Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN SKALA SUHU KELVIN MEMAKAI TERMOMETER


GAS VOLUME KONSTAN

Queena Fatima Azzahra

F2401201095

ST05.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Dr. Erus Rustami, M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPB UNIVERSITY

2021
A. Tujuan Praktukum
Praktikum ini bertujuan untuk dapat menjelaskan cara kerja termometer gas
volume konstan dan menentukan skala suhu mutlak (kelvin).

B. Teori Singkat
Suhu dapat diartikan sebagai ukuran atau derajat panas atau dingin dari suatu
benda atau sistem (Supu et al. 2016). Semakin tinggi suhu suatu benda, maka makin
panas benda tersebut. Sebaliknya, semakin rendah suhunya, makin dingin benda
tersebut. Suhu juga menunjukkan energi yang dimiliki benda. Setiap benda memiliki
atom-atom yang bergerak, baik itu berupa perpindahan tempat maupun hanya berupa
getaran. Semakin tinggi energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi pula suhunya.
Satuan internasional dari suhu adalah Kelvin (K). Suhu juga bisa dinyatakan dalam
skala lain, seperti Celcius, Fahrenheit, dan Reamur.

Suatu suhu dari suatu benda atau sistem diukur menggunakan termometer.
Termometer memanfaatkan perubahan sifat termometrik benda yang menunjukkan
adanya perubahan suhu benda ketika benda tersebut mengalami perubahan suhu.
Dengan melakukan kalibrasi atau peneraan tertentu terhadap sifat termometrik yang
teramati dan terukur, nilai suhu benda dapat dinyatakan secara kuantitatif (Supu et al.
2016). Terdapat berbagai macam thermometer. Jika dilihat dari sifat termometrik
benda, terdapat terometer zat cair, thermometer gas, thermometer hambatan,
termokopel, pirometer, thermometer bimetal, dll. Jika dilihat dari tampilan hasil
pengukuran, terdapat termomter digital dan analog.

Suhu nol mutlak adalah suhu paling rendah yang mungkin terjadi pada suatu
benda yakni secara teori sebesar -273,15 °C atau 0 K (Pratama et al. 2018). Ketika
sebuah molekul mencapai suhu nol mutlak, molekul tersebut diam atau tidak bergerak
relative terhadap seluruh molekul lain serta memiliki tingkat energi minimal. Penentuan
suhu nol mutlak ini dapat dilakukan menggunakan thermometer gas volume kosntan.
Gambar 1. Termometer gas volume kosntan

Prinsip kerja termometer ini mengikuti sifat termometrik gas ideal. Jika tekanan
gas pada saat pengukuran suhu suatu objek adalah Pt, tekanan gas pada titik didih air
P100, dan tekanan gas pada titik lebur es P0, suhu objek tersebut dalam skala suhu
Celsius dapat ditentukan melalui persamaan:
𝑃𝑡 −𝑃0
𝑡𝑐 = 𝑃 × 100°𝐶… (1)
100 −𝑃0

Untuk mendapatkan titik suhu nol mutlak atau 0 K, haruslah dilakukan pengukuran
minimal pada dua titik, misalnya pada titik beku air (labu berisi gas direndamkan dalam
es mencair) dan titik uap air (labu berisi gas direndamkan dalam air mendidih)
(Aminoto et al. 2020). Kemudian, pada dua titik tersebut diukur tekanan gas dari
ketinggian air raksa dengan persamaan:
𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ… (2)
Dengan menggunakan termomter gas volume konstan dan jumlah gas yang sangat
sedikit, berdasarkan persamaan (1) akan diperoleh tekanan yang berubah secara linear
terhadap perubahan suhu. Pembacaan termometer hampir independen dari jenis gas
yang digunakan selama tekanan gas rendah dan suhu jauh di atas titik di mana gas
mencair. Jika percobaan menggunakan jenis gas yang berbeda-beda, kemudian kurva
diperpanjang atau diekstrapolasi, akan menghasilkan titik potong yang sama pada
sumbu x yakni -273,15 °C tetapi dengan kemiringan yang berbeda (Aminoto et al.
2020). Titik -273,15 °C inilah yang disebut dengan suhu nol mutlak, suhu terendah yang
mungkin dicapai di alam ini. Disebut sebagai nol, karena pada suhu yang lebih rendah,
tekanan gas menjadi negatif (kondisi yang tidak memilik arti ilmiah).
Gambar 2. Grafik tekanan terhadap suhu untuk beberapa macam gas.

C. Data
Tabel 1. Percobaan dengan thermometer gas volume tetap
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
No T (°C)
P (mmHg) P (mmHg) P (mmHg)
1 0 99,97 80,03 60,01
2 -10 96,32 77,09 57,8
3 -20 92,7 74,17 55,63
4 -30 89,04 71,24 53,42
5 -40 85,36 68,29 51,23
6 -50 81,71 65,35 49,03
7 -60 78,02 62,45 46,82
8 -70 74,35 59,52 44,63
9 -80 70,73 56,55 42,43
10 -90 67,07 53,66 40,21
11 -100 63,42 50,72 38,03

D. Pengolahan Data
1. Kurva P terhadap T untuk Masing-Masing Ulangan
a. Ulangan Ke-1
Kurva P terhadap T
120
y = 0,3658x + 99,989
R² = 1 100
80
60

P
40
20
0
-120 -100 -80 -60 -40 -20 0
T

Gambar 3. Kurva P terhadap T pada ulangan ke-1


b. Ulangan Ke-2

Kurva P terhadap T
100
y = 0,2931x + 80,025
80
R² = 1
60
P

40
20
0
-120 -100 -80 -60 -40 -20 0
T

Gambar 4. Kurva P terhadap T pada ulangan ke-2


c. Ulangan Ke-3

Kurva P terhadap t
70
60
50
y = 0,2199x + 60,015 40
P

R² = 1 30
20
10
0
-120 -100 -80 -60 -40 -20 0
t

Gambar 5. Kurva P terhadap T pada ulangan ke-3


2. Penentuan Persamaan Garis Kurva 𝑷 = 𝒂 + 𝒃𝒕 dengan Metoda Kuadrat
Terkecil (Least Square) beserta Ketidakpastiannya Menggunakan Fungsi
Linest untuk Masing-Masing Ulangan.

𝑦 = 𝑐𝑥 + 𝑑 atau 𝑃 = 𝑎 + 𝑏𝑡
𝑏 = 𝑐 = 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎
𝑎 = 𝑑 = 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎
a. Ulangan Ke-1
No. X Y X2 Y2 XY
1 0 99,97 0 9994,001 0
2 -10 96,32 100 9277,542 -963,2
3 -20 92,7 400 8593,29 -1854
4 -30 89,04 900 7928,122 -2671,2
5 -40 85,36 1600 7286,33 -3414,4
6 -50 81,71 2500 6676,524 -4085,5
7 -60 78,02 3600 6087,12 -4681,2
8 -70 74,35 4900 5527,923 -5204,5
9 -80 70,73 6400 5002,733 -5658,4
10 -90 67,07 8100 4498,385 -6036,3
11 -100 63,42 10000 4022,096 -6342
Σ -550 898,69 38500 74894,07 -40910,7

∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑐=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(−40910,7 × 11) − (−550 × 898,69) 44261,8
𝑐= = = 0,3658
(38500 × 11) − (−550)2 121000

∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑑=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(38500 × 898,69) − (−550 × −40910,7) 12098680
𝑑= = = 99,98909
(38500 × 11) − (−550)2 121000

Persamaan kurva = 𝑦 = 0,3658𝑥 + 99,989 atau 𝑃 = 99,989 + 0,3658𝑡


(𝑎 ± ∆𝑎) = (99,99 ± 0,01) 𝑚𝑚𝐻𝑔
(𝑏 ± ∆𝑏) = (0,3658 ± 0,0002) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶
Gambar 6. Perhitungan ketidakpastian menggunakan fungsi Linest untuk
ulangan ke-1
b. Ulangan Ke-2
No. X Y X2 Y2 XY
1 0 80,03 0 6404,801 0
2 -10 77,09 100 5942,868 -770,9
3 -20 74,17 400 5501,189 -1483,4
4 -30 71,24 900 5075,138 -2137,2
5 -40 68,29 1600 4663,524 -2731,6
6 -50 65,35 2500 4270,623 -3267,5
7 -60 62,45 3600 3900,003 -3747
8 -70 59,52 4900 3542,63 -4166,4
9 -80 56,55 6400 3197,903 -4524
10 -90 53,66 8100 2879,396 -4829,4
11 -100 50,72 10000 2572,518 -5072
Σ -550 719,07 38500 47950,59 -32729,4

∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑐=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(−32729,4 × 11) − (−550 × 719,07) 35465,1
𝑐= = = 0,2931
(38500 × 11) − (−550)2 121000
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑑=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(38500 × 719,07) − (−550 × −32729,4) 9683025
𝑑= = = 80,025
(38500 × 11) − (−550)2 121000

Persamaan kurva = 𝑦 = 0,2931𝑥 + 80,025 atau 𝑃 = 80,025 + 0,2931𝑡


(𝑎 ± ∆𝑎) = (80,025 ± 0,008) 𝑚𝑚𝐻𝑔
(𝑏 ± ∆𝑏) = (0,2931 ± 0,0001) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶
Gambar 7. Perhitungan ketidakpastian menggunakan fungsi Linest untuk
ulangan ke-2

c. Ulangan Ke-3
No. X Y X2 Y2 XY
1 0 60,01 0 3601,2 0
2 -10 57,8 100 3340,84 -578
3 -20 55,63 400 3094,697 -1112,6
4 -30 53,42 900 2853,696 -1602,6
5 -40 51,23 1600 2624,513 -2049,2
6 -50 49,03 2500 2403,941 -2451,5
7 -60 46,82 3600 2192,112 -2809,2
8 -70 44,63 4900 1991,837 -3124,1
9 -80 42,43 6400 1800,305 -3394,4
10 -90 40,21 8100 1616,844 -3618,9
11 -100 38,03 10000 1446,281 -3803
Σ -550 539,24 38500 26966,27 -24543,5

∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑐=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(−24543,5 × 11) − (−550 × 539,24) 26603,5
𝑐= = = 0,219864
(38500 × 11) − (−550)2 121000
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑑=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(38500 × 539,24) − (−550 × −24543,5) 7261815
𝑑= = = 60,015
(38500 × 11) − (−550)2 121000

Persamaan kurva = 𝑦 = 0,2199𝑥 + 60,015 atau 𝑃 = 60,015 + 0,2199𝑡


(𝑎 ± ∆𝑎) = (60,015 ± 0,006) 𝑚𝑚𝐻𝑔
(𝑏 ± ∆𝑏) = (0,2199 ± 0,0001) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶

Gambar 8. Perhitungan ketidakpastian menggunakan fungsi Linest untuk


ulangan ke-3

3. Penentuan Nilai Titik Nol Suhu Mutlak beserta Ketidakpastiannya untuk


Masing-Masing Ulangan.
a. Ulangan Ke-1
𝑎
𝑇0 = −
𝑏
99,99
𝑇0 = − = −273,346 °𝐶
0,3658
1 −𝑎
∆𝑇0 = |( × ∆𝑎) + ( 2 × ∆𝑏)|
𝑏 𝑏
1 −99,99
∆𝑇0 = |( × 0,01) + ( × 0,0002)|
0,3658 (0,3658)2
∆𝑇0 == |0,027337 − 0,14945| = 0,12211 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶
(𝑇0 ± ∆𝑇0 ) = (−273,3 ± 0,1)

b. Ulangan Ke-2
𝑎
𝑇0 = −
𝑏
80,025
𝑇0 = − = −273,03 °𝐶
0,2931
1 −𝑎
∆𝑇0 = |( × ∆𝑎) + ( 2 × ∆𝑏)|
𝑏 𝑏
1 −80,025
∆𝑇0 = |( × 0,008) + ( × 0,0001)|
0,2931 (0,2931)2
∆𝑇0 = |0,027294 − 0,09315| = 0,06586 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶
(𝑇0 ± ∆𝑇0 ) = (−273,0 ± 0,6)

c. Ulangan Ke-3
𝑎
𝑇0 = −
𝑏
60,015
𝑇0 = − = −272,92 °𝐶
0,2199
1 −𝑎
∆𝑇0 = |( × ∆𝑎) + ( 2 × ∆𝑏)|
𝑏 𝑏
1 −60,015
∆𝑇0 = |( × 0,006) + ( × 0,0001)|
0,2199 (0,2199)2
∆𝑇0 = |0,027285 − 0,12411| = 0,09683 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶
(𝑇0 ± ∆𝑇0 ) = (−273,9 ± 0,1)

E. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan thermometer gas volume
konstan untuk menentukan suhu nol mutlak. Cara kerja dari thermometer gas volume
kosntan yakni tabung gas B1 pada gambar (1) diisi dengan gas berkerapatan renda agar
gas mendekati sifat gas ideal. Tabung gas ini dimasukkan ke dalam bak bersama-sama
dengan objek yang akan diukur suhunya. Pipa B2 dan B3 diisi air raksa. Kedua pipa ini
dihubungkan dengan pipa fleksibel sehingga pipa B3 bisa dinaikkan atau diturunkan.
Volume gas ini dijaga konstan dengan menaikkan atau menurunkan pipa B 3 agar
permukaan air raksa di dalam pipa B2 tetap pada titik nol. Tekanan gas didapatkan
dengan mengukur panjang h, yaitu beda tinggi kolom air raksa di kedua pipa. Sebelum
dipakai untuk mengukur suatu objek, termometer ini ditera terlebih dahulu memakai
dua keadaan yang sudah tertentu yaitu titik lebur es dan titik didih air. Suhu kemudian
diukur menggunakan persamaan (1). Gas yang dipakai dalam percobaan ini adalah gas
helium, dengan merubah jumlah mol gas yang dipakai dan merubah suhu secara
bertahap, akan didapatkan data besar tekanan. Data-data tersebut kemudian diolah
menggunakan perangkat lunak excel agar didapatkan kurva linear P terhadap T dan
persamaan kurvanya. Dari persamaan yang didapatkan, dapat ditentukan nilai titik nol
suhu mutlak.
Untuk percobaan ulangan pertama didapatkan kurva linear 𝑃 = 99,989 +
0,3658𝑡 dengan besar a dan b berturut-turut (99,99 ± 0,01) 𝑚𝑚𝐻𝑔 dan (0,3658 ±
0,0002) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶 di mana b merupakan gradien dari kurva. Pada ulangan ke-2,
diperoleh kurva linear 𝑃 = 80,025 + 0,2931𝑡 dengan besar a (80,025 ±
0,008) 𝑚𝑚𝐻𝑔 serta b (0,2931 ± 0,0001) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶. Selanjutnya pada ulangan ke-
3, kurva linear memiliki 𝑃 = 60,015 + 0,2199𝑡 dengan a (60,015 ± 0,006) 𝑚𝑚𝐻𝑔
dan b (0,2199 ± 0,0001) 𝑚𝑚𝐻𝑔/°𝐶.

Pada percobaan ulangan ke-1, diperoleh nilai titik nol suhu mutlak sebesar
(−273,3 ± 0,1) °𝐶. Sedangkan pada ulangan ke-2 dan ke-3 berturut-turut adalah
(−273,0 ± 0,6) °𝐶 dan (−273,9 ± 0,1) °𝐶. Secara teori, nilai titik nol suhu multlak
yakni sebesar −273,15 °𝐶 . Dari pemaparan data di atas, dapat dilihat memang terdapat
perbedaan nilai tetapi tidak begitu berarti antara nilai titik nol suhu mutlak hasil
percobaan dengan teori. Namun, hasil dari ulangan ke-3 lah yang paling mendekati
teori. Kesalahan mungkin terjadi akibat kesalahan saat pengukuran. Konsep dari nilai
titik nol suhu mutlak ini perlu diketahui dan dipahami karena diperlukan dalam
memahami hukum termodinamika III, proses ireversibel, dan efesiensi mesin kalor
(Pratama et al. 2018).

F. Simpulan
Termometer digunakan untuk mengukur suhu dari suatu benda dengan
memanfaatkan perubahan sifat termometrik benda. Salah satu jenis thermometer yang
digunakan adalah thermometer gas volume kosntan. Termometer jenis ini mengikuti
sifat termometrik gas ideal dan dapat digunakan untuk menentukan nilai titik nol suhu
mutlak. Berdasarkan percobaan, diperoleh percobaan ulangan ke-3 dengan nilai titik
nol suhu mutlak (−273,9 ± 0,1) °𝐶 yang paling mendekati teori. Kesalahan mungkin
disebabkan kesalahan praktikan saat melakukan pengukuran dan perhitungan.

G. Daftar Pustaka
Aminoto T, Dani R, Lestari N. 2020. Penerapan inovasi thermometer gas sebagai
media pembelajaran fisika di SMAN 3 dan 5 Sungai Penuh. Jurnal Karya
Abadi. 4(1):54-62.
Pratama D, Muldiani RF, Hadiningrum K. 2018. Penentuan suhu nol mutlak melalui
praktikum termodinamika menggunakan hukum Charles. Wahana Fisika.
3(2):136-142.
Supu I, Usman B, Basri S, Sunarmi. 2016. Pengaruh suhu terhadap perpindahan panas
pada material yang berbeda. Jurnal Dinamika.7(1):62-73.

Anda mungkin juga menyukai