Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari teknik isolasi DNA untuk mendapatkan
DNA yang dapat digunakan sebagai template PCR, mempelajari teknik elektroforesis
gel agarose untuk memisahkan fragmen DNA, mempelajari teknik amplifikasi DNA
dengan Polymerase Chain Reaction.
Hasil dan Pembahasan
Isolasi DNA
1. Apa fungsi dari buffer lisis?
Buffer lisis pada isolasi DNA digunakan untuk pemecahan atau perusakan dinding sel
secara kimiawi, sehingga DNA dapat keluar dari sel. Hal ini dikarenakan buffer lisis
berisi senyawa kimia yang dapat merusak integritas barrier dinding sel (Nurhayati dan
Sri 2017).
2. Mengapa campuran buffer lisis dan sampel perlu diinkubasi pada suhu tertentu?
Inkubasi dilakukan supaya DNA dapat keluar dari sel secara maksimal dan protein
yang terdapat pada dinding sel dapat terdegradasi secara optimal (Langga et al. 2012).
Inkubasi juga berfungsi untuk mencegah pengendapan Cetyl Trimethyl Amonium
Bromide (CTAB) yang akan mengendap pada suhu 15oC.
5. Pada tahapan setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, di bagian mana
DNA berada?
Setelah pemberian ethanol dingin dan sentrifugasi, DNA berada di bagian bawah
tabung di sisi engsel.
Elektroforesis gel
1. Apa yang kalian ketahui tentang gel agarose?
Gel agarose merupakan jenis polisakarida netral dengan struktur linear dari ulangan
unit agarobiosa, yaitu disakarida yang terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidro-
Lgalaktosa. Agarosa dikenal sebagai fraksi pembentuk gel dari agar karena memiliki
sifat yang mendekati gas ideal, yaitu mengandung kadar sulfat rendah (< 0.7%) dan
memiliki kekuatan gel yang tinggi pada konsentrasi rendah. Agarosa adalah fraksi
pembentuk agar yang merupakan polimer yang netral (Salamah et al. 2005). Agarosa
merupakan biopolimer turunan karbohidrat yang diekstrak dari rumput laut.
Agarosa banyak diaplikasikan sebagai bahan pangan (Hu et al. 2016). Agarosa
tidak memiliki muatan sehingga banyak diaplikasikan dalam bidang bioteknologi,
baik sebagai media kultur atau media elektroforesis (Aslinda dan Ahyar 2016).
Pada Teknik elektroforesis, gel agarose berfungsi sebagai medium pemisah untuk
mengidentifikasi dan memurnikan fragmen-fragmen DNA dan RNA, karena gel ini
mudah digunakan, sederhana, laju pemisahannya lebih cepat membentuk fragmen-
fragmen dan tidak bersifat toksik (Harahap 2018).
5. Apa yang menyebabkan fragmen DNA dapat terpisah satu sama lain pada gel agarose?
Yang menyebabkan fragmen DNA terpisah satu sama lain adalah arus listrik yang
dapat memberikan efek pemanasan sehingga fragmen-fragmen DNA bergeser dan
terpisah (Harahap 2018).
6. Mengapa fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan berada dekat dengan kutub
positif, sedangkan yang lebih kecil akan berada ke arah negatif?
Pada elektroforesis, kecepatan dan jarak pergerakan fragmen DNA dipengaruhi oleh
beberapa hal, salah satunya adalah ukuran molekul, semakin kecil ukuran suatu
molekul, maka laju migrasinya semakin cepat (Nurhayati dan Sri 2017). Sehingga,
pergerakan fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan lebih lambat, serta terletak
dekat dengan kutub positif. Sedangkan pergerakan fragmen DNA yang berukuran lebih
kecil akan lebih cepat, serta terletak dekat dengan kutub negatif.
Kesimpulan :
Pada tabel tersebut, terdapat data-data yang menunjukkan bahwa proses PCR tidak
optimum, yaitu pada percobaan dengan waktu 10, 10, 20. Waktu tersebut mempengaruhi
jalannya proses PCR. Meskipun suhu pada proses denaturasi, annealing, dan ekstensi masih
dalam rentang optimum, apabila waktu tidak termasuk optimum, hasil PCR tidak optimum.
Pada percobaan dengan waktu 30, 30, 60 termasuk optimum karena pada rentang waktu
tersebut, denaturasi, annealing, dan ekstensi bisa berjalan optimum sehingga hasil PCR
optimum pula. Suhu optimum pada denaturasi adalah sekitar 90 – 97 oC, suhu optimum pada
annealing adalah sekitar adalah 37 – 60 oC, dan suhu ekstensi optimum adalah sekitar 70 –
72oC.
5. Pada suhu berapa utas DNA bisa terpisah, dan pada suhu berapa utas DNA bisa
disintesis?
DNA dapat terpisah melalui tahap denaturasi, yaitu pemisahan kedua untai DNA pada
suhu tinggi. DNA akan terdenaturasi pada suhu 90 – 97 oC. Pada teknik PCR,
denaturasi optimum, atau pemisahan kedua untai DNA secara optimum terjadi pada
suhu 95oC selama 30 detik (Feranisa 2016). Utas DNA dapat disintesis pada tahap
ekstensi, atau proses pemanjangan untai baru DNA, dimulai dari posisi primer yang
telah menempel di urutan basa nukleotida DNA target yang akan bergerak dari ujung
5’ menuju ujung 3’ untai tunggal DNA. Suhu ekstensi berkisar pada 70 – 72 oC
(Nurhayati dan Sri 2017).
6. Berapa molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang diamplifikasi
dengan PCR setelah 35 siklus?
Y = 2n
n = 35
Y = 235
= 3.436 × 1010
Setelah 35 siklus, molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang
diamplifikasi dengan PCR adalah sekitar 34.359.738.368 molekul.
Daftar Pustaka
Aristya GR. 2006. Skrining dan pewarisan sifat ketahanan tanaman melon (Curcumis
melo l.) terhadap jamur tepung [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Aslinda W, Ahyar A. 2016. Isolasi dan karakterisasi agarosa dari makroalga merah
Euchema cottoni untuk pemisahan fragmen DNA. Online journal of natural
science. 5(3): 307-317.
Faatih M. 2009. Isolasi dan digesti DNA kromosom. J Penelit Sains dan Teknol.
20(1):61–67.
Feranisa A. 2016. Komparasi antara polymerase chain reaction (pcr) dan loopmediated
isothermal amplification (lamp) dalam diagnosis molekuler. Odonto Dent J.
3(2):145. doi:10.30659/odj.3.2.145-151.
Harahap MR. 2018. Elektroforesis: analisis elektronika terhadap biokimia genetika.
CIRCUIT j ilm pendidik tek elektro. 2(1):21–26. doi:10.22373/crc.v2i1.3248.
Hu Z, Pengzhi H, Liao M, Songzhi K, Huang, and Chunyan O. 2016. Preparation and
characterization of chitosan agarose composite films. Materials. 9 (816):1–9.
Iqbal M, Buwono ID, Kurniawati N. 2016. Analisis perbandingan metode isolasi DNA
untuk deteksi white spot syndrome virus (WSSV) pada udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Jurnal perikanan kelautan. 7 (1) : 54 - 65.
Langga IF, Restu M, Kuswinanti T. 2012. Optimalisasi suhu dan lama inkubasi dalam
ekstraksi dna tanaman bitti (Vitex cofassus reinw) serta analisis keragaman genetik
dengan teknik rapid-pcr. J Sains & Teknologi. 12(3):265–276.
Mawardi A, Simonapendi ML. 2016. Uji efektivitas metode isolasi DNA genom kopi
arabika (Coffea arabica L.) asal kabupaten jayawijaya. J Biol Papua. 8(1):7–12.
Nurhayati B, Sri D. 2017. Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Salamah E, Dyah S, Thamrin W. 2005. Kualitas agarose hasil isolasi dari Rhodymenia
ciliata menggunakan deae-selulosa. Buletin teknologi hasil perikanan. 8 (1): 13 –
20.
Yustinadewi PD, Yustiantara PS, Narayani I. 2018. Teknik perancangan primer untuk
sekuen gen MDR-1 varian 1199 pada sampel buffy coat pasien anak dengan LLA.
Metamorf J Biol Sci. 5(1):105. doi:10.24843/metamorfosa.2018.v05.i01.p16.