Anda di halaman 1dari 13

Worksheets 4 PERSAMAAN KEADAAN

ALOKASI WAKTU : 2 X 3 SKS

MATERI POKOK INDIKATOR KOMPETENSI


1. Persamaan Keadaan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan persamaan keadaan
2. Persamaan keadaan gas ideal 2. Mahasiswa mampu menganalisa persamaan keadaan gas
3. Persamaan keadaan gas nyata ideal
4. Persamaan keadaan beberapa sistem 3. Mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan pada
termodinamika proses perubahan keadaan pada gas ideal
5. Koefisien ekspansi dan 4. Mahasiswa mampu menganalisa persamaan keadaan gas
kompresibilitas nyata
5. Mahasiswa mampu menjelaskan persamaan keadaan
beberapa sistem termodinamika
6. Mahasiswa mampu menurunkan persamaan koefisien
ekspansi dan kompresibilitas
7. Mahasiswa mampu menentukan persamaan keadaan
berdasarkan nilai koefisien ekspansi dan kompresibilitas

1. Persamaan Keadaan
Perhatikan gambar di samping ini, berdasarkan
hasil eksperimen, nilai-nilai besaran
termodinamika bergantung satu sama lain.
Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m)
diatur dengan nilai tertentu, maka nilai tekanan
(P) tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara
besaran-besaran ini sebagai berikut:
f (P,V,T,m) = 0
Gambar 2.1 Ilustrasi untuk persamaan keadaan Hubungan ini disebut dengan persamaan
keadaan.

Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam, bukan berapa banyak material
berada. Sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya, per unit massa atau per mol.
Coba Saudara tuliskan kembali pengertian besaran ekstensif dan besaran intensif.

2. Persamaan Keadaan Gas Ideal

Gas ideal adalah gas yang ikatan antara molekulnya


dapat diabaikan. Gas-gas yang memenuhi sifat gas
ideal, persamaan keadaannya diperoleh melalui
eksperimen.

Gambar 2.2 adalah eksperimen untuk 1 mol gas


karbon dioksida. Pada temperatur T mempunyai
volume V dan tekanan P. Volume jenis molarnya
V
(molal spesific volume) adalah v= .. Pada harga
n
temperatur tertentu, dicatat harga P dan v, lalu
dihitung harga Pv /T . Kemudian plot, rasio Pv /T
sebagai sumbu ordinat dan P sebagai sumbu absis.
Percobaan ini dilakukan untuk tiga temperatur
yang berbeda.

Pv
Gambar 2.2. Nilai batas tidak bergantung
T
kepada temperatur berbagai jenis gas.

Tuliskan kesimpulan Saudara dari kurva hasil eksperimen di atas.

Berapakah nila konstanta universal “R” ?


Pada semua gas , untuk tekanan rendah berlaku :
Pv
=R (2.1)
T
Atau
Pv=RT (2.2)
Persamaan (2.2) disebut persamaan keadaan gas ideal.
V
Karena v= , maka
n
PV =nRT (2.3)
Persamaan keadaan dari suatu sistem adalah hubungan antara tiga
variabel P, v, dan T. Bila ketiga variabel tersebut diplot pada tiga
sumbu koordinat yang saling tegak lurus, maka persamaan
keadaan itu akan melukiskan suatu permukaan yang disebut
permukaan P-v-T. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.3 .
Setiap titik pada permukaan menyatakan suatu keadaan
kesetimbangan. Setiap garis pada permukaan menyatakan proses
kuasitatik, yaitu proses yang berjalan dalam kesetimbangan sistem.
Garis-garis tebal menyatakan proses pada temperatur konstan atau
proses isotermal. Garis titik-titik menyatakan proses isokhorik dan
garis putus-putus menyatakan proses isobarik.

Gambar 2.3. Permukaan P-v-T


untuk Gas Ideal

Sekarang coba Saudara proyeksikan gambar 2.1(permukaan P-v-T gas ideal) pada bidang P-v dan
bidang P-T.

Pada sebuah proses isotermal untuk massa tertentu Robert Boyle pada 1660 menemukan secara
dari gas ideal berlaku : eksperimen bahwa hasil kali tekanan dan volume
Pv=RT=konstan (2.4) adalah hampir konstan untuk massa tertentu ari
gas nyata pada temperatur konstan.
Fakta ini dikenal dengan “ Hukum Boyle”
Pada volume konstan, untuk massa tertentu dari gas Keterangan :
ideal : P = tekanan (N/m2)
P=( )nR
V
T =konstanta x T (2.5)
n = jumlah mol gas (mol)
R = konstanta universal (8,3143 x 103 J/kmol K)
T = temperatur (K)
V = volume (m3)
v = volume spesifik (m3/mol)
Jika tekanan konstan, maka untuk massa tertentu
dari gas ideal :
V=( )nR
P
T =konstanta x T (2.6)
3. Persamaan Keadaan Gas Nyata

Beberapa persamaan keadaan gas nyata dirumuskan


secara empiris untuk menggambarkan sedekat
mungkin harga P, v dan T yang terukur. Sedangkan
yang lain dirumuskan secara teoritis berdasarkan
teori kinetik gas.

a. Persamaan Keadaan Gas Nyata Van der Tabel 2.1. Konstanta a dan b pada persamaan gas
Waals Van der Waals
Jenis Gas a (103 J b (m3/kmol)

( )
a m /kmol )
3 2
P+ 2 ( v −b )=RT (2.7)
v He 3,44 0,0234
Nilai a dan b adalah konstan untuk satu jenis gas H2 24,8 0,0266
tapi berbeda untuk gas yang berbeda. O 2 138 0,0318
Keterangan: CO2 366 0,0429
P = tekanan (N/m )2 H 2 O 580 0,0319
v = volume jenis (m /kmol)
3
Hg 292 0,0055
T = temperatur (Kelvin)
R = 8,31 x 103 J/Kmol K

Bagaimanakah bentuk persamaan (2.7), jika volume jenis besar ?

Berdasarkan diagram P-v di samping, diperoleh persamaan


keadaan gas nyata Van der Waals sebagai berikut:
P v 3−( Pb+ RT ) v 2+ av−ab=0 (2.8)
Persamaan (2.8) berarti pada suatu harga tekanan dan
temperatur tertentu, variabel volume v akan mempunyai
kemungkinan tiga buah harga v yang nyata yang merupakan
akar-akar persamaan tersebut.

Gambar 2.4. Permukaan P-v-T untuk


gas van der Waals

Perhatikan gambar 2.5 di samping. Garis mendatar sejajar


sumbu v memotong kurva isotermal pada tiga buah titik yang
berbeda a,b dan c. Pada titik-titik potong itulah terdapat tiga
buah harga v yang berbeda, yang merupakan akar-akar
Gambar 2.5. Kurva isotermal gas van persamaan (2.8). Makin tinggi suhu gas, ketiga titik potong itu
der Waals saling mendekati satu sama lain, dan pada temperatur T c ketiga
titik berimpit pada satu titik yang disebut titik kritis gas van
der Waals.
b. Persamaan Keadaan Gas Nyata Keterangan :
dengan koefisien Virial A, B, C, dan seterusnya adalah fungsi dari temperatur dan
B C disebut koefisien virial.
Pv= A+ + 2 + … , (2.9)
v v Persamaan ini dirumuskan dari anggapan bahwa molekul-
molekul gas terdapat gaya interaksi. Untuk gas ideal,
dibuktikan bahwa A = RT, dan koefisien virial lainnya adalah
nol.

Sekarang coba Saudara tentukan koefisien virial pertama, kedua, dan ketiga dari gas van der Waals.
Untuk langkah awalnya, Saudara ubah bentuk persamaan gas van der Waals menjadi :

( )
−1
b a
Pv=RT 1− −
v v

4. Persamaan Keadaan Beberapa Sistem Termodinamika

a. Kawat Teregang
Kawat yang diberi regangan dapat dilihat sebagai
suatu sistem termodinamika. Kordinat
termodinamikanya adalah:
 Gaya tegangan kawat  (dalam N)
 Panjang kawat L, (dalam m)
 Temperatur gas ideal (dalam K)

B. Selaput Permukaan
Terdapat tiga contoh penting dari selaput
permukaan, yaitu:
 Bagian atas permukaan cairan dalam
kesetimbangan dengan uapnya
 Gelembung sabun atau selaput sabun yang
teregang pada suatu kerangka kawat, yang
terjadi dari dua selaput permukaan dengan
sedikit cairan diantaranya.
 Selaput minyak tipis (kadang-kadang
monomolekul) pada permukaan air.
Koordinat termodinamika dari selaput permukaan:
 Tegangan permukaan, yang diukur dalam
N/m
 Luas selaput A, diukur dalam m2
 Temperatur gas ideal
C. Lempengan dielektrik
Apabila zat dielektrik dimasukkan ke dalam medan
listrik E, terjadilah polarisasi partikel (atom atau
molekul) di dalamnya. Polarisasi  yang
ditimbulkan oleh E bergantung pada sifat dielektrik
dan temperatur.
Koordinat termodinamika sistem dielektrik:
 Intensitas listrik E, dalam V/m
 Polarisasi , dalam C.m
 Temperatur gas ideal , dalam K
d. Sistem paramagnetik
Bila zat paramagnetik diletakkan dalam medan
magnet yang intensitas magnetinya H, maka pada
zat paramagnetik tersebut timbul momen magnetik
total A yang disebut magnetisasi, dan besarnya
bergantung pada komposisi kimia dan temperatur
dari zat paramagnetik tersebut.
Koordinat termodinamika untuk sistem
paramagnetik:
 Intensitas magnetik H, dalam A/m
 Magnetisasi M, dalam A.m2
 Temperatur gas ideal , dalam K

Sekarang coba Saudara jelaskan persamaan keadaan untuk masing-masing sistem yang dijelaskan
sebelumnya , yaitu untuk kawat teregang, selaput permukaan, sistem dielektrik dan sistem paramagnetik.

5. Koefisien Ekspansi dan Kompresi

a. Koefisien ekspansi () Persamaannya :


Koefisien ekspansi didefenisikan sebagai
perbandingan antara perubahan volume dengan
β=
1 V
V T P( )(2.10)
volume semula tiap satuan perubahan suhu pada Dalam volume jenis, koefisien ekspansi bisa
tekanan tetap. ditulis:
β=
1 v
v T P( )(2.11)
Dimana:  = koefisien ekspansi
V = volume (m3)
P = tekanan (N/m2)
v = V/n (m3/kmol)

Sekarang coba Saudara turunkan persamaan koefisien ekspansi dalam massa jenis ().
b. Kompresibilitas () Persamaannya :
Koefisien ekspansi didefenisikan sebagai
perbandingan antara perubahan volume dengan
¿−
1 V
V P T ( )
(2.12)
volume semula tiap satuan perubahan tekanan Dalam volume jenis, kompresibilitas bisa ditulis:
pada temperatur tetap.

Tanda () berarti bahwa bila pada sistem


¿−
1 v
v P T ( )
(2.13)
Dimana:  = kompresibilitas pada temperatur
dilakukan tekanan dari segala arah, maka volume
konstan
sistem akan berkurang.
V = volume (m3)
P = tekanan (N/m2)
v = V/n (m3/kmol)

Sekarang coba Saudara turunkan persamaan kompresibilitas dalam massa jenis ().

c. Hubungan antara  dan 


Untuk semua macam sistem (padat, cair, gas),
hubungan antara  dan  dapat diturutkan dari
¿ ( )
1 V
V P T
persamaan siklis simetri sebagai berikut:

( )( )( )
P V T
=1
( VP ) =V
T
(2.15)
V T T P P V Bandingkan persamaan (2.14) dan pers (2.15),

( )
V sehingga diperoleh hubungan antara  dan  :
T P
( )
=−
P
; ❑= P
❑ T V( ) (2.16)
( )
V
P T
T V

( )
¿
1 V
V T P

( )
V
T P
=V (2.14)

d. Menentukan Persamaan Keadaan


Bila persamaan keadaan suatu sistem diketahui,
maka  dan  dapat ditentukan.Sedangkan bila
harga  dan  dari suatu sistem diketahui, maka
persamaan keadaan sistem dapat dicari.

Misalkan mencari persamaan keadaan gas ideal


dari koefisien ekspansi dan kompresibilitas. Karena
¿ ( )
1 V
V T P
dan ¿ ( )
1 V
V P T
, maka variabel bebasnya
adalah T dan P, sehingga bisa ditulis V = V(P,T).
Berdasarkan hubungan tersebut dapat dibuat suatu
persamaan :
dV = ( )
V
T P
dT +
V
( )
P T
dP (2.17)
Dalam bentuk  dan  :
dV =V dT −V dP (2.18)
dV
=dT −dP (2.19)
V
1
Untuk gas ideal : ¿ dan=1/ P, sehingga
T
persamaan (2.19) menjadi :

dV dT dP
− + =0 (2.10)
V T P
Jika persamaan (.20) diintegrasi, maka solusinya :
ln V −ln T + ln P=ln ( kontant)
PV
=konstan (2.21)
T

Sekarang coba Saudara turunkan persamaan keadaan kawat teregang untuk proses isotermal..

Contoh Soal

1). Sebuah tanki tertutup yang volumenya 2 m3 berisi gas O2 yang bersifat sebagai gas ideal. Bila suhu
gas 40C dan tekanannya 60 atm, hitunglah :
a. Berapa kmol O2 yang ada dalam tanki?
b. Berapa massa O2 dalam tanki ?
c. Berapa tekanan gas bila suhu naik menjadi 400 K ?
d. Pada suhu tetap 40C, sebagian gas dikeluarkan dari tanki, sehingga tekanan gas menjadi 10 atm.
Berapa kmol gas yang keluar ?
Analisis dan solusi :
a. PV =nRT
PV 60 x 1,01325 x 105 x 2
n= = =4,65 kmol
RT 8,3149 x 103 x 313

m
b. n= , m = n x M = 4,65kmol x 32 kg/kmol = 148,8 kg
M

c. karena tanki, maka prosesnya adalah isometrik.


P nR
PV = nRT, = =c
T V
P 1 P2 T2 673 K
= , P2=P1 x =60 atm x =129 atm
T1 T 2 T1 313 K
d. Keadaan gas dalam tanki sekarang
P = 10 atm ; V = 2 m3 ; T = 40C
PV 10 x 1,01325 x 105 x 2
PV = nRT, n= = =0,776 kmol
RT 3
8,3149 x 10 x 313
Gas yang keluar = 4,65 kmol – 0,776 kmol = 3,874 kmol

2). Tentukan koefisien ekspansi  dari gas ideal.


Analisa dan solusi :
Untuk gas ideal berlaku : Pv = RT → v=
RT
P
→ ( )v
=
T P P
R

¿ ()
1 v 1 R 1
= x = K−1
v T P v P T

3). Tentukan kompresibilitas  dari gas ideal.


Analisa dan solusi :
Untuk gas ideal berlaku : Pv = RT → v=
RT
P
→ ( )
v
=
RT
P T P2

¿ ( ) ( )
1 v
=
1 RT
v P T v P 2
=
RT 1 1
. = ( N /m2 )
Pv P P
1

Uji Kemampuan

1. Gambar berikut ini menunjukkan lima proses, a – b, b – c, c – d, d – a, dan a – c, yang diplot pada
bidang P-v untuk gas ideal pada sistem tertutup.

Tunjukkan proses di atas : a) pada bidang P - T , b) pada bidang T - V


Analisa dan solusi :

2. Perhatikan gambar pada soal no (1), Jika P2 = 10 x 103 N/m2 , P1 = 4 x 105 N/m2 , v1 = 2,5 m3
/kilomol.
Tentukan : (a) Temperatur T, (b) volume spesifik v2 ,(c) Temperatur pada titik b dan d, (d)
Volume V pada titik a jika sistem terdiri dari 4 kilomol hidrogen, (e) massa hidrogen.

Analisa dan solusi :

3. Sebuah tanki berisi 0,5 m3 oksigen pada tekanan absolut 1,5 x 106 N/m2 dan temperatur 20C.
Asumsikan gas sebagai gas ideal.
(a) Berapa kilomol oksigen yang berada dalam tanki ?
(b) Berapa massa dari oksigen dalam tanki?
(c) Tentukan tekanan jika temperatur meningkat menjadi 500C.
(d) Pada temperatur 20C, berapa kilomol dapat diambil dari tanki sebelum tekanan turun menjadi
10% dari tekanan semula?

Analisa dan solusi :

4. Udara berada dalam sebuah silinder yang ditutup dengan sebuah piston yang bisa bergerak. Pada
keadaan awal udara berada pada tekanan 2 x 10 7 N/m2 , volume 0,5 m3 dan temperatur 300 K.
Asumsikan udara adalah gas ideal.
(a) Berapa volume akhir udara jika dibiarkan berekspansi secara isotermal sampai tekanannya 1 x
107 N/m2 ?
(b) Berapa temperatur akhir udara jika piston dibiarkan tetap pada posisi semula dan sistem
didinginkan sampai tekanannya 1 x 107 N/m2 ?
(c) Berapa volume dan temperatur akhir udara jika dibiarkan berekspansi secara isotermal dari
kondisi semula sampai tekanan nya 1,5 x 10 7 N/m2 dan kemudian didinginkan pada volume
konstan sampai tekanannya 1 x 107 N/m2 ?
(d) Berapa temperatur dan volume akhir dari udara jika pendinginan isokhorik sampai 1,5 x 10 7
N/m2 diikuti oleh ekspansi isotermal sampai 1 x 107 N/m2 ?

Analisa dan solusi :

5. Sebuah kontainer berisi CO2 pada temperatur 137C. Volume spesifiknya adalah 0,0700
m3/kilomol. Hitung tekanan dalam N/m2.
(a) dengan menggunakan persamaan gas ideal
(b) dengan menggunakan persamaan van der Waals
(c) Hitung perbandingan Pv/T, dalam J/kilomol K , untuk kedua tekanan di atas, dan bandingkan
dengan nilai eksperimen.

Analisa dan solusi :

6. Sebuah bahan memiliki kompresibilitas isotermal ¿ a T 3 /P 2 dan koefisien ekspansi ¿ b T 2 /P ,


dimana a dan b konstanta. Tentukan: a). persamaan keadaan dari bahan tersebut, b) rasio a/b.
Analisa dan solusi :

( )
−1
b a
7. Persamaan keadaan gas van der Walls dinyatakan oleh : Pv=RT 1− − .
a v
Buktikan bahwa :
R v 2 ( v−b )
a). β=
RT v 3−2 a ( v−b )2
2
v ( v−b )
b). ¿
RT v 3−2 a ( v −b )2
Analisa dan solusi :

Anda mungkin juga menyukai