Anda di halaman 1dari 45

1

RLC
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. untuk menunjukan bentuk keluaran tegangan terhadap waktu pada rangkaian
RL seri dan rangkaian RC seri.
2. Menentukan tetapan waktu () pada sinyal keluaran rangkaian RL seri dan
rangkaian RC seri.
3. Menampilkan bentuk sinyal pada osiloskop

Tinjauan Pustaka
2.1 Gejala peralihan
Pada praktikum ini, akan membahas suatu gejala pada rangkaian elektronika
yang dinamakan gejala peralihan / gejala transient. Gejala transient merupakan
gejala yang timbul dalam selang waktu yang pendek pada saat rangkaian yang berisi
tahanan, kapasitor serta induktor diputus dan disambung dengan sumber tegangan.
Gejala peralihan terjadi bila rangkaian seperti terlukis pada gambar di bawah
ini, penutup arus ditutup pada saat t = 0.

Rangkaian seri R & L


L

+
E R
I(t)
_

Gambar 1.1. Rangkaian R & L seri

Untuk t > 0, maka persamaan diferensial untuk rangkaian ini sebagai berikut:

Bila persamaan diferensial ini diselesaikan dengan syarat awal t = 0, i = 0,


maka diperoleh persamaan:

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 1


i

E/R

Gambar 1.2. Grafik hubungan E/R dengan waktu pada


rangkaian seri RL

E
Setelah dibiarkan rangkaian cukup lama, maka diperoleh i 
R
Bila penutup arus tetap dipasang sedang sumber tegangan E dihubungkan
pendek, maka rangkaian seperti terlukis pada gambar di bawah ini:

Io
R

Gambar 1.3. Rangkaian seri LR dihubungkan pendek


Berlaku persamaan diferensial:

Dengan syarat awal t = 0, i = 0 , diperoleh penyelesaian:

E/R

Gambar 1.4. grafik hubungan E/R dengan waktu pada


rangkaian seri RL dihubung singkatkan

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 2


Rangkaian seri C & R

+
E R
I(t)

_
Gambar 1.5. Rangkaian CR seri

Untuk t > 0, maka persamaan diferensial untuk rangkaian ini sebagai berikut:
1
C
E  Ri  i dt

Bila persamaan diferensial ini diselesaikan dengan syarat awal t = 0, i = 0, maka


t
E  RC  
t

diperoleh persamaan: i ( t )  e 
dan tegangan pada kapasitor v ( t )  E 1  e RC 
R 
 

V(t)

Gambar 1.6. Grafik hubungan V dengan waktu pada rangkaian


seri RC
2.2.1 Osiloskop
Osiloskop merupakan osilograf yang mencatat gelombang listrik secara visual
pada layar. Osiloskop ada dua macam, yakni osiloskop tipe analog (ART-analog real
time oscilloscope) dan osiloskop tipe digital (DSO-digital storage oscilloscope).
Osiloskop tipe analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik
dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung
sinar katoda (CRT-cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron dari
bagian senapan elektron (electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding
dalam tabung tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar tabung
sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk
dasar gelombang. Sedangkan pada osiloskop digital, gelombang yang akan

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 3


ditampilkan terlebih dahulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop
kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu
gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan
menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini
lagi dan lagi sampai dihentikan.

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Resistor 100 Ω sebanyak 2 buah
b) Induktor 2,5 mH
c) Kapasitor 33 F

d) Osiloskop
e) Kabel penghubung
f) Generator Function
g) Project Board/Bread Board

Rangkaian
a) rangkaian 1.

R1 R2
Vi Vo
C L

Gambar 1.7. Rangkaian 1

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 4


b). Rangkaian 2

L C
Vi Vo
R1 R2

Gambar 1.8. Rangkaian 2

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 5


2
OSILOSKOP

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui fungsi osiloskop.
2. Mengetahui prinsip kerja dari osiloskop.
3. Mampu menggunakan osiloskop untuk mengukur tegangan AC dan DC,
(frekuensi/periode, amplitude dan tegangan puncak ke puncak/Vpp).
4. Mampu menggunakan osiloskop untuk menganalisa lissajous.

II. DasarTeori
Osiloskop merupakan osilograf yang mencatat gelombang listrik secara visual pada
layar.Osiloskop ada dua macam, yakni osiloskop tipe analog (ART-analog real time
oscilloscope) dan osiloskop tipe digital (DSO-digital storage oscilloscope).Dalam
osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atauCathode
Ray Tube (CRT). Bagian-bagian pokok CRT seperti tampak pada gambar 2.1.

8
1 2 3 4 5 6 7
9 10

Gambar 2.1. Bagian-bagian pokok tabung sinar katoda

Keterangan :

1. Pemanas / filamen
2. Katoda
3. Kisi pengatur
4. Anoda pemusat
5. Anoda pemercepat

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 6


6. Pelat untuk simpangan horisontal
7. Anoda untuk simpangan vertikal
8. Lapisan logam
9. Berkas sinar elektron
10. Layar fluorosensi

Osiloskop tipe analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik


dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung
sinar katoda (CRT-cathode ray tube) dari kiri ke kanan.Pancaran electron dari bagian
senapan elektron (electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding dalam
tabung tersebut mengeksitasi electron dalam lapisan fosfor pada layar tabung
sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk
dasar gelombang.Sedangkan pada osiloskop digital, gelombang yang akan
ditampilkan terlebih dahulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop
kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu
gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan
menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini
lagi dan lagi sampai dihentikan.
Pengukuran tegangan menggunakan multimeter, maka tampilan nilai
tegangan pada multimeter dapat dianggap menunjukkan nilai tegangan yang
sebenarnya.Tapi tidak halnya untuk sumbertegangan AC. Karena seperti diketahui
bahwa tegangan AC merupakan tegangan dengan fungsi dari waktu.Oleh karena itu
dikenal istilah tegangan maksimum dan tegangan efektif yang
dirangkaidenganpersamaan :

𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 2 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑉𝑒𝑓𝑓 = √ =
2 √2
Untuk menghitung beda fase dari dua sinyal gelombang dapat dilakukan
dengan mensuperposisikan dua sinyal gelombang tersebut. Pada osiloskop dapat
dilakukan dengan membuat gelombang lissajous. Ada beberapa gelombang lissajous
yang dapat langsung diketahui yaitu ketika frekuensinya sama. Untuk menghitung
besarnya beda fase yang memiliki frekuensi berbeda yaitu :

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 7


𝐵 𝐷
𝑆𝑖𝑛 𝜃 = =
𝐴 𝐶
Itu adalah rumus untuk kurva yang lingkarannya serong kekanan untuk
gelombang lissajous yang lingkaran nya serong kekiri seperti gambar dibawah ini
adalah

𝐵 𝐷
𝑆𝑖𝑛 𝜃 = =
𝐴 𝐶
III. Alat dan Bahan
1. Osiloskop
2. Sinyal Generator
3. Multimeter
4. Baterai
5. Kabel – Kabel Penghubung
6. Trafo

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 8


IV. MetodologiPercobaan
1. Melakukan setting piranti osiloskop sehingga siap pakai.
Setiap kali hendak melaksanakan eksperimen, lakukan langkah – langkah
berikut ini untuk menyiapkan osiloskop.Tujuan persiapan adalah untuk
mendapatkan gambar yang tajam (titi katau garis) dan cerah.
a. Periksa tegangan pada osiloskop sehingga sesuai dengan tegangan jaringan
listrik PLN.
b. Hidupkan osiloskop (dengan saklar on-off). Tunggu kira – kira 30 detik, agar
osiloskop cukup panas dan kerjanya mantap.
c. Nampak garis lurus pada layar CRT. Jika gambar tersebut tidak Nampak,
gunakan tombol posisi X dan Y untuk mencari garis tersebut.
d. Osiloskop siap dioperasikan.
2. Mengukur tegangan arus searah (DC)
Dalam percobaan ini mengukur tegangan arus searah dari perangkat
baterai. Dalam percobaan ini perangkat baterai yang digunakan adalah baterai
tunggal, dua baterai berhubungan seri dan dua baterai berhubungan parallel.
a. Siapkan osiloskop sehingga siap untuk pengukuran tegangan DC.
b. Sebelum mulai pengukuran, perkirakan tegangan yang hendak diukur. Ini
diperlukan untuk meletakkan nilai 0 dilayar sebaik mungkin. Tombol volt/Divdi
atur sampai grafik terlihat pada layar.
c. Ukurlah baterai – baterai yang telah tersedia.
3. Mengukur tegangan arus bolak-balik (AC)
Dalam percobaan ini mengukur tegangan AC dari trafo. Langkah – langkah
yang dikerjakan yaitu sebagai berikut :
a. Siapkan osiloskop sehingga siap untuk pengukuran tegangan AC.
b. Siapkan trafo dan sambungkan dengan osiloskop.
c. Amati keluaran pada osiloskop. Catat tegangan maksimum dan periodenya.
d. Gunakan juga multimeter untuk mencatat tegangan keluarannya.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 9


V. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan panel depan pada osiloskop dan fungsi – fungsinya ?
2. Jelaskan bagaimana prinsip kerja dari tabung sinar katoda sampai bisa
terbentuk pola gelombang pada layar osiloskop!
3. Jelaskan arti istilah-istilah berikut :
a. Amplitude gelombang
b. Frekuensi gelombang
c. Periode gelombang
d. Fasa dan beda fasa
e. Tegangan puncak ke puncak (Vpp)
4. Apakah yang dimaksud dengan tegangan maksimum, tegangan effektif dan
tegangan puncak kepuncak.?
5. Apakah lukisan lissajous itu? Bagaimnana cara memperolehnya dengan
osiloskop ? bagaimana cara menentukan beda fasa dengan lukisan lissajous?
6. Dalamkertas millimeter, gambarkan sketsa sebuah gelombang sinus pada
suatu posisi tertentu, yang mempunyai amplitude 2 cm dan periode 0,02
sekon (ambillah sumbu X sebagai sumbu waktu dan buatlah skalanya 3 cm =
0,01 sekon)

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 10


3
PENYEARAH

1. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh dengan tapis (filter) dan tanpa tapis.

2. Teori Singkat
Sebagian besar peralatan elektronik memerlukan arus searah untuk dapat
bekerja. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah alat yang dapat berfungsi sebagai
penyearah tegangan bolak-balik (AC) dari perusahaan listrik (PLN) menjadi arus
searah (DC). Alat ini sering disebut dengan catu daya (power supply). Salah satu
rangkaian yang paling penting dalam catu daya adalah rangkaian penyearah. Ada
dua jenis penyearah yang biasa digunakan, yaitu penyearah setengah gelombang
dan gelombang penuh. Selain itu, di dalam catu daya biasanya diberi tambahan filter
agar tegangan keluarannya lebih rata.

2.1 Penyearah Setengah Gelombang


Seperti yang telah diketahui, bahwa dioda merupakan komponen elektronik
yang dapat digunakan sebagai penyearah arus. Hal ini dapat terjadi karena dioda
dapat menghantarkan arus listrik ketika dipasang panjar maju (forward-bias) dan
dapat menghadang/menghentikan arus ketika dipasang panjar mundur (reverse-
bias).

Gambar 3.1. Penyearah Setengah Gelombang

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 11


Penyearah diatas disebut penyearah setengah gelombang. Adapun hasil dari
penyearahan gelombang AC (sinusoidal) adalah sebagai berikut:

penyearah

Gambar 3.2. Hasil Penyearah Setengah Gelombang

2.2 Penyearah Gelombang Penuh


Penyearah gelombang penuh dapat diperoleh dengan dua cara. Cara pertama
adalah menggunakan transformator CT (center-tab) seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.3. Penyearah Gelombang Penuh

Pada rangkaian diatas, dioda D1 dan D2 secara bergantian meloloskan arus


yang searah dengan panjar dioda, sehingga arus keluarannya selalu positif
terhadap CT.

penyearah

Gambar 3.4. Hasil Penyearah Gelombang Penuh

Cara lain untuk mendapatkan keluaran gelombang penuh adalah dengan


menggunakan empat dioda yang dirangkai seperti Gambar2.5. Penyearah seperti
ini disebut dengan penyearah jembatan.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 12


Gambar 3.5. Penyearah Gelombang Penuh dengan Jembatan Dioda

Untuk penyearah jembatan, terlihat bahwa transformator tidak harus berjenis


CT. bahkan bila dioda yang digunakan mempunyai kemampuan yang cukup
tinggi, tanpa transformator pun penyearah ini dapat digunakan.

2.3 Filter
Agar tegangan DC yang dihasilkan dari penyearahan arus bolak-balik menjadi
lebih rata, perlu adanya sebuah filter, salah satunya adalah filter lolos rendah
(low-pass filter) menggunakan kapasitor seperti rangkaian dibawah ini.

Gambar 3.6. Penyearah Setengah Gelombang dengan Filter

Gambar 3.7. Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 13


Dengan adanya C, tegangan keluaran akan turun relatif lebih lambat dari
turunnya tegangan masukan. Hal ini dikarenakan kapasitor memerlukan waktu
untuk mengosongkan muatannya. Kemudian sebelum tegangan pada kapasitor
turun terlalu banyak akibat pengosongan, tegangan kapasitor akan segera naik
kembali berbarengan dengan naiknya tegangan input.

filter

Gambar 3.8. Keluaran Filter pada Penyearah Setengah Gelombang

filter

Gambar 3.9. Keluaran Filter pada Penyearah Gelombang Penuh

Tegangan yang berubah-ubah ini disebut dengan riaktegangan, dengan nilai


puncak ke puncak dinyatakan sebagai Vpp. Kualitas rangkaian filter dinyatakan
oleh pprr (peak-to-peak ripple ratio). Ketika tegangan semakin beriak,pprr juga
akan semakin besar yang berarti kualitas filternya rendah.

pprr = Vpp/tegangan DC rata-rata


(2.1)

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 14


3. Metode percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
a) Transformator CT (Centre Tab) 2 Amp
b) 2 buah dioda 1N4002
c) Resistor 47kΩ/1W
d) Kapasitor 2200µF dan 100µF
e) Osiloskop
f) Project board
g) Kabel penghubung

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Penyearah Setengah Gelombang Tanpa Filter
- Peralatan dirangkai seperti Gambar 3.1.
- Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi.
- Transformator dihubungkan ke stop kontak.
- Tegangan puncak (Vp), tegangan DC rata-rata (Vav), tegangan puncak-
ke-puncak (Vpp), periode dan bentuk gelombang pada transformator
(pada lilitan sekunder) diukur. Pengukuran ini dilakukan dengan
menghubungkan probe (+) osiloskop ke titik A dan ground osiloskop ke
titik B.
- Pengukuran yang sama dilakukan pada titik C-D.
- Cabut transformator dari stop kontak.

A C

Gambar 3.10. Rangkaian Penyearah Setengah gelombang Tanpa Filter

3.2.2 Penyearah Setengah Gelombang dengan Filter


- Kapasitor (C₁) 2200µF/16V ditambahkan pada rangkaian (Gambar3.2).

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 15


- Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi.
- Transformator dihubungkan ke stop kontak.
- Kemudian pengukuran tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-ke-
puncak (Vpp), tegangan DC rata-rata (Vav), periode dan bentuk
gelombang dilakukan pada titik C-D.
- Percobaan ini diulangi kembali dengan kapasitor (C₂) 100µF/16V.
- Cabut transformator dari stop kontak

Gambar 3.11. Rangkaian Penyearah Setengah gelombang dengan Filter

3.2.3 Penyearah Gelombang Penuh Tanpa Filter


- Peralatan dirangkai seperti Gambar 3.3.
- Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi
- Transformator dihubungkan ke stop kontak.
- Tegangan puncak (Vp), tegangan DC rata-rata (Vav), tegangan puncak-
ke-puncak (Vpp), periode dan bentuk gelombang pada transformator
(pada lilitan sekunder) diukur. Pengukuran ini dilakukan dengan
menghubungkan probe (+) osiloskop ke titik A dan ground osiloskop ke
titik B.
- Pengukuran yang sama dilakukan pada titik C-D.
- Cabut transformator dari stop kontak.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 16


A C

Gambar 3.12. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Tanpa Filter


3.2.4 Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter
- Kapasitor (C₁) 2200µF/16V ditambahkan pada rangkaian (Gambar3.4).
- Alat ukur yang akan digunakan dikalibrasi.
- Transformator dihubungkan ke stop kontak.
- Kemudian pengukuran tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-ke-
puncak (Vpp), tegangan DC rata-rata (Vav), periode dan bentuk
gelombang dilakukan pada titik C-D.
- Percobaan ini diulangi kembali dengan kapasitor (C₂) 100µF/16V.
- Cabut transformator dari stop kontak.

Gambar 3.13. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh dengan Filter

4. Tugas
a) Tinjauan pustaka laporan/jurnal berisi (minimal):
- Diodasebagai penyearah arus
- Half-wafe rectifier
- Full-wafe rectifier
- Kapasitor sebagai filter

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 17


b) Tugas Pendahuluan:
- Jelaskan cara penggunaan osiloskop
- Jelaskan perbedaan trafo CT dan non-CT
- Jelaskan prinsip penyearahan arus berdasarkan grafik karakteristik dioda.
- Jelaskan perbedaan half-wafe rectifier dan full-wafe rectifier, adakah
rangkaian yang dapat digunakan selain gambar diatas?
- Jelaskan prinsip kapasitor sebagai filter.

c) Tugas untuk laporan


- Manakah yang lebih efektif, half-waferectifieratau full-wafe rectifier?
- Bandingkan tegangan output tanpa filter, dengan filter C1, dan filter C2,
manakah yang lebih efektif?

5. Daftar Pustaka
Owen, George E. dan Keaton P.W. (1966). Foundamentals of Electronics. New
York: Harper &Row.
Schuler, Charles A. Electronics, Principles and Applications. California: Mc.Graw-
Hill.
Sutrisno. (1985). Elektronika 1, Teori dan Penerapannya. Bandung: Penerbit ITB.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 18


4
TRANSISTOR

1. Tujuan
a. Mengetahui besar konstanta penguatan arus, hFE pada transistor
b. Mengetahui karakteristik transistor melalui perbandingan antara (IC) dan
tegangan antara colector dan emitor (VCE).
2. Teori Singkat
Transistor dwikutub dibuat dengan bahan penyusun yaitu semikonduktor
jenis n dan jenis p, dengan variasi penyusunan npn dan pnp seperti gambar 2.1

Gambar 4.1. Susunan transistor dwikutub (a) transistor pnp (b) transistor npn
Ketiga bagian transistor ini disebut emitor, basis, dan kolektor. Masing-masing
bagian transistor ini dihubungkan ke luar transistor dengan menggunakan konduktor
sebagai kaki transistor. Beberapa transistor ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 4.2. Bentuk beberapa transistor

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 19


Pada transistor dwi kutub sambungan p-n antara emitor dan basis diberi
panjar maju sehingga arus mengalir dari emitor ke basis. Panjar adalah tegangan
dan arus DC yang harus lebih dahulu dipasang agar rangkaian transistor bekerja.
Fungsi transistor terbagi menjadi dua, yaitu sebagai penguat, dan sebagai saklar
otomatis.
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja
sebagai penguat, transistor harus berada di daerah kerja aktif. Hasil bagi antara
sinyal output dengan sinyal input inilah yang disebut faktor penguatan, yang sering
diberi notasi A atau C. Ada 3 macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor
yaitu : Common-Base (CB), Common-Emitter (CE) dan Common-Collector (CC).
Konfigurasi yang paling banyak dipakai sebagai penguat adalah Common-Emitter,
karena mempunyai penguat arus (AI) dan penguatan tegangan (AV) yang tinggi.
Secara umum, konfigurasi common emitter adalah seperti pada rangkaian di gambar
1 dibawah.

Gambar 4.3. Konfigurasi common emitor

Dengan mengetahui kaki-kaki dari transistor, maka dapat diketahui juga fungsi
setiap kaki tersebut. Sehingga hal itu sangat berguna bagi kita untuk mengetahui
sebuah nilai yaitu perbesaran arus (hfe).
Ic
hfe   
.............................................................(2.1)
Ib
Untuk memperkenalkan karakteristik dari transistor bipolar dipergunakan rangkaian
emitter bersama (common-emitter), yang mana kaki emitter dimiliki oleh gerbang
input dan gerbang output. Gerbang BE (basis-emitter) adalah gerbang masukan
(input port) dan gerbang CE (collector-emitter) adalah gerbang keluaran (output
port).

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 20


Jika kita berikan suatu tegangan tertentu Vbe pada gerbang be, maka akan

mengalir arus I b , yang mempunyai karakteristik seperti pada komponen dioda. I b

yang mengalir sebagai fungsi dari tegangan Vbe dikatakan sebagai karakteristik
masukan dari transistor.

Ic Ib Wilayah
(mA) (A) kerja
Ib Penguat
sinyal
Wilayah kerja lemah

Penguat sinyal lemah Vbe

Vce

Gambar 4.4. Kurva karakteristik Transistor


V
Pada gambar karakteristik gambar 2.4, tegangan be harus melewati nilai ambang
Ib
tertentu supaya mengalir arus basis .
Dengan tinjauan transistor jenis npn, untuk mendapatkan nilai perbesaran
seperti itu maka dalam hal ini transistor haruslah dalam keadaan aktif. Syarat yang
diperlukan untuk mengoperasikan sebuah transistor pada suatu rangkaian linear:
1. Dioda emiter harus di bias maju
2. Dioda kolektor harus di bias balik
3. Tegangan pada dioda kolektor harus lebih kecil dari pada tegangan break
down
Jika syarat-syarat ini dipenuhi, transistor merupakan suatu komponen aktif karena
transistor dapat memperkuat suatu sinyal input menghasilkan suatu sinyal output
yang lebih besar.

3. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
1. Transistor BD140
2. VR1(potensiometer atau variable resistor) 50k ohm
3. VR2(potensiometer atau variable resistor) 10k ohm

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 21


4. Power suply DC 3V atau 4,5V
5. Kabel dengan jepit buaya
6. Voltmeter DC
7. 2 buah Amperemeter DC

3.2. Skema Alat

A2 VR (+)
2
Suply DC
V
V A1
R1
(-)

Gambar 4.5. Skema rangkaian percobaan transistor

3.4 Cara kerja


1. siapkan alat dan bahan
2. rangkai alat seperti gambar.1
3. atur tegangan VR1 dan VR2 pada posisi 0V
4. putar VR1 sehingga pada A1 timbul arusIB sebesar 1 mA.
5. PutarlahVR2 dan amati perubahan pada A2 dan V. Lakukan pemutaran
sebanyak 10 kali pemutaran pada VR2. Kemudian catat nilai yang terbaca
pada A2 dan V2 dari tiap-tiap pemutaran VR2.
6. Buatlah grafik dari hasil pembacaan A2 dan V, dengan A2 pada sumbu-y dan
V pada sumbu-x.
7. Ulangi langkah 4-6 dengan nilai yang terbaca pada A1 atau arus basis IB = 3
mA, 5 mA dan 10 mA.
Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan tentang prinsip kerja transistor NPN dan PNP
2. Informasi apa yang bisa didapatkan jika anda diberi kurva karakteristik seperti
pada gambar 2.4?
3.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 22


Daftar Pustaka
Millman,jacob and Halkias,christos.1992.”Elektronika tepadu”.Jakarta: Erlangga
Sutrisno.1986.”Elektronika 1”. Bandung: Penerbit ITB

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 23


5
MODUL PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DIODA

I. Tujuan
Menentukan karakteristik dioda
II. Dasar Teori
Peralatan elektronik pertama yang dikenalkan sebagai dioda merupakan bentuk
dari salah satu sambungan bahan semi konduktor tipe-p dan tipe-n. Dioda ini
merupakan bentuk yang terlihat simpel tetapi memiliki peran yang sangat
penting dalam sistem elektronik. Selain itu juga memiliki karakteristik yang unik
ketika disambungkan dengan sebuah tegangan sumber. Hal tersebut dapat
digunakan dalam beberapa aplikasi, mulai dari yang sederhana sampai pada
aplikasi yang rumit.

Gambar 5.1. Simbol dioda


Adapun pada diode ini terdapat daerah deplesi yaitu daerah yang merupakan
perbatasan antar sambungan semi konduktor. Tiap diode memiliki kebutuhan
energi yang berbeda untuk melewati daerah deplesi ini. Saat diode berpanjar
maju, probabilitas pembawa muatan mayoritas yang mempunyai cukup energi
untuk melewati daerah deplesi akan tergantung pada faktor : temperatur
absolut,muatan elektron serta faktor fudge. Sehingga diperoleh persamaan
umum dioda sebagai berikut:

I = AeV/ηVt dimana Vt = kT/q ...................... (1)

III. Alat dan Bahan


1. Dioda
2. Power Supply
3. Resistor Variabel 50kΩ dan 10kΩ
4. Ampermeter DC
5. Voltmeter DC

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 24


IV. Metodologi percobaan

10k
A

50k
Power supply V

Gambar 5.2. Rangkaian percobaan


karakteristik dioda

Cara kerja:
1. Rangkai alat seperti pada gambar 1
2. Nyalakan power supply
3. Atur tegangan keluaran power supply pada 3V
4. Atur tegangan yang masuk pada dioda sebesar 0V dengan mengubah ubah
resistor variabel
5. Amati arus yang masuk pada dioda
6. Naikkan tegangan pada dioda secara perlahan dengan mengubah
hambatan pada resistor variabel
7. Setiap perubahan tegangan, amati arus yang masuk pada dioda
8. Buatlah grafik dari data tersebut
9. Rubah posisi dioda secara terbalik
10. Lakukan hal yang sama dengan langkah nomor 2 sampai nomor 8

V. Tugas pendahuluan
1. Apa yang dimaksud faktor fudge?
2. Apa perbedaan antara faktor fudge dari germanium dan silikon?
3. Sebutkan 3 aplikasi dari rangkaian yang menggunakan dioda!

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 25


Daftar pustaka
Anonim.-----.”elektronika dasar”.----------
Boylestad. ----. “electronic device and circuit theory 7th edition”. New Jersey:
prentice hall.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 26


6
GERBANG LOGIKA

1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Gerbang logika ini adalah
 Untuk memahami dan mengerti gerbang-gerbang logika (lambang, bentuk,
tabel kebenaran, sifat/karakteristik).
 Untuk menganalisis rangkaian logika.

2. ALAT DAN KOMPONEN


1. Osiloskop
2. Logic Probe
3. Satu set catu daya
4. Kabel-kabel penghubung (jumper)
5. Gerbang-gerbang logika TTL(Transistor-Transistor Logic) :
 IC 7400 (Quadruple 2 input NAND gates)
 IC 7402 (Quadruple 2 input NOR gates)
 IC 7404 (Hex inverters/NOT gates)
 IC 7408 (Quadruple 2 input AND gates)
 IC 7432 (Quadruple 2 input OR gates)

3. DASAR TEORI SINGKAT

Gerbang logika (logic gate ) merupakan dasar pembentuk sistem digital.


Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner. Tegangan yang digunakan dalam
gerbang logika adalah tinggi (high) dan rendah (low), dimana pengkodean untuk
tegangan tinggi adalah biner 1 dan pengkodean tegangan rendah adalah biner 0.
Gerbang logika merupakan rangkaian elektronika yang hanya tanggap terhadap
tegangan tinggi saja (1) atau rendah saja (0).
Semua sistem digital disusun hanya menggunakan tiga gerbang logika dasar.
Gerbang-gerbang dasar ini disebut gerbang AND, gerbang OR, dan gerbang NOT.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 27


Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 apabila semua dimasukan
adalah berlogika 1. Gerbang OR digunakan untuk menghasilkan logika 1 apabila
salah satu masukan berlogika 1. Sedangkan Gerbang not adalah gerbang inverter
(pembalik). Output yang dihasilkan adalah kebalikan dari input yang diberikan.

A B Y
0 0 0 A Y
0 1 0 0 1
1 0 0 1 0
1 1 1

A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

A B Y A B Y
0 0 1 0 0 1
0 1 1 0 1 0
1 0 1 1 0 0
1 1 0 1 1 0

4. CARA KERJA

Dari beberapa komponen IC yang tertera diatas bahwa untuk mendapatkan suatu
gerbang logika maka setiap kode IC tersebut memiliki karakter gerbang yang
berbeda. Untuk merangkai desain gerbang logika maka ditentukan terlebih dahulu
karakter input dan out putnya. Penyederhanaan rangkaian terintegrasi dapat
menggunakan teorema aljabar boole atau peta karnough

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 28


Half Adder

Half adder adalah untai logika yang keluarannya merupakan jumlah dari dua bit
bilangan biner

Atau desain lain

S = Sum, hasil jumlah


C = Carry, sisa hasil
jumlah

Untuk desain diatas carilah tabel kebenarannya ?

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 29


Full Adder

Full adder adalah untai logika yang keluaranya merupakan jumlah dari tiga bit
bilangan biner.

Rangkaian Full adder dapat pula dibangun dari 2 rangkaian half adder

S = Sum, hasil jumlah


C = Carry, sisa hasil
jumlah

Untuk desain diatas carilah tabel kebenarannya ?

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 30


7
BCD to SEVEN SEGMENT
1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki kemampuan
sebagai
berikut :
 Mengerti dan memahami gerbang-gerbang logika untuk rangkaian BCD to
SEVEN SEGMENT

2. ALAT DAN KOMPONEN


Osiloskop
Logic Probe
Satu set catu daya
Kabel-kabel penghubung (jumper)
Gerbang-gerbang logika TTL(Transistor-Transistor Logic) :
SN 7400 (Quadruple 2 input NAND gates)
SN 7402 (Quadruple 2 input NOR gates)
SN 7404 (Hex inverters/NOT gates)
SN 7408 (Quadruple 2 input AND gates)
SN 7432 (Quadruple 2 input OR gates)
SN 7476 (Dual JK master slave FLIP FLOP with {PRESET and CLEAR)
SN 7486 (Quadruple 2 input EXclusive OR gates)

3. DASAR TEORI SINGKAT

Salah satu fungsi rangkaian digital ialah mengkodekan dari bahasa mesin ke
bilangan decimal. Peralatan yang biasa digunakan untuk memperagakan bilangan
decimal adalah peraga tujuh segmen (seven segment display). Seven segment
tersebut mempunyai tujuh dimana setiap segment berupa filament tipis yang
berpijar atau LED yang berpijar. Pengontrolan cahaya segment dapat diatur dari
desain keluaran digital yang kita rancang, sehingga membentuk angka-angka
decimal. Berikut adalah karakter decimal yang dapat ditampilkan melalui Kontrol
setiap segmentnya

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 31


Permasalahanya adalah bagaimana kita dapat menampilkan code biner (BCD) ke
dalam bentuk tampilan angka decimal melalui sevensegment. Tentu dalam hal ini,
BCD adalah sebagai 4 input yang akan di ubah ke dalam bentuk keluaran 7 jalur. 7
jalur tersebut yang akan mengatur penyalaan sevensegment. Untuk membuat
proses converter tersebut maka kita harus mendesain dari perhitungan aritmatika
dan gerbang logika.

4. CARA KERJA

Untuk merancang rangkaian BCD to SEVENSEGMENT maka sama halnya kita


mendesain gerbang logika sederhana. Input dari logika gerbang ini adalah empat
masukan dan outputnya tujuh saluran untuk control segment led. Maka sebelumnya
di buat dulu peta karnough untuk desain tersebut, atau bisa juga menggunakan
Aljabar boole. Untuk mempermudah pekerjaan kita, sebenarnya sudah terdapat IC
yang telah mengatur fungsi BCD to SEVEN SEGMENT yaitu SN 7447. Maka
rangkailah seperti gambar di bawah ini. Dengan input kita beri saklar on-off dan
output kita salurkan ke seven segmentnya

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 32


Gambar 7.1. Skema percobaan
karakteristik dioda

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 33


8
PENCACAH ATAU COUNTER

1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki kemampuan
sebagai
berikut :
 Memahami prinsip kerja Pencacah atau Counter dengan menggunakan prinsip
Flip-Flop

2. ALAT DAN KOMPONEN


Osiloskop
Logic Probe
Satu set catu daya
Kabel-kabel penghubung (jumper)
Gerbang-gerbang logika TTL(Transistor-Transistor Logic) :
SN 7400 (Quadruple 2 input NAND gates)
SN 7402 (Quadruple 2 input NOR gates)
SN 7404 (Hex inverters/NOT gates)
SN 7408 (Quadruple 2 input AND gates)
SN 7432 (Quadruple 2 input OR gates)
SN 7476 (Dual JK master slave FLIP FLOP with {PRESET and CLEAR)
SN 7486 (Quadruple 2 input EXclusive OR gates)

3. TEORI SINGKAT

Counter atau rangkaian penghitung adalah rangkaian logika sequensial yang dapat
dipergunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang masuk dan dinyatakan dengan
suatu bilangan biner. Hal ini dikarenakan counter membutuhkan karakteristik
memori. Pewaktu (timer) memegang peranan penting dalam pengoperasian counter.
Counter digital memiliki karakteristik penting :

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 34


1. Jumlah hitungan maksimum (Modulus counter)
2. Menghitung ke atas atau ke bawah
3. Operasi asinkron atau sinkron
4. Bergerak bebas atau berhenti sendiri

Ada beberapa jenis counter dalam pembahasan sistem digital, diantaranya yaitu
Binary Counter, Up Counter, Down Counter, Johnson Counter, Decade Counter, dan
masih banyak lagi. Namun, dalam makalah ini akan dibahas tentang Decade Counter
atau dikenal juga Ripple Counter Modulo-10.
Pencacahan sekuensial/berurutan dari counter modulo-10 atau decade counter
adalah dari 0000 sampai 1001 (0 hingga 9 desimal). Counter mod-10 memiliki 4 bit
dengan harga: 8-an, 4-an, 2-an dan 1-an. Untuk itu dibutuhkan empat flip-flop yang
dihubungkan seperti ripple counter. Kita harus menambahkan gerbang NAND untuk
menghapus (clear) semua flip-flop kembali ke keadaan nol segera sesudah hitungan
ke- 10. Karena modulus-10 menghitung hingga 9 (1001), maka hitungan berikut (10
- 1010) digunakan untuk menghasilkan pulsa reset. Counter ini dapat dibangun dari
berberapa flip-flop individual, namun juga diproduksi keempat flip-flop dalam satu
paket IC, yang bahkan sudah menyertakan gerbang reset NAND sepert IC 7414
yang kita pakai dalam percobaan ini.
Pencacah atau Counter adalah piranti untuk mencacah atau menghitung jumlah
pulsa yang masuk melalui inputnya. Peranti ini terdiri dari satu atau lebih flip-flop
yang dirangkai sedemikian rupa sehingga setiap pulsa masukan akan menambah
cacahan.

4. CARA KERJA

Cara paling sederhana untuk mencacah pulsa adalah dengan menggunakan flip-flop
T(Toggle). Flip flop ini dapat dibuat dengan menggunakan flip-flop JK atau flip-flop
D.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 35


Keluaran akan berubah keadaan bila flip-flop mendapat picu tepi negatip.

Keluaran pada gambar diatas adalah pencacah biner 1 bit, sedangkan untuk 4 bit
diperlukan 4 buah flipflop yang dapat mencacah dengan 16 kondisi.

Gambar diatas adalah rangkaian desain counter yang dapat dibuat dari gerbang
gerbang Flip-Flop

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 36


9
ADC & DAC

1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki kemampuan
sebagai
berikut :
 Mengerti dan memahami Konversi besaran tegangan Analog menjadi besaran
digital

2. ALAT DAN KOMPONEN

Osiloskop
Logic Probe
Satu set catu daya
Kabel-kabel penghubung (jumper)
IC ADC 0804 dan Komponen pendukungnya
IC DAC 0802 dan Komponen pendukungnya

3. TEORI SINGKAT

Sistem mikroprosesor hanya dapat mengolah data dalam bentuk digital. Oleh karena
itu segala sesuatu yang akan diolah oleh mikroprosesor harus diubah dulu ke dalam
bentuk digital. Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang
dirancang untuk mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital. IC
ADC 0804 dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC
jenis ini bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai
dengan spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversikan secara cepat
suatu masukan tegangan. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan
ADC ini adalah tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 37


rangkaian pengkondisi sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran,
ketepatan dan waktu konversinya.
Beberapa karakteristik penting ADC :

1. Waktu konversi

2. Resolusi

3. Ketidaklinieran

4. Akurasi

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi
sinyal digital yang nilainya proposional. Jenis ADC yang biasa digunakan dalam
perancangan adalah jenis successive approximation convertion atau pendekatan
bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung
pada nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Dalam Gambar 1.
memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.
IC ADC 0804 mempunyai dua masukan analog, Vin (+) dan Vin (-), sehingga dapat
menerima masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan
selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan
yaitu Vin= Vin (+) – Vin (-). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal,
tegangan ini harus dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (-) digroundkan.
Untuk operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan
referensi. Dalam hal ini jangkauan masukan analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt
(skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan

(n menyatakan jumlah bit keluaran biner IC analog to digital converter)


Ada kalanya kita masih membutuh tegangan analog untuk penelitian lanjut. Tetapi
untuk mengeluarkan sumber tegangan analog yang terukur secara presisi dapat kita
atur lewat system digital. Berikut adalah rangkaian pengubah besaran digital ke
analog

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 38


Pada prinsipnya rangkaian DAC adalah mengatur tegangan input melalui rangkaian
pembagi tegangan saja, hanya saja hal itu diatur lewat saklar yang memutus dan
menyambungkan arus.

4. CARA KERJA

Rangkailah ADC 0804 dengan konfigurasi seperti yang tertera gambar diatas. Lalu
kemudian analisa nilai input tegangan analog terkecil untuk dapat merubah satuan
digital.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 39


Rangkailah DAC 0802 dengan konfigurasi seperti yang tertera gambar diatas. Lalu
kemudian analisa nilai input digital untuk dapat merubah tegangan analog.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 40


10
Logika Flip Flop
1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki kemampuan
sebagai
berikut :
 Mengerti dan memahami gerbang-gerbang logika (lambang, bentuk, tabel
kebenaran, sifat/karakteristik).
 Memahami prinsip kerja flip-flop

2. ALAT DAN KOMPONEN


Osiloskop
Logic Probe
Satu set catu daya
Kabel-kabel penghubung (jumper)
Gerbang-gerbang logika TTL(Transistor-Transistor Logic) :
SN 7400 (Quadruple 2 input NAND gates)
SN 7402 (Quadruple 2 input NOR gates)
SN 7404 (Hex inverters/NOT gates)
SN 7408 (Quadruple 2 input AND gates)
SN 7432 (Quadruple 2 input OR gates)
SN 7476 (Dual JK master slave FLIP FLOP with {PRESET and CLEAR)
SN 7486 (Quadruple 2 input EXclusive OR gates)

3. TEORI SINGKAT

Rangkaian logika sekuensial adalah rangkaian logika yang kondisi keluarannya


dipengaruhi oleh masukan dan keadaan keluaran sebelumnya atau dapat dikatakan
rangkaian yang bekerja berdasarkan urutan waktu. Ciri rangkaian logika sekuensial
yang utama adalah adanya jalur umpan balik (feedback) di dalam rangkaiannya.
Rangkaian yang termasuk rangkaian logika kombinasional yaitu Dekoder, Enkoder,
Multiplekser, Demultiplekser. Pada rangkaian-rangkaian itu terlihat bahwa kondisi

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 41


keluaran hanya dipengaruhi oleh kondisi masukan pada saat itu. Adapun contoh
rangkaian yang termasuk rangkaian sekuensial yaitu flip-flop, counter, dan register.

Flip-flop adalah rangkaian utama dalam logika sekuensial. Counter, register serta
rangkaian sekuensial lain disusun dengan menggunakan flip-flop sebagai komponen
utama. Flip-flop adalah rangkaian yang mempunyai fungsi pengingat (memory).
Artinya rangkaian ini mampu melakukan proses penyimpanan data sesuai dengan
kombinasi masukan yang diberikan kepadanya. Data yang tersimpan itu dapat
dikeluarkan sesuai dengan kombinasi masukan yang diberikan.
Ada beberapa macam flip-flop yang akan dibahas, yaitu flip-flop R-S, flip-flop J-K,
dan flip-flop D. Sebagai tambahan akan dibahas pula masalah pemicuan yang akan
mengaktifkan kerja flip-flop.

3. CARA KERJA

JENIS - JENIS FLIP-FLOP


1. FF-RS (dirangkai dari NAND gate)
Simbol Logika : Rangkaian logika :

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 42


FLIP-FLOP D
Sebuah masalah yang terjadi pada Flip-flop RS adalah saat keadaan R = 1, S = 1
harus dihindarkan. Satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengizinkan hanya
sebuah input saja.FF-D mampu mengatasi masalah tersebut.

Tuliskan table kebenarannya ..?

FLIP-FLOP JK
Implementasi gate/rangkaian gerbang FF-JK dan symbol logikanya
adalah seperti gambar berikut :

Buktikanlah table kebenaran diatas …


REGISTER
Fungsi : sebagai memori sementara untuk penggeseran data ke kiri atau ke kanan.
Dibangun dari kumpulan flip-flop, banyaknya flip-flop menentukan panjang register
dan juga panjang kata biner yang dapat disimpan di dalam register.

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 43


Carilah Tabel kebenarannya….

Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 44


Modul Praktikum Elektronika Dasar 2 45

Anda mungkin juga menyukai