas volume konstan. Prinsip dasar yang
digunakan dalam percobaan ini adalah memanfaatkan hubungan antara tiga variabel
termodinamika, yaitu tekanan (P), volume (V), dan suhu (T). Dengan membuat salah satu
variabel menjadi konstan, yaitu volume.Kemudian dapat diamati perubahan tekanan yang
diakibatkan oleh adanya perubahan suhu yang diberikan pada sistem. Keduanya akan saling
linear, yaitu berbanding lurus, semakin besar suhu yang diberikan maka tekanan yang
dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan umum gas ideal, yaitu:
𝑛𝑅
𝑃= 𝑇
𝑉
Dalam percobaan ini digunakan satu set termometer gas volume konstan yang terdiri
dari kontainer udara yang berisi gas. Volume dalam kontainer ini dijaga agar selalu
konstan.Kontainer dimasukkan ke dalam water bath berisi air.Air ini digunakan sebagai
pengatur suhu dalam sistem tersebut, dimana suhu itu sendiri merupakan variabel bebasnya.
Kemudian selang yang berguna untuk mengalirkan udara menuju pipa U. Pipa U berisi air
raksa, dan pipa U ini nantinya akan dapat diamati besarnya perubahan tinggi yang terjadi
pada percobaan. Pada bagian belakang pipa U ditempel selembar millimeter blok yang
berguna untuk mempermudah dalam menentukan ketinggiannya. Pipa U itu sendiri terhubung
dengan tendon yang dapat dinaik turunkan untuk mengatur ketinggian air raksa.Dalam
percobaan digunakan air raksa karena air raksa mempunyai warna yang mengkilat sehingga
mudah diamati.Air raksa juga mudah menguap sehingga perubahan ketinggian yang terjadi
pada percobaan dapat teramati lebih jelas.Air raksa merupakan unsur atau jenis larutan
standar yang digunakan untuk mengukur besar satuan tekanan dalam cmHg.Dalam percobaan
ini digunakan termometer untuk mengukur suhu dalam water bath, karena termometer gas
volume konstan hanya dapat mengamati perubahan tekanan akibat pengaruh perubahan suhu.
Prinsip kerja percobaan ini adalah menjaga volume agar selalu konstan.Ketika suhu
bertambah tekanan gas juga bertambah.Dalam pipa U terdapat air raksa. Volume gas dijaga
agar selalu konstan dengan cara menaikkan atau menurunkan pipa bagian kanan, sedangkan
permukaan air raksa dalam pipa bagian kiri selalu berada pada titik acuan. Jika suhu
meningkat, tekanan gas dalam tabung juga bertambah. Peningkatan volume ini
mengakibatkan air raksa pada sisi yang terhubung langsung dengan tabung terdorong ke
bawah, sehingga terjadi penurunan air raksa pada tabung bagian kiri, sementara pada tabung
lain air raksa akan naik. Prinsip kerja yang telah dijelaskan tersebut dapat dilihat seperti
gambar di bawah.
Dari percobaan ini diperoleh nilai suhu (T) dan perubahan ketinggian permukaan air
raksa (∆h). Perbedaan tinggi tersebut sebagai tekanan (Pn). Untuk mencari nilai dari tekanan
(Pn) digunakan persamaan 𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ, dengan P0 sebesar 1 atm yang setara dengan 76
cmHg.
Setelah diperoleh data T dan P, dapat dihubungkan sengan persamaan:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛𝑅
𝑃= 𝑇
𝑉
Dalam percobaan ini digunakan persamaan gas ideal karena untuk mempermudah dalam
perhitungan.Bahwasannya gas ideal itu sangat sulit ditemukan dan yang biasa kita jumpai
𝑛𝑅
adalah gas real. Karena volume dibuat konstan, maka 𝑉 juga konstan, dimana n adalah
jumlah mol yaitu tetap, R adalah konstanta gas yang nilainya 8,314 J/mol K. Sehingga grafik
yang diperoleh adalah grafik linear dengan T sebagai variabel bebas dan P sebagai variabel
terikatnya.
Pada percobaan ini digunakan perhitungan dengan menggunakan dua metode, yaitu
metode grafik dan metode analisis kuadrat terkecil. Keduanya digunakan untuk menentukan
besarnya nilai nol mutlak yang merupakan perpotongan sumbu x. namun, selain menentukan
nilai nol mutlak pada metode grafik juga untuk melihat keterkaitan hubungan antara T dan P.
Pada metode grafik terbukti bahwa hubungan antara T dan P berbanding lurus dengan
gradien yang positif.Semakin besar suhu, maka tekanan juga semakin besar.
Kemudian dengan metode analisis kuadrat terkecil dicari besar nilai nol mutlak dari
masing-masing percobaan. Dengan y = 0, maka dapat diperoleh nilai x dari persamaan:
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
Dimana nilai x yang diperoleh dari persamaan tersebut merupakan nilai nol mutlak.Nilai nol
mutlak merupakan nilai nol dari besaran Kelvin yang dilihat pada besaran Celcius.Sehingga
berdasarkan literatur besar nilai nol mutlak adalah sebesar -273,150C.Suhu nol mutlak terjadi
saat tekanan senilai dengan nol cmHg.Dari kedua percobaan, diperoleh nilai nol mutlak
sebesar -345,950C dan -388,780C.Dari kedua hasil tersebut, percobaan pertama yang lebih
mendekati dengan literatur, sehingga percobaan pertama yang dibuat grafik.
Pada grafik, garis linear ditarik hingga memotong sumbu x. Perpotongan ini
merupakan nilai nol mutlak. Perpotongan tersebut terjadi pada titik y = 0 dan x = 273,50C.
Sehingga nilai nol mutlak yang diperoleh dari grafik sebesar -273,50C. Hasil tersebut hamper
mendekati dengan literature dibandingkan dengan menggunakan metode analisis kuadrat
terkecil. Nilai y = 0 menunjukkan bahwa besar tekanan pada suhu nol mutlak (-273,50C)
adalah P = 0 cmHg.
Perbedaan hasil pada kedua metode akibat adanya kesalahan yang dilakukan
praktikan maupun sistem. Kesalahan tersebut antara lain karena sistem yang kurang tertutup,
gas yang digunakan bukan merupakan gas ideal, kesalahan pada saat membaca skala pada
termometer yang tidak lurus (paralaks). Kesalahan juga terjadi saat menambah besar suhu
dengan cara menambahkan air panas yang seharusnya tidak boleh sampai mengenai kontainer
gas, namun ada kalanya mengenai kontainer tersebut sehingga berpengaruh terhadap
perubahan suhunya.
VII. KESIMPULAN
1. Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara P dan T pada V konstan dapat digunakan
dua metode, yaitu:
a. Metode grafik, pada metode ini dapat ditunjukkan bahwa suhu berbanding lurus
dengan tekanan melalui persamaan,
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑛𝑅
𝑃= 𝑇
𝑉
Dan dapat diperoleh nilai nol mutlak pada perpotongan sumbu x saat P = 0 cmHg.
b. Metode analisis kuadrat terkecil,
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎
𝑛 ∑ 𝑥𝑦−(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
Dimana 𝑏 = 𝑛 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2 ,
∑𝑦 ∑𝑥
𝑎= −𝑏
𝑛 𝑛 𝑎
Dengan menganggap P = 0, y = 0, maka nilai x = − 𝑏. Nilai x tersebut merupakan
nilai nol mutlak.
2. Nilai nol mutlak yang diperoleh adalah:
a. Metode Grafik: -273,50C.
b. Metode analisis kuadrat terkecil: -345,950C dan -388,780C.
c. Literatur: -273,150C.
IV. DAFTAR PUSTAKA
A,I. Veinik. 1991.Thermodynamics of real processes. Minsk: Nauka i Tehnika.
Cromer. 2006. Pemanasan Benda. Bnadung: Cipta Karya.
Holman. 2006. Penerapan Ilmu Fisika. Jakarta: Tiga Serangkai.
Moran, Michael J. 2004.Termodinamika Teknik. Jakarta: Erlangga.
Petrucci. 2006. Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Salemba Teknik.