Anda di halaman 1dari 19

HUKUM I TERMODINAMIKA

I. IDENTITAS
Mata kuliah : Fisika Umum
Program Studi : Pendidikan IPA
Jurusan : IPA
Fakultas : MIPA
Dosen : Tim Fisika Umum
SKS :4
Kode : FMA.1.60.1303
Minggu ke : 14

II. CAPAIAN PEMBELAJARAN


Mengaplikasikan konsep dasar tentang hukum 1 termodinamika pada persoalan
fisika sederhana

III. MATERI

A. Pendahuluan

Termodinamika bagian dari fisika yang mempelajari hubungan antara kalor


dengan usaha mekanik atau bentuk lain dari energi yang didasarkan atas dua hukum
utama yaitu hukum pertama dan hukum ke dua termodinamika. Termodinamika
merupakan ilmu empiris, sehingga hukum-hukum yang dikembang-kan berdasarkan
pengamatan dan fakta eksperimental.
Prinsip–prinsip termodinamika dipakai pada perencanaan motor bakar, pesawat
pendingin, pusat tenaga nuklir, roket, pesawat yang menggunakan energi listrik, aliran
kalor dan kesetimbangan reaksi kimia.

B. Sistem Termodinamika

Kumpulan benda-benda atau objek telaah dalam termodinamika disebut sistem,


Sedangkan semua yang terdapat diluar sistem disebut lingkungan, secara
keseluruhan sistem dan lingkungan membentuk alam semesta.
Sistem dan lingkungan dibatasi oleh permukaan tertutup, dapat berupa per-
mukakan nyata atau permukaan khayal . Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi
interaksi /pertukaran energi, yang mempunyai pengaruh langsung terhadap keadaan
sistem . Interaksi sistem dapat dalam bentuk perpindahan kalor, perantaraan kerja,
pertukaran energi, perpindahan benda/zat sistem, atau dapat pula sekaligus dengan

157
perpindahan kalor dan perantaraan kerja, sehingga sistem dapat dibedakan atas 3
macam, yaitu :
1. sistem terbuka , yaitu suatu sistem yang dapat melakukan pertukaran energi atau
benda/zat sistem dengan lingkungannya, misalnya pompa, kompressor udara dll.
2. sistem tertutup, yaitu sistem yang hanya dapat melakukan pertukaran energi
dengan lingkungannya, misalnya ; gas dalam silinder yang dilengkapi dengan
piston.
3. sistem terisolasi, yaitu sistem yang tidak dapat melakukan pertukaran energi dan
benda/zat sistem dengan lingkungannya.

C. Koordinat Termodinamika

Sifat atau keadaan sistem ditentukan oleh besaran-besaran seperti ; volume, tekanan,
temperatur, kapasitas kalor, massa jenis dsb. Besaran besaran yang mempengaruhi
sifat-sifat atau keadaan sistem disebut koordinat termodinamika /koordinat sistem
atau variable keadaan sistem. Variabel keadaan sistem ini dibedakan atas :

1. variabel ekstensif, yaitu variable keadaan yang dipengaruhi oleh massa atau
jumlah mol sistem, seperti volume dan energi
2. variabel intensif, yaitu variabel keadaan yang tidak dipengaruhi oleh massa atau
jumlah mol sistem

D. Keseimbangan Termodinamik

Bila suatu sistem dalam keadaan setimbang termal, setimbang mekanik, dan
setimbang kimia, dikatakan sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang
termodinamik. Dalam keadaan setimbang antara variabel-variabel sistem memberikan
gambaran mengenai keadaan sistem. Hubungan antara sesama variebel/koordinat
sistem disebut persamaan keadaan sistem. Perubahan salah satu atau lebih variabel
keadaan sistem disebut proses . Jadi proses dalam termodinamika dapat diartikan
sebagai interaksi antara sistem dan lingkungan yang mengubah keadaan sistem dari
keadaan keseimbangan awal (i) menjadi keseimbangan akhir (f).

1. Proses Kuasistatik, yaitu proses yang berlangsung sangat lambat sehingga


perubahan koordinat termodinamiknya dari waktu ke waktu kecil sekali. Setiap
saat sistem hampir-hampir dalam keadaan setimbang termodinamik. Sehingga

158
selama proses kuasistatik dianggap sistem berada dala keseimbangan. Dalam
kenyataan proses kuasistatik sebenarnya tidak ada, dan ini merupakan suatu proses
ideal yang dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan. Proses yang dijumpai
dalam kenyataan adalah proses nonkuasistatik.
2. Proses isometric (isovolum, isokhorik) adalah proses yang berlangsung pada
volume tetap.
3. Proses Isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap
4. Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada temperatur tetap.

E. Persamaan Keadaan Sistem

Persamaan keadaan yang paling sederhana adalah persamaan gas ideal yang
diperoleh melalui eksperimen.

Misalkan dari hasil pengukuran n kmol gas CO2 pada pada suatu saat , temperatur,
volume, dan tekanan masing-masing adalah T, V, dan p . Bila v = V/n (volume
jenis molar), maka selanjutnya di hitung harga ( pv) / T nya. Kalau v di ubah-
ubah pada T tetap, maka harga p akan berubah pula. Untuk tiap harga V dihitung
harga ( pv) / T nya. Harga ( pv) / T dijadikan sumbu koordinat, dapn p sebagai
absis. Percobaan ini dilakukan untuk berbagai harga temperatur. Grafik hasil
percobaan adalah seperti oad gambar berikut ini.

2520C
R 1370C
600C
600C

Bila CO2 diganti dengan O2 grafiknya akan tetap menuju titik R sehingga dapat
disimpulkan bahwa :

1. Pada semua temperatur grafik memotong sumbu ordinat ( pv) / T pada titik yang
sama

159
2. Grafik dari semua macam gas juga memotong sumbu ( pv) / T pada titik yang
sama.

Harga limit ( pv) / T dari semua harga temperatur dan semua jenis gas disebut
konstanta gas umum (R) dan pada tekanan rendah memenuhi :

pv
= R atau pv = RT disebut persamaan keadaan gas ideal
T

dengan R = konstanta gas umum = 8,31 J/kmol K

V m R
karena v = maka pV = nRT dan n= maka pV = m T atau
n M M

R
pV = mR0T dengan R0 = ( konstanta gas khusus)
M

F. Perubahan Keadaan Pada Berbagai Proses Termodinamika

1. Proses Isotermal (T = C) , pv = RT , pv = C (H. Boyle )


p R p
2. Proses Isovolum (V = C) , = , atau = C (H. Gay Lussac)
T v T
v R v
3. Proses Isobarik (p = C), = , atau = C (H. Gay Lussac)
T p T

P P V1 v p1
p2>p1
T2>T1 V2
T2 p2
v2>v1
T1

v T T

A. Proses Isotermal B. Proses Isovolum C. Proses Isobarik

G. Interaksi Sistem Dengan Lingkungan


Interaksi sistem dengan lingkungan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Kerja (Usaha luar)


2. Pertukaran Kalor
3. Kerja dan Pertukaran Kalor

160
Misalkan didalam silinder yang tertutup piston yang sangat tipis (dianggap
tak bermassa) berisi gas . Piston dapat bergerak maju/mundur tanpa gesekan.

F F’ F F’

Gas Gas

dX

A. Keadaan Awal ( F = F’ ) B. Gas Melakukan Usaha Luar ( F < F’ )

Bila gaya yang dilakukan gas (F) lebih besar dari gaya yang udara luar (F’) maka
piston akan bergeser ke arah luar dikatakan sistem (gas) melakukan usaha luar .
Bila F < F’ maka piston akan bergeser kearah dalam maka dikatakan usaha
dilakukan terhadap sistem .
Berdasarkan rumus usaha dalam mekanika , maka usaha yang dilakukan
oleh/terhadap sistem memenuhi persamaan :
x2 x2 V2

W =  F .dx =  pA.dX =  p.dV dengan F = pA


x1 x1 V1

Konvensi tanda :
Bila sistem (gas) berekspansi sehingga volume sistem bertambah sebesar dV maka
dikatakan gas melakukan usaha luar terhadap lingkungannya, karena itu energi
sistem berkurang, sehingga usaha luar ini dihitung negatif (-) dan sebaliknya bila
gas mengalami kompressi usaha yang dilakukan lingkungan terhadap gas dihitung
positif.
a. Bila gas berekspansi dW = - p dV
b. Bila gas mengalami kompressi dW = p dV

Selain dengan perantaraan kerja/usaha, interaksi sistem dengan lingkungan


juga dapat terjadi dengan perantaraan pertukaran kalor . Bila kalor memasuki
sistem dihitung positif (+Q) dan bila sistem membebaskan sejumlah dihitung negatif
(-Q).
Usaha yang dilakukan oleh /terhadap sistem atau keluar /masuknya kalor
terhadap sistem dinamakan energi ekternal yang muncul akibat interaksi sistem

161
dengan lingkungan. Selain itu ada lagi energi internal (energi dalam = U) yang
dimiliki sistem, yaitu semua energi yang dimiliki sistem seperti energi kinetik, energi
potensial, energi rotasi, energi vibrasi, energi listrik dll. Untuk gas ideal energi
dalamnya hanya terdiri dari energi kinetik partikel-partikel gas yang merupakan
fungsi temperatur. (T) saja. Perubahan energi dalam sistem akibat suatu proses
termodinamika dinyatakan oleh persamaan :
f

U =  dU = U f − U i
i

(Ui = energi mula-mula sistem dan Uf = energi akhir sistem )

H. Usaha Pada Berbagai Proses Termodinamika

1. Proses Isokhorik

Proses isokhorik adalah proses yang berlangsung pada volume konstan. Untuk gas
ideal memenuhi persamaan
p p p
V = kons tan atau V1 = V2 sehingga memenuhi : = kons tan atau 1 = 2
T T1 T2
Pada proses isokhorik ini tidak ada kerja yang dilakukan gas, sebab volume gas
tidak berubah. dan memenuhi persamaan :
v2

W = −  pdV = 0
V1
Proses isokhorik diatas jika , p2 > p1 dan T2 > T1 dapat dinyatakan dalam
grafik p-V, p-T dan V-T seperti berikut ini :
P2 P2 V
P
P V1 =V2
P1
P1

V T1 T T2 T1 T T2
V1 =V2

2. Proses Isobarik

Proses isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap (p = konstan)
Untuk gas ideal memenuhi persamaan :
V1 V2
p1 = p2 sehingga = , dan kerja yang dilakukan memenuhi persamaan :
T1 T2

162
V2

W = −  p.dV = − p(V2 − V1 )
V1

Untuk gas ideal pV = nRT sehingga :


p2V2 = nRT2 dan p1V1 = nRT1 karena p1 = p2 = p maka :

p2V2 − p1V1 = p(V2 − V1 ) = nR(T2 − T1 ) sehingga kerja yang dilakukan dapat juga
dirumuskan sebagai :
W = −nR (T2 − T1 )
Proses isokhorik diatas jika , V2 > V1 dan T2 > T1 dapat dinyatakan dalam
grafik p-V, p-T dan V-T seperti berikut ini :

P P V2
V
p1 = p2 p1 = p2
V1

V1 V V2 T1 T T2 T1 T T2

3. Proses Isotermal

Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada temperatur tetap (T =C) .
Untuk gas ideal memenuhu persamaan :
T1 = T2 sehingga p1V1 = p2V2
nRT
Persamaan gas ideal : pV = nRT .sehingga p =
V
Kerja yang dilakukan memenuhi persamaan :

V2 V2
dV V
W = −  p.dV = −  nRT = −nRT ln 2
V1 V1 V V1
Proses isotermal diatas jika , V2 > V1 dan p2 < p1 dapat dinyatakan dalam
grafik p-V, p-T dan V-T seperti berikut ini :

P P V

P1 P1 V2

p2
p2 V1

V1 V2 V T T1 T2 T
T1 = T2
163
4. Proses adiabatik

Yaitu suatu proses yang terjadi sedemikian rupa sehingga selama proses
berlangsung tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem . Dalam proses
adiabatik usaha luar yang dilakukan biasanya akan menyebabkan perubahan
temperatur. Bila yang mengalami proses adalah gas ideal, tidak akan terjadi
perubahan kalor pada gas, (dQ = 0).
Pada proses adiabatik berlaku persamaan :

𝑝 𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

P
Dengan 𝛾 > 1 adalah tetapan gas
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
sebagai sistem . Karena 𝑝 = 𝑉 𝛾 P1 1
Proses adiabatik
maka kurva p-V berbentukhiperbola
seperti pada proses isotermik. Hanya Proses isotermik
kurva p-V pada proses adiabatik
lebih curam dari proses isotermik. T1
2
P2 T2
Pada proses adiabatik T1 menyatakan
keadaan 1 dari sistim dan T2 V
V1 V2
menyatakan keadaan 2 dari sistem.
Jika kejadian ini kita masukkan ke
persamaan diatas, maka : Kurva p-V dari proses adiabatik
T2 < T1 pada proses ini.
𝛾 𝛾
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2

Jika sistemnya adalah gas ideal berlaku persamaan pV = nRT sehingga persamaan
diatas dapat ditulis :
𝑃1 𝑉1𝛾 = 𝑃2 𝑉2𝛾

𝑛 𝑅 𝑇1 𝛾 𝑛 𝑅 𝑇2 𝛾
( ) 𝑉1 = ( ) 𝑉2
𝑉1 𝑉2
𝛾−1 𝛾−1
𝑇1𝑉1 = 𝑇2 𝑉2

Pembuktian Adiabatik : dimana ΔQ = 0

∆𝑄 = ∆𝑈 + ∆𝑊 persamaan gas ideal : P V = n R T


𝑛𝑅𝑇
0 = 𝑛 𝑐𝑣 𝛥𝑇 + 𝑝 𝑑𝑉 𝑝 = 𝑉
𝑛𝑅𝑇
= 𝑛 𝑐𝑣 𝑑𝑇 + 𝑑𝑉
𝑉

persamaan ini kita bagi dengan T cv akan kita peroleh :

164
𝑛 𝑐𝑣 𝑑𝑇 𝑛 𝑅 𝑇 𝑑𝑉
0= +
𝑇𝑐𝑣 𝑉 𝑇𝑐𝑣

𝑑𝑇 𝑅 𝑑𝑉
0= +
𝑇 𝑐𝑣 𝑉
𝑐𝑝 𝑅 𝑐𝑝
𝑐𝑝 − 𝑐𝑣 = 𝑅 → 𝑐𝑣
−1 = 𝑐𝑣
, 𝑐𝑣
=𝛾

𝑑𝑇 𝑐𝑝 − 𝑐𝑣 𝑑𝑉
0= +
𝑇 𝑐𝑣 𝑉

𝑑𝑇 𝑑𝑉
0= +(𝛾−1)
𝑇 𝑉

ln 𝑇 + (𝛾 − 1) ln 𝑉 = 0

ln 𝑇 𝑉 (𝛾−1) = 0
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑻 𝑽(𝜸−𝟏) = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏 →𝑇=
𝑉 (𝛾−1)

Jika persamaan ini kita subsitusikan ke persamaan gas ideal :

PV=nRT = konstan
𝑛𝑅
𝑃𝑉 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑉 (𝛾−1)

𝑃 𝑉 𝑉 (𝛾−1) = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

𝑷 𝑽𝜸 = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏

I. Usaha Bergantung Pada Jalan Proses


Besarnya usaha yang dilakukan oleh /terhadap sistem, sama dengan luas
daerah dibawah kurva pada grafik p-V. dan bergantung pada jalannya proses.
Perhatikan grafik berikut ini :

p C VC
B
WABC = -  pdV = luas bidang VABCVC
VA
VC

WAC = -  pdV = luas bidang VAACVC


VA
D VC
A
WADC = -  pdV = luas bidang VAADVC
v VA

VA VC
165
Perhatikan Proses Siklis berikut ini yang berlangsung mulai dari A dan kembali ke
A

p A VB

WAB = -  pdV = luas bidang VAABVB


VA
VA

WBA =  pdV
VB
= luas bidang BAVAVB
B
Wtotal = WAB-WBA = Luas bidang ABA

VA VC

J. Hukum I Termodinamika

1. Tara Kalor Mekanik

Rumford dan Joule dari hasil percobannya mendapatkan bahwa apabila


sejumlah energi mekanik W dapat dirubah menjadi sejumlah energi kalor Q atau
sebaliknya . Hubungan ini dikenal sebagai tara kalor mekanik dan merupakan
dasar hukum I Termodinamika. Kesetaraan yang diperoleh antara energi dan
kalor adalah 1 kalori = 4,2 joule

2. Hukum Pertama Termodinamika

Gas dalam silinder yang dilengkapi piston


Mula-mula suhunya T1 , dan energi dalam-
nya U1. Terhadap gas diberikan sejumlah U1 U2
T1 T2
kalor Q akibatnya suhu naik menjadi T2 dan Gas
energi dalamnya berubah dari U1 menjadi U2
Karena pemanasan, akibatnya tekanan gas
Bertambah, sehingga piston terdorong keatas
sampai tercapai keadaan setimbang.
Q
Pemberian kalor kepada sistem menyenabkan terjadinyan perubahan energi
dalam (ditandai dengan naiknya temperatur ) dan adanya usaha luar yang
dilakukan sistem. Keadaan ini dirumuskan sebagai :

Q = U − W = (U 2 − U1 ) − W

166
Artinya : kalor yang diserap oleh sistem sebagian digunakan untuk menaikkan
energi dalam (U positif ) dan sisanya untuk melakukan usaha luar (W negatif )

Dari persamaan : Q = U − W = (U 2 − U1 ) − W , nilai Q dan W bergantung


pada jalannya proses, sedangkan U tergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir sistem.

Beberapa ketentuan dalam menggunakan hukum I Termodinamika yaitu :


1. Semua besaran harus dalam satuan yang sama
2. W positif bila usaha dilakukan pada sistem, dan negatif, bila usaha dilakukan
oleh sistem
3. Q positif bila kalor diterima sistem dan negatif bila di lepas sistem.

Pernyataan Hukum I Termodinamika yang didapat secarea eksperimental dapat


pula dirumuskan sebagai :
U = + Q + W
Maksudnya : perubahan energi dalam sistem dapat disebabkan sistem
menerima/melepaskan energi secara kalor atau dengan perantaraan usaha/kerja.
Dalam bentuk diffrensial H. I Termodinamika dapat ditulis sebagai :
dQ = dU − dW
Untuk proses kuasisatatik : dW = -p dV sehingga :
dQ = dU + p dV

3. Aplikasi Hukum Pertama Termodinamika

a. Pada proses isometric V = C atau dV = 0 maka dQv = dU , artinya kalor


yang diterima sistem hanya digunakan untuk menambah energi dalam
(pemanasan pada volume tetap )
b. Pada proses isobaric : p = C sehingga dQp = dU – dW artinya ; kalor yang
diberikan pada sistem digunakan untuk memanbah energi dalam dan
melakukan usaha luar.
c. Pada proses siklis , energi dalam mula-mula sama dengan energi dalam pada
keadaan akhir jadi dU = 0 sehingga dQs = -dW, artinya ; kalor yang
diberikan pada sistem hanya digunakan untuk melakukan usaha luar.

167
d. Pada proses adiabatic (tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem , dQ = 0)
akibatnya dU = dW, artinya untuk menambah energi dalam sistem maka
pada sistem dilakukan usaha.

4. Kapasitas Kalor, Konstanta Laplace dan Persamaan Pada Proses Adiabatik

Hukum I termodinamika dapat dirumuskan sebagai berikut :

dQ = dU − dW ……………………….(1) atau

dQ = dU + pdV ………………………(2)

Bila persamaan (2) dibagi dengan dT maka diperoleh :

dQ dU dV
= +p …………………….(3)
dT dT dT

Untuk proses isokhorik dV = 0 sehingga :

dQ dU dQ
( )V = ( )V dan bila ( )V = kapasitas kalor pada volume tetap (Cv)
dT dT dT
maka diperoleh :
dU
CV = ( )V ………………………….(4)
dT
Untuk gas ideal energi dalam gas hanya tergantung pada temperatur T saja
sehingga berdasarkan persamaan (4) diperoleh
dU = CvdT ……………………………..(5)
Bila persamaan (5) disubstitusikan ke persamaan (2) diperoleh :
dQ = CV dT + pdV ……………….……. (6)

Dalam bentuk differnsial persamaan gas ideal dapat dinyatakan sebagai :

pdV + Vdp = nRdT atau pdV = nRdT − Vdp …………………..….(7)


Jika persamaan (7) disubsitusikan ke dalam persamaan (6) diperoleh :
dQ = CV dT + (nRdT − Vdp ) atau dQ = (CV + nR )dT − Vdp ………(8)

Untuk proses isobarik dP = 0 sehingga persamaan (8) menjadi :


dQ dQ
dQ = (CV + nR )dT sehingga ( ) p = (CV + nR) ; bila C p = ( ) p
dT dT
diperoleh C p = (Cv + nR) ……………………….(9)

168
(kapasitas kalor pada tekanan tetap )

Bila persamaan (9) di subsitusikan ke persamaan (8) diperoleh :


dQ = C p dT − Vdp ……………………..(10)

Persamaan (6) dan (10) merupakan bentuk lain dari persamaan hukum I
Termodinamika .

Pada proses adiabatic tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem dengan
lingkungan sehingga :
dQ = 0 dan Q =  dQ = 0 ……………….(11)

dengan mensubsitusikan persamaan (11) ke dapam persamaan (6) dan (10 )


diperoleh :

Cv dT = − pdV ………………..(12) dan C p dT = VdP ………………(13)

dp C p dp
Dari persamaan (12) dan (13) diperoleh : = −( ) ………………(14)
p CV p

Cp
Selanjutnya =  (konstanta laplace) dan dengan menggunakan persamaan (14)
Cv
dV dp
diperoleh : - = ……………………………...(15)
V p
Bila kedua ruas pada persamaan (15), maka diperoleh persamaan :
V2 p2
dV dp
−  = 
V1 V p1 p

Penyelesaiannya adalah sbb :

−  ln(V2 − V1 ) = ln( p2 − p1 )

 ln(V1 − V2 ) = ln( p2 − p1 )

V  p 
ln  1  = ln  2 
V2   p1 
sehingga diperoleh :
 
p1V1 = p2V2 atau pV  = konstan ………………(16).

169
SOAL-SOAL DAN SOLUSI

Usaha yang dilakukan gas = luas dibawah kurva p-V

170
2

171
3

172
5

173
6

174
7

REFERENSI
P.A. Tipler. 1998. Fisika untuk sains dan teknik, Terjemahan, Erlangga. Jakarta.
H.D. Young dan R.A. Freedman, 2008. University Physics. 12th Edition. Addison
Wesley.New York.
D. Halliday, R. Resnick, J. Walker, 2007, Fundamental of Physics, 8th Edition, John
Wiley & Sons.
Sears & Zemansky. 1985. Fisika Universitas Jilid 1 Seri Mekanika, Panas & Bunyi.
Jakarta.

175

Anda mungkin juga menyukai