DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS INDONESIA
Kuliah Termodinamika
1. Pendahuluan: (2 jam)
- Pengertian termodinamika
- Letak termodinamika pada cabang ilmu lain
- Kegunaan termodinamika
- Pengertian sistem
- Tekanan dan temperatur
- Keseimbangan termal
Berasal dari dua kata Yunani: thermos (heat) dan dynamis (power).
Termodinamika
Fisika Statistik
Termodinamika
Meteorologi
Metalurgi Biologi
Kimia Kelautan
Mesin Geologi/Geofisika
Reaktor Nuklir
) Termodinamika Klassik:
Pandangan transfer energi dan kerja dalam sistem makroskopis,
tanpa memperhatikan interaksi dan gaya antar individual
partikel (mikroskopik).
) Termodinamika Statistik
Melihat prilaku secara mikroskopik, menjelaskan hubungan
energi berdasarkan sifat-sifat statistik dari sejumlah besar
atom/molekul dan bergantung pada implikasi Mekanika
Kuantum.
) Termodinamika Kimia
Fokus pada transfer energi dalam reaksi Kimia dan kerja pada
sistem Kimia.
) Termodinamika Teknik
Pemanfaatan Termodinamika pada beberapa mesin panas dan
proses-proses yang menyangkut transfer energi. (Mesin bakar,
refrigerator, AC, stasiun tenaga nuklir, sistem pemercepat roket
etc.)
Sistem Termodinamika:
Sistem
dm
Contoh:
Tekanan (p), suhu (T), volume (V), magnetisasi, polarisasi etc.
Contoh:
Volume sebuah sistem: V
V
Volume spesifik dinyatakan: v =
m
Jelas bahwa volume spesifik berbanding terbalik dengan kerapatan,
ρ, yakni massa persatuan volume:
m 1
ρ= =
V v
Tekanan/P
A P = F/A
Satuan lain:
1 bar = 105 N/m2 atau 106 dyne/cm2
1 µ bar (mikro bar) = 1 dyne/cm2
1 atm= tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa setinggi 76 cm
= 1,01325×105 N/m2
1 Torr = 1 mmHg = 133,3 N m-2
Temperatur/T
A C B
Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai
tertentu, maka nilai tekanan (P) tidak bisa sebarang. Ada
hubungan antara besaran-besaran ini sbb:
f(P, V, T, m) = 0
V
Seperti V menjadi v = , sehingga persamaan keadaan menjadi:
m
f(P, v, T) = 0
Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan
antar satu sama lain biasanya tidak sederhana.
gas ideal
T3
Pv/T
T2
T3 >T2 >T1
T1
Pv/T = R atau Pv = RT
Kita tahu bahwa di alam tidak ada “gas ideal” semacam itu, gas
yang mendekati gas ideal terjadi pada tekanan rendah dan suhu
tinggi, namun studi tentang gas ideal sangat bermanfaat sebagai
salah satu pendekatan untuk mengetahui sifat-sifat gas
sesungguhnya.
Pv = RT
V
karena v = maka persamaan gas ideal juga dapat ditulis
n
PV = nRT
t ur
Vol er a
um
e Te mp
Volume
Temperatur
nR
disini P = T = konstan × T
V
Cukup banyak usulan tentang hubungan P-v-T pada gas real yang
lebih akurat daripada gas ideal. Beberapa didapatkan dari fakta
empiris murni, lainnya berasal dari asumsi-asumsi mengenai sifat-
sifat molekul.
Zat a b
(J m kilomole ) (m kilomole-1)
3 -1 2
He 3440 0,0234
H2 24,8 0,0266
O2 138 0,0318
CO2 366 0,0429
H2 O 580 0,0319
Hg 292 0,0055
Vol r atur
e
um
e Te mp
Titik Kritis
Volume
Cair
Tekanan t Ga
s
Pada
Ca
Uap ir-
Pad
a t-U
a p t ur
Vol a
um mper
e Te
Cair
Tekanan
s
Pada
t Ga
Ca
Uap ir-
Pad
a t-U
V ol
ap
r atur
um pe
e Tem
1 nR 1
β = = (khusus gas ideal, tidak berlaku umum)
V P T
1 ∂v
Dalam volume spesifik: β =
v ∂T P
1 ∂V
κ=− P=Po P>Po
V ∂P T
Meskipun pendekatan gas van der Waals cukup sederhana, gas ini
menunjukkan adanya titik kritis dan berkorespondensi dengan
daerah cair-uap pada gas real.
Suhu kritis
8a
Tc =
27 Rb
f(P,V,T) = 0 Æ V = V(P, T)
∂V ∂V
Maka dV = dT + dP
∂T P ∂P T
Pada suatu proses dengan suhu tetap (dT=0) tetapi volume berubah
(dV ≠0) didapatkan:
∂V ∂P
1− =0
∂P T ∂V T
∂V ∂P ∂T
= −1
∂P T ∂T V ∂V P
∂P
Contoh pemanfaatan: Cari
∂T V
Jawab:
∂P (∂V ∂T )P βV β
= − ∂V =− =
∂T V ( ∂P )T − κV κ
Latihan:
∂V ∂P ∂T
Tunjukkan kebenaran relasi = −1 pada
∂P T ∂T V ∂V P
persamaan gas Clausius: P(v − b) = RT.
∂V ∂P ∂T
Jawab: secara terpisah carilah , dan
∂P T ∂T V ∂V P
kemudian kalikan.
dz = M(x,y) dx + N(x,y) dy
Contoh
Bila df = 2x2y dx + (x2 −y2) dy
Maka dapat dihitung
∂M
= 2x2
∂y
Jadi df bukan diferensial eksak
∂N
= 2x
∂x
3.1. Kerja
d′W = P dV
(diturunkan dari F ds = PdA ds = P dV)
Konvensi tanda:
Kerja bernilai positif (d'W > 0)
bila kerja dilakukan OLEH sistem
PdV
a
P b
Va dV Vb V
b
W = ∫ PdV
a
F
F
∆L
Kerja yang dilakukan pada sistem:
d'W = −F dL
P b
1
b
W = ∫ PdV
a
Kosong
sekat dibuka
Berisi
gas
Pada proses ini sistem terisolasi sehingga tidak ada panas yang
masuk (proses adiabatis).
P
a
V
Va Vd
P a
c
d
b
Proses-proses: V
a-d : adiabatis
d-b : ekspansi bebas
a-c : ekspansi bebas
c-b : adiabatis
a-d-e : adiabatis
e-b : adiabatis dengan kerja disipatif
Ternyata proses-proses
a-c-b; a-d-b dan a-d-e-b membutuhkan nilai kerja yang sama.
Q ∆U
Q = W + ∆U
ingat d'Q dan d'W bukan diferensial eksak karena Q dan W bukan
sifat sistem, sedangkan dU merupakan diferensial eksak.
T1 T2
Q
T
Lebih lanjut mengenai detail teori tentang kapasitas panas akan
dipelajari pada teori kinetika gas.
Pada saat terjadi perubahan fasa, misal padat ke cair, cair ke gas
atau padat ke gas maka sistem akan mengabsorpsi panas.
t = 0oC t = 0oC
w = P(v2 – v1)
u2 – u1 = l – P(v2 – v1)
h = u + Pv
sehingga:
l = h2 – h1
Latihan:
1. (a). Tunjukkan bahwa kerja pada sebarang proses dalam gas
dapat dinyatakan:
d'W = P u + PV β dT – PVκ dP
(b). Carilah perumusan kerja untuk sebarang proses pada gas
ideal.
2. Bandingkan antara gas ideal dan kotak tembaga yang masing-
masing memiliki keadaan yang sama yakni volume 0,5 m3 suhu
300oK dan tekanan 1 atmosfer. Tekanan pada kedua zat
dinaikkan secara isotermal reversibel sampai 5 atm.
(a). Jelaskan dengan bantuan diagram PV (tanpa menghitung
secara numerik) mengapa kerja untuk kedua proses ini tidak
sama!
(b). Proses mana yang melakukan kerja lebih besar?
(c). Carilah kerja pada masing-masing proses bila
kompresibilitas tembaga 0,7x10-6 atm
(d). Hitung perubahan volume pada kedua kasus
Æ persamaan energi
Pada kasus spesial proses dengan volume tetap dv = 0 dan d'q = cvdT
terjadi
∂u
cvdTv = dTv
∂T v
maka secara umum
∂u
cv =
∂T v
Pengukuran secara eksperimen besaran ini dapat dilakukan dengan
melihat slope garis isokhorik pada permukaan u-T-v.
bila h = h(T,P)
maka
∂h ∂h
dh = dT + dP
∂T P ∂P T
karena
h = u + Pv Æ dh = du + P dv + v dP
d'q = dh – v dP
seterusnya
∂h
d'q = dT +
∂T P
[ ∂∂Ph – v]dP
T
dan dapat diperoleh:
∂h
cp =
∂P T
∂u ∂T
= cv
∂P v ∂P v
∂h ∂T
= cp
∂v P ∂v P
∂P ∂P
cv = cP
∂v s ∂v T
dan juga
∂u ∂T
= − cv
∂v T ∂v u
∂h ∂T
= − cp
∂P T ∂P h
B
A
Hasil eksperimen:
Perubahan suhu pada air terlalu kecil untuk dideteksi.
Untuk gas ideal, tidak ada perubahan suhu pada ekspansi bebas.
Sehingga apabila energi dalam konstan maka:
∂T
= 0 (untuk gas ideal)
∂v u
Turunan parsial tersebut ini dinamakan koefisien Joule, η:
∂T
η = Æ tidak nol untuk gas real.
∂v u
T1 T2
V1 P1 P2 V2
Koefisien Joule-Thomson:
∂T
µ=
∂P h
∂P ∂P
Dari relasi cv = cP (yang berlaku umum), untuk gas
∂v s ∂v T
ideal:
∂P P
=− Å dari Pv = RT
∂
T
v v
Nyatakan rasio cP/cv sebagai γ, maka untuk proses adiabatis:
dP P
=−γ
dv v
dengan solusi:
Pvγ = konstan
Tvγ-1 = konstan
P a
a-b: isotermal, T2
Q2 c-d: isotermal, T1
b-c: adiabatis
d-a: adiabatis
b
d
Q1 c
V
Siklus Carnot dapat dilakukan pada berbagai keadaan, bisa cair,
gas, padat, pemukaan atau zat paramagnetik.
Untuk gas ideal, rasio Q1/Q2 hanya tergantung pada suhu T1 dan
T2.
T1
Q1
T1
T2
T
Jelas bahwa besaran ini pasti bukan bentuk energi, karena energi
terkonservasi.
Q1 T
− = 1
Q 2 T2
atau
Q1 Q2
+ =0
T1 T2
Arti fisis:
Jumlah seluruh aliran panas d′Qr pada suatu titik per temperatur
pada titik yang sama adalah nol. Tentu saja pada suatu siklus d′Qr
sendiri bisa positif atau negatif.
b d'Q 1b 1
Sb − Sa = ∫ r = ∫ d ' Q r = Qr
a T Ta T
Bila panas masuk ke sistem maka Qr dan entropi naik (Sb > Sa),
bila panas keluar dari sistem maka Qr dan entropi turun (Sb < Sa).
Secara keseluruhan entropi tidak berubah.
T1 Q
T2
Misal terjadi proses pada benda dengan tekanan tetap, maka panas
yang mengalir cP dT, sehingga perubahan entropi pada benda:
T2 dT
∆Sbenda = ∫ c P = cP ln (T2/ T1) (naik)
T1 T
Sedangkan pada reservoir suhu akan tetap T2, sehingga panas yang
mengalir ke benda:
Q = cP (T2 − T1)
Panas ini bernilai negatif bagi reservoir, sehingga perubahan
entropi:
Q T − T1
∆Sreservoir = − = − cP 2 (turun)
T2 T2
Sehingga perubahan entropi universe (benda + reservoir):
T − T1
∆S = ∆Sbenda +∆Sreservoir = cP [ln (T2/ T1) − 2 ]
T2
T − T1
Secara matematik nilai ln (T2/ T1) selalu lebih besar dari 2
T2
bila T2>T1. Jadi ∆S selalu >0
Catatan:
Berbeda dengan hukum termodinamika I yang menunjukkan
konservasi energi:
Contoh-contoh latihan:
1. Satu kilogram air pada suhu 0oC dibawa dalam kontak dengan
reservoir panas besar pada suhu 100oC.
(a) Ketika air sudah mencapai suhu 100oC berapa perubahan
entropi air, reservoir dan universe (air+reservoir)?
(b) Jika air terlebih dahulu dibawa ke suhu 50oC (dengan
kontak reservoir 50oC) lalu dikontakkan dengan reservoir
100oC, berapa perubahan entropi universe?
(c) Bagaimana caranya untuk untuk menaikkan suhu air dari
0oC ke 100oC tanpa kenaikan entropi universe?
2. Suatu cairan bermassa m pada suhu T1 dicampur dengan cairan
bermassa sama pada suhu T2. Sistem ini secara termal terisolasi,
tunjukkan bahwa perubahan entropi universe:
(T + T ) / 2
2mcP ln 1 2 dan buktikan bernilai positif!
T1T2
Dari hal ini ada sejumlah besar relasi termodinamika yang dapat
diturunkan dengan memilih pasangan variabel bebas T dan v, T dan
P, atau P dan v.
Contoh soal:
Pada temperatur 6 K dan tekanan 19,7 atm He4 memiliki volume
spesifik v = 2,64×10-2 m3 kilomole-1. Kompresibilitas termal pada
keadaan tersebut 9,42×10-8 m2 N-1 dan koefisien ekspansi β =
5,35×10-2 K-1. Bila cv = 9950 J kilomole-1K-1, carilah cP! juga
hitunglah nilai ∂u !
∂v T
a
Persamaan keadaan (P + 2
)(v − b) = RT
v
Dapat dibuktikan
Tc v−b
s = ∫ v dT +R ln + so
To T ov − b
T 1 1
u = ∫ c v dT −a − + uo
To v vo
dan
Tβ 2 v 1
cP − cv = =R
κ 2 a (v − b ) 2
1−
RTv 3
2aP
secara pendekatan cP − cv ≈ R 1 + 2 2
R T
Tugas baca:
Pelajari topik-topik berikut
(Namun ada “energi bebas” yang lain, maka lebih baik sebut saja F
sebagai fungsi Helmholtz)
Seterusnya:
AT,P ≤ G1 − G2
Makna fisis?
Penurunan nilai fungsi Gibbs, G, suatu sistem merupakan batas
atas kerja non “PdV” antara dua keadaan keseimbangan pada suhu
dan tekanan yang sama.
G2 ≤ G1
(I leave the physical meaning of this case to the readers)
Contoh kasus:
(teks lengkap ada di Sears-Salinger)
Cair
h
t f g
Pada
Cai a
r
Uap - c b
p
Ua
P ad
at-U
Vol
ap
r atur
e
um
e Te mp
c Æ f: supercooled
Latihan
Sears-Salinger
(1). 7-2 (2). 7-10 (3). 7-13 (4). 7-15
P a b1 b2 c
n’’’2
v2
n’’’1
v1
n’’1 n’’2
v
v” v1 v2 v′′′
b1 b2
Untuk dua fasa (misal cair: ′′ dan uap: ′′′) Æ dg′′ = dg′′′
Pertanyaan:
Jelaskan mengapa titik triple untuk air sedikit lebih tinggi
dibandingkan titik beku air (ice-point)?
Ag HCl
AgCl H2
Reservoir T
Bila suhu sistem naik akibat reaksi, maka panas akan mengalir dari
sistem ke reservoir sampai suhu menjadi T.
Ag + HCl AgCl + ½ H2
∆H, ∆G
∆G
Dari hal itu Nernst menyimpulkan bahwa pada suhu sangat rendah:
∂∆G ∂∆H
lim = 0; lim =0
T →0 ∂T P T →0 ∂T P
(Lihat gambar di atas)
lim S = 0
T →0
Untuk tembaga: cp
cp, cv cv
Reading Assignment:
¾ Potensial Kimia
¾ Ketergantungan Tekanan Uap pada Tekanan Total
¾ Tegangan Permukaan
¾ Radiasi Benda Hitam
¾ Termodinamika Magnetik
¾ Penerapan Teknik
CP , β, κ
etc.
θ ∆A
r
φ
Jumlah titik pada area ini atau jumlah molekul ∆Nθφ yang memiliki
kecepatan dengan arah antara θ dan θ+∆θ serta φ dan φ +∆φ
N N
∆Nθφ = r2
sin θ ∆θ ∆φ = sin θ ∆θ ∆φ
4πr 2 4π
id ang si v∆t
B ren
fe
Re
φ
∆Α
θ v sin θ
θ v
v cosθ
∆Α
Perubahan momentum:
Tekanan = F/A
PV = NkT
Kalau kita bandingkan dengan hasil dari teori kinetika gas
PV = 1
3
N mv2
maka
NkT= 1
3
N mv2
seterusnya
3kT
v2 =
m
Teori ini secara tidak sengaja telah memberikan interpretasi
molekuler tentang konsep suhu mutlak yang ternyata berbanding
lurus dengan kecepatan kuadrat rata-rata.
Juga:
v′ v
θ′ θ
v′ cos θ′ = v cos θ − 2u
Jadi laju kerja sama dengan penurunan energi kinetik. Bila gas
tidak menerima energi dari tempat lain, maka jelas temperatur gas
tersebut turun.
1 mv2 = 16 m v 2 = 12 kT
2 x
Ua − Ub = Wad
f f
U= NkT = nRT
2 2
Sekarang evaluasi:
f = 3 Æ γ = 1,6667 Æ cP/R = 2,5 Æ cv/R =1,5
f = 4 Æ γ = 1,5 Æ cP/R = 3 Æ cv/R =2
f = 5 Æ γ = 1,4 Æ cP/R = 3,5 Æ cv/R =2,5
f = 6 Æ γ = 1,3333 Æ cP/R = 4 Æ cv/R =3
f = 7 Æ γ = 1,284 Æ cP/R = 4,5 Æ cv/R =3,5
Cocokkan dengan data eksperimen:
c P − cv
Gas γ cP/R cv/R R
He 1,66 2,50 1,506 0,991
Ne 1,64 2,50 1,52 0,975
Ar 1,67 2,51 1,507 1,005
Kr 1,69 2,49 1,48 1,01
Xe 1,67 2,50 1,50 1,00
H2 1,40 3,47 2,47 1,00
O2 1,40 3,53 2,52 1,01
N2 1,40 3,50 2,51 1,00
CO 1,42 3,50 2,50 1,00
NO 1,43 3,59 2,52 1,07
Cl2 1,36 4,07 3,00 1,07
CO2 1,29 4,47 3,47 1,00
NH3 1,33 4,41 3,32 1,10
CH4 1,30 4,30 3,30 1,00
Udara 1,40 3,50 2,50 1,00
M. Hikam, Termodinamika: Teori Kinetika Gas 79
z
y
x
z
Diskusi:
Untuk gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe):
Cukup “match” untuk f = 3
Fisis: gas monatomik memiliki 3 derajat kebebasan translasi
Untuk gas-gas triatomik dan yang lebih tinggi, juga ada kesesuaian
dengan eksperimen.
Konklusi umum:
(leave to the readers)
Latihan
1. 9-5 2. 9-13 3. 9-21 4. 9-23
d
Jadi volume yang tidak dapat ditempati (untuk N molekul):
½ N × 34 πd3
Kalau ditinjau per-mole N Æ NA (bilangan Avogadro), maka
b = 23 NA πd3
Sekarang akan kita tinjau arti fisis a/v2 dari pendekatan teori
molekular:
Karena adanya gaya ini maka tekanan (misal pada dinding) akan
berkurang.
1
Jadi pengurangan tekanan berbanding lurus dengan 2
, jadi
v
RT a
P= − 2
v−b v
atau
a
(P + 2
)(v − b) = RT
v
fitting dengan eksperimen untuk gas CO2 didapat b = 4,2x10-5 m3/mol
dan a = 3,6x10-3 N m4/mol2.
r 2r
v∆t
v1 P
v
r1 T
r2 V
v2
“Macrostate” Jumlah
Garuda Sapi “Microstate”
100 0 1
99 1 1,0×102
90 10 1,7×1013
80 20 5,4×1020
60 40 1,4×1028
55 45 6,1×1028
50 50 1,0×1029
45 55
1,4×1028
40 60
5,4×1020
20 80
10 90 1,7×1013
1 99 1,0×102
0 100 1
Jumlah
molekul
laju, v
Lihat arah:
Jumlah
molekul
kecepatan vx
Ketika waktu berjalan karena ada interaksi antar partikel, bisa saja
sekelompok partikel berubah energinya yang mengakibatkan
perubahan keadaan energi setiap partikel.
Æ “microstate” akan berubah
Æ namun setiap kemungkinan “microstate” harus memenuhi
kondisi E dan N yang konstan.
W1
W2
¾ Statistik Bose-Einstein
¾ Statistik Fermi-Dirac
¾ Statistik Maxwell-Boltzmann
Resumé:
Klassik Kuantum
Maxwell-Boltzmann Bose-Einstein Fermi-Dirac
Distinguishable indistinguishable, indistinguishable
spin: 0,1,2,3,4,... spin: 1 , 3 ,.... 2 2
Tak ada simetri simetri Antisimetri
Tak ada batasan Tak ada batasan Prinsip eksklusi
jumlah menempati jumlah menempati Pauli
satu keadaan satu keadaan
contoh: contoh:
Foton, He4 Elektron, He3
Maxwell-Boltzman:
1 2 3
AB ... ...
... AB ...
... ... AB
A B ...
B A ...
A ... B
B ... A
... A B
... B A
Bose-Einstein:
1 2 3
AA ... ...
... AA ...
... ... AA
A A ...
A ... A
... A A
Fermi Dirac:
1 2 3
A A ...
A ... A
... A A
Contoh:
Kemungkinan susunan keberadaan dua partikel (a dan b) pada tiga
level energi:
Level
Keadaan (1) (2) (3)
1 ab
2 ab
3 Ab
4 a b
5 b a
6 a B
7 b A
8 a B
9 b A
Resume
Nj jumlah partikel
gj jumlah level
Maxwell-Boltzmann:
N
wj = g j j
Bose-Einstein:
( g j + N j − 1)!
wj =
( g j − 1)! N j !
Fermi Dirac:
g j!
wj =
( g j − N j )! N j !
Sementara itu
Ω = Ω1Ω2
S = k ln Ω
Dari
Nj
gj
Wk = N! Π
j N j!
dapat dibuktikan (lihat Sears-Salinger page 335-336) fungsi
distribusi Maxwell-Boltzmann:
Nj N µ −ε j
= exp
gj k BT
F = − NkT ln Z
U
S= + Nk ln Z
T
G = − NkT ln Z + fungsi (T)
∂ ln Z
U = NkT2
∂T V
∂ ln Z
P = NkT
∂V T
Hasil akhir:
3/ 2
2πmkT
Z=V 2
h
∂ ln Z 3
Hal lain, energi dalam U = NkT2 = 2 NkT juga sesuai
∂T V
dengan pendekatan non-statistik.
f (r, v) d3r d3v yang berarti jumlah molekul yang memiliki pusat
massa antara r dan r+ dr dengan kecepatan antara v
dan v+ dv
2
f (r, v) d3r d3v = C e − βmv /2
d3r d3v
3
N βm 2 N
Setelah dinormalisasi menghasilkan C = , tulis n = ,
V 2π V
maka:
3
βm 2 2
f (r, v) d3r d3v = n e − βmv /2
d3r d3v
2π
3
βm 2 2
r dan v saling independen Æ f (v) d3v = n e − βmv /2
d3v
2π
Sekarang kalau kita lihat besar kecepatan saja (tanpa melihat arah).
Fv dv = 4πv2 f (v) dv
area = ∆N
∆v laju, v
Feature lain:
T1
FV
T2
T1 < T2 < T3
T3
laju, v
cv 3R
Salah satu penjelasan awal dari fenomena ini adalah oleh Einstein
yang menganggab bahwa atom-atom pada zat padat pada
pendekatan pertama merupakan sekumpulan osilator harmonis
yang terkuantisasi dengan frekuensi sama ν.
Dari hal ini kapasitas panas pada volume konstan dapat diperoleh:
2
θ E exp(θ E / T )
cv = 3R
T [exp(θ E / T ) − 1]2