Anda di halaman 1dari 27

Modul Termodinamika Fisika

BAB I

PENDAHULUAN

DESKRIPSI
Mata latih ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pemanfaatan konsep kalor dan termodinamika dalam kehidupan sehari-hari,
dan aplikasi dalam teknologi yang berperan penting dalam kehidupan
manusia. Mata latih ini menjelaskan konsep suhu, kalor, hukum-hukum
termodinamika dan penggunaannya.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


 Baca dengan seksama dan pelajari materi d a l a m modul.
 Lakukan dengan seksama langkah-langkah pembelajaran menuju
pemahaman konsep dengan benar.
 Pelajari dengan seksama uraian materi, contoh, latihan soal sehingga
peserta diklat dapat memperdalam wacana menuju pemahaman
konsep yang benar.
 Andaikan peserta diklat mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal test disarankan berkonsultasi dengan instruktur yang ditunjuk.
 Setiap kesulitan catatlah untuk dikaji dan dibahas dalam kegiatan tatap
muka. Untuk menambah wawasan peserta diklat diharapkan dapat
membaca referensi lain yang berhubungan materi modul Kalor dan
Termodinamika.

STANDAR KOMPETENSI
Peserta pelatihan menguasai prinsip dan konsep konservasi kalor gas
ideal dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta
penerapannya dalam mesin kalor.

Termodinamika 1
Modul Termodinamika Fisika

BAB II
KEGIATAN BELAJAR 1

TERMODINAMIKA

KOMPETENSI DASAR
Peserta pelatihan diharapkan dapat menghubungkan variabel-variabel pada
persamaan umum gas ideal dan juga dapat menghubungkan prinsip
termodinamika pada mesin kalor

INDIKATOR
1. Peserta pelatihan dapat menelaah persamaan gas ideal
2. Peserta pelatihan dapat menganalisis hukum termodinamika pada mesin
kalor
3. Peserta pelatihan dapat menggambarkan grafik hubungan antara P, V dan
T dengan peristiwa adiabatik, isobarik, isokhorik, dan isotermik.

URAIAN MATERI
Termodinamika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membahas
hubungan antara panas dan kerja yang menyebabkan perubahan suatu zat.
Maksudnya apabila suatu zat atau benda diberi panas (suhunya dinaikkan),
maka akan timbul berbagai akibat seperti memuai (gas, cairan dan zat padat),
termo-elemen membangkitkan GGL, kawat-kawat mengalami perubahan daya
tahannya. Dalam proses demikian, biasanya terdapat suatu pengaliran panas
dan bekerjanya suatu gaya yang mengalami perpindahan (panas) yang
mengakibatkan terjadinya “usaha atau kerja”.
1. Prinsip Termodinamika
Prinsip-prinsip Termodinamika dapat dirangkum dalam 3 Hukum
yaitu :
Hukum ke-Nol Termodinamika: berkenaan dengan kesetimbangan
termal atau Konsep Temperatur.
Hukum I Termodinamika : - konsep energi dalam dan
menghasilkan prinsip kekekalan
energi.

Termodinamika 2
Modul Termodinamika Fisika

-menegaskan ke-ekivalenan
perpindahan kalor dan
perpindahan kerja.
Hukum II Termodinamika : memperlihatkan arah perubahan
alami distribusi energi dan
memperkenalkan prinsip peningkatan
entropi.
Hukum-hukum Termodinamika didasarkan pada penalaran logis, bukti
yang membenarkan penggunaan hukum-hukum ini secara menerus diperoleh
dari percobaan yang menyetujui akibat-akibatnya.

2. Kesetimbangan Termodinamik
Sistem dalam kesetimbangan mekanis terjadi bila sistem tidak
cenderung mengalami perubahan spontan dari struktur internalnya, seperti
reaksi kimia atau perpindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian
lainnya, seperti diffusi atau pelarutan. Bagaimanapun lambatnya, maka sistem
dalam keadaan setimbang kimia. Kesetimbangan termal terjadi bila tidak
terjadi perubahan spontan dalam koordinat sistem yang ada dalam
kesetimbangan mekanis dan kimia, bila sistem itu dipisahkan dari
lingkungannya oleh dinding diaterm.
Dalam kesetimbangan termal, semua bagian sistem bertemperatur
sama, dan temperatur ini sama dengantemperatur lingkungannya. Bila
pernyataan ini tidak dipenuhi, perubahan keadaan akan berlangsung sampai
kesetimbangan termalnya tercapai.
Bila salah satu persyaratan dari tiga jenis kesetimbangan yang
merupakan komponen dari kesetimbangan Termodinamik tidak dipenuhi,
maka sistem dalam keadaan tak setimbang. Jika kita pandang secara
makroskopik pada salah satu dari keadaan tak setimbang, kita dapatkan
tekanan satu bagian sistem berbeda dengan bagian sistem lainnya. Jadi, tidak
ada satu harga tekanan yang dapat mengacu pada sistem secara keseluruhan.
Demikian juga temperatur berbeda dengan lingkungannya.
Dalam bagian ini kita hanya membahas sistem dalam kesetimbangan
termodinamik. Untuk menyederhanakan masalah, misalkan gas dengan :

Termodinamika 3
Modul Termodinamika Fisika

 m = tetap, dalam bejana yang dilengkapi, sehingga p, V, dan T


dengan mudah dapat diatur.
 Jika V ditetapkan dan T dipilih harga tertentu, maka kita tidak bisa
mengubah p-nya, atau
 V dan T dipilih, harga p pada kesetimbangan diperoleh secara
alami.
Diantara ketiga koordinat Termodinamik p, V dan T hanya dua yang
merupakan perubah bebas, hal ini menunjukkan bahwa harus ada satu
persamaan kesetimbangan yang menghubungkan koordinat Termodinamik.
Persamaan seperti itu disebut “Persamaan keadaan”.
pV = mRT atau pV = nRT
atau, pv = RT ....(23)
dimana : p = N/m2 (= Pa)
V = m3
v = sp.volum (m3/kg)
T = K.

3. Perubahan Keadaan Gas Ideal


Perubahan keadaan gas ideal ada empat macam, yaitu :
a. Pada tekanan konstan (p = C)
pv = RT

R v R v1 v2
v = T ; = =kons tan =
P T P , T1 T2 ....
(24)

Gambar 9. Proses pada tekanan konstan


b. Pada volume konstan (v = C)
pv = RT

Termodinamika 4
Modul Termodinamika Fisika

R p R p 1 p2
p= T ; = =kons tan =
v T v , T1 T2 ....
(25)

Gambar 10. Proses pada volume konstan


c. Pada temperatur konstan (T = C)
pv = RT = konstan
p1v1 = p2v2 atau p1/p2 = v1/v2 ....(26)

Gambar 11. Proses pada temperatur konstan


Dari ketiga proses di atas (p,v,T, konstan), maka dapat di gambarkan
pada masing-masing diagram p,v,T.

 Untuk T = C ® diagram p-v

Gambar 12. Diagram p-v

Termodinamika 5
Modul Termodinamika Fisika

 Untuk v = C ® diagram p-T

Gambar 13. Diagram p-v

 Untuk p = C ® diagram v-T

Gambar 14. Diagram p-v

d. Perubahan Keadaan Pada Proses Adiabatik


Pada proses adiabatik: tidak ada panas yang keluar maupun yang
masuk dari/ke sistem (akan dibicarakan dalam bab selanjutnya).

4. Persamaan Keadaan
pV = n RT ® dimana n = banyaknya mol gas
pV = mRT ® untuk satu satuan massa, maka persamaan keadaan
adalah:
V
pv  RT ; v
m
Persamaan di atas digunakan sebagai benda kerja umumnya dianggap
sebagai
gas ideal.

Termodinamika 6
Modul Termodinamika Fisika

 Gas ideal (gas sempurna) adalah gas dimana tenaga ideal


molekulnya dapat diabaikan.

NW lb kg f
; 2 ; 2
m2 ft m
Dimana : p = tekanan absolut
V = volume gas (m3 , ft3)

m 3 ft 3
;
kg m lbm
v = spesifik volume gas

Joule ft  lb
;
kg m  K lbm  0 R
R = konstanta gas
T = Temperatur mutlak (K , oR)
 Untuk tenaga ikat molekul-molekulnya tidak dapat diabaikan,
persamaan pv ≠ RT, dan dapat dituliskan sebagai berikut:
 a 
 p  2   v  b   RT
 v  ® Pers. Keadaan Gas Van Der Waals
....(27)
dimana : a dan b adalah konstanta yang berbeda untuk masing-
masing gas.
Nm 4 m3
a b
kg m . mole ; kg m . mole

 Disamping persamaan persamaan gas V.D Waals, juga Beattie


Bridgeman membuat persamaan gas sebagai berikut:
RT (1   ) A
p 2
(v  B )  2
v V .... (28)
 a
A  A0 1  
dimana:  v

 b
B  B 0 1  
 v
c
 3
T .v
A0, a, B0, b, dan c adalah konstanta-kontanta yang berubah untuk masing-
masing gas.

Termodinamika 7
Modul Termodinamika Fisika

5. Perubahan Keadaan dalam Persamaan Differensial


Pengaruh temperatur terhadap volume suatu zat pada tekanan konstan
disebut koefisien pengembangan atau koefisien muai volum rata-rata /
kemuaian volum (β).
1 V
 ( )P
V T ....(29)
Pengaruh (efek perubahan) tekanan terhadap volume sistem pada
temperatur konstan disebut Kompressibelitas.
1 V
K  ( )T
V p ....(30)
Diantara ketiga koordinat Termodinamika p, V, dan T hanya dua yang
merupakan perubah bebas:
® Persamaan gas ideal:
pv = RT
RT
v
p

 v  R
  
 T  P p
 v  RT
    2
 p T p

Jadi:
1 v 1 R 1 1 v 1 RT 1
   K    2 
V T P v p T ; v p T
v p p

(31)
....

Hubungan setiap koordinat dalam dua koordinat lainnya:


1. V = f (p,T)
V V
dV  dT  dp
T P p T

2. p = f (V, T)
p p
dp  dV  dT
v T T V

Termodinamika 8
Modul Termodinamika Fisika

3. T = f (p,V)
T T
dT  dp  dV
p V
v P

Hubungan antara ketiga koordinat p, V, T adalah sebagai berikut:


f (p, V, T) = 0
® Dari ketiga koordinat hanya dua yang bebas:

 p   V 
    1
 v  T  p T
dimana dT = 0 ® T = konstan

 p   V   T 
      1
 v  T  T  P  p V atau

 p   V   T 
       
 v  T  T  P  p V

1  V  1  v 
   ; K    
v  T  P v  p  P

  p 
  *
K  T V ....(32)

 p   p 
dp    dv    dT
p  f (V , T ) ;  v  T  T V

 1
dp  dT  dV
atau K KV

Bila V = c, dV = 0

dp  dT
K (integrasi)

p2  p1  (T2  T1 ) *
K ....(33)
6. Kerja
Sistem mengalami pergeseran karena bereaksinya gaya atau hasil kali
gaya dengan pergeseran (jarak) yang sejajar dengan gaya itu.
W F x (34)
....

Termodinamika 9
Modul Termodinamika Fisika

dimana:
F
p F  PA
A
W  p Ax
W  pV
Karena terjadi pergeseran yang mengakibatkan perubahan volume,
maka kerja adalah:
dW  p dV ....(35)
Kerja positif : Sistem melalui kerja sehingga terjadi pemuaian /
pengembangan (pertambahan volume).
Kerja negatif : Pada sistem dilakukan kerja, sehingga terjadi
pengkompressian sistem (pengurangan volume).
Proses Kuasi – Statik : proses yang hampir statik atau setiap saat
keadaan sistem (selama proses) menghampiri keadaan setimbang terus.

7. Hukum Termodinamika I
Bila sistem diberi panas sebesar dQ, maka sistem akan berekspansi
dan melakukan kerja sebesar dW. Pemanasan sistem akan menimbulkan
beberapa hal : 1) Pertambahan kecepatan molekular dari sistem, 2)
Pertambahan jarak antara molekul-molekul sistem, karena sistem berekspansi.
Panas dQ yang diberikan akan mengakibatkan terjadinya : pertambahan energi
dalam sistem, pertambahan energi kinetik molekul, pertambahan energi
potensial, pertambahan energi fluida akibat gaya-gaya konservatif luas seperti
gaya gravitasi.
Persamaan energi untuk sistem adalah
dQ = dU + dEk + dEp + dEf + dW
...(36) Bila sistem mengalami Ek, EP dan EF konstan, (dEk = 0 ; dEP = 0 ; dEf =
0) disebut sistem diisolasi, maka Hukum I Termodinamika menjadi:
dQ = dU + dW ....(37)
Persamaan energi suatu sistem merupakan hubungan persamaan energi-dalam
(u) dengan variabel-variabel keadaan sistem dalam differensial partial (u),
sebagai berikut :

Termodinamika 10
Modul Termodinamika Fisika

a. T dan v sebagai variable bebas


U = f (T,v)
u u
du  dT  dv
dT dv
→ V T

Hukum Termodinamika I, dalam satu satuan massa :


dq = du + dw = du + pdv , maka

u  u 
dq  dT   p   dv ........1*
dT  dv T
V
.... (38)
1). Proses T = C (isothermal) → dT = 0.
Persamaan 38 menjadi :
 dU 
dq |T   P   dV |T
 dV T 
atau
du
dq |T  pdv |T  dv |T
dv T

2). Proses V = C (isovolum) → dV = 0


→ dq = Cv dT|v
dU
CV dT |V  dT |V
dT V

 dU 
dq |V  Cv dT |V  P    |V
 dV  T (39)
....

3). Proses p = C (Isobar) → dp = 0


→ dq = Cp dT|P
 dU 
Cp.dT | P  Cv.dT | P   p   dV | P
 dV T
atau
 dU  dV
Cp  Cv   p   |P
 dV T  dT

 dU  dV
Cp  Cv   p   ..........2 *
 dV T  dT P
....(40)

4). Proses Adiabatik → dq = 0


Adiabatik : tidak energi (dalam bentuk panas) yang masuk maupun
keluar dari /ke sistem.
Termodinamika 11
Modul Termodinamika Fisika

Persamaan 38 menjadi :

dU  dU 
0 dT | ad   p   dV | ad
dT V  dV T

 dU 
CV dT | ad    p   dV | ad
 dV T 
atau,

dT  dU 
CV p 
dV ad  dV T 

b. T dan p sebagai variable bebas


U = f (T,p)
 dU   dU 
dU    dT    dp
 dT  P  dp  T
Persamaan / Hukum Termodinamika I menjadi:
 dU   dU 
dq    dT    dp  pdV
 dT  P  dp T
v = f ( p,T)
 dV   dV 
dV    dp    dT
 dp  T  dT  P

 dU   dV    dU   dV  
dq     p   dT     p    dp
 dT  P  dT  P   dp T  dP  T 

Dengan cara yang sama dapat dilakukan untuk proses-proses:


1. T = C → isothermal dT = 0
2. p = C → isobar dP = 0
3. v = C → isovolum dV = 0
4. Q = C → adiabatik dq = 0
Proses Adiabatik memiliki syarat bahwa dQ = 0 (sistem diisolasi)
Hukum Termodinamika I : dQ = dU + dW
atau : 0 = dU + dW
dU = - dW
→ U2 – U1 = -W → W, U↑ (kompresi)
atau, U1 – U2 = W → W+, U↓ (ekspansi)
Hubungan variabel p, v dan T dapat dibuat untuk proses adiabatik, dan
dapat

Termodinamika 12
Modul Termodinamika Fisika

digambarkan di dalam p-v diagram.

-------- : garis isotermis.

: garis adiabatik.

Gambar 15. Hubungan variabel p, v dan T dapat dibuat untuk proses adiabatik
Hukum Termodinamika I : dQ = dU + dW
Proses adiabatik : dQ = 0
→ 0 = dU + dW
di mana: dU = mcv dT dan dW = pdv
(du = cv dT)
→ m cv dT = - pdV
Persamaan gas ideal : pV = mRT
Integrasi diperoleh : pdV + Vdp = mRdT
-m cv dT + Vdp = mRdT
dp
V  m ( R  cv )
dT
= m . cp → Vdp = m cp dT ....(41)
dari persamaan : m cv dT = -pdV
m cp dT = Vdp
cP V dp

→ cV p dV

dp c dV
 P
p cV V
→ (diintegrasikan), diperoleh

cP cP
ln p   ln V 
cV + konst. → dimana cV

ln p  ln V  = konst.

atau, p v   konst . (42)


....

Termodinamika 13
Modul Termodinamika Fisika

dari, m cv dT + p dV = 0
mRT
p
gas ideal : pV = mRT → V
mRT
m Cv dT  dV  0
V
dT R dV
 0
T Cv V → (diintegrasikan)
ln T + ln VR/CV = konstan
R Cp  Cv Cp
   1 ;  
dimana Cv Cv Cv

T V  1  kons tan
1
( )

dengan cara yang sama : Tp  kons tan (43)
....

Kerja pada proses adiabatik yang terjadi adalah :


2
dW  p dV  W   p dv
1

c
p v   konst .  p 
v
2
c p 2 v 2  p1 v1
W  dv 
1 v 
 1 ....(44)
Entalpi suatu sistem → Jumlah energi dalam dengan hasil kali tekanan &
volume sistem.
Dari Hukum Termodinamika I : dQ = dU + dW = dU + pdV
→ d (pV) = pdV + Vdp
pdV = d(pV) – Vdp

Hukum Termodinamika I menjadi:


dQ = dU + d (pV) - Vdp
dQ = d (U + pV) – Vdp
Entalphi adalah : H = U + pV ; untuk satu satuan massa, h = u + pv.
Sehingga Hukum Termodinamika I :
dQ = dH – Vdp
dH = d (U + pV) = dU + dpV ....(45)
Untuk gas ideal, dimana dU = mcvdT

Termodinamika 14
Modul Termodinamika Fisika

pV = mRT
maka, dH = mcvdT + d (mRT) = m (cv + R) dT
dH = mcpdT , untuk satu satuan massa : dh = cp dT. ....(46)

Proses sesungguhnya yang di jumpai di dalam praktek, misalnya


mesin-mesin panas dan mekanis seperti kompressor adalah proses politropik.
Bentuk dan sifat, proses politropik ditentukan oleh eksponen politropik ( n = 0
 ~ ).

Proses Politropik mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut :


Pvn = C dimana : n = bilangan konstan,
atau eksponen
politropik.
Bila, harga n = 0, berarti proses adalah tekanan konstan (isobar),
n = ~ berarti proses adalah volume konstan (isovolum).
Proses politropik pada keadaan selama proses, awal dan akhir proses
dinyatakan sebagai berikut :
n
p1  v 2 
p v  p2 v
n
1 1
n
2 atau  
p 2  v1 
(47)
....

Bila kerja dinyatakan sebagai dW = p dV, terjadi antara keadaan awal


(1) dan akhir (2), dengan mengintegrasi persamaan di atas, maka :
2 2
dv
W   p dv  W C 
1 1
vn
Maka kerja untuk proses politropik adalah :
p 2 v 2  p1 v1
W
n 1
R (T2  T1 )
W
( n  1)
Hubungan p, v, dan T pada proses politropik untuk gas ideal adalah :

n 1
n 1
T1  p1  n T1  v 2 
  ;  
T2  p 2  T2  v1 
....(48)

Termodinamika 15
Modul Termodinamika Fisika

8. Hukum Termodinamika II
Hukum Termodinamika II memberikan batasan-batasan tentang arah
yang dijalani suatu proses, dan memberikan kriteria apakah proses itu
reversible atau irreversible dan salah satu akibat dari hukum termodinamika II
ialah perkembangan dari suatu sifat phisik alam yang disebut entropi.
Perubahan entropi menentukan arah yang dijalani suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan : Tidak mungkin panas dapat dirubah
menjadi kerja seluruhnya, tetapi sebaliknya kerja dapat dirubah menjadi
panas.
atau : Q ≠à W seluruhnya
W → Q (sama besarnya)
atau untuk mendapatkan sejumlah kerja (W) dari suatu siklus, maka kalor (Q)
yang harus diberikan kepada sistem selalu lebih besar.
→ Q diserap > W sehingga, η siklus < 100 %.
Suatu yang bekerja sebagai sebagai suatu siklus tidak dapat
memindahkan kalor (Q) dari bagian yang bertemperatur rendah ke bagian
yang bertemperatur lebih tinggi, tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada
sistem yang lain.
Dari kedua hal tersebut diatas, menyatakan tentang arah proses
perubahan energi dalam dalam bentuk panas ke bentuk kerja → yang
menyatakan adanya pembatasan transformasi energi.

a. Mesin Panas ( Heat Engine )


Mesin panas adalah sistem yang bekerja secara siklus, dan melalui
permukaan-permukaan batasannya, energi dalam bentuk panas dan kerja yang
dapat mengalir.
Tujuannya mengubah panas menjadi kerja. Mesin panas mengalami proses –
proses secara periodik kembali kekeadaan semula (reversible). Sebagai
contoh yaitu pembangkit tenaga uap, fluida kerjanya adalah H2O yang
mengalir secara kontiniu dan stasioner melalui ketel (dalam bentuk air dan
kemudian menguap), mengalir ke turbin. Keluar dari turbin sebagai uap air
pada temperatur dan tekanan rendah. H2O (uap air) masuk ke Condenser,

Termodinamika 16
Modul Termodinamika Fisika

disini H2O (uap air) berubah menjadi air kembali, dan air ini di pompa
kembali ke ketel. Proses ini berlangsung secara periodik.

Gambar 16. Instalasi Pembangkit Tenaga


Menurut Hukum Termodinamika I :  dQ   dW
atau Qk  Qc  WT  WP
Maka, Effisiensi Termik dari siklus tertutup ini adalah :

WT  WP QK  QC Q
th    1 C ....(49)
QK QK QK

Disini dapat dilihat bahwa, sistem menerima panas pada temperatur tinggi,
kemudian panas dibuang oleh sistem temperatur rendah, dan kerja dilakukan
pada lingkungan.
Kita ambil “dua mesin pemanas”, yang tujuan utamanya adalah mengubah
panas menjadi kerja, dan melakukan kerja pada lingkungan.

Termodinamika 17
Modul Termodinamika Fisika

Gambar 17. Mesin panas dan pompa panas


Untuk mesin panas :
Wout  Qin  Qout

Wout  Qout  Qin

Wout Q  Qout Q
th   in  1  uot ....(50)
Qin Qin Qin

Untuk pompa panas :


Win  Qout  Qin

Win  Qin  Qout

Qout Qout 1
( KP) pompa panas   
Win Qout  Qin Q
1  in
Qout
efek energi yang dituju (efek pendingina n)
( KP) me sin pendingin 
pemasukan energi yang diperlukan
efek energi yang dituju
koefisien prestasi 
pemasukan energi yang diperlukan

Qin 1
( KP) me sin pendingin  
Qout  Qin Qin
1
Termodinamika Qout 18
Modul Termodinamika Fisika

....(51)

Kegunaan Hukum Termodinámika II adalah :


1) Menentukan effisiensi paling tinggi dari mesin panas atau KP yang
maximum dari mesin pendingin.
2). Menentukan apakah proses dapat berlangsung atau tidak (irreversible atau
reversible).
3). Menentukan arah atau derajat suatu reaksi kimia.
4). Menentukan skala temperaturyang tidak tergantung pada sifat-sifat fisik
tiap zat.
5). Mendefinisikan suatu sifat yang sangat berguna.

b. Siklus Carnot
Siklus carnot ini terdiri dari 2 proses isotermik dan 2 proses adiabatik
reversible.
Siklus carnot memiliki medium kerja yang menerima panas dari suatu
temperatur dan melepaskannya pada temperatur yang lain, jadi diperlukan dua
reservoir yang berdasarkan hukum termodinamika kedua merupakan jumlah
minimum.
Siklus ini dapat terjadi pada proses-proses tak mengalir reversibel atau pada
proses-proses stasioner.

Termodinamika 19
Modul Termodinamika Fisika

Gambar 18. Siklus Carnot pada diagram P-V

Karena sistem mengalami satu siklus maka energi dalam tidak berubah, jadi
∆U = 0. Maka Hukum Termodinamika I diperoleh:
dimana : W adalah kerja total
Q2 panas yang diserap sistem
Q1 panas yang dilepaskan oleh sistem
Maka effisiensi temik siklus carnot, yaitu hasil bagi kerja yang dilakukan
sistemdengan panas yang diserap sistem pada temperatur tinggi :
V
v  dW Q  Q1 Q
m    2  1 1 ....(52)
Q2 Q2 Q2

Perhitungan effisiensi termik mesin carnot yang menggunakan gas ideal :


untuk gas ideal: PV = mRT atau pv = RT
du = Cv . dT
Proses 1-2 : proses isotermik, pv = konstan.

Gambar 19. Proses isotermik


2
v2 p
Wda   pdV 
1
p1v1 ln
v1
 p1v1 ln 1
p2
p1
q  w  p1v1 ln
p2
p
q  w  RT1 ln 1
p2

Proses 2-3 : proses adiabatik reversible, pvγ = konstan, dq = 0.


W = - ∆U = - Cv (T3 – T2) atau W = - ∆U = - Cv (T1 – T2)

Termodinamika 20
Modul Termodinamika Fisika

W = - ∆U = Cv (T2 – T1)
W = - ∆U = Cv (T2 – T1)

Proses 3-4 : Proses isotermik ; ∆U = 0

4
p 
Wda   pdV   p v
3
3 3 ln  4 
 p3 
p   
q  w   p3v3 ln  4    RT3 ln  p4 
 p3  p 
 3

Proses 4-1 : Adiabatik reversible dq = 0 , pvγ = konstan


w = - ∆U = - Cv (T1 – T4)
atau w = - Cv (T2 – T1)
w = Cv (T1 – T2)

→ Jadi jumlah kerja siklus :  dW  q12  q34


 dQ   dW
 p  p 
→ Untuk proses adiabatik :  dW  RT2 ln  1   RT1 ln  4 
p2  T2    1
 p2   p3 
  
p3  T3 

p1  
T 1 
  1 
p4  T4 
p2 p
 1
p3 p4

atau p4 p
 1
p3 p2

p1 p p
 dW  RT2 ln  RT1 ln 1  R (T2  T1 ) ln 1
p2 p2 p2
p1
R (T2  T1 ) ln
 dw p2 T2  T1
th   
q1 2 p T2
RT ln 1
p2
Jadi η Carnot hanya bergantung pada T1 dan T2.
Maka akan diperoleh effisiensi carnot :

Q2  Q1 T T
   2 1
Q2 T2
atau: Q1 T
  1  1 1
Q2 T2
Termodinamika 21
Modul Termodinamika Fisika

c. Entropi
Hukum Termodinamika II dalam bentuk ketidaksamaan clasius
mengenai entropi, dari proses reversibel siklus carnot diketahui :
Q2 Q1

T2 T1

Q2 Q1
 
T2 T1

dimana : Q2 = panas masuk sistem (+)


Q1 = panas keluar sistem (-)

Q2 Q1 Q
Persamaan diatas ditulis :   0
T2 T1 T

dQ
atau dapat ditulis rev 0
T

Untuk suatu siklus yang irreversibel integral siklus ini akan lebih kecil dari
nol dan dapat ditulis sebagai; dQ
irrev 0
T
Persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut :
dQ
 0 Ketidaksamaan clausius
T

besaran dQ merupakan parameter sistem dan disebut “Entropi”


T

Jadi entropi merupakan adalah perbandingan panas yang ditransfer selama


proses reversibel dengan temperatur absolut sistem.
d. Perhitungan Perubahan Entropi

2
 dQ 
s    
1 
T  rev
Perubahan Entropi
 dQ   dU  dW 
s       
 T  rev  T  rev
Termodinamika 22

T ds  dU  p dV
Modul Termodinamika Fisika

dimana : H = U + pV
U = H – pV
T ds  d ( H  pV )  p dV
T ds  dH  p dV

Satuan Entropi


S  Btu
lbm 0R
 ; Kal gr : K  T ds  dH  V dp

(Entropi persatuan massa)


S  Btu 0
R
 ; Kal K 
Untuk satu satuan massa :

T ds  dh  v dp

e. Diagram Temperatur - Entropi

Dari persamaan :
dQ
dQ  T ds dS 
T

atau
s2
Q1 2   T dS
s1
2 2
W12   p dv
1
Q12   T ds
1

Termodinamika 23
Modul Termodinamika Fisika

Gambar 20. Diagram P-vdan T-S

 dW   dQ

 p dV   T dS
Diagram P-V dan T-S menyatakan proses reversibel dapat kita ambil contoh
pada proses / siklus carnot, sebagai berikut :

Gambar 21. Diagram P-V dan T-S pada Siklus Carnot

Garis 1-2 dan 3-4 : proses isotermik (dT = 0)


Garis 2-3 dan 4-1 : proses adiabatik reversibel (dQ = 0 = T dS) ; T ≠ 0 ; dS
=0
Jadi, adiabatik reversibel = isontropik (entropi konstan)
Effisiensi siklus carnot dapat dihitung dari diagram T-S :

Termodinamika 24
Modul Termodinamika Fisika

 dw Q  Qout T ( s  s )  T1 ( s2  s1 )
th   in  2 2 1
Qin Qin T2 ( s2  s1 )

T2  T1 T
th   1 1
T2 T2

f. Azas Pertambahan Entropi

Azas pertambahan entropi dapat dilihat dari hubungan persamaan-persamaan


di bawah ini.

S SK  S System  S Lingkungan  0

S S  S L  S KS (untuk proses reversibel dan


irreversibel)

Bila sistem diisolasi, maka tidak ada hubungan energi dengan lingkungan,
sehingga entropinya tetap. S LING  0

T  T   T
W  Q  2 1   Q 1  1 
 T2   T2 
W  Q  T1 S
S SK  S SYS  0

Q  Energi yang masuk T1 S


T1 S  Energi yang hilang

Termodinamika 25
Modul Termodinamika Fisika

g. Energi yang Hilang Pada Proses


Sebagai contoh pada siklus carnot :

Gambar 22. Siklus Carnot

Effisiensi siklus carnot dan hubungannya dengan temperatur :

W T T
th   2 1
Q T2
 Qin  Qout   Tin  Tout 
    
 Qin   Tin 

Jumlah kerja yang diperoleh :

T  T   T
W  Q  2 1   Q 1  1 
 T2   T2 
W  Q  T1 S

Q  Energi yang masuk T1 S


T1 S  Energi yang hilang

Latihan
Sebuah mesin uap bekerja diantara sebuah ketel pada temperatur tetap 3280 F,
dan sebuah kondensator dengan temperatur 1260 F. Air masuk kedalam ketel
dalam keadaan cair jenuh. tunjukkanlah bahwa berlaku ketidaksamaan
clausius untuk siklus ini !

Termodinamika 26
Modul Termodinamika Fisika

DAFTAR PUSTAKA

William C. Reynolds, Henry C. Perkins, Engineering thermodynamics, Mc


Graw-Hill, Engkand, 1997
Werlin S. Nainggolan. 1987. Termodinamika Teori-Soal-Penyelasaian, CV.
Armico: Bandung.
Zemansky, MW and Dittman, RH, 1981. Heat And Thermodynamics. Tokyo:
Mc-Graw Hill International Bosh Co.

Termodinamika 27

Anda mungkin juga menyukai