Anda di halaman 1dari 20

Thermodinamika Mesin Panas

Thermodinamika ialah ilmu yang mempelajari hubungan panas dengan kerja. Dua besaran
tersebut adalah sangat penting untuk dipahami karakteristiknya untuk pemahaman dasar
keteknikan. Jadi jelas pengetahuan dasar thermodinamika sangat penting karena dipakai untuk
menganalisa kondisi operasi berbagai alat atau mesin yang berhubungan dengan panas dan kerja.
a. System termodinamika.
Untuk menganalisa mesin-mesin panas atau mesin-mesin fluida, mesin-mesin tersebut
disebut dengan benda kerja. Fluida atau zat alir yang dipakai pada benda kerja disebut
dengan fluida kerja. Sebagai contoh untuk pompa sebagai benda kerja, fluida kerjanya
adalah zat cair ( air, oli ), sedangkan kompresor fluida kerjanya adalah udara.
Untuk membedakan benda kerja dengan lingkungan sekitarnya, benda kerja sering
disebut dengan system, yaitu setiap bagian tertentu, yang volume dan batasnya tidak
perlu tetap, dimana perpindahan dan konversi energy atau massa akan dianalisa.
Adapun istilah-istilah yang sering disebut diantaranya sbb :
Batas system adalah garis imajiner yang membatasi system dengan lingkungannya.
System tertutup, yaitu apabila system dan lingkungannya tidak terjadi pertukaran energy
atau massa. Dengan kata lain, energy atau massa tidak melewati batas-batas system.
System terbuka, yaitu apabila energy dan massa dapat melintasi atau melewati batas-
batas sistem
b. Besaran-besaran system thermodinamika dan keadaan system
Dalam pembahasan setiap masalah yang berhubungan dengan kejadian-kejadian alam
atau suatu proses fisika alam, untuk memudahkan pemahaman masalah tersebut,
pemodelan matematis banyak digunakan. Pemodelan matematik adalah suatu metode
untuk mencari hubungan antara factor-faktor fisik yang satu dan yang lainnya
menggunakan symbol-simbol dan koordinat matematik. Dengan pemodelan tersebut akan
ketemu suatu rumusan matematik permasalahan fisik secara kwantitatif.
Dalam ilmu thermodinamikanya, koordinat-koordinat atau besaran fisik akan selalu
melingkupi semua rumusan thermodinamika, yaitu volume V, Temperatur T, Tekanan p.
Kerapatan p dan besaran-besaran lainnya. Besaran-besaran ini akan mempengaruhi
berbagai keadaan system thermodinamika. Misalkan system motor bakar akan berubah
keadaannya apabila tekanan p kompresinya turun, yaitu tenaga yang dihasilkan
berkurang. Perubahan keadaan thermodinamika digambarkan pada grafik hubungan
tekanan dengan volume atau dengan tekanan. Contoh perubahan keadaan
thermodinamika, yaitu perubahan keadaan pada temperature tetap (isotermis),
peggambarannya pada grafik p-v dan p-t adalah sbb :

P P
P2 P2,V2 P2 P2,T2

P1 P1,V1 P1 P1,T1

V T
Dari gambar diatas terlihat bahwa terjadi perubahan besaran pada keadaan satu ke
keadaan dua. Perubahan tersebut akan tetap berlangsung sebelum ada proses keadaan yang
lainnya. Proses keadaan selalu mempunyai satu ada lebih karakteristik yang spesifik, sebagai
contoh untuk proses keadaan isotermis, karakteristik yang pasti khusus adalah tidak ada
perubahan perubahan temperature selama proses.
Dalam thermodinamika, besaran system dibagi menjadi dua yaitu besaran ekstensif dan besaran
intensif. Adapun difinisinya sbb
1. Besaran ekstensif, adalah besaran yang dipengaruhi oleh massa atau mol system.
Contohnya volum, kapasitas panas, kerja, entropi. Dari besaran-besaran ekstensif
diperoleh harga harga jenis ( specific value ). Harga jenis adalah perbandingan antara
besaran ekstensif dan massa system atau zat.
Harga jenis = besaran ekstensif
massa system
Volum jenis = volum
massa
Kapasitas = kapasitas
massa
Contoh tekanan, temperature, dan lainnya.

c. Besaran-besaran pokok thermodinamika.


Besaran temperature dan tekanan adalah besaran yang menjadi pokok dari system
thermodinamika, karena hubungan antara keduanya sangat penting untuk mencirikan
proses keadaan system. Disamping itu, besaran temperature dan tekanan adalah besaran
dari hasil pengukuran secara langsung dari suatu proses keadaan system.
Hal ini berbeda dengan besaran lainnya yang tidak berdasarkan pengukuran, tetapi
diturunkan dari besaran temperature dan tekanan.
Sebagai contoh, kerja adalah besaran turunan dari tekanan atau temperature.
- Kerja pada volume konstan W = m.R.T
- Kerja pada tekanan konstan W = p.V

Panas
Panas merupakan salah satu bentuk tenaga, tenaga panas untuk setiap zat diperoleh dengan
adanya pergerakan-pergerakan dari molekul-molekul yang terjadi didalam zat.
Tenaga panas dapat dirubah menjadi bentuk tenaga lain atau sebaliknya. Dasar dasar dari semua
tenaga termasuk panas adalah Joule ( J ), dan diberi simbul Q .
Panas Jenis.
Panas jenis ialah sejumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature dari massa zat
sebesar 1. Simbul dari panas jenis c . Satuan dari panas jenis adalah satuan panas per satuan
massa per satuan temperature.
Kalau harga panas sebesar 1 kJ ( kilo Joule ) ini berarti bahwa panas sebesar 1 kJ diperlukan zat
seberat 1 kg untuk dinaikkan temperaturnya sehingga menjadi 1 lebih tinggi. Jadi satuan panas
jenis : kJ/kg K.
Perlu diingat bahwa interval skala Kalvin dengan Celcius sama, sehingga satuan panas jenis
dapat juga dituliskan kJ/kgC.
Dari pengertian tersebut diatas maka didapatkan rumus :
Q = m ( kg ) x c ( kJ/kgK ) x ( T2 T1 ) ( K )..( kJ ).
Contoh :
Hitunglah banyaknya panas yang diperlukan untuk memanasi 2,25 kg kuningan dari temperature
20 C menjadi 240 C. Ditentukan panas jenis kuningan = 0,394 kJ / kg K.
Jawab :
Q = m x c x ( T2 T1 )
= 2,25 x 0,394 x {( 240 + 273 ) ( 20 + 273 ) }
= 2,25 x 0,394 x 220 = 195 kJ.
Sifat gas tergantung dari pada suhu dan tekanan, pemindahan panas juga tergantung dari keadaan
tersebut. Jadi dengan demikian panas jenis mempunyai harga yang berbeda-beda.
Dari sebab itu kita mengenal adanya dua harga panas jenis ialah panas jenis pada volume tetap
( cv ) dan panas jenis pada tekanan tetap ( cp ).
Persamaan panas dengan Daya mekanik
Adalah merupakan hubungan antara tenaga panas dengan tenaga mekanik. Dr. Joule seorang ahli
yang mula-mula menemukan ( menyatakan ) bahwa panas adalah suatu bentuk energy ( tenaga )
yang dihasilkan dari perubahan tenaga mekanik. Didalam satuan inggris ( British Thermal Unit )
tenaga panas dinyatakan dalam ft.lb atau Btu, dimana 1 Btu 778 ft.lb. sedangkan didalam satuan
internasional ( S.I unit ) tenaga panas dinyatakan dalam Joule.
1 Nm = 1 Joule. Ini adalah merupakan bentuk persamaan tenaga mekanik. Timbulnya tenaga
panas akibat adanya tenaga mekanik yang bekerja pada suatu bidang, yang kemudian
menimbulkan gesekan pada bidang tersebut. Gesekan tadi terjadi diantara dua permukaan. Besar
panas yang terjadi tergantung dari pada koefisien gesek ( u ).

Hukum-hukum gas sempurna


Jika suatu zat telah menguap dapat berbentuk gas atau kabut, maka sifat fisiknya sudah berubah.
Dimana gas tadi mempunyai sifat antara lain dapat mengembang dan dapat dimampatkan,
sedangkan bentuk sebelumnya hal tersebut tidak mungkin. Gas sempurna adalah teori dari gas
ideal yang mula-mula ditemukan oleh Boyle dan Charles.
Dengan suatu percobaan bahwa sejumlah gas yang berada dalam silinder dengan torak yang
dapat bergerak bebas, apabila torak ditekan maka volume akan menjadi kecil, dan apabila torak
ditarik volume menjadi besar kembali. Perubahan volume tersebut juga diikuti oleh perubahan
tekanan dan temperature, dan ketiga perubahan tersebut saling berhubungan antara satu terhadap
yang lain.
Hukum Boyle
Menyatakan bahwa hasil kali antara tekanan dan volume adalah tetap untuk berbagai perubahan
dengan temperature tetap atau :
PxV = C ( tetap )
P1 x V1 = P2 x V2 pada T tetap
Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar. Gambar hubungan antara perubahan Volume dan
Tekanan pada Temperatur tetap.

piston

P ( pressure )

Tekanan KN/m2 400

200

133,3

100

0,5 1 1,5 2 volume

Apabila torak ditekan kedepan maka berarti bahwa gas tadi dimampatkan yang mana volume dan
tekanannya berubah, dalam hal ini temperature dijaga tetap ( tidak berubah ). Menurut hukum
Boyle bahwa hasil kali antara volume dengan tekanan tetap untuk berbagai perubahan tekanan
dan volume. Kedudukan torak pada setiap perubahan volume dan tekanan dapat digambarkan
pada pV diagram. Dengan menggunakan rumus pV tetap maka didapat titik-titik yang sama .titik
tadi merupakan koordinat dalam pV diagram.
Seperti pada gambar P1 = 100, V1 = 2
Dengan menggunakan rumus Boyle maka P1 x V1 = 100 x 2 = 200 tetap
Bila kemudian V2 = 1,5
Maka P2 x V2 = 200
P2 x 1,5 = 200,
P2 = 200 / 1,5 = 133,3
Bila V3 = 1
Maka P3 x V3 = 200
P3 x 1 = 200. P3 = 200
Selanjutnya bila P4 =0,5 maka didapat P4 = 400.
Dari harga-harga P dan V digambarkan dalam PV diagram menghasilkan titik-titik yang
merupakan titik-titik koordinat. Titik-titik tersebut kalau dihubungkan maka akan didapat garis
lengkung yang merupakan jalannya proses didalam silinder, selama terjadi perubahan p dan V.
Seperti telah diketahui bahwa selama proses tersebut tidak terjadi perubahan temperature maka
proses tersebut sebagai proses Isothermis.
Contoh soal.
3,5 m udara pada tekanan manometer sebesar 20 KN/m berada dalam silinder, udara tersebut
dimampatkan pada temperature tetap hingga mencapai tekanan 425 KN/m manometer. Tekanan
udara luar = 100 KN/m
Hitung volume akhir dari udara tersebut.
Jawab :
P ( tekanan mula-mula ) = 20 + 100 = 120 KN/m
P ( tekanan akhir ) = 425 + 100 = 525 KN/m
P x V = P x V
120 x 3,5 = 525 x V
V = 120 x 3,5 = 0,8 m3
525

Hukum CHARLES.
A. Menyatakan bahwa perbandingan volume dan temperature gas adalah tetap untuk
berbagai perubahan apabila tekanan tetap.
B. Perbandingan tekanan dan temperature gas tetap untuk berbagai perubahan apabila
volumenya tetap.
Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan :
V = konstan ; untuk P tetap, sehingga V = V atau V = T.
T T T V T
P = konstan ; untuk V tetap, sehingga P = P atau P = T
T T T P T

Contoh :
Bejana udara untuk menjalankan mesin dikapal mempunyai tekanan 40 bar. (= 4 MN/m2 ) dan
temperature 24C. Apabila bejana udara tersebut dipanaskan sampai 65 C, hitunglah tekanan
bejana tersebut setelah dipanaskan.
Jawab :
T1 = 24 + 273 = 297 K
T2 = 65 + 273 = 338 K
P1 = P2 P2 = P1 T2 .. = 40 x 338 = 45,52 bar ( 4,552 MN/m2)
T1 T2 T1 297

Kombinasi hukum Boyle dan Charles.


Seperti telah diterangkan diatas bahwa hukum Boyle dan Charles merupakan hubungan fugsi
antara p, V dan T. Hubungan tadi akan saling mempengaruhi apabila salah satu factornya tetap (
T tetap dll ).
Akan tetapi didalam praktek didapatkan bahwa ketiga factor tadi tidak ada yang tetap, sehingga
kombinasi dari hukum Boyle dan Charles yang dipergunakan untuk diperhitungkan. Hal tersebut
dapat dijelaskan pada gambar dibawah :

a b c

P,V,T P,V,T P,V,T P,V,T

P P P
P,V,T
V V V
gb a gb b gb c
Proses perubahan tekanan, volume dan temperature terlihat pada gambar diatas.
Gambar a menunjukkan bahwa pada saat itu gas mempunyai p1, V1, dan T 1, proses berjalan
dari a dan berakhir pada gb c dengan kedudukan akhir p2, V2 dan T2.
Pada perjalanan proses dari gb a sampai dengan gb c melalui dua tahap proses yaitu menurut
Boyle dan Charles.

Dalam gambar a gas dalam silinder dimampatkan dengan tekanan mula-mula P1 dan volume
mula-mula V1 hingga sampai tekanan P2 dan volume V. sebetulnya dalam proses ini
temperaturnya mengalami kenaikan, tetapi dalam hal ini temperature dibuat tetap dengan jalan
pembuangan panas.
Sehingga berlaku hukum Boyle
P1 V1 = P2 V2 ( 1 )
Pada gb b terlihat tekanan tetap sehingga berlaku hukum Charles
V2 = T2.( 2 ).
V T1
Dengan menggantikan harga V pada persamaan ( 2 ) kedalam persamaan ( 1 ) dimana V = V2.T1
T2
Maka persamaan menjadi :
P1 V1 = P2 V2 T1
T2
P V = P V
T T
Rumus tersebut merupakan kombinasi dari Boyle dan Charles.
Contoh.
Gas sempurna sebanyak 0,5 m dengan tekanan 0,95 bar ( 95 KN/m ) dan temperature 17 C,
dimampatkan sehingga volumenya menjadi 0, 125 m, tekanan menjadi 5,6 bar ( 560 KN/m ).
Ditanya : Temperatur gas setelah dimampatkan.
Jawab : T = 17 + 273 = 290 K
P V = P V
T T
95 x 0,5 = 560 x 0,125
290 T
T = 560 x 0,125 x 290
95 x 0,5
T = 427,4 K .. t = 427,4 273 = 154,4 C
Ketetapan gas sempurna ( R )
Selama P V konstan maka harga tersebut dapat dinyatakan juga untuk sejumlah massa gas.
T
Sebagai dasar perhitungan massa gas dimasukkan dalam rumus tersebut sebagai volume jenis
(v), sehingga didapat persamaan pv = R atau . pv = RT
Apabila dimasukkan didalam persamaan diatas dimasukkan volume, dimana hubungan antara
massa, volume dan volume jenis sbb :
Massa ( kg ) x volume jenis ( m/kg ) = volume ( m )
Sehingga dengan menggantikan harga volume jenis dengan volume maka persamaan menjadi :
dari pv = RT .p V = m RT.

Contoh 1
Volume jenis udara pada tekanan atmosfir ( 101,325 KN/m ) dan temperature 0C sama dengan
0,7734 m/kg.
Hitunglah ketetapan gas ( R ).
Jawab : R = P V
T
= 101,325 x 0,7734
273
= 0,287 KJ/kg K
Contoh 2
Sebuah compressor udara mengisi bejana udara sebanyak 0,2 m dengan tekanan 850 KN/m dan
temperature 31C. ketetapan gas = 0,287 KJ
kg K.
Ditanya : berapa berat udara yang telah diisikan kedalam bejana tersebut.
Jawab : p V = m R T
m = p V = 850 x 0,2
RT 0,287 x ( 31 + 273 )
= 1,948 kg

Panas jenis gas

Pada bab terdahulu telah diterangkan panas jenis dari zat, untuk panas jenis gas pada dasarnya
adalah sama. Karena sifat gas yang dapat mengembang dan dimampatkan maka panas jenis gas
tergantung dari dua keadaan tersebut, yakni panas jenis pada volume tetap ( cv ), dan panas jenis
pada tekanan tetap ( cp ). Perlu diperhatikan bahwa harga cp lebih besar dari pada cv sebab
apabila gas menerima panas maka akan mengembang dan pengembangan ini diikuti oleh
pertambahan volume yang dimaksudkan agar supaya tekanan gas tetap. Sehingga dengan
demikian gas tersbut telah melakukan usaha luar. Untuk melakukan usaha luar tadi diperlukan
panas yang besarnya sama dengan usaha yang telah dilakukan. Pada pemanasan gas dengan
volume tetap maka tidak ada usaha luar yang dilakukan sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa cp lebih besar dari cv.
Contoh :
Udara seberat 0,23 kg terdapat dalam sebuah silinder motor. Tekanan dalam silinder 100 kN/m
dan temperature 20C, silinder tersebut kemudian dipanasi sehingga temperature naik menjadi
142C.
Ditanya :
a. Apabila selama pemanasan volume silinder dijaga tetap berapa panas yang diberikan dan
berapa besar tekanan akhir. Cv = 0,718 kJ/kgK.
b. Apabila selama pemanasan dijaga hingga tekanan tetap, volume awal 0,1934 m, berapa
besar panas yang diberikan dan berapa besar volume akhir. cp = 1,005 kJ/kgK.

Jawab :

a. Q = m x c x ( T - T )
= 0,23 x 0,718 x ( 142 20 ) = 20,15 kJ.

P V = P V .. V = constan
T T
P = P T = 100 x ( 142 + 273 ) = 141,6 kN/m
T1 ( 20 + 273 )

b. Q = m x c x ( T - T )
= 0,23 x 1,005 x ( 142 20 ) = 28,19 kJ

P V = P V .. P = constan
T T
V = V T = 0,1934 x ( 142 + 273 ) = 0,2738 m
T 293
Perbedaan panas yang diberikan ialah 28,19 20,15 = 8,04 kJ panas ini digunakan untuk
pengembangan volume.

Pada gambar dibawah ini dapat dijelaskan bahwa, apabila torak ditekan kemuka dengan tekanan
tetap = p kN/m, luas silinder A m, dengan demikian torak menerima gaya sebesar p x A, dan
apabila torak bergerak sejauh s m, maka usaha yang telah dilakukan = p x A x s kJ.
Pada gambar terlihat bahwa A x s = V - V sehingga Usaha = p (V - V )

V - V

V
Persamaan tenaga

Tenaga dalam suatu gas ( E ) adalah tenaga yang dikandung oleh gas tersebut, yang mana tenaga
tersebut, dihasilkan karena adanya pergerakkan molekul dari gas tersebut.
Hukum Joule menyatakan bahwa tenaga dalam dari gas tergantung hanya pada keadaan
temperature dari gas yang bersangkutan, sedangkan volume dan tekanan tidak mempengaruhi
tenaga dalam gas.
Dengan dasar hukum kekekalan tenaga maka didapat kesimpulan bahwa tidak ada tenaga yang
hilang ( musna ). Dengan begitu apabila sebuah panas ( Q ) diberikan kepada gas maka tenaga
dalam dari gas akan naik sebesar E - E dan sejumlah usaha ( W ) juga telah dilakukan oleh gas
tadi, sehingga didapatkan persamaan :
Q = ( E - E ) + W . Inilah merupakan hukum pertama Thermodinamika.

Proses pemampatan dan pengembangan gas sempurna.

Pemampatan gas dalam sistim tertutup

P pV = C
pVn = C
pV = C

Apabila gas dalam silinder dimampatkan dengan torak yang kedap, maka tekanan gas dalam
silinder tersebut naik dan volumenya berkurang. Sejumlah tenaga telah bekerja pada gas yaitu
tenaga mekanis, dan oleh karena pada gas timbul tenaga panas yang ditandai dengan kenaikan
temperature.
Kompresi isothermis.
Kita bayangkan pd gambar, torak ditekan kedepan dengan perlahan-lahan dan dijaga tidak ada
perubahan temperature ( panas ), dengan cara pendinginan pada dinding silinder. Proses
pemampaatan tersebut disebut sebagai proses pemampatan isotermis.
Perubahan volume dan tekanan selama proses mengikuti hokum Boyle yakni pV = C atau
P V = P V dan pV diagram. proses isothermis tersebut mengikuti garis pV = C.
Kompresi adiabatic.
Pada proses ini digambarkan seolah-olah torak ditekan sedemikian cepatnya sehingga tidak
memberikan kesempatan terjadinya pemindahan panas dari gas kedinding silinder. Dengan
demikian semua tenaga mekanis yang diberikan dirubah menjadi tenaga panas yang disimpan
dalam gas tersebut. Dalam proses ini juga terjadi perubahan tekanan, volume dan temperature.
Dari hal tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : Proses adiabatic terjadi apabila tidak
ada perpindahan panas dari gas kepada sekelilingnya. ( missal dinding silinder ).

Perubahan volume dan tekanan dari proses adiabatic dirumuskan sebagai pV = C atau P V =

P V . dimana = cp/cv

Pada pV diagram proses adiabatic terlihat dalam garis pV = C

Kompresi polytropis.
Pada kenyataannya proses isotermis maupun proses adiabatic tidak dapat terjadi dengan
sempurna. Sebab biar bagaimanapun kecilnya akan terjadi perpindahan panas kedinding silinder,
sehingga dengan sendirinya untuk menjaga agar temperature tetap tidak dapat terlaksana.
Sehingga pada pV diagram proses yang terjadi sesungguhnya berjalan antara garis proses pV = C

dan pV = C yaitu pada pVn = C yang disebut sebagai proses polytropis. Harga n disini sekitar 1
s/d . Sebab kalau n = 1 maka pV = C dan ini adalah proses isotermis ,dan bila n = , maka

pV = C dan ini adalah proses adiabatic.

Pengembangan ( ekspansi ) gas dalam system tertutup


Pemampatan gas dalam sistim tertutup

pV = C
pVn = C
pV = C
V
Proses ini merupakan kebalikan dari pada proses pemampatan. Tenaga mekanis yang mendorong
torak didapat dari tenaga dalam yang dikandung oleh gas , yang merupakan tenaga panas. Agar
didapatkan sesuatu proses isothermis maka perlu diberikan panas selama proses berlangsung
sehingga temperature tetap. Proses isotermis tersebut mengikuti garis pV = C
Proses adiabatic dapat terjadi apabila tidak ada panas yang berpindah dari atau ke gas selama

terjadi pengembangan, pada gambar mengikuti garis pV = C.
Proses polytropis terjadi apabila selama panas yang diberikan ke gas tidak mencukupi sehingga
temperature akhir dari gas tidak sama dengan temperature mula.
Pada gambar proses polytropis mengikuti garis pVn = C. Harga n antara 1 dan .
Perlu diperhatikan bahwa proses pemampatan dan pengembangan dalam sistim tertutup hukum
Boyle dan Gayllusac serta ketetapan gas akan selalu berlaku yakni :

pV = C P V = P V
T T T
pV = m R T
Contoh 1
0,25 m udara pada tekanan 90 kN/m dan temperature 10 C dimampatkan dalam silinder motor
sehingga volumenya menjadi 0,05 m dinyatakan bahwa pV1,4 = C.
Hitunglah
a. tekanan akhir.
b. temperature akhir.
c. berat udara dalam silinder apabila R = 0,287 kJ/kgK
jawab :
a. P V1,4 = P V 1,4
90 x 0,251,4 = P x 0,05 1,4
P = 90 x 0,251,4 = 90 x {0,25 }1,4 = 90 x 5 1,4 = 856,7 kN/m
0,05 1,4 {0,05 }
b. P V = P V
T T
90 x 0,25 = 856,7 x 0,05
10+273 T
T = 283 x 856,7 x 0,05 = 538,8 K. t = 538,8 273 = 265,8 C
90 x 0,25

c. P V = m R T
m = P V = 90 x 0,25 = 0,277 kg
RT 0,287 x 283
Contoh 2.
0,07 m gas pada tekanan 4140 kN/m mengembang dalam silinder motor. Tekanan akhir
pengembangan 310 kN/m. Apabila pengembangan mengikuti aturan pV 1,35 = C. Hitunglah
volume akhir,

Jawab :

P V 1,35 = P V1,35
4140 x 0,07 1,35 = 310 x V1,35
V1,35 = 4140 x 0,07 1,35
310

V = 0,07 1,35 4140 = 0,4774 m


310

Contoh 3
0,014 m gas pada tekanan 3150 kN/m mengembang dalam silinder motor sehingga volumenya
menjadi 0,154 m , serta tekanan akhir 120 kN/m. Apabila pengembangan berjalan sebagai
proses polytropis, hitunglah harga n.

Jawab :
P V n = P V n
3150 x 0,014 n = 120 x 0,154 n
3150 = { 0,154 }n
120 { 0,014 }
26,25 = 11 n
Log. 26,25 = n x log.11
1,4191 = n x 1,0414
n = 1,4191 = 1,363
1,0414

Perbandingan Ekspansi dan perbandingan kompresi


Perbandinganekspansi gas dalam silinder adalah perbandingan antara volume akhir ekspansi
dengan volume mula-mula sebelum ekspansi.
Simbul dari pada perbandingan ekspansi dinyatakan dengan huruf re
re = V
V
Perbandingan kompresi adalah perbandingan antara volume sebelum kompresi dengan volume
akhir kompresi dan dinyatakan dengan huruf rc
rc = V
V
Proses Ideal

Pada mesin-mesin pembakaran dalam kenyataannya proses usahanya tidak seideal seperti apa
yang diharapkan.
Tetapi pada mulanya para ahli memperhitungkan proses-proses tersebut secara bertahap. Tetapi
mula-mula dianggap bahwa semua proses proses tersebut merupakan proses ideal.
Untuk membandingkan daya guna ( rendemen ) dari berbagai proses, maka kita gambarkan
bahwa semua usaha terjadi dalam sistim tertutup yang mana gas yang ada dalam sistim tersebut
hanyalah udara yang jumlahnya tidak berubah.
Udara tadi menyerap panas dari sumber panas sekelilingnya, juga bahwa selama ekspansi dan
kompresi betul-betul merupakan proses adiabatic. Sehingga rendemen dari proses ideal
merupakan bentuk termis ideal.
Panas yang dirubah menjadi tenaga = panas yang diberikan panas yang hilang.
W = Q1 Q2
Rendemen termis = panas yang berguna
Panas yang diberikan

Proses pada volume tetap.

Proses ini dikenal sebagai proses OTTO yang merupakan dasar dari bekerjanya motor bensin.

Stroke volume

clearance volume torak

silinder

P 3

2
4

1
V

Pada gambar diatas terlihat jalannya proses Otto. Proses tersebut dapat dijelaskan sbb :
Mula-mula sejumlah udara dimasukkan kedalam silinder, kedudukan mula mula tadi pada
gambar mempunyai tekanan P, volume V dan temperatur T. Kemudian torak bergerak
kedepan sambil menekan udara yang berada didalam silinder menurut proses adiabatic sehingga
mencapai volume V , tekanan P , dan temperature T yaitu pada kedudukan titik mati atas (
titik 2 ). Pada kedudukan 2 tsb tiba-tiba campuran udara dan bensin menerima panas dari luar
sehingga timbul peledakkan ( ekspansi ) yang menyebabkan kenaikkan temperature dan tekanan
yaitu menjadi T3 dan P3, kenaikan temperature dan tekanan tadi dengan sekejab sehingga
volumenya dalam keadaan yang tetap V3 = V
Dengan sisa tenaga yang ada pada torak maka torak bergerak ke belakang sehingga gas
mengembang menurut proses adiabatic, dan volume gas tadi membesar menjadi V4 yang
besarnya sama dengan V. Tekanan dan temperature turun menjadi P4 dan T4. Akhirnya proses
berjalan dengan sempurna setelah terjadi pembuangan panas dari dalam silinder sehingga
tekanan dan temperature kembali pada kedudukan semula.
Perlu diperhatikan bahwa selama ekspansi dan kompresi berjalan secara adiabatic. Sehingga
tidak ada perubahan panas, berarti bahwa semua panas yang diberikan hanya berlangsung pada
volume tetap yaitu antara titik 2 dan 3, juga panas yang terbuang terjadi pada volume tetap yaitu
antara titik 4 dan 1.
Panas yang diberikan ( panas yang hilang ) = berat x panas jenis x perubahan temperature.
Panas yang diberikan = m x cv x ( T3 - T )
Panas yang hilang = m x cv x ( T4 - T )
Sehingga rendemen thermis teoritis = 1 panas yang hilang
panas yang diberikan
= 1 - m x cv x ( T4 - T )
m x cv x ( T3 - T )
= 1 - ( T4 - T )
( T3 - T )
Bentuk tersebut merupakan bentuk umum dari rendemen termis idial pada mesin-mesin yang
pembakarannya terjadi pada volume tetap. Rendemen tadi dapat juga dinyatakan dalam
hubungan perbandingan kompresi atau perbandingan ekspansi
rc = V
V rc = perbandingan kompresi
re = V4
V3 re = perbandingan ekspansi
Perbandingan ekspansi dan perbandinga kompresi dalam hal tersebut diatas adalah sama, karena
V1 = V4 dan V2 = V3
Maka rendemen thermis ideal = 1 - T
T
Atau = 1 - T4
T3
Pada perhitungan persoalan-persoalan maka pada rumus tersebut diatas jelas terlihat bahwa
makin besar perbandingan kompresinya makin besar pula rendemen termis, sehingga pada
motor-motor bensin yang berdaya guna besar diperlukan perbandingan kompresi yang tinggi.
Tetapi biar bagaimanapun juga perlu diperhatikan adanya penyalaan pendahuluan sebelum
adanya bunga api yang diberikan kedalam silinder. Dengan demikian mengakibatkan
berkurangnya daya guna dari mesin tersebut. Seperti diketahui bahwa pada motor-motor bensin
yang dimampatkan dalam silinder bukan hanya udara, tetapi campuran udara dengan bahan
bakar. Dengan perbandingan kompresi yang makin membesar mengakibatkan campuran gas
tersebut akan menyala sebelum akhir kompresi.
Pada gambar diperlihatkan hubungan antara rendemen termis idial dengan perbandingan
kompresi pada proses volume tetap.

Ideal thermal
efficiency eff = 1 1
-1
- r
-
0,7-
0,6-
0,5-
0,4-
0,3-
0,2-
0,1-
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
compression ratio
pada gambar diagram terlihat bahwa makin besar perbandingan kompresi kenaikan rendemen
thermis makin berkurang.

Contoh soal
Perbandingan kompresi mesin pembakaran dalam pada volume tetap adalah 9,3 : 1.temperatur
mula-mula 31C dan temperature akhir pembakaran 1205 C. kompresi dan ekspansi berjalan
adiabatic = 1,4
Ditanya : a. temperature akhir kompresi
b. temperature akhir ekspansi
c. rendemen termis teoritis.
Jawab ;
V = 9,3, V =1, V3 = 1, V4 = 9,3
a. T = 31 + 273 = 304K
T3 = 1205 + 273 = 1478 K.
T2 = (V1)-1
T (V2)
T2 = 304 x 9,30,4 = 741,8K

Jadi temperature akhir kompresi = 741,8 273 = 468,8 C.


Proses Diesel

Bentuk dari pada proses tekanan tetap merupakan proses dimana pembakaran dan pembuangan
panas terjadi pada tekanan tetap. Pada motor diesel pembakaran terjadi pada tekanan tetap
sedangkan pembuangan panas terjadi pada volume tetap.
Ideal cycles

P 2 3

1
V

Proses dimulai dengan adanya udara dalam silinder dengan tekanan mula-mula P1, T1 dan V1.
Udara dimampatkan secara adiabatic sehingga volume menjadi V2 dan temperature dan tekanan
menjadi T2 dan P2. Pada kedudukan 2 tadi torak berada di titik mati atas, kemudian sejumlah
panas diberikan untuk menjaga agar tekanan tetap selama torak bergerak hingga titik 3.
Pemasukkan panas tadi berjalan dari titik 2 sampai titik 3 sehingga temperature naik menjadi T3
sedangkan tekanan P3 tetap sama dengan P2.
Dari titik 3 gas mengembang secara adiabatic sehingga volume mencapai V4 yang sama
besarnya dengan volume mula-mula ( V1 ).
Selama ekspansi berjalan suhu dan tekanan turun menjadi T4 dan P4. Proses berakhir pada saat
panas dibuang pada volume tetap yaitu titik 4 sampai 1

Rendemen termis motor diesel


Rendemen termis = 1 panas yang hilang
panas yang diberikan
= 1 - m x cv x ( T4 - T )
m x cv x ( T3 - T )
= 1 - ( T4 - T )
( T3 - T )
Hal tersebut merupakan rumus umum rendemen thermis ideal dari motor Diesel
Proses pembakaran ganda
Sebagian motor dengan pembakaran yang menggunakan bantuan penyalaan yang berkecepatan
tinggi pembakaran terjadi dalam dua bagian yang terpisah.
Yaitu pembakaran pada volume tetap dan pembakaran pada tekanan tetap. Oleh sebab itu disebut
sebagai motor dengan proses pembakaran ganda.

3 4

P 2

1
V

Pada gambar terlihat diagram motor pembakaran ganda yang ideal.


Mula-mula udara dengan volume V1, tekanan P1 dan temperature T1 dimampatkan menurut
proses adiabatic sehingga mencapai volume V2 tekanan P2 dan temperature T2. Kemudian
diberikan sejumlah panas pada volume tetap sehingga tekanan dan temperature naik menjadi P3
dan T3, sedangkan volumenya tetap yaitu V3 = V2
Pemberian panas masih berjalan pada saat torak sudah bergerak kebawah dengan maksut agar
tekanannya tetap yakni P4 = P3, pemberian panas tersebut berjalan dari titik 3 ketitik 4. Dengan
demikian temperaturnya naik menjadi T4.
Dari titik 4 gas mengembang menurut proses adiabatic sehingga volume menjadi V5 yang sama
dengan V1, tekanan dan temperaturnya menjadi P5 dan T5. Akhirnya panas dibuang dari titik 5
ketitik 1 dengan volume tetap. Dengan demikian keadaanya kembali pada keadaan semula.

Rendemen termis ideal = 1 panas yang hilang


panas yang diberikan
= 1 - m x cv x ( T5 - T )
m x cv x ( T3 - T ) + m cp ( T4 T3 )
=1 - ( T5 - T )
( T3 - T ) + ( T4 T3 )
Selama motor dengan penyalaan bahan bakar dengan kompresi, penyalaan tersebut tergantung
dari temperature udara pada akhir kompresi untuk penyalaan bahan bakar yang disemprotkan
kedalam silinder , maka hal itu memerlukan suatu perbandingan kompresi yang besar.
Biasanya perbandingan tsb tidak kurang dari 12 agar dapat memberikan kenaikkan suhu yang
diperlukan.
Tekanan maksimum adalah sangat terbatas sebab dengan penambahan atau menaikkan
perbandingan kompresi akan mengurangi jumlah bahan bakar yang terbakar pada volume tetap.
Oleh sebab itu kenaikkan perbandingn kompresi adalah sangat dibatasi mengingat adanya
penyalaan pendahuluan yang mengakibatkan kerugian tenaga dari motor itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai