LANDASAN TEORI
Gas adalah suatu fase benda. Gas mempunyai kemampuan untuk mengalir
dan dapat berubah bentuk seperti zat cair. Namun berbeda dengan zat cair, gas
yang tak tertahan tidak mengisi suatu volume yang telah ditentukan, sebaliknya gas
mengembang dan mengisi ruang apapun.
1. Volume yang diisi oleh molekul sangat kecil dibandingkan dengan volume
yang diisi oleh gas secara keseluruhan.
3. Tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak antar molekul.
7
BAB 2. LANDASAN TEORI 8
• Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan, pada temperatur konstan, volume dan tekanan
berbanding terbalik. Apabila dituliskan ke dalam bentuk persamaan, maka
menjadi :
1
V≈ . (2.1)
p
• Hukum Charles
Hukum Charles menyatakan, apabila tekanan dipertahankan konstan, volume
dan temperatur akan berbanding lurus. Apabila dituliskan ke dalam bentuk
persamaan, maka menjadi :
V ≈T . (2.2)
• Hukum Avogadro
Hukum Avogadro menyatakan, pada kondisi temperatur dan tekanan yang
sama, semua gas ideal dengan volume yang sama mengandung jumlah mole-
kul yang sama. Dengan kata lain, pada temperatur dan tekanan tertentu, satu
berat molekul tiap-tiap gas ideal mengisi volume yang sama sebagaimana
satu berat molekul gas ideal yang lain. Dalam penelitiannya Avogadro me-
nemukan terdapat 2, 73 × 1023 buah molekul dalam tiap satu pound mol gas
ideal.
persamaan yaitu :
p1 V1 = p2 V . (2.3)
Sedangkan proses yang kedua yaitu, tekanan dijaga konstan pada p2 sedangkan
temperatur dinaikkan dari T 1 ke T 2 . Perubahan temperatur ini menyebabkan vo-
lume naik dari V ke V2 . Proses di atas apabila ditulis ke dalam bentuk persamaan
yaitu :
V V2
= . (2.4)
T1 T2
Gabungan dari Persamaan (2.3) dan (2.4) yaitu :
p1 V1 p2 V2
= . (2.5)
T1 T2
pV
= konstan .
T
Konstanta untuk gas dengan volume satu berat molekul gas atau disebut volume
molar (V M ) adalah R, yaitu :
pV M
R= . (2.6)
T
Persamaan (2.6) dapat ditulis dengan bentuk :
pV M = RT . (2.7)
Untuk n mol, Persamaan (2.7) menjadi persamaan keadaan gas ideal, yaitu:
pV = nRT , (2.8)
BAB 2. LANDASAN TEORI 10
pV = ZnRT . (2.9)
m̂ = ρg V , (2.10)
m̂ = nMg , (2.11)
pada Persamaan (2.9), dengan m̂ adalah massa, Mg adalah massa molekul relatif
gas, dan ρg adalah massa jenis gas, maka persamaan keadaan menjadi :
ZRT ρg
p= . (2.12)
Mg
Faktor deviasi adalah perbandingan volume aktual n mol gas pada tekanan
dan temperatur tertentu dengan volume n mol gas pada tekanan dan temperatur
tertentu jika berperilaku sebagai gas ideal, yaitu :
Vactual
Z= . (2.13)
Videal
Dalam tugas akhir ini, perhitungan Z menggunakan korelasi Dranchuk, Purvis, dan
Robinson . Adapun prosedur mencari Z yaitu :
BAB 2. LANDASAN TEORI 11
Mg
ρgc = P pc ,
Z pc RT pc
dengan Z pc = 0.27 .
T
T pr = .
T pc
ρg
ρ pr = .
ρgc
A5
Z = 1 + A1 + TApr2 + TA33 ρ pr + A4 + ρ pr2
T pr
pr
ρ pr5 ρ pr2 (2.14)
+ A5 A6 T pr + A7 T 3 1 + A8 ρ pr2 exp (−A8 ρ pr2 ) ,
pr
dengan
pMg
ρg = . (2.15)
ZRT
Specific grafity adalah perbandingan massa jenis gas dengan massa jenis
udara kering diukur pada tekanan dan temperatur yang sama, yaitu :
ρg
γg = . (2.16)
ρudara
Dengan mengasumsikan gas dan udara sebagai gas ideal, maka specific grafity dapat
ditulis sebagai :
pMg
RT Mg
γg = pMudara
= . (2.17)
29
RT
Viskositas fluida merupakan ukuran daya hambat aliran fluida, yang juga
dapat dinyatakan sebagai keengganan fluida untuk mengalir. Semakin besar nilai
viskositas fluida, semakin sulit fluida tersebut mengalir. Dalam tugas akhir ini,
perhitungan viskositas dilakukan dengan menggunakan korelasi Lee at al sebagai
BAB 2. LANDASAN TEORI 13
berikut :
y
µg = K10−4 exp Xρg , (2.18)
dengan
(9.4 + 0.02M) T 1.5
K= ,
(209 + 19M + T )
986
X = 3.5 + + 0.01M ,
T
y = 2.4 − 0.2X .
• Bilangan Reynold
Bilangan Reynold digunakan untuk menentukan sifat aliran, bersifat laminar
atau turbulen. Persamaan untuk menentukan bilangan Reynold secara umum
untuk masalah aliran gas alam dinyatakan dalam satuan lapangan adalah :
20Qγg
NRE = , (2.19)
µg D
Dalam tugas akhir ini, perhitungan faktor gesekan dilakukan dengan menggunakan
korelasi Chen sebagai berikut ini :
1 5.0452 1 1.1098 5.8506
p = −2 log − log + 0.8981 , (2.20)
fg 3.7065D NRE 2.8257 D NRE
Persamaan aliran gas bersifat transien pada pipa dideskripsikan dengan pen-
dekatan satu dimensi yang berbentuk sistem persamaan diferensial parsial. Per-
samaan dasar aliran gas yang bersifat transien diturunkan dari persamaan konti-
nuitas, persamaan gerak (momentum), persamaan energi, dan persamaan keadaan
gas. Dari persamaan-persamaan tersebut dapat dikembangkan beberapa model mate-
matika tergantung pada asumsi-asumsi yang dibuat sesuai dengan kondisi operasi
di lapangan.
la ju alir massa la ju alir massa la ju akumulasi
keluar dari − masuk ke dalam + massa dalam = 0 . (2.23)
kontrol volum kontrol volum kontrol volum
Total massa di dalam segmen S pada saat t dapat dihitung dengan integral
Rb
ρ(x, t)dx. Adanya substansi yang mengalir sepanjang medium, mengakibatkan
a
jumlah massa di dalam segmen S dapat berubah terhadap waktu. Dengan demikian,
laju perubahan total massa dapat dihitung melalui turunan
Zb
d
ρ(x, t)dx . (2.24)
dt
a
Selain itu, perhitungan laju perubahan total massa dapat dijelaskan de-
ngan menggunakan fungsi fluks. Fungsi fluks massa fluida dinyatakan dengan
ρ(x, t) v(x, t) dengan v(x, t) adalah kecepatan fluida mengalir. Notasi tersebut berarti
banyaknya massa yang mengalir melewati posisi x dan pada saat t. Nilai positif
ρ(x, t) v(x, t) > 0 mengindikasikan aliran massa searah dengan kenaikan nilai x, se-
mentara notasi ρ(x, t) v(x, t) < 0 menunjukkan aliran massa berlawanan arah dengan
kenaikan nilai x. Dengan demikian, banyaknya massa masuk melalui titik ujung
x = a pada saat t adalah ρ(a, t) v(a, t). Jika ρ(a, t)v(a, t) bernilai positif, maka massa
mengalir masuk ke dalam S melalui sebelah kiri titik ujung x = a. Demikian halnya
banyaknya massa masuk melalui titik ujung x = b pada saat t adalah ρ(b, t) v(b, t).
Penulisan tanda minus untuk x = b dibutuhkan karena ρ(b, t) v(b, t) > 0 menunjukkan
massa mengalir ke sebelah kanan pada x = b. Maka laju perubahan total massa saat
BAB 2. LANDASAN TEORI 17
Zb
d
ρ(x, t)dx = ρ(a, t)v(a, t) − ρ(b, t)v(b, t) . (2.26)
dt
a
Alternatif lain dari bentuk integral Persamaan (2.26) dapat diturunkan ketika ρ(x, t)
dan v(x, t) diasumsikan memiliki turunan pertama yang kontinu. Berdasarkan asumsi
tersebut, Persamaan (2.26) dapat dituliskan sebagai
Zb Zb
ρt (x, t)dx = − (ρ(x, t)v(x, t)) x dx .
a a
Zb
ρt (x, t) + (ρ(x, t)v(x, t)) x dx = 0 .
a
Dan jika ρt dan (ρ(x, t)v(x, t)) x kontinu, maka fakta bahwa nilai integral di
atas bernilai nol untuk setiap a < b sepanjang medium mengimplikasikan bahwa in-
tegran (ρt + (ρ(x, t)v(x, t)) x ) haruslah bernilai nol. Hal ini menghasilkan persamaan
kontinuitas dalam bentuk persamaan diferensial dan dengan menotasikan fluks
BAB 2. LANDASAN TEORI 18
massa dengan m(x, t) = ρ(x, t)v(x, t), dimana fluks massa adalah banyaknya massa
bersih yang lewat per satuan luas setiap waktu , diperoleh :
∂ρ ∂(m)
+ =0. (2.27)
∂t ∂x
total
la ju la ju la ju
gaya momentum momentum akumulasi
bersih yang keluar masuk momentum
= − + . (2.28)
beker ja pada dari ke dalam dalam
kontrol kontrol kontrol kontrol
volum volum volum volum
Rb
integral ρ(x, t) v(x, t) dx. Adanya substansi yang mengalir sepanjang medium,
a
mengakibatkan jumlah momentum di dalam segmen S dapat berubah terhadap
waktu. Dengan demikian, laju perubahan total momentum dapat dihitung melalui
turunan,
Zb
d
ρ(x, t)v(x, t)dx . (2.29)
dt
a
Zb
f (x, t)dx . (2.31)
a
Zb Zb
d 2 2
ρ(x, t)v(x, t)dx = ρ(a, t)v(a, t) − ρ(b, t)v(b, t) + f (x, t)dx . (2.32)
dt
a a
Alternatif lain dari bentuk integral hukum kekekalan momentum dapat diturunkan
ketika ρ(x, t)v(x, t) dan ρ(x, t)v(x, t)2 diasumsikan memiliki turunan pertama yang
kontinu. Berdasarkan asumsi tersebut, Persamaan (2.32) dapat dituliskan sebagai
Zb Zb Zb
(ρ(x, t)v(x, t))t dx = − (ρ(x, t)v(x, t)2 ) x dx + f (x, t)dx .
a a a
Zb
(ρ(x, t)v(x, t))t + (ρ(x, t)v(x, t)2 ) x − f (x, t) dx = 0 .
a
Dan jika (ρ(x, t)v(x, t))t , (ρ(x, t)v(x, t)2 ) x , dan f kontinu, maka fakta bahwa
nilai integral di atas bernilai nol untuk setiap a < b sepanjang medium mengimpli-
kasikan bahwa integran (ρ(x, t)v(x, t))t + (ρ(x, t)v(x, t)2 ) x − f haruslah bernilai nol.
Hal ini menghasilkan bentuk persamaan diferensial hukum kekekalan momen-
BAB 2. LANDASAN TEORI 21
tum, yaitu :
(ρ(x, t)v(x, t))t + (ρ(x, t)v(x, t)2 ) x = f . (2.33)
dengan catatan fg0 hanya melambangkan sebagai notasi saja, bukan berarti sebagai
turunan pertama.
( !)
dp πD2
p − p + ( )dx = τw (πD) dx . (2.35)
dx 4
sehingga !
−D d p
τw = . (2.36)
4 dx
substitusi Persamaan (2.36) ke dalam Persamaan (2.34), sehingga diperoleh :
0 2
d p −2 fg ρv
= . (2.37)
dx D
− fg ρv2 ∂p
f= − . (2.39)
2D ∂x
Dari Persamaan keadaan (2.12) dan Persamaan kecepatan suara (2.21) dapat dipero-
leh hubungan untuk mencari tekanan, yaitu p = c2 ρ, sehingga Persamaan (2.39)
menjadi :
− fg ρv2 ∂(c2 ρ)
f= − . (2.40)
2D ∂x
Dengan mensubstitusi Persamaan (2.40) ke dalam Persamaan (2.33), dan dengan
menotasikan fluks massa dengan m(x, t) = ρ(x, t)v(x, t), akan diperoleh persamaan
akhir, yaitu :
m2
∂m ∂ ρ + c2 ρ − fg m |m|
+ = . (2.41)
∂t ∂x 2Dρ
BAB 2. LANDASAN TEORI 23
jumlah la ju la ju la ju
panas energi energi akumulasi
yang keluar masuk ke energi
= − + . (2.42)
masuk dari dalam dalam
ke kontrol kontrol kontrol kontrol
volum volum volum volum
Prinsip penurunan laju perubahan energi per unit massa per satuan luas
menggunakan konsep yang sama dengan laju perubahan massa dan momentum.
Dengan memperhatikan proses aliran energi dalam suatu segmen S di kontrol volum,
a sampai dengan b (Gambar 2.1).
Dengan demikian, laju perubahan total energi per unit massa per satuan luas
dapat dihitung melalui turunan sebagai berikut :
Zb
d
e(x, t)ρ(x, t)Adx . (2.43)
dt
a
Selain itu, perhitungan laju perubahan total energi per unit massa per satuan
BAB 2. LANDASAN TEORI 24
luas dapat dijelaskan dengan menggunakan fungsi fluks. Fungsi fluks energi per
unit massa per satuan luas fluida dinyatakan oleh e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)A dengan e(x, t)
adalah energi per unit massa per satuan luas . Notasi tersebut berarti banyaknya e-
nergi per unit massa per satuan luas yang mengalir melewati posisi x dan pada saat t.
Dalam pemberian tanda positif dan negatif menggunakan konsep yang sama dengan
perhitungan laju perubahan massa dan momentum. Dengan demikian, banyaknya
energi per unit massa per satuan luas masuk melalui titik ujung x = a pada saat t
adalah e(a, t)ρ(a, t)v(a, t)A sedangkan banyaknya energi per unit massa per satuan
luas yang masuk melalui titik ujung x = b pada saat t adalah e(b, t)ρ(b, t)v(b, t)A.
Penulisan tanda minus untuk x = b dibutuhkan karena e(b, t)ρ(b, t)v(b, t)A > 0 me-
nunjukkan energi per unit massa per satuan luas mengalir ke sebelah kanan pada
x = b . Oleh karena itu, laju perubahan energi per unit massa per satuan luas akibat
adanya energi per unit massa per satuan luas yang masuk ke dalam S melalui titik
ujung x = a dan ujung x = b pada saat t adalah :
Sedangkan penambahan atau pengurangan energi per unit massa per sa-
tuan luas melalui titik-titik dalam segmen S direpresentasikan oleh fungsi b
q. Fungsi
b
q(x, t) dapat dipandang sebagai panas yang dapat mempengaruhi energi. Nilai posi-
tif b
q(x, t) > 0 mengindikasikan sejumlah energi ditambahkan ke dalam medium pada
posisi x, sementara b
q(x, t) < 0 menunjukkan sejumlah energi dikurangi. Dengan
demikian, laju perubahan energi akibat energi ditambahkan atau dikurangi di dalam
segmen S pada saat t diberikan oleh persamaan,
Zb
b
q(x, t)dx . (2.45)
a
BAB 2. LANDASAN TEORI 25
Zb Zb
d
e(x, t)ρ(x, t)Adx = e(a, t)ρ(a, t)v(a, t)A − e(b, t)ρ(b, t)v(b, t)A + b
q(x, t)dx .
dt
a a
(2.46)
Alternatif lain dari bentuk integral hukum kekekalan energi, ketika e(x, t)ρ(x, t)A
dan e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)A, diasumsikan memiliki turunan pertama yang kontinu. Berda-
sarkan asumsi tersebut, Persamaan (2.46) dapat dituliskan sebagai berikut :
Zb Zb Zb
(e(x, t)ρ(x, t))t Adx = − (e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)) x Adx + b
q(x, t)dx .
a a a
Zb
(e(x, t)ρ(x, t))t A + (e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)) x A −b
q(x, t) dx = 0 .
a
Dan jika (e(x, t)ρ(x, t))t A , (e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)) x A dan b
q(x, t) kontinu, maka
fakta nilai integral di atas bernilai nol untuk setiap a < b sepanjang medium mengim-
plikasikan bahwa integran (e(x, t)ρ(x, t))t A + (e(x, t)ρ(x, t)v(x, t)) x A − b
q(x, t) harus-
lah bernilai nol. Hal ini menghasilkan bentuk persamaan diferensial hukum
kekekalan energi, yaitu :
Fungsi b
q dalam kasus ini adalah kalor per unit massa per unit luas yang
BAB 2. LANDASAN TEORI 26
diberikan pada sistem, yaitu qρA. Dengan mengasumsikan tidak ada efek nuklir,
listrik, magnetik, dan mengabaikan energi potensial dan kinetik, maka energi yang
terjadi pada sistem yaitu hanya energi panas dan energi yang menyebabkan ke-
hilangan tekanan sehingga diperoleh persamaan akhir, untuk et (x, t) = Cv T dan
e x (x, t) = Cv T + ρp , yaitu :
" !#
∂ ∂ p
ρA (Cv T ) + ρvA Cv T + = qρA . (2.48)
∂t ∂x ρ
f (x j )
x j+1 = x j − , (2.49)
f 0 (x j )
dengan j = 0, 1, 2, ...
Fluks massa adalah massa yang mengalir tiap unit area per satuan waktu.
Apabila direpresentasikan ke dalam bentuk persamaan,
m = ρv , (2.50)
BAB 2. LANDASAN TEORI 28
dengan v adalah kecepatan gas. Adapun hubungan antara kecepatan gas dan laju
alir gas adalah dalam persamaan berikut,
QBg
v= , (2.51)
A
dengan Bg adalah faktor formasi gas, yaitu suatu konstanta yang membandingkan
antara volume gas dalam keadaan aktual dengan volum gas dalam keadaan standar.
Adapun Bg dalam bentuk persamaan, yaitu :
QMg
m = 0.0282 . (2.53)
RA