Anda di halaman 1dari 34

Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2021

Tanggal Pengumpulan: 12 Oktober 2021

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA SEMESTER 115

PENDIFERENSIAL DAN PENGINTEGRAL RC

Nama : Muhammad Rayhan Izzati Yusuf

NRM : 1306620048

Dosen Pengampu : Dewi Muliyati, M.Si., M.Sc.

Asisten Laboratorium:

Firman Prastiawan (1302619076)

Fiqri Aditya Riyanto (1306619007)

Febian Riza (1306619032)

Rendy Setyabudi

Wildan Nurrahman (1306619044)


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2021

MODUL II
PENDIFERENSIAL DAN PENGINTEGRAL RC

A. TUJUAN

1. Mempelajari rangkaian pengintegralan dan pendeferensialan RC

2. Membuat grafik keluaran pengintegralan dan pendeferensialan RC

3. Menentukan pengaruh nilai R dan nilai C pada keluaran rangkaian pengintegralan


maupun

B. TEORI DASAR

Peristiwa pengisian dan pengosongan kapasitor sangat penting dalam elektronika. Arus
dalam mengisi atau mengosongkan kapasitor mengecil terhadap waktu, yang disebut sebagai
arus transien. Artinya arus ini hanya teramati dalam waktu yang sangat singkat. Dalam
keseharian, peristiwa ini bermanfaat untuk mengubah denyut, mengolah denyut pada pesawat
televisi, penundaan waktu dan lain sebagainya

Pada Fisika Dasar, kita sudah mengetahui bahwa kapasitor dibuat dari dua lapis pelat
konduktor yang dipisahkan dengan suatu isolator atau dielektrik. Jika kapasitor dengan
kapasitansi C dihubungkan dengan suatu sumber tegangan V, maka setelah berapa waktu, di
dalam kapasitor akan terisi muatan sebanyak:

q=CV

Setelah nilai muatan ini tercapai, dikatakan kapasitor sudah terisi penuh. Muatan ini
akan tetap tersimpan dalam kapasitor selama tidak ada kebocoran muatan yang mengalir dari
pelat kapasitor yang satu ke pelat kapasitor yang lain.
Pada gambar di atas, jika saklar S dihubungkan, maka kapasitor C tidak langsung terisi
penuh, tetapi memerlukan waktu untuk mengisi penuh kapasitor C. Setelah saklar S ditutup,
arus mengalir dari sumber tegangan, mengisi muatan kapasitor. Pada saat t, kapasitor yang
mula-mula kosong akan terisi muatan sebanyak:

t
q ( t )=∫ i dt
0

Beda tegangan pada kapasitor C sebesar:

t
q(t ) 1
V c ( t )= = ∫ i dt
C C0

Sedangkan beda tegangan antara kedua ujung resistor menjadi:

V ab=ϵ−V c ( t )

t
1
¿ϵ− q ( t )∫ i dt=iR
C 0

Karena sumber tegangan ϵ tetap, sedangkan Vc(t) selalu bertambah, maka Vab akan
Cerus berkurang, sehingga arus i(t) juga terus berkurang. Pada saat t=0 nilai Vc=O, sehingga
ϵ
nilai i= . Pada saat waktu t didapat nilai arus yang mengalir pada rangkaian:
R

−t
ϵ RC
i ( t )= e
R
Pada persamaan di atas didapat bahwa penurunan nilai arus menurun secara
eksponensial, tergantung pada nilai R dan C. Waktu t=RC disebut sebagai tetapan waktu dan
dinyatakan sebagai T yang menentukan lama pengisian ataupun pengosongan kapasitor.

Untuk mengetahui bagaimana tegangan kapasitor bertambah dengan waktu ketika


kapasitor diisi, digunakan persamaan:

t
q(t ) 1
V c ( t )= = ∫ i dt
C C0

( )
t −t −t
1 ϵ
V c ( t )= ∫ e RC dt=ϵ 1−e RC
C 0 R

Pada saat t=0 kapasitor belum terisi, berdasarkan persamaan di atas Vc=O. Makin besar
nilai RC, semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh kapasitor.

Rangkaian Pengintegral RC

Jika tegangan masukan diberikan berupa tegangan bolak balik yang berbentuk persegi,
maka masukan akan berubah arah dalam interval tertentu. Setiap setengah perioda (T/2)
tegangan masukan akan berubah arah, sehingga setiap T/2 arah arus yang mengalir pada
rangkaian akan berubah arah. Waktu pengisian kapasitor hanya selama T/2. Setelah waktu
tersebut terjadi perubahan arah arus yang mengakibatkan kapasitor segera dikosongkan dan
diisi dengan tegangan negatif. Setelah T terjadi lagi perubahan arah arus sehingga kapasitor
dikosongkan lagi dan diisi dengan tegangan positif. Hal ini terjadi terus menerus berulang
secara periodik sejalan dengan bentuk tegangan masukan.

Jika tetapan waktu τ jauh lebih kecil dari perioda tegangan masukan (i=RC<<T), maka
kapasitor akan terisi penuh dalam waktu T/2. Tetapi jika tetapan waktu τ jauh lebih besar dari
perioda tegangan masukan (i=RC >>T), maka kapasitor belum terisi penuh, maka tegangan
sumber sudah membalik menjadi negatif, akibatnya kapasitor segera dikosongkan dan diisi
dengan tegangan negatif. Tetapi sebelum kapasitor terisi penuh dengan tegangan negatif,
tegangan sumber sudah membalik menjadi tegangan positif, sehingga kapasitor juga segera
dikosongkan dan diisi dengan tegangan positif. Untuk kasus yang kedua ini bentuk tegangan
keluaran di kapasitor berbentuk gelombang segitiga.

Bentuk tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk integral dari isyarat


tegangan
masukan.

Rangkaian Pendeferensial RC

Rangkaian pendeferensialan sama seperti rangkaian pengintegralan, tetapi tegangan


keluaran diukur pada resistor R.
Jika tetapan waktu τ jauh lebih besar dari perioda tegangan masukkan (i=RC>>T) atau
1
frekuensi f >> , maka bentuk isyarat keluaran hampir sama dengan isyarat tegangan
RC
masukan, tetapi puncaknya sedikit miring. Artinya pada saat t = 0 kapasitor dalam keadaan
kosong, sehingga tegangan keluaran sama dengan tegangan masukkan. Pada waktu t = T/2
kapasitor belum terisi penuh, tetapi tegangan masukkan sudah membalik menjadi negatif.
Artinya arus yang melewati resistor belum nol tetapi tegangan masukkan sudah berubah arah.

Jika tetapan waktu τ jauh lebih kecil dari perioda tegangan masukan (i=RC<<T),
1
atau f << , maka kapasitor akan terisi penuh sebelum waktu T/2, artinya arus yang
RC
melewati resistor akan nol sebelum waktu T/2.

Bentuk tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk diferensial dari isyarat tegangan
masukan.

TEORI TAMBAHAN

Rangkaian Seri RC (RSRC) adalah rangkaian RC yang paling sederhana yang terdiri dari
komponen resistor dan kapasitor dimana komponen tersebut biasanya dipasang secara seri atau
sejajar dan dihubungkan dengan sumber tegangan. Contoh RSRC sederhana dapat dilihat pada
Gambar (1). Model RSRC sederhana secara matematis dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan diferensial:

dQ 1
 Q-Cε). (Kusuma,2018)
dt RC

Pada penelitian yang telah dilakukan Arif Rahman Lubis perbandingan solusi analitik
(exact solution) dan solusi numerik untuk menentukan nilai muatan listrik (Q) dari rangkaian seri
resistor kapasitor (RSRC) sederhana dengan tegangan berbentuk impuls fungsi sinus positif,
karena umumnya bentuk grafik pengisian dan pengosongan kapasitor pada rangkaian RC
mempunyai bentuk grafik yang hampir serupa dengan grafik intensitas radiasi matahari.
Penentuan R&C untuk data tegangan dan muatan tanpa diganggu noise telah dilakukan
sebelumnya oleh Yunda Nurfadillah, maka selanjutnya dilakukan penelitian menentukan R&C
dengan data tegangan dan muatan terganggu noise menggunakan metode pererataan sinyal (𝜀 dan
Q) dan metode Least Square (Lubis, 2019).

Penerapan sirkuit RC dapat dilihat di alat pacu jantung elektronik, yang memungkinkan
menghentikan jantung untuk mulai berdenyut lagi dengan membangkitkan rangsangan listrik
melalui elektroda ditempatkan di dada. Alat pacu jantung elektronik menghasilkan sinyal
tegangan biasa yang menyala dan mengontrol frekuensi pulsa. Rangkaian RC ini dilakukan
dengan memodelkan komputasi pada tegangan sinus positif berbentuk pengguna yang
diasumsikan sebagai sistem radiasi matahari yang harus dilakukan dengan suhu di atmosfer bumi
(Alawiyah, 2019).

Pengenalan kita sebelumnya pada fungsi eksponensial negatif dan pemahaman


mengenai konstanta waktu t, memungkinkan kita membuat sketsa kurva tanggapan
rangkaian (Gambar 8.12) dengan relatif mudah. Semakin besar nilai R alau C, semakin besar
pulalah konstanta waktu t, dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mendisipasikan
seluruh energi yang tersimpan. Nilai tahanan yang lebih menjadikan lebih sedikitnya energi
yang terdisipasi untuk nilai tegangan yang tetap dan, akibatnya, dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengubah semua energi rnenjadi panas; nilai kapasitansi yang lebih besar
menjadikan lebih banyak energi tersimpan untuk nilai tegangan yang tetap dan. sekali lagi
akibatnya, dibutuhkan waktu lebih lama untuk menghabiskan energi awal ini (William,
2005).

Arus dan muatan itu digambarkan grafiknya dalam Gambar 27—19; Kedua kuantitas
mendekati nol secara cksponensial seiring waktu. Dengan membandingkan hasil-hasil ini
Persamaan (27—12) dan (27—13). kita memperhatikan bahwa pernyataan- pernyataan
untuk arus adalah identik, kecuali tanda dari muatan kapasitor itu rnendekati secara
asimtotik dalam persamaan (27—16). sedangkan selisih di antara q dan Q mendekati nol
secara asimtotik dalam Persamaan (27—12). Pertimbangan atas energi memberikan kita
penglihatan tambahan mengenai perilaku rangkaian RC. Kapasitor itu sedang laju ketika aki
itu mengantar energi ke rangkaian adalah P = ɛi. Laju sesaat pada waktu energi listrik
disipasikan dalam resistor adalah dan i 2R, dan laju pada waktu energi disimpan dalam
kapasitor adalah iv bc = iq/C. Dengan mengalikan Persamaan (27—9) dengan i. kita
mendapatkan ɛi = i 2R + iq/C
(27-18) Ini berarti bahwa daya yang disuplai oleh aki, bagian (i 2R) didisipasikan dalam
resistor dan bagian (iq/C) disimpan dalam kapasitor (Young,2003).

Di dalam sistem kontrol sering kali keluaran dari sensor nilainya tidak sesuai yang
diharapkan yaitu nilainya mudah untuk diolah. Oleh karena itu perlu adanya pengolah sinyal agar
sinyal keluaran dari sensor dapat kita olah terlebih dahulu agar keluarannya seperti yang
diharapkan. Maka diperlukan sebuah penguat untuk mengatasi hal tersebut yaitu penguat Op-
Amp.
Dalam penggunaannya Op-Amp dibagi menjadi dua jenis yaitu penguat linier dan
penguat tidak linier. Penguat linier merupakan penguat yang tetap mempertahankan bentuk
sinyal masukan, yang termasuk dalam penguat ini antara lain penguat non inverting,
penguat inverting, penjumlah, penguat diferensial dan penguat instrumentasi. Sedangkan penguat
tidak linier merupakan penguat yang bentuk sinyal keluarannya tidak sama dengan bentuk sinyal
masukannya, diantaranya komparator, integrator, diferensiator, pengubah bentuk gelombang dan
pembangkit gelombang (Gunarta, 2011).

Rangkaian integrator Op-Amp ini juga berasal dari rangkaian inverting dengan


tahanan umpan baliknya diganti dengan kapasitor. Jika kapasitor dihubungkan dalam untaian
umpan baliknya, rangkaian itu digolongkan sebagai sebuah integrator. Secara umum,
umpan  balik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpan balik negatif menghasilkan
penguatan yang dapat terukur. Ketika inputnya berupa sinyal DC (frekuensi = 0), kapasitor akan
berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya akan saturasi
sebab rangkaian umpanbalik Op-Amp menjadi open loop (penguatan open loop Op-Amp ideal
tidak berhingga atau sangat besar). Maka rangkaian feedback integrator harus diparalelkan
dengan sebuah resistor dengan nilai sebesar 10 kali R (Arifin, 2009).
Rangkaian RC (Resistor – – Kapasitor) atau sering dikenal dengan istilah RC
Kapasitor) atau sering dikenal dengan istilah RCfilter atau RC network, adalah rangkaian
listrik yang tersusun dari resistor danfilter atau RC network, adalah rangkaian listrik yang
tersusun dari resistor dankapasitor. Rangkaian RC orde satu (first order) tersusun dari
satu resistor atau satukapasitor. Rangkaian RC orde satu (first order) tersusun dari satu
resistor atau satukapasitor yang merupakan rangkaian RC paling sekapasitor yang merupakan
rangkaian RC paling sederhana (Pratama, 2015).

Rangkaian R-L-C paralel, sifat dari rangkaian paralel adalah terjadi percabangan arusdarisumber
menjadi tiga, yaitu arus yang menuju arus yang menuju resistor , induktordarisumber menjadi
tiga, yaitu arus yang menuju arus yang menuju resistor , induktordan kapasitor.Sedangkan
tegangan jatuh pada resistor , pada induktor dan padadan kapasitor.Sedangkan tegangan
jatuh pada resistor , pada induktor dan padakapasitor sama besar dengansumber tegangan.
Suatu rangkaian arus bolak-balik yangkapasitor sama besar dengansumber tegangan. Suatu
rangkaian arus bolak-balik yangterdiri dari resistor (R), reaktansi induktif(XL) dan reaktansi
kapasitif (XC), dimanaterdiri dari resistor (R), reaktansi induktif(XL) dan reaktansi
kapasitif (XC), dimanaketiganya dihubungkan secara paralel.ketiganya dihubungkan secara
parallel (Aprilia, 2015).

Rangkaian RC merupakan rangkaian yang terdiri dari kapasitor dan resistor. Padarangkaian
RC untuk mengubah bentuk isyarat masuk menghasilkan isyarat keluaran.rangkaian RC untuk
mengubah bentuk isyarat masuk menghasilkan isyarat keluaran.Isyarat tersebut dibagi menjadi
dua jenis yaitu rangkaian integral RC dan rangkaianIsyarat tersebut dibagi menjadi dua jenis
yaitu rangkaian integral RC dan rangkaiandiferensial RC, tergantung dari rangkaian yang
digunakan. Isyarat rangkaian yangdiferensial RC, tergantung dari rangkaian yang
digunakan. Isyarat rangkaian yang pengintegralan RC,sinyal keluaran rangkain merupakan
integra pengintegralan RC,sinyal keluaran rangkain merupakan integral dari sinl dari sinyal
masukkan.yal masukkan.Dan untuk isyarat rangkaian pendiferensialan RC, yaitu sinyal
keluaran rangkaianDan untuk isyarat rangkaian pendiferensialan RC, yaitu sinyal keluaran
rangkaianmerupakan diferensial dari sinyal masukkan dan proses tersebut dikaji beberapa
siatmerupakan diferensial dari sinyal masukkan dan proses tersebut dikaji beberapa siatrangkain
RC sebagai gelombang dari persegi ke segitiga dengan masing-masingrangkain RC
sebagai gelombang dari persegi ke segitiga dengan masing-masingmengintegrasikan dan
mendiferensiasikan dengan input dan mengintegrasikan dan mendiferensiasikan dengan input
dan output (Novitasary, 2014).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Resistor

2. Kapasitor

3. Papan rangkaian (Protoboard)

4. Osiloskop

5. Probe

6. AVOmeter

7. Audiogenerator

8. Kabel merah, hitam, hijau

D. CARA KERJA

1. Percobaan 1 : Pengintegralan RC

a. Menyusun rangkaian R dan C yang seri seperti gambar berikut ini:


b. Menghitung tetapan waktu τ dari rangkaian dengan menggunakan persamaan:

τ =RC untuk R = 3 MΩ dan C = 3,3 nF

c. Menggunakan sumber tengan yang sinyalnya berbentuk gelombang square dan ambil
sumber 6 mVpp dengan mengamati pada osiloskop

d. Mengatur perioda masukan 0.01 τ ; 0.1 τ ; τ ;10 τ ;100 τ , masing-masing digambar


tegangan keluaran pada kapasitor yang teramati pada osiloskop

e. Melakukan langkah a-d untuk R2=R tetapi C2=100C

f. Melakukan langkah a-d untuk R3=10R tetapi C3=C

2. Percobaan II: Pendiferensialan RC

a. Menyusun rangkaian R dan C yang seri seperti gambar berikut ini:

b. Menghitung tetapan waktu τ dari rangkaian dengan menggunakan persamaan:


τ =RC untuk R = 3 MΩ dan C = 3,3 nF

c. Menggunakan sumber tegangan yang sinyalnya berbentuk square dari audiogenerator


dan ambil sumber 6 mVpp dengan mengamati pada osiloskop.
d. Mengatur perioda masukan 0.01 τ ; 0.1 τ ;τ ; 10 τ ;100 τ , masing-masing digambar
tegangan keluaran pada kapasitor yang teramati pada osiloskop

e. Melakukan langkah a-d untuk R2=R tetapi C2=100C

f. Melakukan langkah a-d untuk R3=10R tetapi C3=C

E. TUGAS PENDAHULUAN

1. Tentukan nilai τ 3 MΩ dan C: 3,3nF

τ =RC

¿ ( 3 ×10 )( 3,3 ×10 )=9,9× 10 s


6 −9 −3

2. Tentukan persamaan tegangan pada C untuk waktu 0 – 0,5T

−0.5 / RC
V c =ϵ (1−e )

3. Lukiskan persamaan tersebut untuk nilai τ pada soal 1 dengan perioda 100 μs, 1 ms, dan 1
s dalam grafik tegangan Kapsitor C sebagai fungsi Waktu t

T =100 μs T =1 ms T =1 s
−4 −3
−10 −10 −1
−3 −3 −3
9.9 ×10
V c =ϵ (1−e 9.9 ×10
) V c =ϵ (1−e 9.9 ×10
) V c =ϵ (1−e )
V c =ϵ ( 1−e ) V c =ϵ (1−e−0.1 ) V c =ϵ (1−e−101 )
−1.01

V c =0,6 ϵ V c =0,9 ϵ V c =ϵ

V
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
100 μs 1 ms 1s

4. Tentukan persamaan Tegangan pada R untuk waktu O — O,5T

0,5
1
V R=ϵ − ∫ i dt
C 0

1 0,5
V R=ϵ − ∨¿|0
C

1
V R=ϵ − (0,5)i
C

5. Lukiskan persamaan tersebut untuk nilai t pada soal 1 dengan perioda 100 μs, 1 ms, dan 1
s dalam grafik tegangan resistor R sebagai fungsi Waktu t

T =100 μs T =1 ms T =1 s

0 0 1
1 1 1
V R=ϵ − ∫ idt
C 10 −4
V R=ϵ− ∫ i dt
C 10
−3
V R=ϵ − ∫ i dt
C 0
1 0 1 0 1 1
V R=ϵ− ∨t |10 −4 V R=ϵ− ∨t |10 −3 V R=ϵ − ∨t |0
C C C

1 −4 1 −3 1
V R=ϵ+ (1 0 ) V R=ϵ+ (1 0 ) V R=ϵ − (1)
C C C

R
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
100 μs 1 ms 1s

F. DATA PERCOBAAN

f(Hz) Pengintegralan Pendiferensialan


10
102

103

 Percobaan 1

T = 0,01τ T = 0,1 τ
T=τ T = 10 τ

 Percobaan 2

T = 0,01 τ T = 0,1 τ
T=τ T = 0,01 τ

T = 10 τ T = 0,01 τ
 PENINTEGRALAN RC

τ Vpp I Vpp II

0,01τ 6,20 V 0,106 V

0,1τ 6,20 V 1,02 V

τ 6,40 V 4,56 V

10τ 3,84 V 2,96 V

τ Vrms I Vrms II

0,01τ 2,21 V 0,0371 V

0,1τ 2,20 V 0,358 V

τ 2,26 V 1,57 V

10τ 1,33 V 1,03 V

 PENDIFERENSIALAN RC
τ Vpp I Vpp II

0,01τ 3,72 V 3,64 V

0,1τ 3,84 V 3,56 V

τ 4,00 V 1,60 V

10τ 3,80 V 0,174 V

τ Vrms I Vrms II

0,01τ 1,31 V 1,26 V

0,1τ 1,32 V 1,23 V

τ 1,37 V 0,541 V

10τ 1,37 V 0,0603 V

G. PENGOLAHAN DATA

NO FREKUENSI (Hz) PERIODE(T)

1 R = 3 MΩ & C = 3,3 nF R = 3 MΩ & C = 3,3 nF

0,01 τ 0,01 τ
1 1
f= T=
τ f
1 1 11 −5
f= = T−9== =10.101,01
=9,9× 10 Hzs
0,01 RC 0,001 ×3 ×10 × 3,3× 10 10.101,01
6
9,9 ×10 Hz
−5

0,1 τ
1 0,1 τ
f=
τ 1
T=
1 1 f 1
f= = = =1.010,10 Hz
0,1 RC 0,1 ×3 ×10 6 × 3,3× 10−9 9,9 ×101−4 −4
T= =9,9 ×10 s
1.010,10 Hz

1
f=
τ 1τ
1 1 T=11
f= = = =101,01 Hz
f −3
1 RC 1 ×3 ×106 ×3,3 ×10−9 9,9× 10
10 τ 1 −3
T= =9,9× 10 s
101,01 Hz
1
f=
τ
1 1 10 τ 1
f= = = =10,10 Hz
1 −2
10 RC 10 ×3 × 106 × 3,3× 10−9 9,9 ×10
T=
f
100 τ
1 −2
1 T= =9,9 ×10 s
f= 10,10 Hz
τ
1 1 1
f= = =
−9100 τ
=1,01 Hz
100 RC 100 ×3 ×10 × 3,3× 10
6
9,9 ×10
−1

1
T=
f
1
T= =9,9× 10−1 s
1,01 Hz

2 R = 3 MΩ & C = 330 nF R = 3 MΩ & C = 330 nF


0,001 τ 0,001 τ
1 1
f= T=
τ f
1 1 1 1 −5
f= = T =−8 = =99
=1.010,10
×10 sHz
0,001 RC 0,001 ×1,3 ×10 ×33 × 10 1.010,10
6
Hz
99 ×10
−5

0,01 τ
1 0,01 τ
f=
τ 1
T=
1 1 f 1
f= = = =101,01 Hz
0,01 RC 0,01 ×1,3 ×10 × 33× 10
6 −8
99 ×10
1
−4
−4
T= =99× 10 s
0,1 τ 101,01 Hz
1
f=
τ 0,1 τ
1 1 1
f= = = 1
−8T =
=10,10 Hz
0,1 RC 0,1 ×1,3 ×10 × 33× 10
6
f ×10−3
99
1τ 1 −3
T= =99 ×10 s
1 10,10 Hz
f=
τ
1 1 1τ1
f= = = =1,01 Hz
1 RC 1 ×1,3 ×10 ×33 ×10
6 −8
99× 10
1
−2

T=
10 τ f
1 1 −2
f= T= =99× 10 s
τ 1,01 Hz
1 1 1
f= = = =0,1 Hz
10 RC 10 ×1,3 ×10 × 33× 10 1099τ ×10−1
6 −8

1
T=
f
1
T= =99 ×10−1 s
0,1 Hz

3 R = 300 MΩ & C = 3,3 nF R = 300 MΩ & C = 3,3 nF


0,0001 τ 0,0001 τ
1 1
f= T=
τ f
1 1 1 1 −5
f= = T = −9 = =9,9×
=10.101,01
10 s Hz
0,0001 RC 0,0001 ×3 ×10 × 3,3× 1010.101,01
8
Hz
9,9 ×10 −5

0,001 τ
1 0,001 τ
f=
τ 1
T=
1 1 f 1
f= = = =1.010,10 Hz
0,001 RC 0,001 ×3 ×10 × 3,3× 10
8 −9
9,91×10−4 −4
T= =9,9 ×10 s
0,01 τ 1.010,10 Hz
1
f=
τ 0,01 τ
1 1 1 1
f= = T= =101,01 Hz
0,01 RC 0,01 ×3 ×10 × 3,3× 10
8 −9
f9,9 ×10−3
0,1 τ 1
T= =9,9× 10−3 s
1 101,01 Hz
f=
τ
1 1 0,1 τ 1
f= = = =10,10 Hz
0,1 RC 0,1 ×3 ×10 × 3,3× 10
8 −9
9,91×10−2
T=
1τ f
1 1
f= T= =9,9 ×10−2 s
τ 10,10 Hz
1 1 1
f= = = =1,01 Hz
1 RC 1 ×3 ×10 ×3,3 ×10
8 −9
9,9×
1 τ 10
−5

1
T=
f
1 −1
T= =9,9× 10 s
1,01 Hz
A. Pengintegralan

0,01 τ 0,1 τ

 Vpp 6,20 V  Vpp 6,20 V


V pp =6,20 Volt V pp =6,20 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
6,20 6,20
¿ 0,806 % (4 AP) ¿ 0,806 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 6,20 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 6,20 ± 0,05 ) Volt
 Vpp 0,106 V  Vpp 1,02 V
V pp =0,106Volt V pp=1,02 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
0,106 1,02
¿ 47,16 % (4 AP) ¿ 4,901 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 47,16 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 1,02± 0,05 ) Volt

τ 10 τ

 Vpp 6,40 V  Vpp 3,84 V


V pp =6,40 Volt V pp =3,84 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= ×100 %
6,40 3,84
¿ 0,781 % (4 AP) ¿ 1,302 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 6,40 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 3,84 ± 0,05 ) Volt
 Vpp 4,56 V  Vpp 2,96 V
V pp =4,56 Volt V pp=2,96 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
4,56 2,96
¿ 1,096 % (4 AP) ¿ 1,689 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 4,56 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 2,96 ± 0,05 ) Volt

0,01 τ 0,1 τ

 Vrms 2,21 V  Vrms 2,20 V


V rms =2,21 Volt V rms =2,20 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
2,21 2,20
¿ 2,262 % (4 AP) ¿ 2,27 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 2,21 ±0,05 ) Volt ¿ ( 2,20 ± 0,05 ) Volt
 Vrms 0,0371 V  Vrms 0,358 V
V rms =0,0371 Volt V rms =0,358 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
0,0371 0,358
¿ 134,77 % (4 AP) ¿ 13,96 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 0,358 ± 0,05 ) Volt
¿ ( 0,0371 ±0,05 ) Volt

τ 10 τ

 Vrms 2,26 V  Vrms 1,33 V


V rms =2,26 Volt V rms =1,33 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
2,26 1,33
¿ 2,212 % (4 AP) ¿ 3,759 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 2,26 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 1,33 ±0,05 ) Volt
 Vrms 1,57 V  Vrms 1,03 V
V rms =1,57 Volt V rms =1,03 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
1,57 1,03
¿ 3,184 % (4 AP) ¿ 4,854 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )

¿ ( 1,57 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 1,03 ±0,05 ) Volt

B. Pendifferensialan
0,01 τ 0,1 τ

 Vpp 3,72 V  Vpp 3,84 V


V pp =3,72 Volt V pp =3,84 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= ×100 %
3,72 3,84
¿ 1,344 % (4 AP) ¿ 1,302 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 3,72 ±0,05 ) Volt ¿ ( 3,84 ± 0,05 ) Volt
 Vpp 3,64 V  Vpp 3,56 V
V pp =3,64 Volt V pp =3,56 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
3,64 3,56
¿ 1,373 % (4 AP) ¿ 1,404 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 3,64 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 3,56 ± 0,05 ) Volt

τ 10 τ

 Vpp 4,00 V  Vpp 3,80 V


V pp =4,00 Volt V pp=3,80 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
4,00 3,80
¿ 1,25 % (3 AP) ¿ 1,315 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 4,00 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 3,84 ± 0,05 ) Volt
 Vpp 1,60 V  Vpp 0,174 V
V pp =1,60 Volt V pp =0,174 Volt
1 1
∆ V pp = × 0,1 ∆ V pp = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= ×100 %
1,60 0,174
¿ 3,125 % (4 AP) ¿ 28,73 % (4 AP)
V = ( V pp ± ∆ V pp ) V = ( V pp ± ∆ V pp )
¿ ( 1,60 ±0,05 ) Volt ¿ ( 0,174 ± 0,05 ) Volt

0,01 τ 0,1 τ

 Vrms 1,31 V  Vrms 1,32 V


V rms =1,31 Volt V rms =1,32 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
1,31 1,32
¿ 3,816 % (4 AP) ¿ 3,78 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 1,31± 0,05 ) Volt ¿ ( 1,32± 0,05 ) Volt
 Vrms 1,26 V  Vrms 1,23 V
V rms =1,26 Volt V rms =1,23 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
1,26 1,23
¿ 3,968 % (4 AP) ¿ 4,065 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 1,23 ±0,05 ) Volt
¿ ( 1,26 ± 0,05 ) Volt
τ 10 τ

 Vrms 1,37 V  Vrms 1,37 V


V rms =1,37 Volt V rms =1,37 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= × 100 % KSR= × 100 %
1,37 1,37
¿ 3,649 % (4 AP) ¿ 3,649 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 1,37 ± 0,05 ) Volt ¿ ( 1,37 ± 0,05 ) Volt
 Vrms 0,541 V  Vrms 0,0603 V
V rms =0,541 Volt V rms =0,0603 Volt
1 1
∆ V rms = × 0,1 ∆ V rms = × 0,1
2 2
¿ 0,05 Volt ¿ 0,05 Volt
0,05 0,05
KSR= ×100 % KSR= × 100 %
0,541 0,0603
¿ 9,242 % (4 AP) ¿ 82,91 % (4 AP)
V = ( V rms ± ∆ V rms ) V = ( V rms ± ∆ V rms )
¿ ( 0,541 ±0,05 ) Volt
¿ ( 0,0603 ± 0,05 ) Volt
H. ANALISIS DATA & GRAFIK

Pada praktikum ini tentang rangkaian RC yang berkaitan dengan integrase dan
diferensiasi. Hasil grafik pada rangkaian RC osiloskop adalah rangkaian yang terdiri
dari resistor dan kapasitor. Rangkaian jenis ini merupakan rangkaian RC integral dan
rangkaian diferensial RC. Kedua rangkaian tersebut dibedakan dari cara pemasangan
rangkaiannya.
Ciri-ciri rangkaian terpadu adalah pada rangkaian tersebut resistor
dihubungkan secara seri dengan tegangan sumber, dan kapasitor dihubungkan secara
paralel dengan tegangan sumber. Rangkaian resistansi diferensial dipasang paralel
dengan tegangan catu daya, dan kapasitor dipasang seri dengan tegangan catu
daya. Percobaan ini terdiri dari dua rangkaian yaitu integral dan diferensial.
Percobaan ini terdiri dari dua rangkaian yaitu integral dan diferensial. Sebelum
praktikum, osiloskop dikalibrasi secara akurat pada 6mVpp, sehingga tegangan
keluaran dan grafik yang dihasilkan lebih akurat. Perhitungan juga dilakukan untuk
menentukan nilai periode dan frekuensi resistor dan kapasitor yang digunakan, dan
kemudian beroperasi pada generator audio untuk membuat tegangan keluaran dan nilai
bentuk gelombang muncul di layar.
Menurut literatur, jika tegangan output dipasang pada RC integrator maka
tegangan akan turun karena memperoleh frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika
frekuensi meningkat, tegangan output akan berkurang. Kemudian jika tegangan
keluaran dipasang pada percobaan diferensial RC maka tegangan akan bertambah
karena tegangan keluaran akan semakin tinggi mengingat frekuensi yang tinggi.
Integrasi RC ini memiliki tegangan input dan output yang berbeda, dan dalam
diferensiasi RC, bentuk tegangan output akan sama dengan tegangan input, tetapi
hanya nilai puncaknya yang sedikit condong. Hal ini sesuai dengan hasil yang
diperoleh praktisi dan dapat dilihat pada gambar grafik.

TIDAK ADA PERHITUNGAN


I. TUGAS AKHIR

1. Berikan penjelasan terhadap bentuk grafik luaran yang didapatkan baik untuk
rangkaian pengintegralan maupun rangkaian pendiferensialan

Jawab:

Bentuk gelombang keluaran diferensial, yaitu gelombang penuh diubah


menjadi setengah gelombang. Berdasarkan analisis bentuk gelombang keluaran
yang dihasilkan oleh pembeda, gelombang persegi diubah menjadi segitiga atau
gigi gergaji. Gelombang pada rangkaian integrator mengubah gelombang penuh
menjadi gelombang gigi gergaji.

Kurva integrator RC:

Gambar kiri adalah grafik satuan, sedangkan grafik kanan adalah grafik
kontinu. Kurva differentiator RC:
2. Jelaskan pengaruh nilai r dan nilai C terhadap grafik tegangan keluaran
pengintegralan RC.

Jawab:

Pada grafik pengintegralan RC, berlaku rumus berikut:

τ =RC

Nilai R dan C berpengaruh pada nilai nilai frekuensi. Semakin besar nilai R dan
C, maka semakin kecil nilai frekuensinya. Dan semakin kecil nilai R dan C, maka
semakin besar nilai frekuensinya. Untuk integrasi RC, semakin tinggi frekuensi,
semakin rendah tegangan output. Dan grafik yang dihasilkan dari tegangan keluaran
puncak menurun dengan meningkatnya frekuensi.

3. Jelaskan pengaruh nilai r dan nilai C terhadap grafik tegangan keluaran


pendiferensialan RC

Jawab:

Pada grafik pendeferensialan RC, berlaku rumus berikut:

dV¿
V out =RC
dt
Nilai R dan C mempengaruhi nilai frekuensi, semakin besar nilai R dan C maka
semakin kecil nilai frekuensinya. Untuk differensiasi RC, semakin tinggi frekuensi
yang diberikan maka nilai tegangan keluaran dan periodenya akan meningkat.

J. PEMBAHASAN & KESIMPULAN

 Pembahasan

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk melihat output tampilan dari
rangkaian pengintegralan RC dan Pendeferensialan RC. Digunakan beberapa
jenis rangkaian:

 Rangkaian pengintegralan RC dengan: R = 3 MΩ dan C = 3,3 nF, (0,01 𝜏; 0,1


𝜏; 𝜏; 10 𝜏).

 Rangkaian pendiferensialan RC dengan: R = 3 MΩ dan C = 3,3 nF, (0,01 𝜏;


0,1𝜏; 𝜏; 10 𝜏).

Sebelum diinput, nilai 𝜏 ditentukan dengan menghitung 𝜏 = 𝑅𝐶. Setelah


mendapatkan nilai yang diinginkan, gunakan generator sinyal untuk membangkitkan
gelombang persegi dengan sumber diferensial 4 V dan sumber integral 6 V untuk
pengamatan pada osiloskop. Osiloskop yang digunakan adalah osiloskop digital.

Sebelum memulai, kalibrasi osiloskop terlebih dahulu. Setelah menghubungkan


rangkaian ke osiloskop, ubah frekuensi generator sinyal dari 10 Hz, 100 Hz, 100 Hz
menjadi 10.000 Hz. Setelah itu, rekam data dari rangkaian integrator RC dan
rangkaian diferensiasi RC

 Kesimpulan

1. Bentuk gelombang keluaran differensiator yaitu mengubah gelombang penuh


menjadi setengah gelombang. Sedangkan gelombang integrator dapat mengubah
satu gelombang penuh menjadi gelombang.
2. Berdasarkan analisa bentuk gelombang keluaran yang dihasilkan differensiator
sesuai fungsinya untuk mengubah gelombang persegi menjadi gelombang segitiga
atau gergaji. Sedangkan integrator gelombang keluaran yang dihasilkan berupa
gergaji dan satu gelombang. Hal ini dikkarenakan mampu melakukan operasi
integrasi matematis pada sinyal masukan.
3. Pada rangkaian diferensial RC semakin besar frekuensi yang diberikan, maka
semakin kecil tegangan keluarannya yang membuat periode juga maka semakin
kecil tegangan keluarannya yang membuat periode juga semakin mengecil.
4. Pada rangkaian integral RC semakin besar frekuensi yang diberikan,semakin
membesar pula tegangan keluarannya yang membuat periodenya semakin
membesar pula tegangan keluarannya yang membuat periodenya juga semakin
besar. juga semakin besar.
5. Ketelitian dan pengetahuan sangat diperlukan dalam proses rangkaian dan
pembacaan grafik jika belum membaca modul terlebih dahulu maka. kesalahan

dalam pengukuran pun akan terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah A. 2019. Penentuan R dan C dari Model Rangkaian Serial RC untuk Pengukuran
Tegangan dan Muatan Terganggu Noise. Skripsi Universitas Sriwijaya.

Arifin, Jaenal. 2009. Rangkaian Integrator. http://empirints.undip.co.id. [Diakses 02 Juni 2014].


Gunarta, Lilik. 2011. Rangkaian
Integrator. http://skp.unair.a.id/repository/Guru-Indonesia/menjelaskan-
konseppr_llikgunarta.pdf. [Diakses 02Juni 2014].

H. William. Rangkaian Listrik Jilid 1 Edisi 6. Jakarta: Erlangga. 2005.

Kusuma B. 2018. Solusi Eksak Muatan Kapasitor Dua Rangkaian Serial RC Terkopel dengan
Tegangan Penggerak Periodik. Skripsi Universitas Sriwijaya

Lubis, A. R., 2019. Solusi Analitik dan Solusi Numerik Model Rangkaian Serial Resistor
Kapasitor (RSRC) dengan Tegangan Berbentuk Impuls Fungsi Sinus Positif. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.

Novitasari Desy, dkk.”Rangkaian Integral Desy,dkk.”Rangkaian Integral dan dan Differensiasi


Differensiasi RC”. RC”. Jurnal Jurnal Elektronika. Elektronika.Vol .1. No.1,2016, hal 1.

Pratama Aji Wahyu,dkk.” Rangkaian Integral dan Diferensial RC (E--3)”. Jurnal3)”.


JurnalFisika. Vol.1. No.1, 2015, hal.1-2. Fisika. Vol.1. No.1, 2015, hal.1-2.

Risya Aprilia.” Rangkaian RLC”. JurnalElektronika. Vol .1. No.1,2014, hal 1.

Young, Freedman. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Erlangga: Jakarta. 2003

Anda mungkin juga menyukai