Anda di halaman 1dari 23

MK.

SOSIOLOGI
PB12. Gender, Kesetaraan dan Inklusi Sosial
Melani Abdulkadir-sunito, Ekawati Sri Wahyuni,
Nuraini W.Prasodjo, Sriwulan F. Falatehan, Rajib Gandhi

Sub Pokok Bahasan


1. Konsep Gender, Identitas dan Peran Gender
2. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender
3. Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial
… mengapa Sosiologi mengkaji gender
*Masyarakat (grup/interaksi sosial)  identitas (perempuan,
laki-laki) dan aktivitas

*Stratifikasi sosial: posisi dan penilaian atas posisi


“Dalam masyarakat terdapat pembagian dan pembedaan atas
peranan dan fungsi berdasarkan perbedaan perorangan karena
faktor biologis (jenis kelamin, ras, bentuk fisik, bakat, dll) atau
faktor ajar (pendidikan, jenis pekerjaan, dsb)”. Pembedaan
peranan dan fungsi itu melahirkan posisi-posisi yang dinilai
secara berbeda (Sajogyo 1994).

Konsep ‘gender’ merupakan konsep kunci dalam Analisa Sosiologi mengenai stratifikasi
sosial, ideologi dan pengetahuan … tidak saja menekankan pentingnya perbedaan dan
pembedaan antara perempuan dan laki-laki yang bersifat biologis maupun ajar, tetapi juga
bahwa perbedaan ini melintas-bagi (cross-divides) segala bentuk perbedaan sosial lain,
seperti kelas, status atau ras (Slattery 2003:115-119)
1. KONSEP GENDER,
IDENTITAS dan PERAN GENDER
Jenis Kelamin (Sex) dan Gender

Jenis kelamin Gender


Perbedaan fisik atau fisiologis antara Perbedaan secara sosial dan budaya dalam
Laki-laki dan Perempuan (alat sikap dan tindakan yang diasosiasikan
kelamin/sistem reproduksi, ciri fisik) dengan kelelakian dan keperempuanan

 dapat berubah  dipelajari (learn-



tidak dapat berubah  ketentuan
unlearn), adaptasi
biologis (kodrat)
(Gender adalah) Perbedaan sifat, peranan, fungsi dan tanggung jawab antara laki-
laki dan perempuan yang bukan berdasar pada perbedaan biologis, tetapi
berdasar konstruksi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang
lebih luas, sehingga dapat berubah sesuai perkembangan zaman (KPP-PA, 2010)
Jenis Kelamin (Sex) dan Gender

2. Sifat siapa?
1. Ciri siapa? -Perempuan-
a.Lembut
a.Memiliki penis b.Agresif
-cenderungPerempuan-
b.Memiliki vagina & rahim c.Pemimpin
-Keduanya-
c.hamil, melahirkan, menyusui d.Berpikir logis
d.Memiliki jakun, suara pecah /
-cenderungLaki-laki- e.Emosional

memberat saat remaja -Laki-laki-

3. Setuju / Tidak Setuju-kah Anda?


1. Perempuan bekerja (mencari nafkah) untuk memperoleh pendapatan dan menjadi mandiri
2. Pendapatan suami harus lebih tinggi dibanding pendapatan isterinya
Jenis Kelamin (Sex) dan Gender
9 8.48
7.98 98
8 7.79 7.64
95.78
7.09 96 95.38
7 6.71
94.04
6 94
5 92 90.67
4 Angka 90 89.1
Lama 3 Melek 88 86.8
Sekolah Huruf
(tahun) 2 (%)
86
1 84
0 82
2004
laki-laki 2008perempuan
2012 2004 laki 2008
peremp 2012

Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf perempuan lebih rendah dibanding laki-laki .

Mengapa?
-pandangan “perempuan tak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya hanya mengurus
dapur” atau “makin tinggi pendidikan perempuan makin sulit ia mendapat jodoh” . . . .
Identitas dan Peran Gender
(dipelajari seseorang pertama melalui)
sosialisasi primer dalam keluarga
 peran spesifik gender (diperkenalkan,ditiru)
*hadiah mainan *jenis kegiatan *buku cerita

penampilan dan perilaku yg sesuai ekspektasi budaya

ganjaran/
sanksi dikuatkan dalam beragam diterus-kan
ranah/bidang kehidupan sosial antar
*sekolah *tempat kerja *media&budaya populer generasi
*adat istiadat masy *agama (tafsir) *negara

perbedaan gender diyakini sebagai sesuatu yang alamiah


perbed
aa
identita n
s

perbed
aa
peran n apa masalahnya??
Perbedaan Peran Gender:
pembagian kerja dan tanggung-jawab
Pembedaan Peran Gender:
antara Prp dan Lelaki
Menilai atau memperlakukan secara
Misal: suami/ayah/lelaki bekerja upahan,
berbeda kerja dan tanggungjawab
istri/ibu/perempuan bekerja mengurus rumah
perempuan dan laki-laki
 berubah dgn berjalannya waktu, berbeda Misal kerja upahan dipandang sebagai ‘kerja’
antar budaya/masyarakat dan lebih penting dibanding mengurus
differentiation/ rumahtangga (bukan ‘kerja’)
distinction
discrimination

Tidak masalah,
Masalah,
tidak perlu digugat perlu digugat (karena menciptakan dan
melanggengkan ketidakadilan)
2. BENTUK KETIDAKADILAN GENDER:
stereotipe, bebankerja, subordinasi, marjinalisasi, kekerasan
Ketidakadilan Gender
Bentuk ketidakadilan gender:
-stereotipe,
negara, organisasi antar-negara

tempat kerja, organisasi,


-beban kerja
institusi pendidikan -marjinalisasi
adat istiadat kelompok etnis,
-subordinasi
kultur suku, tafsir agama -kekerasan
keluarga, rumahtangga
Ketidakadilan gender terjadi dalam
berbagai tingkatan, dari keluarga,
adat, sekolah dan tempat kerja
hingga negara
Bentuk ketidakadilan gender (1)

1.Stereotip: pelabelan atau


penandaan berdasarkan
pandangan yang sangat
menyederhanakan
(oversimplified
standardized image or
idea)  negatif
Stereotip menjadi dasar
bentuk-bentuk ketimpangan
gender lainnya
Bentuk ketidakadilan gender (2)

2. Beban kerja ganda: beban kerja yang lebih berat pada salah satu jenis kelamin
(umumnya perempuan)

3. Marginalisasi: meniadakan peran


perempuan dari kegiatan ekonomi
(kerja upahan, pasar tenaga kerja;
Saptari & Holzner 1997), serta dari
asumsi dalam (pengembangan) ilmu
pengetahuan, dan dari kebijakan
pemerintah, interpretasi
keagamaan /tradisi /adat suku
Kerja sebagai Konstruksi Sosial
setiap masyarakat membagikan tugas2 berbeda pada perempuan dan laki-laki
 pembagian kerja berdasar jenis kelamin

Kegiatan Pelaku Makna


Kerja menghasilkan barang dan jasa untuk Laki-laki kerja yg diakui secara sosial, dan
produktif pendapatan atau subsistensi Perempuan dinilai sebagai “kerja”, juga dihitung
dalam GNP

Kerja memasak mencuci membereskan Tanggung Kerja di dalam rumah-tangga tidak


reproduktif rumah mengasuh anak dll ( jawab dinilai sebagai “kerja”
menyiapkan tenaga kerja) perempuan

Kerja Menyelesaikan sengketa, membuat Laki-laki Kegiatan informal, tidak dinilai


komunitas aturan bersama, menyelenggarakan Perempuan sebagai kerja
upacara, pesta, dsb)
Bentuk ketidakadilan gender (3)

4. Subordinasi: menilai peran-peran secara


berbeda atas dasar gender  pandangan Seorang Ibu melahirkan di rumah
ditolong Bidan, kemudian mengalami
lebih rendah dan kurang penting pendarahan hebat, disarankan untuk
menyebabkan perempuan tidak memiliki ke rumah sakit. Suami si Ibu tersebut
akses atas sumberdaya, pengambilan mengatakan: Saya tidak bisa
memutuskan begitu saja karena harus
keputusan, dll meminta pendapat orang tua dan
mertuanya terlebih dahulu. Setelah
5. Kekerasan: tindakan kekerasan berbasis berembug, suami mengatakan kepada
gender, baik fisik maupun non-fisik  dapat Bidan, “…keluarga kami memutuskan
bahwa nyawa di tangan Tuhan, kalau
berbentuk kekerasan fisik , kekerasan psikis, istri saya tetap harus meninggal biarlah
kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi dia meninggal di rumah saja”
(Fakih 1999; Saptari & Holzner 1997) (Noerdin/Ed, WRI 2011)
3. KESETARAAN GENDER
dan INKLUSI SOSIAL
Sama vs Setara, Kesempatan vs Hasil
• Seekor rubah dan seekor
bangau diberi kesempatan yg
sama untuk makan dari satu
wadah. Apa maknanya?
• Siapa yg mendapat makanan Saat berikhtiar mengurangi
paling banyak tergantung pada ketimpangan, pertimbang-
apakah wadah makan itu lebar kan hambatan tersembunyi
dan dangkal yg sesuai untuk si (underlying) untuk mencapai
rubah, ataukah dalam dan partisipasi yg sama 
sempit yg sesuai untuk si mengarah pada kesetaraan
bangau. manfaat (equity of impact),
tidak sekedar kesamaan
• Agar sama, masing2 binatang kesempatan (equality of
harus makan bagian makanan opportunity)
mereka dari wadah masing2 yg
berbeda
Sumber: Dongeng Aesop, dengan modifikasi (CCIC 2000)
Sama vs Setara, Kesempatan vs Hasil

Diasumsikan bahwa semua orang akan Setiap orang mendapat dukungan/bantuan berbeda supaya
mendapatkan manfaat dari dukungan/bantuan memungkinkan mereka mendapat akses (kesempatan) yg
yg sama. Mereka mendapat perlakuan SAMA sama. Mereka mendapat perlakuan SETARA
Inklusi Sosial sebagai Strategi Kesetaraan

Inklusi sosial adalah proses


perbaikan keadaan/kondisi Diversity
orang atau kelompok agar
STRATEGI KESETARAAN DUA
supaya setiap mereka ARAH : perlakuan khusus bagi
dapat berperan setara perempuan dan pertimbangan
dalam masyarakat … kepentingan perempuan dalam
dengan memperbaiki Equality program umum
kemampuan dan & Equity Strategi Kesetaraan JANGKA
kesempatan, serta PANJANG: perubahan perilaku
meningkatkan harga diri dan sikap dari Perempuan dan
mereka yang tersisih akibat Laki-laki; perubahan ideologi
identitas-identitasnya gender dan sosialisasi
(Bank Dunia, 2020)
Inclusion
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir-sunito M, Sumarti T. 2015. Gender dan Pembangunan. Dalam
Nasdian FT, editor. Sosiologi Umum. Jakarta (ID): Buku Bogor.
Canadian Council for International Cooperation (1991) Two Halves Make a
Whole: Balancing Gender Relations in Development. CCIC.
Connell R. (2009). Gender: Short Introductions. Polity.
Fakih M. 1999 . Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar
(cetakan keempat)
a s i h … . .
te r i m a k
O’Donnell, M. (1981) A New Introduction to Sociology (2nd
Edition). UK: Thomas Nelson and Sons.
Saptari R, Holzner B. 1997. Perempuan, Kerja dan Perubahan Sosial. Pustaka
Utama Grafiti & Kalyanamitra.
Noerdin, E. (Ed.). 2011. Mencari Ujung Tombak Penurunan Angka Kematian Ibu
di Indonesia. Women Resource Institute (WRI).
Lampiran 1: mendiskusikan pembagian kerja gender
Bahan:
“The Impossible Dream” https://images.app.goo.gl/ULPeEmVHGsV9iVDg6

Isu untuk didiskusikan:


1. Sebutkan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan perempuan dewasa, laki-laki dewasa,
anak perempuan, dan anak laki-laki
2. Kelompokkan kegiatan itu ke dalam (1) kegiatan produktif/mencari nafkah, (2)
kegiatan reproduktif (mengurus rumahtangga dan anak). Jika dihitung jenis
kegiatan dan (perkiraan) jam kerja, siapa yang bekerja lebih banyak (dan lama)?
3. Selain jenis kegiatan, hal-hal apa lagi yang Anda lihat yang membedakan kerja laki-
laki dan perempuan?
4. Bagaimana cara agar beban kerja perempuan berkurang?
Lampiran 2: mendiskusikan isu ketidakadilan gender
Bahan:
Artikel “Perempuan Kepala Keluarga Kian Terpuruk” dan “Kesetaraan Jender: Menepis Stigma
dengan Berdaya” (Kompas 3 Agustus 2020)

Isu untuk didiskusikan:


1. Mengapa ada Perempuan Kepala Keluarga (PeKKa) dan Laki-laki Kepala Keluarga (LaKKa)?
Siapa PeKKa ini? Apa saja faktor/penyebab perempuan jadi Kepala Keluarga?
2. Dalam hal ekonomi dan penerimaan bantuan sosial, bagaimana dan mengapa rumahtangga
PeKKa mendapat perlakuan berbeda dibanding rumahtangga LaKKa?
3. Apa bentuk ketidakadilan (stigma, diskriminasi) yang dialami PeKKa?
4. Bagaimana upaya PeKKA agar berdaya?
Lampiran 3: mendiskusikan Inklusi Sosial

Apa yang tidak inklusif


pada dua ‘kasus’
berikut?

Apakah terjadi
ketidakadilan gender?

Diskusikan pilihan cara


dan langkah agar dua
‘kasus’ ini lebih inklusif
dan adil gender !

Social inclusion is the process of improving the terms on which individuals and groups take part in society – improving the ability,
opportunity, and dignity of those disadvantaged on the basis of their identity (World Bank, 2020)

Anda mungkin juga menyukai