com
BAB I
PENDAHULUAN
Engineering
Thermodynamics :
- First law
- Second law
- Properties of matter
Engineering Design of Thermodynamics
Process Devices & Systems
Other Engineering
Sciences :
- Heat Transfer
- Mass Transfer
- Momentum Transfer
- Chemical Kinetics
SOCIAL SCIENCES
HUMANITIES
Energi kinetik
Energi potensial
- energy in transition
Kerja (work)
http://riyanto04.wordpress.com
sekitar / surrounding
Heat transfer
work
SISTEM
Boundary
(lapis batas)
Medium
(fluida kerja)
masa transfer
ISOLATED
SISTEM
CLOSED
(m = konst.)
OPEN
FIXED
ELASTIC
= kg
Gaya/force
= N (Newton)
Berat/Weight
= N (Newton)
Tekanan/pressure = Pa (N/m2)
http://riyanto04.wordpress.com
Pabs
Prel
Tekanan atm
Pvacum
Patm
Tek.di bawah nol
Pabs
Massa jenis/density ()
= kg/m3
= N/m3
= m3/kg
Nol. abs
Pengaruh gravitasi dari gas diabaikan; tekanan di setiap titik dalam tangki,
termasuk titik 1 adalah sama.
P1 = P2
(mendatar)
A . P1 = A. Patm + W
W
= m.g = Agh
P = P1 Patm = gh
P1 = Patm + gh
http://riyanto04.wordpress.com
h
Mercury h = ?
Mercury h = ?
T(K)
T(C)
-273,15
P (kPa)
ABSOLUTE
VACUM
V = Konstant
T (K)
= T ( C) + 273,15
T (R)
= T ( F) + 459, 67
T (R)
= 1,8 (K)
T ( F) = 1,8 ( C) + 32
C
100
K
373,15
C
212,0
K
671,67
0,01
273,16
32,02
491,69
-273,15
-459,67
Nol absolut
2
3
Jika T1
= T3
Dan T2
= T3
Maka T1 = T2
http://riyanto04.wordpress.com
kJ
kJ/kg
kJ/kgK
N
kg
kPa
m3/kg
kw
K
Lambang
l
m
t
T
Q
T
S
C
c
cm
a
,
k
R
c
NA
x 1,005056
2,326
4,1868
4, 448222
0, 453592
x 6, 894757
0, 062428
0, 7457
1/1,8
Nama satuan SI
Meter, m
Kilogram, kg
Sekon, detik
Kelvin, K
Mola, mol
Joule, J
K m-1
J s-1
J K-1
J K-1
J kg-1 K-1
J K-1 mol -1
J S-1 m -1 K-1
m2 s-1
K-1
J K-1
J K-1 mol -1
W m2 K-4
mK
-
http://riyanto04.wordpress.com
22
BAB II
SIFAT-SIFAT ZAT MURNI
(Properties of pure Substances)
1. Zat murni
2. Fase
3. Diagram sifat - diagram p.v.T
(P = tekanan, v = volume jenis, T = temperatur)
4. Tabel
5. Gas ideal
6. Faktor kompresibilitas .
N2
Vapor
AIR
Vapor
LIQUID
LIQUID
H2O
AIR
(a)
(b)
Catatan :
- udara terdiri dari beberapa gas, tetapi sering dianggap sebagai zat murni karena
mempunyai komposisi kimia "uniform"
- tetapi campuran oli dan air bukan zat murni
- campuran 2 atu 3 fase dari zat murni masih merupakan zat murni masih
merupakan zat murni : es + air
- tetapi cairan udara & gas (udara) bukan campuran zat murni
http://riyanto04.wordpress.com
22
- padat
LIQUID
- cair
GAS
- gas
Cair
Gas
: berjauhan - acak
Liqiud
Sekumpulan
molekul-molekul
http://riyanto04.wordpress.com
22
http://riyanto04.wordpress.com
22
1Pa
Tsat = 100 C
http://riyanto04.wordpress.com
T : temperatur
2. diagram P - v
v : volume jenis
3. diagram P - T
P : tekanan
4. diagram P - v T
DIAGRAM T - v :
http://riyanto04.wordpress.com
22
http://riyanto04.wordpress.com
DIAGRAM P v :
22
http://riyanto04.wordpress.com
22
Mengecil sewaktu
membeku
Mengembang
sewaktu membeku
http://riyanto04.wordpress.com
22
Diagram P - T
LIQUID
SOLID
http://riyanto04.wordpress.com
22
PERMUKAAN P v - T
http://riyanto04.wordpress.com
22
H = U + PV
(kJ),
atau
h = u + Pv
hfg
http://riyanto04.wordpress.com
22
m Vapor
m Total
= massa
liq
= cair
vapor = uap
untuk campuran jenuh : campuran dari uap jenuh & cairan jenuh
m v = X.m t = X(m f + m g )
v = v f + x(v g v f )
= v f + x(v g f )
Suatu campuran di dalam tangki dengan kualitas X :
Uav = Uf + XUfg = U
hav = hf + Xhfg = h
y
= yf + Xyfg
http://riyanto04.wordpress.com
22
1
v
T
* 150 tahun kemudian - J. Charles & J. Gay Lussac (Prancis), P = R
V
Pv = RT (persamaan keadaan gas ideal)
P
: volume jenis
R = 287 J/(kg.K)
R = 208 J / ( kg. K)
Ru
M
: massa
: jumlah molekul
= mv ,
PV = mRT
mR = (MN)R = NRu ,
PV = NRuT
V = Nv ,
Pv = RuT
P1 V1 P2 V2
=
T1
T2
Pada tekanan rendah dan temperatur tinggi, rapat jenis gas dapat dianggap sebagai
gas ideal.
http://riyanto04.wordpress.com
22
V Videal
Percent error = tabel
x 100%
Vtabel
6. FAKTOR KOMPRESIBILITAS ( )
=
Pv
RT
Pv = RT
Atau =
v actual
,
v ideal
v ideal =
RT
P
Z = 1 (gas ideal)
PR =
P
; tekanan tereduksi
Per
TR =
T
; temperatur tereduksi
Ter
http://riyanto04.wordpress.com
22
Catatan :
1. PR << 1 (regardless temperature) : mendekati gas ideal
2. Temperatur tinggi (TR > 2) : mempunyai ketelitian yang baik tanpa
memperhatikan tekanannya, kecuali untuk PR >>1
3. Deviasi dari gas akan semakin besar, bila dekat dengan titik kritis.
http://riyanto04.wordpress.com
22
FAKTOR Z
http://riyanto04.wordpress.com
22
7. PERSAMAAN KEADAAN
a
) (v b) = RT
v2
27R 2 T 2 er
64Per
RTer
b=
8Per
a=
2. Beattie Bridgeman :
p=
RuT
c
A
(1
)(
v
+
B)
v2
vT 3
v2
a
A = Ao(1 )
v
B = Bo(1
B
);
v
P=
http://riyanto04.wordpress.com
BAB III
HUKUM PERTAMA TERMODINAMlKA - SISTEM TERTUTUP
A. Pendahuluan
Hukum Pertama merupakan suatu pernyataan dari prinsip kekekalan
energi. "Energi tidak dapat diciptakan atau dirusak; tetapi hanya berubah bentuk".
Selama interaksi antara sistem dan sekelilingnya (surrounding) jumlah energi
yang didapat oleh sistem sama dengan jumlah energi , yang hilang dari
sekelilingnya. Energi dapat melintasi lapis batas (boundary) dari suatu sistem
tertutup berupa panas (heat) dan kerja (work); ini sangat penting untuk
membedakan dua hal tersebut :
Lapisan batas
(bourdary)
panas
Sistem tertutup
(m const)
kerja
1. Panas
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua
sistem (atau suatu sistem dan sekelilingnya) yang dikarenakan perbedaan
temperatur. Arti dari istilah "panas (heat)" berbeda dengan yang dipergunakan
sehari-hari. Di dalam kehidupan kita sehari-hari panas sering digunakan untuk
mengartikan tenaga dalam (internal energy): kandungan panas dari bahan
bakar, kenaikan panas, burung menyimpan panas di badannya, ... dsb.
Di dalam termodinamika, panas dan tenaga dalam adalah dua hal yang
berbeda; energi adalah suatu sifat tetapi panas bukan sifat. Suatu benda
mengandung energi tetapi bukan panas. Energi berhubungan dengan suatu
keadaan; panas berhubungan dengan proses.
23
http://riyanto04.wordpress.com
24
Panas adalah suatu energi dalam transisi; hal ini dikenal hanya bila energi
melintasi suatu lapis batas sistem. Misalkan dalam gambar di atas ini (kentang
bakar yang panas); kentang ini mengandung energi dan energi ini disebut panas
hanya hila energi ini melintasi kulit kentang (sebagai lapis batas sistem) untuk
mencapai udara di sekitarnya. Ketika mencapai sekelilingnya, panas ini
menjadi bagian dari tenaga dalam dari sekelilingnya. Maka dalam
termodinamika istilah panas berarti heat transfer.
Dalam suatu proses dimana tidak ada perpindahan panas disebut proses
adiabatis.
Ada 2 cara untuk mendapatkan proses adiabatis : pertama, sistem diisolasi
sehingga jumlah panas yang dapat melewati lapis batas bisa diabaikan; kedua,
sistem dan sekeliling mempunyai temperatur yang sama sehingga tidak ada
gaya gerak (driving force) untuk memindahkan panas. Meskipun dalam proses
ini tidak ada perpindahan panas, kandungan energi dan temperatur dari . sistem
masih dapat berubah oleh hal yang lain misalnya karena kerja.
Karena panas adalah salah satu bentuk dari energi, maka satuannya adalah
satuan energi kJ (atau Btu). Panas yang masuk ke sistem adalah positif dan
yang keluar negatif. Sehingga setiap perpindahan panas yang menaikkan energi
dari suatu sistem adalah positif dan yang mengurangi energi dari suatu sistem
adalah negatif.
2. Kerja Kerja, seperti panas, adalah interaksi energi antara suatu sistem dan
sekelilingnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi dapat
melintasi lapis batas sistem dalam bentuk panas dan tenaga. Sehingga jika
http://riyanto04.wordpress.com
25
energi yang melintasi lapis batas sistem bukan panas maka energi tersebut
berupa kerja.
Pengenalan panas adalah mudah: gaya geraknya adalah perbedaan temperatur
antara sistem dan sekelilingnya. Maka dapat dikatakan bahwa suatu interaksi
energi yang tidak disebabkan oleh perbedaan temperatur antara sistem dan
sekelilingnya adalah kerja.
Kerja adalah suatu bentuk tenaga seperti panas, maka satuannya adalah satuan
energi, seperti kJ. Kerja tiap satuan waktu disebut power (kJ,/s atau kW). Kerja
yang dihasilkan oleh suatu sistem dipandang sebagai sesuatu yang diharapkan,
berakibat positif, dan konsumsi kerja oleh suatu sistem dipandang sebagai
suatu yang tidak diharapkan, berakibat negatif. Berdasarkan filosofi ini maka
aturan pemberian tanda untuk kerja adalah sebagai berikut : Kerja yang
dilakukan oleh sistem adalah positif dan yang diberikan pada sistem adalah
negatif. Tenaga dari suatu sistem berkurang bila ia melakukan kerja dan
bertambah bila kerja dikenakan pada sistem.
Panas dan kerja adalah interaksi antara suatu sistem dan sekelilingnya, dan
diantara keduanya ada kemiripan antara lain:
- Keduanya teramati pada lapis batas dari sistem sewaktu merekamelewatinya.
Sehingga keduanya disebut fenomena lapis batas (boundary phenomena)
- Sistem mempunyai energi, tapi bukan panas atau kerja. Sehingga panas dan
kerja, adalah fenomena transisis (transient phenomena)
- Keduanya berhubungan dengan suatu proses, bukan pada suatu keadaan
(state).
Tidak seperti sifat-sifat (properties), panas dan kerja tidak mempunyai arti
pada suatu keadaan.
-
Fungsi lintasan mempunyai diferensial tak tentu yang diberi simbol dengan ;
maka penulisan Q dan W sebagai pengganti dQ dan dW.
http://riyanto04.wordpress.com
26
Sifat-sifat adalah fungsi titik (point function), yaitu hanya tergantung pada
keadaannya saja, dan tidak tergantung bagaimana suatu sistem mencapai
keadaan tersebut; mereka mempunyai diferensial tertentu dengan simbol d.
Misalkan perubahan kecil dari volume adalah dV dan perubahan total volume
selama proses antara keadaan 1 dan 2 adalah
dv = v 2 v1 = v
(perubahan volume selama proses 1-2 adalah volume pada keadaan 2 dikurangi
volume pada keadaan 1, tanpa memperhatikan lintasan prosesnya; lihat gambar
di bawah ini)
w = w 12
(bukan W); di sini kerja total didapat dengan mengikuti lintasan dari proses.
Integral dari dari W tidak sama dengan W2 W1 (kerja pada keadaan 2
dikurangi kerja pada keadaan 1), yang tidak mempunyai arti karena kerja
bukanlah suatu sifat (property) dan sistem tidak mempunyai kerja pada suatu
keadaan.
3. KEADAAN SEIMBANG : suatu sistem dalam keadaan seimbang bila tidak ada
kecenderungan dari sistem untuk berubah secara
mendadak
http://riyanto04.wordpress.com
27
Reversible
Ir-Reversible
Proses
200 C
200 C
udara
v2 = v1
Cv konstan
V2 = V1
http://riyanto04.wordpress.com
28
2
v2 = v1
1
P 1 = P2
N2
1
- Pendinginan campuran air dan uap air sehingga menjadi air jenuh
T
P=k
2
1
P2 = P1
http://riyanto04.wordpress.com
29
P2
P1
http://riyanto04.wordpress.com
30
U2 =U1
- proses isotermis, T = c, n = 1
- proses isobaris, p = c
- proses isovolum, v = c
- proses adiabatis. n = k =
cp
cv
- proses politropis, n = n
- luasan di bawah proses reversibe 1 pada diagram p-v adalah kerja
- luasan di bawah proses reversibel pada diagram T-e adalah panas
q - W = e (kJ/kg)
q w = de (kJ/kg)
http://riyanto04.wordpress.com
31
E = U + KE + PE
U
= internal energy
KE = kinetik energy
PE = Potensial energy
E = U + KE + PE
sehingga :
Q W = U + KE + PE
U
= m(u2 u 1 )
KE =1/2m (v 22 v12 )
PE = mg(Z2 Z1 )
~ Untuk stationary closed system :
Z1 Z2 PE = 0
V1 V2 KE = 0
E = U
Sehingga :
Q W = U
Q-W=O
(kJ)
http://riyanto04.wordpress.com
32
Qnet = Wnet
Contoh-contoh :
2 kJ
2 kJ
1 kJ
Qin = 20 kJ
http://riyanto04.wordpress.com
33
Sebuah tangki yang kaku, volumenya dibagi dua sama besar dan diberi pemisah.
Volume bagian bawah berisi air dengan tekanan 200 kPa, 25C sebanyak 5 kg.
Bagian atas kosong. Kemudian pemisah dihilangkan sehingga air tersebut
berekspansi ke atas. Karena ada perpindahan panas dengan seke1ilingnya.,
temperatur air kembali menjadi 25C.
Tentukan :
a. volume tangki
b. tekanan tangki
c. perpindahan panasnya
Penyelesaian:
a. - Kondisi awal dari air, compressed liquid karena tekanan 200 kPa > tekanan
jenuh pada 25 C (3.169 kPa)
- v1 v f pada 25oC = 0,001003 m3 /kg
http://riyanto04.wordpress.com
34
v 2 0,01 m 3
=
= 0,002 m 3 /kg
m
5 kg
v 2 v f 0,002 0,001
=
= 2,3 x 10 5
v fg
43,36 0,001
u 2 = u f + x 2 u fg
= 104,88 kJ/kg + (2,3 x 10 -5 ) (2304,9 kJ/kg)
= 104,93 kJ/kg
Q = (5 kg) (104,93 - 104,88) kJ/kg = 0,25 kJ
(+ ) : panas ditransfer ke air
D. Panas Jenis (spesifik heat)
http://riyanto04.wordpress.com
35
Tergantung prosesnya
Cv
Cp
sehingga
Cv dT = du
(v konstan ), atau
http://riyanto04.wordpress.com
36
u
Cv =
T v
Tekanan konstan identik
h
Cp =
T p
(Wb + U = h)
u
Cv =
T v
h
Cp =
T p
Satuan
Cv , Cp
Cv , Cp
: Pv = RT
: u = u(T)
h = u + RT
Definisi
: h - u + Pv
h = h (T) Cp = Cp (T)
u = u (T) Cv = Cv (T)
hanya fungsi T
: du = cv (T) dT
dh = cp (T) dT
Proses 1 2
: u = u 2 u 1 = C v (T) dT
2
h = h 2 h 1 = C p (T) dT
2
http://riyanto04.wordpress.com
37
Pada tekanan rendah : sifat gas riil mendekati gas ideal, panas jenis hanya
tergantung dari temperature dan disebut ideal gas specific heats atau zero
pressure specific heats
(Cpo & Cvo)
tersedia tabel/grafik/persamaan analitisnya
Penggunaan data panas jenis gas ideal dibatasi pada tekanan rendah. Tetapi
dapat juga pada tekanan menengah dengan memperhatikan ketelitiannya, sifatsifat gas belum menyimpang jauh dari gas ideal.
Panas jenis dari gas dengan susunan mol.kompleks (molekulnya mempunyai 2
atau lebih atom) mempunyai harga yang lebih tinggi dan bertambah besar
terhadap temperatur.
Penentuan harga rata-rata dari C :
http://riyanto04.wordpress.com
38
h = Cp.av. T
Entalpi : h = u + pv
H2 h1 = (u 2 u1) + v (P2-P1), V2 = V1 = V
h = u + Vp
(kJ/kg)
http://riyanto04.wordpress.com
BAB IV
HUKUM PERTAMA TERMODINAMlKA (Sistem terbuka)
yang melewati
: Control volume
C.S.
: Control surface
* Water heater
* Car radiator
* Turbin
* Kompresor,
Fixed (bentuk + ukuran)
C.V
Moving (berubah)
- Steady
- Uniform
39
http://riyanto04.wordpress.com
40
Energi total
lewat boundary
sebagai panas &
kerja.
Energi total
dari massa
yang keluar
C.V.
Perubahan
energi di
dalam C.V.
P = tekanan fluida
F = gaya untuk mendorong fluida
A = luasan
L = jarak
V = Volume
V = volume jenis
F = P. A
W flow = F. L = ALP = PV
(kJ)
Wflow = Pv
* Hukum utama (I) untuk sistem terbuka, akan dibicarakan lebih lanjut pada
steady flow process.
http://riyanto04.wordpress.com
41
FLOW WORK: energi yang diperlukan untuk mendorong fluida masuk atau
keluar dari G.V. disebut flow work/flow energy, energi ini merupakan bagian dari
energi yang dibawa oleh fluida.
Dm = Vn dA
m = A . Vn dA
(kg/s)
: density .
(kg/B)
&
V
V
http://riyanto04.wordpress.com
42
P = tekanan fluida
F = gaya untuk mendorong
fluida
A = luasan
L = jarak
V = volume
v = volume jenis
F = P.A
Wflow = F . L = ALP = PV (kJ)
Wflow = Pv
- Hukum Utama (I) untuk sistem terbuka, akan dibicarakan lebih lanjut pada
"steady flow process".
http://riyanto04.wordpress.com
V. HUKUM II TERMODINAMIKA
Hukum I
Hukum II
Suatu proses tak akan terjadi bila tidak memenuhi kedua; hukum tersebut.
Contoh:
-
- bila proses dibalik, air panas menjadi semakin panas karena ada energi dari
udara dingin.
Hal ini memenuhi hukum I, jumlah energi yang diterima oleh air panas sama
dengan yang diberikan oleh udara. Tetapi hal ini tidak mungkin terjadi.
43
http://riyanto04.wordpress.com
44
mampu
menyerap/memberikan
SINK
P : pompa
B : boiler
T : Turbin
C : kondensor
Win
Qin
Wout
Qout
(kJ)
http://riyanto04.wordpress.com
45
Efisiensi termal = th =
Wnet,out
Q in
= 1
Qout
Q in
http://riyanto04.wordpress.com
46
"Cyclic devices such as steam power plants cannot run continously unless the
cycle is completed"
http://riyanto04.wordpress.com
47
Hukum II Termodinamika :
pernyataan dari Kelvin Planck:
"it is impossible for any device that operate on a cycle to recieve heat from a
single reservoir and produce an equivalent amount of work"
"no heat engine can have a thermal efficiency of 100 percent", atau
"for a power plant to operate, the working fluid must exchange heat with the
environment as well as the furnace" .
REFRIGERATOR & HEAT PUMPS
- Panas berpindah dari T >> ke T << (alami)
- hila Q dari T << ke T >> (perlu alat, misal : refrigerator, fluida kerja/refrigerant)
http://riyanto04.wordpress.com
48
1 2 : Proses
2 3 : .
3 4 : .
4 1 : .
- magnitudenya:
QL : dari TL
QH : ke TH
COP = coefficient of performance (efisiensi)
COPR.: refrigerator
COPHP : heat pump
- refrigerator: mengambil panas {QL) dari ruang yang diinginkan dan
mempertahankan ruangan dingin
- heat pump: mempertahankan ruangan hangat
(keduanya mempunyai siklus yang sama).
(desired)
output
QL
COPR =
=
input
Wnet,in
(required)
COPR =
QL
Wnet,in
Konservasi energi :
Wnet,in = QH QL
sehingga COPR =
( kJ )
QL
1
=
QH Q L Q H
1
QL
(COPR dapat > 1) bila panas yang diserap dari ruangan dingin dapat > daripada
kerja yang diberikan.
http://riyanto04.wordpress.com
49
Q H - QL
QH
QL
QH - QL
http://riyanto04.wordpress.com
50
TH Q H
=
TL
QL
Ketidaksamaan Clausius ; =
=
Q H - QL
QH
TH - TL
TH
Ketidaksamaan Clausius
Dari pers.
TH Q H
=
, ditulis sebagai
TL
QL
- QL QH
=
;
TL
QH
QH
Q
+ L = 0 perubahan
TH
QL
Q
T dalam siklus Reversibel carnot 0
= 0 siklus reversible
Q
< 0 <
T
< 0 Irrevesibel
Q
Q
Karena jumlah dari untuk siklus ini reversibel = 0, maka adalah
T
T
sama untuk setiap proses reversible antara 1 s/d 2 dari sebuah sistem.
Q
T adalah "property of the system"
Sifat ini disebut dengan entropi (perbandingannya antara panas yang di-transfer
selama proses reversibel dibagi dengan temperatur absolut dari sistem.
Q
ds =
T REV
Q
s =
T
REV
Tds = Q : luasan dalam diagram T-s dari proses reversibel menunjukkan
besarnya panas yang ditransfer selama proses.
Bila prosesnya IRReversibel, tidak menunjukkan besarnya panas.
http://riyanto04.wordpress.com
51
60.000 J
= 200 J/k
300 K
SSURRoundin g =
+ 60.000 J
= 0,2 kJ/K
300 K
Suniv 0
<
"Unavailable energy" .
Qs = Qa + Qu
Qs : panas yang diberikan
Qa : "available energy" yang dikonversi menjadi kerja
Qu : "unavailable energy"/energy rejected
Dari skala Kelvin:
Q u Qs
=
Tu
Ts
Q u = Tu
atau
Qs
Ts
Qs
Ts
Q u = Tu .s
Panas yang
dibuang
Index of unavailable
energy
http://riyanto04.wordpress.com
V
m
v
u
h
g
1. PERSAMAAN MAXWELL
Hubungan P
v
Untuk zat yang mampu mampat dalam bentuk diferensial
t
parsial, didapatkan dari 4 persamaan Gibbs :
s
du = Tds - Pdv
. . . . . .. (1)
dh = Tds + vdP
. . . . . .. (2)
a = u Ts
. . . . . .. (3)
g = h Ts
. . . . . .. (4)
persamaan 3 & 4
da = du - Tds - sdT
dg = dh - Tds - sdT
persamaan 1 & 2
da = - sdT - p. dv
. . . . . .. (5)
dg = - sdT - v - dp
. . . . . .. (6)
. . . . . .. (7)
M
N
dengan
=
y x x y
. . . . . .. (8)
52
http://riyanto04.wordpress.com
53
. . . . . . (9)
T
(2) =
P s
v
s
P
. . . . . ..(10)
s
(3) =
v T
P
T
v
. . . . . ..(11)
s
v
(4) =
P T
T v
. . . . . ..(12)
perubahan
entropi
P
T : - konstan pada P & T yang konstan
sat
- tidak tergantung pada v
http://riyanto04.wordpress.com
54
dP
Persamaan 11 dapat diintegralkan dengan harga konstam
dT sat
antara 2 kondisi jenuh (misal f & g) pada temperatur yg sama.
dP
S g S f = (v g v f )
dT sat
S fg
P
T = V
sat
fg
atau
. . . . . ..(13)
. . . . . ..(14)
dh = T ds + v dP = 0
dh = T ds
g
hf g
P
T = Tv
sat
fg
hf g = T Sf g
dari persamaan (14)
. . . . . ..(15)
(persamaan Clapeyron)
atau:
h 12
dP
dT = Tv
sat
12
. . . . . ..(16)
Ph f g
dP
dT = RT 2
sat
atau
h f g dT
dP
=
dT
R T 2 sat
sat
Untuk T kecil
hf g 1
P
1
in 2 =
R T1 T2
P1 sat
sat
(persamaan Clapeyron-Clausius)
- vapor - solid hfg hig
. . . . . ..(16)
http://riyanto04.wordpress.com
55
. . . . . .. (18)
. . . . . .. (19a)
s
du = T dT + T P dv
T
v T
. . . . . .. (19b)
. . . . . (20)
u
s
T = T v P
T
T
. . . . . .. (21)
. . . . . .. (22)
du = C v dT + T P dv
T v
. . . . . .. (23)
http://riyanto04.wordpress.com
56
u 2 u 1 = C v dT + T P dv
T1
v1
T v
. . . . . .. (23)
b. Perubahan entalpi dh
Dengan cara yang sarna dengan perubahan internal energi dipilih entalpi
merupakan fungsi dari T dan P dan bentuk diferensial totalnya adalah :
h
h
dh = dT + dP
T P
P T
dari definisi CP persamaan tersebut menjadi.
h
dh = C P dT + dP
P T
. . . . . .. (24)
. . . . . .. (25)
s
dh = T dT + T - v dP
T P
P T
. . . . . .. (26)
. . . . . .. (27)
h
P = P - v
T T
. . . . . .. (28)
v
dh = C P dT + v T dP `
T P
. . . . . .. (29)
http://riyanto04.wordpress.com
57
. . . . . .. (30)
. . . . . .. (31)
C. PERUBAHAN ENTROPI
"simpel compressible system"
Cara 1 :
s
s
Persamaan 19 a : ds = dT + dv
T v
v T
disubstitusikan ke persamaan Maxwell ke-3 :
ds =
Cv
P
dT + dv
T
T v
dan s 2 s1 =
T2
T1
v 2 s
Cv
dT + dP
v1
T
T T
. . . . . .. (32)
. . . . . .. (33)
Cara 2 :
s
s
persamaan 25 : ds = dT + dP
T P
P T
disubstitusikan ke persamaan Maxwell ke-4 :
ds =
CP
v
dT dP
T
T P
s 2 s1 =
T2
T1
P2 v
CP
dT + dP
P1
T
T P
. . . . . .. (34)
. . . . . .. (35)
http://riyanto04.wordpress.com
58
x y y x
persamaan 32 : ds =
Cv
P
dT + dv
T
T v
persamaan 34 : ds =
CP
v
dT dT
T
T P
dan
C v
2P
=
T
v
T 2
v
T
. . . . . .. (36)
C p
2v
= T 2
T p
P T
. . . . . .. (37)
. . . . . .. (38)
HUBUNGAN Cp & Cv
persamaan 32 : ds =
Cv
P
dT + dv
T
T v
persamaan 34 : ds =
CP
v
dT dP
T
T P
dT =
T (v/T) p
T (P/T) v
dv +
dp
Cp Cv
Cp Cv
. . . . . .. (39)
http://riyanto04.wordpress.com
59
. . . . . .. (40)
persamaan 39 = 40
v
C p C v = T
T p
P
T
v
. . . . . .. (41)
atau :
P T v
dari persamaan = 1
T v v p P T
P
v
T = T
v
p
P
v
T
P
v
T
. . . . . .. (42)
atau :
definisi : = volume expansivity =
1 v
4 T p
= isothermal compressibility =
1 v
4 P T
. . . . . .. (43)
. . . . . .. (44)
v T 2
. . . . . .. (45)
http://riyanto04.wordpress.com
60
v T 2
Cp Cv
2. (Cp Cv ) 0 bila T 0
3. Cp dan Cv identik untuk ,. incompressible" karena v konstan
diagram T - P
diukur
http://riyanto04.wordpress.com
61
Koefisien Joule-Thomson:
T
=
P h
<0:T
=0:T=k
<0:T
(perubahan temperatur terhadap tekanan selama proses h = tetap)
"slope dari lengkung h = konstan dalam diagram T - P = ?
Perubahan entalpi (persamaan 29) :
v
dh = Cp . dT + v T dP
T p
http://riyanto04.wordpress.com
62
throttling dh = 0,
1
T
P = = C
h
p
v
v T
T p
. . . . . .. (46)
h
u
GAS RIIL
s
Gas P rendah : - mendekati gas ideal
- u = u (T) ; Cv = Cv (T)
h = h (T) ; Cp = Cp (T)
P tinggi : - Pv = ZRT
h
u
s
a. h :
h = h (P,T)
T2
p2
v
persamaan 30 : h 2 h 1 = C p .dT + v T dP
T1
p1
T p
http://riyanto04.wordpress.com
63
p2
v
dP
= v T
0
T p T =T2
. . . . . .. (47)
h 2 h 1 = C p .dT + 0 = C po (T) dT
. . . . . .. (48)
T2
T2
T2
T1
p1
v
h 1 h 1 = 0 + v T dP
p1
T p T =T
1
p1
v
= v T dP
p0
T p T = T
. . . . . .. (49)
. . . . . .. (49a)
: - enthalpy departure
- perubahan entalpi gas terhadap tekanan pada temperatur tetap.
disubstitusikan ke persamaan 49 :
p1 ZRT
ZR Z T 2 R
T
(h * h) T =
dP
0
P T P P
P
p1 Z dP
= RT 2
0
T p P
Bila TR =
PR =
T
Tc r
P
Pc r
http://riyanto04.wordpress.com
Zh =
(h * - h) T
= TR2
R u Tc r
64
pR
d (in PR )
TR P R
. . . . . .. (50)
. . . . . .. (51)
h 2 h 1 = RTc r (Z h1 Z h2 ) + (h 2 h 1 ) ideal
. . . . . .. (52)
atau
. . . . . .. (53)
c. s :
persamaan 35 : s 2 s1 =
T2
T1
P2 v
CP
dT + dP
P
1 T
T
P
http://riyanto04.wordpress.com
65
s2 s1 = (s2 sb*) + (sb*- s2*) +(s2*- s1*) + (s1*- s2*) + (sa*- s1)
state
. . . . . .. (54)
1*
in the imagination: gas dianggap ideal
2*
dimana :
v=
ZRT
P
v* = v ideal
RT
P
atau :
p1 (1 - Z)R
RT Z
(s p s p *) T =
dP
0
P T P
P
bila T = TCR TR
P = PCR PR
"entropy departure factor" dapat di tulis
Zs =
PR
(s * s ) T.P
= Z 1 + TR
0
Ru
d(in PR )
TR PR
. . . . . .. (55)
. . . . . .. (56)
s 2 s1 = R u (Z s 1 Z s2 ) + (s 2 s1 ) ideal
. . . . . .. (57)
http://riyanto04.wordpress.com
BAB VII
CAMPURAN DARI GAS IDEAL & VAPOR
(1)
(2)
Volume parsial VA, VB, VC, .. dihitung berdasarkan temperatur dan tekanan
dari campuran.
3. Massa (berat) carnpuran sarna dengan jumlah dari massa masing-masing
komponennya.
Wcamp = WA + WB + WC + .....
(3)
(4)
definisi:
ni
n mix
= xi
(camp)
66
http://riyanto04.wordpress.com
67
XA + XB + XC + .= 1
XA =
nA
n camp
XB =
nB
.dst
n camp
Ro
M camp
WC
WA
WB
+ C PB
+ C PC
+ ....
Wcamp
Wcamp
Wcamp
2. entalpi :
h camp = h A
WC
WA
WB
+ hB
+ hC
+ ....
Wcamp
Wcamp
Wcamp
3. internal energy :
u camp = u A
WC
WA
WB
+ uB
+ uC
+ ....
Wcamp
Wcamp
Wcamp
http://riyanto04.wordpress.com
68
Pw
Psat T
atau Pw = Psat
atau Vw =
Vsat
,
V = Volume jenis
W =
kg uap air
1 kg udara kering
* "Dew point" : jika campuran uap air panas lanjut (superheated) dan udara
didinginkan pada tekanan total konstan (tekanan parsial uap air
konstan) sampai mencapai kondisi jenuhnya maka campuran
tersebut mencapai "dew point".
Kelembaban relatif pada "dew point" = 100 %, karena pada titik ini tekanan parsial
uap air (pw) = tekanan jenuhnya (psat).
=
pw
p
= sat = 1
p sat p sat
http://riyanto04.wordpress.com
69
0,24 (t 2 t 1 ) + W2 h f g 2
h g1 h f 2
Indeks :
(1) : temperatur bola kering
(2) : temperatur bola basah
http://riyanto04.wordpress.com
BAB VIII
STEADY FLOW PROCESS
STEADY FLOW PROCESS: analisa teknik dari proses untuk sistem terbuka.
Proses-proses yang dijumpai dalam teknik sangat bervariasi, mulai dari
yang sangat sederhana sampai yang rumit. Dalam beberapa hal, proses yang rumit
dapat disederhanakan atau diuraikan menjadi bagian-bagian yang sederhana
(dengan pengandaian-pengandaian).
Hal yang perlu diketahui dalam steady flow process :
- selama proses, sifat-sifat fluida dalam volume kontrol (G.V) dapat berbeda
terhadap posisi, tetapi tetap konstan terhadap waktu.
- selama proses, kandungan massa & energi dari volume kontrol tidak berubah
terhadap waktu.
- selama proses, sifat-sifat fluida di inlet & outlet tidak berubah terhadap waktu.
70
http://riyanto04.wordpress.com
71
Ad. 4
Konservasi massa :
m in m out =
dm
Laju perubahan massa dalam C.V
dt
dt = 0
http://riyanto04.wordpress.com
72
: - proses Reversibel
- hanya 1 saluran masuk & 1 saluran keluar
- perubahan energi kinetik & patensial diabaikan (KE, PE, 0)
maka:
- dari Hukum I, steady-state steady-flow, untuk satu satuan laju aliran :
dq = dh + dWshaft
- untuk proses Reversibel, Hukum II; steady - state steady flow:
dq = T ds
http://riyanto04.wordpress.com
73
http://riyanto04.wordpress.com
74
v2
+ Z)out
2
v2
+ Z) in
2
definisi entalpi : h = u + pv
Qcv = (E2 + E1)cv + Ws + mout (h +
m in (h +
v2
+ Z)out
2
v2
+ Z)in
2
Tetapi dalam aplikasinya (di Bidang Teknik), beberapa sistem terbuka dapat
dimodelkan sebagai sistem yang bekerja pada "STEADY-STATE STEADYFLOW CONDITIONS".
Kondisi ini mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Laju aliran kalor melewati C.S. konstan
2. Laju kerja melewati C.S. konstan
3. Keadaan & kecepatan pada setiap aliran masuk konstan
4. Keadaan & kecepatan pada setiap aliran keluar konstan
5. Laju aliran massa pada setiap aliran masuk konstan
6. Laju aliran massa pada setiap aliran keluar konstan
7. Laju aliran massa TOTAL yang masuk clan keluar adalah sama
Pada kondisi ini pula cv 0
Sehingga Hukum I untuk kondisi ini :
2
2
& =W
& - m(h + v + Z) m(h + v + Z)
Q
cv
s
in
out
2
2
( m = min = mout)
q w = h + pe + ke
http://riyanto04.wordpress.com
75
atau
Ein
Eout
Qcv
Wcv
mout
min
v2
+ Z) in
2
E out = m out (u +
v2
+ Z) out
2
http://riyanto04.wordpress.com
76
Aliran stedi
P1 = 80 kPa
T1 = 10C
V1 = 200 m/s V2 << V1
A1 = 0,4 m2
a = mass flow rate dari udara
b = T2 ?
1
m = 1 V1 A 1 = V1 A1
v1
1
m
kg
200 [0,4 m 2 ] 78,8
=
3
g
s
1,015 m /kg
Karena aliran stedi, m sama di semua penampang.
b. W = 0
Q =0
Z1 Z2 Pe = 0
Q W = h + Ke + Pe satuan massa
0 = (h 2 h 1 ) +
V22 V12
2
V2 << V12
h1 = 283,14 kJ/kg (tabel)
h2 = 283.14 kJ/kg =
0 (200 m/s) 2 1 kJ / kg
1000 m 2 /s 2
2
http://riyanto04.wordpress.com
77
ad. 2 :
Hukum II Termodinamika (open system)
dt = 0
gen = "Rate of entropy generation for the process"
(Reversibel S& gen = 0)
( S& gen < 0 impossible process)
( S& gen > 0 IRReversible process)
actual process
ad. 3 :
"Property relation" / "state postulate" : any eguation that relates one property to
other properties may be called a property equation.
misalkan :
- "state postulate of a simple compressible substance"
s = s (u, v)
u = u (s, v)
h = h (s, p) .
http://riyanto04.wordpress.com
78
KEKEKALAN MASSA
Massa (m) seperti energi (E), tidak dapat diciptakan dihilangkan; massa dan
energi dapat saling dikonversikan (Einstein) :
E = m c2
(c = kecepatan cahaya)
in
m out =
dm
laju perubahan massa dalam C.V.
dt
http://riyanto04.wordpress.com
79
Karena :
- permukaan yang memindahkan kalor relatif kecil dan
- proses kompresi berjalan dengan cepat
Maka proses ideal untuk kompresi adalah adiabatis reversibel/isentropis.
" Untuk membadingkan kerja ideal dan aktual efisiensi adiabatis dari
kompresor.
c
Wrev
Wact
Wrev
Wact
Contoh soal :
Work in - efisiensi adiabatic 0,70
- steady-state steady-flow pump.
-
air/water
saturated
t = 40C
20 MPa
http://riyanto04.wordpress.com
80
Penyelesaian :
Penyederhanaan yang dilakukan :
- air sebagai fluida tidak mampat.
- Perubahan tenaga kinetik diabaikan
- Perubahan tenaga potensial juga diabaikan
Wrev
W
Wact = rev
Wact
p
Dari definisi p =
Wrev = v dp
2
= Vf pada 40 C
= 0,0010078 m3/kg
maka :
Wrev = - 0010078 (20 x 1000 7,375) kJ/kg
= - 20, 15 kJ/kg
Wact =
20,15
= 28,79 kJ/kg
0,70
Catatan :
Pada penyelesaian tersebut pengaruh kompresibilitas diabaikan (V1 = V2 = V3
pada 40C). Bila pengaruh ini tidak diabaikan, maka kita juga dapat menggunakan
persamaan berikut untuk menghitungnya : Wrev = - (h2s h1)
h2s dicari pada p2s = 20 MPa dan
S2s = S1 = Sf pada 40C
Untuk ini harus digunakan data air yang cukup teliti.
http://riyanto04.wordpress.com
81
III-2. TURBIN
Mesin yang menghasilkan kerja pada putaran yang sangat tinggi
Sehingga dengan turbin, yang berukuran relatif kecil dapat dihasilkan tenaga yang
besar, perpindahan panas dari permukaan turbin ke sekelilingnya biasanya sangat
kecil dibanding dengan tenaga yang dihasilkan.
Pada umumnya, proses ekspansi di dalam turbin dapat dimodelkan
sebagai proses adiabatis. Sedangkan proses ideal sebagai pembanding adalah
proses adiabatis reversibel/isentropis.
Efisiensi adiabatis (dari turbin) :
T =
Wact
Wrec
Wact = kerja ekspansi adiabatis sesungguhnya, dari keadaan awal ke tekanan akhir.
Wrev = kerja ekspansi isentropis dari keadaan awal ke tekanan akhir yang sama.
III-3. HEAT EXCHANGERS I pemindah kalor : peralatan yang memungkinkan
terjadinya pemindahan kalor, antara :
-
http://riyanto04.wordpress.com
82
Q = mh mh
out
in
Contoh:
Hitunglah jumlah air panas yang harus dimasukkan bila diinginkan hasil uap
jenuh sebesar 1000 kg/jam.
Dari tabel: h1 = h pada t - 160C & p = 1000 kPa
h2 = 675,7 kJ/kg
h3 = hg pada p = 350 kPa = 2731,6 kJ/kg
h4 = hf pada p = 350 kPa = 584,3 kJ/kg
Diasumsikan : - PE
- KE
diabaikan
http://riyanto04.wordpress.com
83
& h m
&h
0 = m
out
in
0 = m 3 h 3 + m 4 h 4 m 1h 1
Dari persamaan kontinuitas
&1 =m
& 3 +m
&4
m
maka
&1=
m
& 3 (h3 h4 )
m
h1 h4
&1 =
m
atau
http://riyanto04.wordpress.com
BAB IX
SIKLUS IDEAL DARI GAS
1. SIKLUS CARNOT
84
http://riyanto04.wordpress.com
85
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
- cv (T2 T1)
23
cv (T3 T2)
34
- cv (T4 T3)
41
cv (T1 T4)
1
W
= net = 1
Q in
rv
rv =
k 1
V4
V3
3. SIKLUS BRAYTON
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
- Cv (T2 T1)
23
Cv (T3 T2)
34
41
Cv (T1 T4)
P3V3 P2V2
- Cv (T4 T3)
P1V1 P4V4
http://riyanto04.wordpress.com
86
k 1
W
T T1
= net = 1 4
Q in
T3 T2
atau
1
=1
rp
rp =
P2
P1
4. SIKLUS STIRLING
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
Cv (T2 T1)
RT2 in
23
34
V3
V2
- Cv (T2 T1)
- RT1 in
41
V4
V1
RT2 in
V3
V2
0
- RT1 in
V4
V1
REGENERASI : panas yang dikeluarkan dari proses 3-4 (luas c-4-3-d-c) ke fluida
kerja dalam proses 1-2 (luas a-1-2-b-a).
Regenerator effectiveness 100 % bila kedua besaran tersebut
sama.
http://riyanto04.wordpress.com
87
p
Wnet
T
= 1 1 = 1 rv 4
Q in
T2
p2
5. SIKLUS ERICSOON
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
CP (T2 T1)
23
34
41
RT2 in
p2
p3
- Cv (T2 T1)
- RT1 in
p1
p4
RT2 in
p2
p3
p1
p4
http://riyanto04.wordpress.com
88
= 1
T1
v
= 1 rp 2
T2
v3
p
Wnet = R (T2 T1 ) in 1
p4
p
, Q in = RT2 in 1
p4
6. SIKLUS DIESEL
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
- Cv (T2 T1)
23
Cp (T3 T2)
34
- Cv (T3 T4)
41
Cv (T1 T4)
Wnet
Qin
= 1
cv (T4 T1 )
1 (T4 T1 ) atau
=1
cp (T3 T2 )
K (T 3 T2 )
1
= 1
rv
rv =
k 1
=1
1 (T4 T1 ) dimana
K (T 3 T2 )
v1
: Volumetric compression Ratio
v2
http://riyanto04.wordpress.com
89
rv =
v1
: fuel c.v. - off Ratio
v2
7. SIKLUS DUAL
Siklus ini adalah gabungan dari siklus OTTO dan DIESEL
Proses
Panas masuk
Kerja keluar
12
- Cv (T2 T1)
23
Cv (T3 T2)
34
Cp (T4 T3)
Cp (V4 V3)
45
- Cv (T5 T4)
51
Cv (T1 T5)
http://riyanto04.wordpress.com
90