Jembatan Wheatstone
(Percobaan 4)
Sinar Meisura Asyifa, Abidatul Khairiah, Humayrah, Mirnawati, Nor Alina, Nurul Hasanah dan
Bastomi Saputra.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.
Jl. Brigjen H. Hasan Basri Komp. Unlam Kayutangi, Banjarmasin 70123
e-mail: info@unlam.ac.id
Abstrak— Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja dari jembatan wheatstone, serta menentukan
prinsip kerja dari jembatan wheatstone serta menentukan nilai hambatan sebuah resistor dengan sistem jembatan
hambatan sebuah resistor dengan sistem jembatan wheatstone.
R 1 DC
R2 = II. KAJIAN TEORI
wheatstone. Dengan persamaan AD diperoleh Alat ukur dan pengukuran besaran listrik merupakan
R2 perhitungan {[R 1 = 29,70Ω => R2 = (60,81±0 ,15) Ω ; bentuk dengan satu kesatuan yang utuh dalam menilai
(60,81±0,15) Ω ; (61 ,34±0 ,16) ] Ω ; [R1 = 37,70 Ω => besaran listrik yang terdiri dari tegangan, arus, daya, energi,
frekuensi dan faktor daya. Sedangkan komponen – komponen
R2 = (61 ,9±0,8) Ω ; (61 ,35±0,14) Ω ; listrik yang tekait dengan pengukuran besaran listrik antara
(60,61±0,14) ] Ω ; [R1 = 48,40 Ω => R2 = (59,50±0,13) lain resistor (R), Induktor (L), dan kapasitor (C). Mengukur
besarnya sebuah komponen resistor dapat dilakukan dengan
Ω ; (59 ,04±0,13) Ω ; (60, 45±0 ,13) Ω ]}. Nilai ini berbagai cara dan hasil yang didapatkan dari pengukuran
berbeda dengan nilai teoritisnya (56±5%Ω) dan nilai yang tersebut tergantung dari tingkat ketelitian alat ukur yang
terukur ( (56 ,20±0,01) Ω). Hal ini mungkin disebabkan dipakai. Salah satu pengukuran resistor yang sudah dikenal
karena beberapa faktor kesalahan. sejak lama yaitu memakai alat ukur jembatan wheatstone.
Pada alat ukur ini tersedia satu fasilitas utama yang berfungsi
sebagai detektor dengan sensitivitas yang tinggi disebut
Kata Kunci—Arus, Galvanometer, Jembatan
galvanometer. Dalam hal penggunaan jembatan wheatstone
Wheatstone, Panjang AD, Panjang DC, Resistor.
atau alat ukur lain seperti jembatan potensiometer. Hasil
pengukuran besaran komponen resistor yaitu dengan cara
I. PENDAHULUAN membandingkan pada kondisi keseimbangan titik nol
R1 R2
=
R 1 +R 3 R 2 + R 4 (9)
Atau
Gambar 2.2 Rangkaian Dengan Kawat Homogen
R 1 R 4 =R 2 R 3 (10)
Dalam keadaan galvanometer menunjukan nol maka letak D
adalah titik keseimbangan. Disini berlaku : Persamaan diatas merupakan bentuk kesetimbangan jembatan
wheatstone. Berarti jika hamabatan R 4 adalah hambatan yang
R 1 AD tidak diketahui (Sebagai RX) maka :
=
R 2 DC (4) R2
R X =R 3 .
Jika R2 adalah hambatan yang akan ditentukan maka : R1 (11)
Kesalahan Pengukuran
Jembatan jembatan wheatstone dipakai secara luas pada
pengukuran presisi tahanan dari sekitar 1Ω sampai
rangkuman megaohm rendah. Sumber kesalahan utama
terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang
diketahui. Kesalahan – kesalahan lain bisa mencakup :
a. Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup.
b. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek Gambar 3.6 Meteran Gambar 3.7 Multitester
pemanasan arus melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek
pemanasan dari arus-arus lengan jembatan dapat
mengubah tahanan yang diukur. Kenaikan temperatur
bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pengukuran
yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai
tahanan.
c. Ggl termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian
galvanometer dapat juga mengakibatkan masalah sewaktu
mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegahnya,
kadang-kadang galvanometer yang lebih sensitif
dilengkapi dengan sistem kumparan tembaga dari sistem
suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan Gambar 3.8 Jembatan dan Kotak Geser
logam-logam yan tidak sama yang saling kontak satu
sama lain dan untuk mencegah terjadinya ggl termal. Adapun rumusan hipotesis pada percobaan ini yaitu “Jika
d. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan semakin besar hambatan (R 1) yang digunakan maka panjang
kontak-kontak luar memegang peranan dalam pengukuran AD sebagai pengganti R3 akan semakin panjang (besar) dan
nilai-nilai tahanan yang sangat rendah. [4] panjang DC sebagai pengganti R 4 akan semakin pendek
(kecil). Sedangkan R2 nya tetap”.
Percobaan kali ini menggunakan tiga macam variabel
III. METODE PERCOBAAN yaitu, variabel manipulasi, variabel respon, variabel kontrol.
Untuk identifikasi dan definisi operasional variabel (DOV)
Pada percobaan Jembatan Wheatstone ini dibutuhkan percobaan ini adalah sebagai berikut , variabel yang
beberapa peralatan seperti pada gambar yaitu baterai 2 buah, dimanipulasi pada percobaan ini yaitu hambatan (R 1). DOV
galvanometer 1 buah, stand baterai 2 buah, resistor kramik 3 manipulasinya yaitu hambatan didefinisikan sebagai
buah, resistor gelang 1buah, kabel penghubung 9 buah, komponen yang menahan aliran listrik dalam rangkaian yang
meteran 1 buah, multitester 1 buah, jembatan dan kotak geser mana selama percobaan megubah-ubah resistansi resistor
1 buah. atau hambatan I (R1) dinyatakan dalam satuan Ohm sebanyak
tiga kali dan yaitu 29,70Ω ; 37,70Ω dan 48,40Ω. Sedangkan
variabel yang diresponnya yaitu Panjang AD dan Panjang
DC. Sedangkan DOV responnya yaitu selama percobaan
mengamati dan mengukur panjang AD dan Panjang DC yang
diperoleh dari percobaan dengan menggunakan meteran dan
dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). Dan untuk variabel
Gambar 3.1 Baterai dan Stand Baterai
yang dikontrol yaitu tegangan sumber, galvanometer, kabel
penghubung, resistor gelang II (R 2), dan kawat homogen.
Sedangkan DOV kontrolnya yaitu selama percobaan menjaga
tetap tegangan sumber dari baterai yang diukur dengan
menggunakan multitester sebesar (2,88±0,01)V , serta
menjaga tetap galvanometer dalam keadaan baik serta kabel
penghubung yang digunakan yaitu 9 buah, juga besarnya
Gambar 3.2 Galvanometer Gambar 3.3 Resistor Keramik
resistansi R2 yang diukur dengan multitester yaitu
(56,20±0,01)Ω dan kawat homogen yang digunakan
tetap.
Adapun prosedur kerja pada Jembatan Wheatstone ini
adalah sebagai berikut : pertama-tama menyusun rangkaian
seperti pada Gambar 3.10
Gambar 3.4 Resistor Gelang Gambar 3.5 Kabel Penghubung
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 4
Vs = (2,88±0,01)Volt
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Jembatan Wheatstone
Gambar 3.9 Rangkaian Percobaan −2 −2
(R 1±0 ,01 )Ω ( AD±0 ,05)10 m (DC±0 ,05)10 m
Dimana AC adalah jembatan dengan kontak geser D, R 1 1. 33,80 1. 69,20
adalah hambatan sumbat dan R 2 adalah hambatan yang tidak 29,70 2. 33,80 2. 69,20
diketahui. Kemudian menentukan hambatan R 1 dengan 3. 33,60 3. 69,40
mencabut salah satu sumbat. Kemudian menghubungkan 1. 39,00 1. 64,00
baterai dan menggeser kontak geser sepanjang kawat 37,70 2. 39,20 2. 63,80
homogen AC sehingga galvanometer menunjuk angka nol. 3. 39,50 3. 63,50
Lalu mengukur panjang AD dan DC. Mencabut baterai dan 1. 46,20 1. 56,80
mengubah besarnya R1 kemudian menghubungkan baterai 48,40 2. 46,40 2. 56,60
lagi dan menggeser kontak geser hingga galvanometer 3. 45,80 4. 57,20
kembali menunjuk angka nol. Mengukur lagi besarnya AD
dan DC. Melakukan percobaan ini beberapa kali dengan R 1 Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang
yang berbeda-beda. dilakukan dengan metode jembatan wheatstone dengan
Rancangan Percobaan : mengukur panjang kawat AD dan DC diperoleh data seperti
pada Tabel 4.1 diatas. Dapat diketahui panjang kawat AD
sebagai pengganti R3 dan panjang kawat DC sebagai
pengganti R4. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat ketika
nilai R1 nya diperbesar maka panjang AD yang diperoleh
nilainya juga akan semakin besar. Namun nilai yang
diperoleh pada AD malah kebalikannya, nilai yang didapat
pada kawat AD semakin mengecil seiring dengan
pertambahan nilai R1. Dari data yang diperoleh diatas dapat
dikatakan percobaan ini berhasil dan telah sesuai dengan
rumusan hipotesisnya yaitu yaitu “Jika semakin besar
hambatan (R1) yang digunakan maka panjang AD sebagai
pengganti R3 akan semakin panjang (besar) dan panjang DC
Gambar 3.10 Rancangan Percobaan sebagai pengganti R4 akan semakin pendek (kecil).
Sedangkan R2 nya tetap.
Adapun teknik analisis yang digunakan untuk Selanjutnya nilai hambatan resistor gelang sebagai R2
mendapatkan nilai perhitungan yaitu : dapat dicari nilainya dengan menggunakan sistem jembatan
wheatstone ini. Dengan menggunakan persamaan
R DC R 1 DC
R2 = 1 R2 =
AD AD diperoleh lah nilai R2 beserta KR dan DK
nya secara perhitungan atau percobaan seperti pada tabel
ΔR 1 Δ DC Δ AD
{
ΔR 2 = |
R1
|+|
DC
|+|
AD }
| R2
berikut :
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Jurnal ini
dengan lancar dan tepat pada waktunya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum
Jembatan Wheatstone yaitu Bastomi Saputra yang telah
memberikan panduan saat melakukan praktikum. Serta tidak
lupa kepada teman-teman praktikum satu kelompok dan
yang lainnya, yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan
percobaan dan Jurnal Laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Pakpahan, Sahat. 1993. Intrumen Elektronik Dan
Teknik Pengukuran. Jakarta : Erlangga.
[2]
Tim Dosen Alat Ukur Listrik. 2015. Penuntun
Praktikum Alat Ukur Listrik. Banjarmasin : FKIP
FISIKA UNLAM.
[3]
Salam, Abdul. 2015. Handout : Jembatan Arus Searah
(Jembatan Wheatstone). Banjarmasin : FKIP FISIKA
UNLAM.
[4]
Cooper, William. D. 1993. Instrumentasi Elektronika.
Jakarta : Erlangga.