Anda di halaman 1dari 8

JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 1

Rangkaian Integral Dan Diferensial RC


(E-3)
Sinar Meisura Asyifa, Fitri Andriyani Puspitasari, Iin Istiawati, M.Hifni Fasnsi, Nor Alina, Saudah,
Helda Wahyuni
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ipa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lambung Mangkurat Jl. Brigjen H. Hasan Basri Komp. Unlam Kayutangi, Banjarmasin 70123
e-mail: info@unlam.ac.id
Abstrak — Percobaan ini bertujuan melihat tampilan Vc (t) melalui pola grafik yang ditampilkan, dan menghitung
gambar, menganalisis persamaan Vc(t), serta perbandingan antara tegangan output dan tegangan input
membandingkan tegangan output dan input. Metode yang terhadap variasi perioda baik pada rangkaian integral maupun
digunakan dengan merangkai alat dan bahan sesuai diferensial.
prosedur kerja. Diperoleh gelombang segitiga pada
rangkaian integral dan berbentuk denyut pada diferensial. II. KAJIAN TEORI
t
Melalui persamaan Vc (t )  0. [(diperoleh 20 V ; Isyarat keluaran pada umumnya digolongkan menjadi
RC dua jenis berdasarkan jenis rangkaian yang digunakan.
10 V dan 5 V secara teoritis) dan percobaan (0,08 V; 0,06 V Jenis yang digunakan itu adalah rangkaian integral RC dan
; dan 0,04 V)] untuk rangkaian integral dan Persamaan rangkaian diferensial RC.
t
Vr (t )  0.(1  ) untuk rangkain diferensial 1. Rangkaian Integral RC
RC
[( diperoleh -10 V ; 0 V ; dan 5 V ) dan ( secara percobaan Bentuk umum rangkaian integral dan diferensial RC pada
dasarnya adalah sama, tetapi output dan inputnya berbeda.
0,20 V ; 0,16 V ; dan 0,14 V)]. Perbandingan  0: Vc pada
Bentuk isyarat masukan dan keluaran pada rangkaian
kedua rangkaian diperoleh hasil yang berbeda. Ketidak integral RC, jika tetapan waktu   RC  T , kapasitor
sesuaian terjadi karena beberapa faktor kesalahan.
terisi penuh dengan waktu T/2 , akan tetapi jika tetapan
Kata Kunci— Frekuensi Periode, Tegangan Input, Tegangan
waktu   RC  T , maka sebelum kapasitor terisi penuh ,
Output tegangan Vs sudah berbalik menjadi negatif. Akibatnya
kapasitor dikosongkan dan diisi muatan negatif menuju ke
Vo. Belum lagi akibatnya isyarat keluaran akan berubah
I.PENDAHULUAN suatu tegangan yang berbentuk segitiga. Untuk   RC

R angkaian RC adalah rangkaian yang terdiri dari resistor


dan kapasitor. Rangkaian yang satu ini sering kita
jumpai dalam satu rangkaian elektronika. Pada rangkaian
bentuk keluaran seperti integral isyarat masukan.

2. Rangkaian Diferensial RC
RC, untuk pengubah bentuk syarat masuk menghasilkan 1
isyarat keluaran. Isyarat tersebut pada dasarnya digolongkan
Tampak jikan   RC  T atau untuk f  .
RC
atas dua jenis, yaitu rangkaian integral RC dan rangkaian Bentuk isyarat mirip dengan isyarat masukan , akan tetapi
diferensial RC, berdasarkan jenis rangkaian yang digunakan. puncaknya miring. Jika RC  T atau f  RC ,
Untuk pengintegralan RC, sinyal keluaran rangkaian isyarat brbentuk denyut dengan tegangan puncak 2Vp. Ini
merupakan integral dari sinyal masukan. Dan untuk dapat dijelaskan sebagai berikut : misalkan mula-mula
pendeferensialan RC, sinyal keluaran rangkaian merupakan kapasitor kosong, segera setelah tegangan masukan Vs
diferensial dari sinyal masukan. Dari proses tersebut dapat mencapai Vp, akan mengalir arus i (t )  V p R ,
dikaji beberapa sifat rangkaian RC sebagai dari persegi ke
sehingga tegangan keluaran Vo = Vp. [1]
segitiga dengan masing-masing mengintegralkan dan
mendiferensialkan tegangan input dan output.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil beberapa Perhatikan rangkaian RC pada Gambar 1.17
rumusan masalah yaitu: “Bagaimana bentuk tampilan gambar
rangkaian dan bentuk persamaan Vc (t) melalui pola grafik
serta perbandingan antara tegangan output dan input terhadap
variasi perioda input baik pada rangkaian integral maupun
diferensial”.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah melihat bentuk
tampilan gambar rangkaian, menganalisis bentuk persamaan
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 2

Analisis matematis rangkaian integral dan diferensial


pada persamaan kapasitor yang mengikuti fungsi
eksponensial yaitu :

Vc(t )   o (1  e  t RC
) (1)

Jika dianalisis persamaan ini maka ada beberapa


kesesuaian antara tampilan isyarat output dengan
persamaan diatas. Berikut contoh gambarannya:

1. Rangkaian Integral
Misalkan T/2 << RC maka dari persamaan (1) :

 0  t T / 2
Untuk   RC bentuk isyarat keluaran seperti integral Vc(t )   o (1  e  t RC
) untuk t 
masukan. Kalau kita perhatikan Gambar 1.17 nampak  T / 2t  0
untuk   RC pada waktu Vs = +Vp, kemiringan Vo (t)
Sebaliknya jika RC >> T/2, maka secara teori
positif, dan pada waktu Vs = -Vp, kemirigan Vo (t)
memperlihatkan bahwa sebelum kapasitor penuh dengan
negatif. Tak heran jika rangkaian ini dikenal sebagai
muatan , tegangan input sudah berubah tanda, sehingga
rangkaian pengintegralan RC. Perhatikan pula bahwa
tegangan kapasitor tidak akan sama dengan tegangan input.
rangkaian ini berlaku sebagai pengintegralan asalkan
Model persamaan matematis kapasitor adalah :
1
  RC  T atau bila f  .
RC Vc(t )   o (1  e  t RC
)
Untuk isyarat berbentuk pengeluaran rangkaian
pengintegralan seperti Gambar 1.18
Karena RC >> T maka dengan menggunakan deret taylor
untuk ekspansi t/RC diperoleh :

1
Vc(t )   o , untuk 0  t  T / 2
RC

2. Rangkaian Diferensial
Untuk rangkaian diferensial RC yang menjadi output
diambil dari resistor yang terpasang. Sehingga persamaan
tegangannya natuk RC << T/2 dinyatakan oleh :
Vr (t )   o  VC (t )   o .e  t RC

Adapun bentuk isyarat masukan dn pengeluaran pada


rangkaian diferensial RC. Dimana untuk   T / 2 harga Vr (t) = 0.
Sedangkan untuk RC >> T/2 maka persamaan diatas
dinyatakan oleh persamaan :

t
Vr (t )  o(1  )
RC

Dimana perbandingan

 oVr (t ) t

o RC

Persamaan ini memperlihatkan kemiringan garis lurus,


dimana jika t membesar maka kemiringan makin curam,
tetapi tidak akan sampai Vr(t) = 0. [3]
Rangkaian pendiferensialan sering digunakan untuk
mengubah tegangan berbentuk gelombang persegi menjadi
isyarat denyut yang sempit. [2]
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 3

Gambar 3.3 Audio Generator Gambar 3.4 Osiloskop

Menurut hukum Kirchoff, jumlah tegangan dari suatu loop


harus sama dengan nol. Dan ini berlaku untuk sembarang
waktu (harga t) , dengan demikian :

Vi V RVC
 I .R  Q / C
1 di
Vi  I .R  .
C dt Gambar 3.5 Kabel Probe Gambar 3.6 Kabel Penghubung
di
 RC. 1 Adapun rumusan hipotesis pada kegiatan ini yaitu, pada
dt
percobaan rangkaian integral RC “ Jika semakin besar
dvi frekuensi maka tegangan akan semakin kecil”. Dan pada
 c. [4]

dt percobaan rangkaian diferensial RC “Jika semakin besar


frekuensi maka tegangan akan semakin besar juga”.
Pada percobaan ini dilakukan dua kali kegiatan yaitu pada
rangkaian Integral dan diferensial RC. Percobaan kali ini
menggunakan tiga macam variabel yaitu, variabel
manipulasi, variabel respon, variabel kontrol. Untuk
identifikasi dan definisi operasional variabel (DOV)
percobaan ini adalah sebagai berikut , variabel yang
dimanipulasi pada kedua kegiatan ini adalah frekuensi ( f )
dan jenis rangkaian sedangkan untuk DOV manipulasinya
yaitu frekuensi didefinisikan sebagaibanyaknya getaran yang
Gambar 1. (a) Rangkaian Integral RC terjadi dalam satu satuan waktu yang diubah-ubah sebanyak
(b) Rangkaian Diferensial RC tiga kali yaitu 25 Hz ; 50 Hz ; 100 Hz dengan menggunakan
audio generator untuk mendapatkan tampilan gelombang
Rangakaian yang diperlihatkan dalam Gambar 1. yang berbeda-beda. Dan jenis rangkaian didefinisikan
Berfungsi sebagai alat pengubah gelombang persegi ke sebagai kumpulan komponen elektronika yang saling
segitiga dan persegi ke pulsa dengan masing-masing dihubungkan dengan jenis yang berbeda, yang mana pada
mengntegrasikan dan meniferensialkan gelombang inputnya. percobaan ini jenis rakaian yang digunakan yaitu rangkaian
Efektivitas dari rangkaian integral sederhana yang Integral RC dan Difernsial RC. Sedangkan untuk variabel
diperlihatkan dalam Gambar 1.(a) Sangat bergantung pada respon pada kedua kegiatan ini yaitu periode input (T) dan
rasio konstanta waktu terhadap waktu periodik. Semakin tegangan output. Untuk DOV responnya yaitu peiode input
kecil nilai rasio ini, semakin efektif rangkaian tersebut yang didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
sebagai deferensiator. [5] menempuh satu kali getaran pada gelombang yang akan
diukur dengan menggunakan osiloskop dan dinyatakan
III. METODE PERCOBAAN dalam satu satuan sekon (s) serta tegangan output yang
Pada percobaan Rangkaian Integral dan Diferensial RC ini didefinisikan sebagai beda potensial yang mengalir pada
dibutuhkan beberapa peralatan seperti pada gambar yaitu rangkaian yang diukur besarnya dengan menggunakan
komponen kapasitor dan resistor 1 buah , audio generator 1 osiloskop dan dinyatakan dalam satu satuan volt (V). Dan
buah, osiloskop beserta kabel brobe 1 buah, dan kabel untuk variabel kontrolnya yaitu kapasitor (C), resistor (R),
penghubung 3 buah. tegangan input (  o ), audio generator, dan osiloskop. DOV
kontrolnya yaitu selama percobaan berlangsung
menggunakan kapasitor yang tetap dengan nilai 1F dan
resistor yang tidak berubah nilanya yaitu 10 K . Serta
tegangan input sebesar 10 V , tombol pada audio generator
dan osiloskop yang dijaga tetap nilainya dan tidak berubah.
Adapun prosedur kerja pada percobaan rangkaian integral
Gambar 3.1 Komponen Gambar 3.2 Komponen RC ini dengan pertama- tama merangkai alat dan bahan
Kapasitor Resistor
seperti pada gambar berikut :
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 4

T 1
f
t T
2
t
Vr (t )  0.(1  )
RC

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


Kapasitor ( C) = 1  10 6 F
Gambar 3.7. Rangkaian percobaan Integral RC Resistor ( R ) = 10  103 
Tegangan Input (  o ) = 10 V
Sebelum melakukan pengamatan terhadap output maka
terlebih dahulu mencatat dan mengukur nilai/harga Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Rangkaian Integral RC
komponen C&R. Lalu mengukur tegangan puncak
NO. Frekuensi (T  0,5) (V  0,01) Bentuk
(maksimum) audio generator untuk tegangan persegi, setelah (Hz) S V Gelombang
itu mempelajari dengan seksama kalibrasi untuk Time/div 1. 25 4,0 0.08
dan Volt/div pada osiloskop. Setelah itu memastikan bahwa
sistem rangkaian sudah berfungsi dengan baik setelah
tampilan output tampak pada monitor osiloskop, maka
memutar tombol pemutar frekuensi pada angka penunjuka 25
Hz. Setelah itu mengukur tegangan puncak yang tampak
pada layar monitor dan sekaligus gambar. Lakukan langkah 2. 50 3,0 0,06
sebelumnya untuk frekunsi 50 Hz dan 100 Hz. Setelah itu
mencatat hasil pengamatan pada tabel data yang sudah
disediakan. Selanjutnya untuk rangakaian diferensial bentuk
rangkaian nya sama dengan bentuk rangkaian integral hanya
saja yang menjadi outputya adalah R (resistor). Untuk lebih
jelasnya perhatikan rangkaian berikut : 3. 100 2,0 0,04

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Rangkaian diferensial RC


NO. Frekuensi (T  0,5) (V  0,01) Bentuk
(Hz) S V Gelombang
1. 25 10,0 0.20

Gambar 3.8. Rangkaian percobaan Diferensial RC

Dan untuk proses pengamatan dan pengambilan data sama


dengan proses rangkaian integral RC.
Adapun teknik analisis yang digunakan untuk
2. 50 8,0 0,16
mendapatkan nilai perhitungan yaitu :
 Rangkaian Integral
f  ...

T 1
f
3. 100 7,0 0,14
t T
2
t
Vc (t )  0.
RC

 Rangkaian Difrensial Dari data diatas berdasarkan hasil percobaan rangkaian


f  ... integral dan diferensial RC diperoleh bentuk gelombang
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 5

seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. dengan memperbesar Grafik 4.2 Rangkaian Integral. Hubungan f  Vc Secara Teoritis
nilai frekuensi yaitu 25 Hz ; 50 Hz ; dan 100 Hz. Pada
rangkaian integral RC ketika nilai frekuensi diperbesar, maka Dari grafik diatas diperoleh garis yang juga menurun akan
dihasilkan bentuk gelombang segitiga yang semakin kecil. tetapi garis tersebut tidak konstan penurunannya karena pada
Karena pada saat frekuensi diperbesar itulah tegangan saat frekuensi dinaikan menjadi 100Hz penurunan tegangan
puncak output semakin berkurang sehingga akan terbentuk hanya berkurang sedikit.
gelombang yang semakin kecil dan rapat. Pada rangkaian Dari kedua grafik tersebut dapat dilihat adanya persamaan.
diferensial RC diperoleh gelombang berbentuk denyut yang Grafik ini sama-sama mengalami penurunan walaupun
mana ketika nilai frekuensi diperbesar maka puncak besarnya nilai tegangan output yang dihasilkan berbeda
gelombang RC semakin mengecil. Seharusnya ketika nilai antara percobaan dan teoritis.
frekuensi diperbesar maka puncak gelombang juga akan Sedangkan pada rangkaian diferensial RC diperoleh nilai
semakin besar. Vr (tegangan output) secara percobaan yaitu 0,20 V ; 0,16
Pada rangkaian integral RC diperoleh besarnya Vc V ; dan 0,14 V sedangkan secara percobaan dengan
(tegangan output) sebesar 0,08 V; 0,06 V ; dan 0,04 V secara t
menggunakan persamaan Vr (t )  0.(1  )
percobaan. Sedangkan secara teori dengan menggunakan RC
t dihasilkan nilai Vr sebesar -10 V ; 0 V ; dan 5 V . Berikut
persaman Vc(t )   o diperoleh nilai yaitu 20 V ; 10
RC grafik hubungan antara frekuensi dan tegangan output baik
V dan 5 V. Dari hasil tersebut dapat diketahui ketika secara percobaan maupun teoritisnya :
frekuensi diperbesar maka nilai tegangannya semakin kecil
baik secara percobaan ataupun teorinya. Hal ini sudah sesuai
dengan hipotesis yang digunakan bahwa jika semakin besar
frekuensi maka tegangannya akan semakin kecil. Berikut
adalah grafik hubungan antara frekuensi dan tegangan secara
percobaan :

Grafik 4.3 Rangkaian Diferensial. Hubungan f  Vr Secara Percobaan

Grafik 4.1 Rangkaian Integral. Hubungan f  Vc Secara Percobaan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik mengalami


penurunan yang konstan seiring dengan pertambahan nilai
frekuensi tegangannya menurun.
Sedangkan secara teoritis, berikut grafik f  Vc :

Grafik 4.4 Rangkaian Diferensial. Hubungan f  Vr Secara Teoritis

Berdasarkan Grafik 4.3 dan Grafik 4.4 diperoleh


perbedaan bentuk grafik. Pada Grafik 4.3 diperoleh garis
grafik yang menurun sedangkan pada Grafik 4.4 diperoleh
garis grafik yang semakin menaik. Bila dilihat dari nilai hasil
percobaan yaitu 0,20 V ; 0,16 V ; dan 0,14 V, hasil tersebut
menunjukan bahwa pada saat frekuensi diperbesar nilai
tegangan semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan rumusan
hipotesis yang digunakan yang seharusnya jika semakin besar
frekuensi maka tegangan akan semakin besar juga.
Sedangkan pada nilai secara teoritis yaitu -10 V ; 0 V ; dan 5
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 6

V. Dari hasil yang diperoleh secara teoritis ini menunjukan


ketika pada saat frekuensi diperbesar maka tegangan juga
akan semakin besar. Ini berati secara teoritis sudah sesuai
dengan hipotesis yang digunakan. Perbedaan nilai yang
dihasilkan secara percobaan dan teoritis ini mungkin
disebabkan oleh beberapa hal yang tidak dapat diprediksi
maupun keselahan praktikan itu sendiri. Terutama pada saat
percoban nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis
yang digunakan ini mungkin disebabkan karena tidak
telitinya praktikan pada saat merangkai alat dan bahan yang
menyebabkan rangkaian longgar sehingga mengakibatkan
tidak terbaca jelas besarnya tegangan pada layar osiloskop,
serta kesalahan dalam menentukan tegangan puncak tersebut
juga dikarenakan kondisi osiloskop yang kurang
memungkinkan. Grafik 4.6 Rangkaian Integral. Hubungan f T Secara Teoritis
Selanjutnya, pada rangkaian integral RC, jika semakin Dapat dilihat bahwa besarnya periode juga mengecil seiring
besar frekuensi maka periode semakin kecil sesuai dengan dengan bertambahnya nilai frekuensi. Grafik yang diperoleh
persamaan pun juga mengalami penurunan seperti pada gambar grafik
1 1 diatas.
f  atau T  Dari kedua grafik tersebut dapat dilihat adanya persamaan.
T f
Pada percobaan diperoleh besarnya nilai periode (T) yaitu Grafik ini sama-sama mengalami penurunan ketika frekuensi
1
4,0 S ; 3,0 S ; dan 2,0 S. Sedangkan secara teori dengan dipebesar. Hal ini sudah sesuai dengan persamaan f 
T
1
menggunakan persamaan T  didapat nilai periode yaitu 1
f atau T 
f
. Akan tetapi ada perbedaan antara nilai periode
0,04 S ; 0,02 S ; 0,01 S. Berikut grafik hubungan antara secara teori dengan percobaan yang mungkin disebabkan
frekuensi dengan periode baik secara percobaan maupun oleh beberapa faktor kesalahan, baik dari peralatan maupun
teoritisnya : kesalahan praktikan itu sendiri.
Sedangkan pada rangkaian diferensial RC diperoleh nilai
periode (T) secara percobaan yaitu 10,0 S ; 8,0 S ; 7,0 S. Dan
nilai teoritisnya diperoleh 0,04 S ; 0,02 S ; 0,01. Berikut
grafik hubungan antara frekuensi dengan periode pada
rangkaian diferensial :

Grafik 4.5 Rangkaian Integral. Hubungan f T Secara Percobaan

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa ketika frekuensi


diperbesar maka periode akan mengecil, dapat dilihat pada
grafik bahwa garisnya menurun / grafik mengalami
penurunan yang konstan.
Grafik 4.7 Rangkaian Diferensial. Hubungan f T Secara Percobaan
Begitu pula dengan nilai hasil teoritis, nilai periode akan
mengecil. Berikut grafiknya : Hubungan Antara Frekuensi dan Periode secara Teoritis
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 7

besar daripada Vc. Secara umum perbandingan  0: Vc baik


secara percobaan maupun teoritisnya menunjukan bahwa
ketika frekuensi diperbesar maka tegangan outputnya (Vc)
semakin kecil. Dan nilai Vc tersebut lebih kecil dibandingkan
nilai  0 nya.
Pada rangkaian Diferensial RC diperoleh perbandingan
antara tegangan input dan outputnya baik secara teoritis
maupun percobaan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Perbandingan  0 dan Vr Secara Percobaan Dan
Teoritisnya
No. Frekuensi  0: Vr  0: Vr
HZ (Percobaan) (Teoritis)
Grafik 4.8 Rangkaian Diferensial. Hubungan f T Secara Teoritis
1. 25 10 : 0,20 10 : -10
Berdasarkan Grafik 4.7 dan Grafik 4.8 dapat dilihat bahwa = 50 : 1 = 1 : -1
ketika frekuensi diperbesar maka periode akan mengecil 2. 50 10 : 0,16
10 : 0
terlihat bahwa kedua grafik mengalami penurunan baik = 62,5 : 1
secara teoritis maupun percobaan. Hal ini tidak sesuai bahwa 3. 100 10 : 0,14 10 : 0,14
seharusnya jika frekuensi diperbesar maka nilai periode juga = 71,4 : 1 = 2:1
akan semakin besar. Ketidak sesuaian ini dimunginkan
karena beberapa kesalahan oleh praktikan itu sendiri maupun Dari Tabel 4.2 dapat diketahui secara percobaan pada saat
gangguan dari alat yang digunakan sehingga mengakibatkan frekuensi diperbesar nilai tegangan outputnya mengecil dan
dalam pengambilan data percobaan tidak sesuai dengan teori nilai tegangan inputnya semakin membesar. Sehingga secara
nya. percobaan, perbandingan  0: Vr diperoleh nilai  0 yang
Selanjutnya, pada percobaan ini diperoleh juga lebih besar daripada Vr. Akan tetapi hal tersebut tidak sesuai.
perbandingan antara tegangan input dan tegangan output. Seharusnya Jika frekuensi diperbesar maka tegangan
Pada rangkaian integral RC diperoleh besarnya perbandingan outpunya (Vr) juga akan semakin besar pula seperti rumusan
baik secara teoritis maupun pecobaan, seperti pada tabel hipotesisnya namun pada percobaan diperoleh hasil
berikut : kebalikannya. sedangkan secara teoritisnya, ketika frekuensi
Tabel 4.1 Perbandingan  0 dan Vc Secara Percobaan Dan diperbesar maka tegangan outputnya juga semakin besar,
Teoritisnya dalam hal ini sudah sesuai.
No. Frekuensi  0: Vc  0: Vc Secara keseluruhannya perbedaan nilai secara teoritis dan
HZ percobaan pada rangkaian Integral maupun diferensial RC ini
(Percobaan) (Teoritis)
mungkin disebabkan oleh kesalahan-kesalahan baik dari
1. 25 10 : 0,08 10 : 20
praktikan itu sendiri maupun yang bersumber dari alat yang
= 125 : 1 = 1:2
digunakan. Misalnya seperti kurang telitinya praktikan pada
2. 50 10 : 0,06 10 : 10 saat merangkai alat dan bahan yang menyebabkan rangkaian
= 166,7 : 1 = 1:1 longgar sehingga mengakibatkan tidak terbaca jelas besarnya
3. 100 10 : 0,04 10 : 5 tegangan pada layar osiloskop, serta sulitnya mengaitkan
= 250 : 1 = 2:1 kabel probe ke kapasitor atau resistor sehingga gambar
gelombang yang didapat kurang bagus, inilah yang membuat
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada saat ketidakstabilan bentuk gelombang dan berpengaruh terhadap
frekuensi diperbesar tegangan outputnya cendrung mengecil. nilai V dan T yang dihasilkan. Serta kesalahan dalam
Pada percobaan besarnya nilai tegangan input (  0 ) menentukan tegangan puncak tersebut juga dikarenakan
cendrung meningkat dan nilai tegangan outputnya (Vc) kondisi osiloskop yang kurang memungkinkan.
cendrung menurun seiring dengan diperbesarnya frekuensi.
Namun pada percobaan diperoleh nilai tegangan input (  0 ) V.KESIMPULAN
yang lebih besar daripada tegangan outputnya (Vc). Dari percobaan yang telah dlakukan baik pada rangkaian
Sedangkan pada perbandingan  0: Vc secara teoritis integral RC maupun Diferensial RC telah diperoleh bentuk
gelombang yang berbeda-beda tiap kegiatan. Pada rangkaian
diperoleh hasil yang begitu juga, ketika frekuensi diperbesar
integral diperoleh gelombang berbentuk segitiga yang
tegangan outputnya (Vc) semakin mengecil akan tetapi
apabila frekuensi diperbesar maka tampilan gelombang
tegangan input (  0 ) semakin membesar. Namun secara semakin kecil. Sedangkan pada rangkaian diferensial
teoritis pada saat frekuensi 25 Hz nilai  0 lebih kecil diperoleh gelombang berbentuk denyut yang apabila
dibandingkan nilai Vc. Sedangkan pada saat f  50 Hz frekuensi diperbesar maka puncak gelombang RC semakin
mengecil. Seharusnya ketika nilai frekuensi diperbesar maka
diperoleh nilai  0 yang sama besar dengan nilai Vc nya.
puncak gelombang juga akan semakin besar.
Dan pada saat f  100 Hz diperoleh nilai  0 yang lebih
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I 8

Pada rangkaian integral RC diperoleh besarnya Vc


(tegangan output) sebesar 0,08 V; 0,06 V ; dan 0,04 V secara DAFTAR PUSTAKA
percobaan. Sedangkan secara teori dengan menggunakan [1] Halliday Dan Resnick. 1978. Fisika Jilid 2. Jakarta:
t Erlangga.
persaman Vc(t )   o diperoleh nilai yaitu 20 V ; 10 [2] Sutrisno. 1986. Elektronika 1 Teori Dan
RC
Penerapannya. Bandung : ITB
V dan 5 V. Dari hasil tersebut dapat diketahui ketika
[3] Tim Dosen Fisika Elektronika Dasar 1. 2015.
frekuensi diperbesar maka nilai tegangannya semakin kecil
Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1.
baik secara percobaan ataupun teorinya serta berdasarkan
Banjarmasin : FKIP UNLAM
grafik yang diperoleh. Sedangkan pada rangkaian diferensial
[4] Purwadi, Bambang Dan Fadeli Abdurachman. 1985.
RC diperoleh nilai Vr (tegangan output) secara percobaan
Elektronika 1. Jakarta : DepDikBud
yaitu 0,20 V ; 0,16 V ; dan 0,14 V sedangkan secara teoritis
[5] Tooley, Mike. 2003. Rangkaian Elektronika Prinsip
t
dengan menggunakan persamaan Vr (t )  0.(1  ) Dan Aplikasi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
RC
dihasilkan nilai Vr sebesar -10 V ; 0 V ; dan 5 V . Secara
percobaan tegangan yang dihasilkan belum sesuai seharusnya
jika semakin besar frekuensi maka tegangannya juga akan
semakin besar, namun secara teoritis sudah sesuai karena
tegangan yang dihasilkan semakin besar.
Pada Rangkaian Integral diperoleh besarnya nilai periode
(T) percobaan yaitu 4,0 S ; 3,0 S ; dan 2,0 S. Sedangkan
1
secara teori dengan menggunakan persamaan T  didapat
f
nilai periode yaitu 0,04 S ; 0,02 S ; 0,01 S. Ini berarti pada
saat frekuensi diperbesar maka periode semakin kecil, seperti
pada grafik yang dihasilkan. Sedangkan pada rangkaian
diferensial RC diperoleh nilai periode (T) secara percobaan
yaitu 10,0 S ; 8,0 S ; 7,0 S. Dan nilai teoritisnya diperoleh
0,04 S ; 0,02 S ; 0,01. Yang berarti ketika frekuensi
diperbesar maka periode akan mengecil. Hal ini tidak sesuai
bahwa seharusnya jika frekuensi diperbesar maka nilai
periode juga akan semakin besar.
Perbandingan  0: Vc pada rangkaian Integral RC baik
secara percobaan maupun teoritisnya menunjukan seperti
pada Tabel 4.1 bahwa ketika frekuensi diperbesar maka
tegangan outputnya (Vc) semakin kecil. Dan nilai Vc
tersebut lebih kecil dibandingkan nilai  0 nya. Sedangkan
pada rangkaian diferensial seperti pada Tabel 4.2 terjadi
ketidak samaan antara teoritisnya dan hasil percobaan.
Secara teoritisnya, ketika frekuensi diperbesar maka
tegangan outputnya juga semakin besar, namun pada hasil
percobaan yang terjadi adalah sebaliknya.
Secara keseluruhannya perbedaan nilai secara teoritis dan
percobaan pada rangkaian Integral maupun diferensial RC ini
mungkin disebabkan oleh kebeberapa faktor kesalahan,
seperti yang telah dijelaskan dibagian analisis.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
berkat rahmat-ya penulis dapat menyelesaikan Jurnal ini
dengan lancar dan tepat pada waktunya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum E-3
Rangkaian Integral Dan Diferensial RC yaitu Helda Wahyuni
yang telah memberikan panduan saat melakukan praktikum.
Serta tidak lupa kepada teman-teman praktikum satu
kelompok dan yang lainnya, yang telah bekerjasama dalam
menyelesaikan percobaan dan Jurnal Laporan ini.

Anda mungkin juga menyukai