Anda di halaman 1dari 6

JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 1

Jembatan Wheatstone
(Percobaan 4)
Sinar Meisura Asyifa, Abidatul Khairiah, Humayrah, Mirnawati, Nor Alina, Nurul Hasanah dan
Bastomi Saputra.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.
Jl. Brigjen H. Hasan Basri Komp. Unlam Kayutangi, Banjarmasin 70123
e-mail: info@unlam.ac.id
Abstrak— Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja dari jembatan wheatstone, serta menentukan
prinsip kerja dari jembatan wheatstone serta menentukan nilai hambatan sebuah resistor dengan sistem jembatan
hambatan sebuah resistor dengan sistem jembatan wheatstone.
R 1 DC
R2 = II. KAJIAN TEORI
wheatstone. Dengan persamaan AD diperoleh Alat ukur dan pengukuran besaran listrik merupakan
R2 perhitungan {[R 1 = 29,70Ω => R2 = (60,81±0 ,15) Ω ; bentuk dengan satu kesatuan yang utuh dalam menilai
(60,81±0,15) Ω ; (61 ,34±0 ,16) ] Ω ; [R1 = 37,70 Ω => besaran listrik yang terdiri dari tegangan, arus, daya, energi,
frekuensi dan faktor daya. Sedangkan komponen – komponen
R2 = (61 ,9±0,8) Ω ; (61 ,35±0,14) Ω ; listrik yang tekait dengan pengukuran besaran listrik antara
(60,61±0,14) ] Ω ; [R1 = 48,40 Ω => R2 = (59,50±0,13) lain resistor (R), Induktor (L), dan kapasitor (C). Mengukur
besarnya sebuah komponen resistor dapat dilakukan dengan
Ω ; (59 ,04±0,13) Ω ; (60, 45±0 ,13) Ω ]}. Nilai ini berbagai cara dan hasil yang didapatkan dari pengukuran
berbeda dengan nilai teoritisnya (56±5%Ω) dan nilai yang tersebut tergantung dari tingkat ketelitian alat ukur yang
terukur ( (56 ,20±0,01) Ω). Hal ini mungkin disebabkan dipakai. Salah satu pengukuran resistor yang sudah dikenal
karena beberapa faktor kesalahan. sejak lama yaitu memakai alat ukur jembatan wheatstone.
Pada alat ukur ini tersedia satu fasilitas utama yang berfungsi
sebagai detektor dengan sensitivitas yang tinggi disebut
Kata Kunci—Arus, Galvanometer, Jembatan
galvanometer. Dalam hal penggunaan jembatan wheatstone
Wheatstone, Panjang AD, Panjang DC, Resistor.
atau alat ukur lain seperti jembatan potensiometer. Hasil
pengukuran besaran komponen resistor yaitu dengan cara
I. PENDAHULUAN membandingkan pada kondisi keseimbangan titik nol

R angkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk


pengukuran nilai-nilai komponen seperti tahanan,
induktansi atau kapasitansi dan parameter rangkaian lainnya
galvanometer. [1]

Untuk menegtahui besarnya nilai resistansi dari suatu


hambatan dapat ditentukan (diukur) dengan menggunakan
yang diturunkan secara langsung dari nilai-nilai komponen
sistem sambungan jembatan wheatstone.
karena rangkaian jembatam hanya membandingkan nilai
Pada umumnya sambungan jembatan ini terdiri dari empat
komponen yang tidak diketahui dengan komponen yang buah tahanan yang masing-masing R 1, R2, RX, dan Rn. Sebuah
besarnya diketahui secara tepat, ketelitian pengukurannya galvanometer dan sebuah sumber tegangan.
tentu saja bisa tinggi sekali. Kita mengenal jembatan Sumber tegangan E akan mengeluarkan sejumlah kuat arus
wheatstone untuk pengukuran tahanan DC. Untuk I yang akan mengalir ketahanan-tahanan tadi. Asas utama
mengetahui besarnya nilai resistansi dari suatu hambatan pengukuran menggunakan jembatan – jembatan wheatstone
dapat ditentukan dengan menggunakan sistem sambungan adalah : “Mengatur R1, R2, RX, dan Rn sedemikian sehingga
jembatan wheatstone. Dalam pengujian presisi tinggi dan sambungan jembatan berada dalam keadaan seimbang
kalibrasi, kita dapat menggunakan prinsip jembatan (balance), dimana pada kawat cabang CD tidak akan dialiri
wheatstone dengan pengaman dan pengukuran tahanan – arus listrik. Jadi pada keadaan seimbang galvanometer G
tahanan yang sangat tinggi. akan menunjukan angka nol (0)”.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil beberapa
rumusan masalah yaitu : “Bagaimanakah prinsip kerja dari
jembatan wheatstone ? Berapakah nilai hambatan dari sebuah
resistor gelang yang diukur dengan sistem jembatan
wheatstone ?”.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 2

Gambar 2.1 Rangkaian Jembatan Wheatstone


Gambar 2.3 Jembatan Wheatstone
Jika saklar ditutup dan tidak ada arus yang mengalir melalui
Arus yang melalui galvanometer bergantung pada beda
galvanometer G (jembatan), maka dikatakan jembatan itu
potensial antara titik c dan d jeembatan disebut seimbang bila
telah seimbang. Dalam keadaan demikian maka :
beda potensial pada galvanometer adalah 0 volt. Artinya
tidak ada arus yang melalui galvanometer. Hal ini terjadi jika
I1R1 = I3R3 (1)
Vca=Vda. Jadi :
Dan
I2R2 = I4R4 (2)
Vac = Vad
I1R1 = I2R2 (6)
Jika persamaan (1) dibagi dengan persamaan (2) diperoleh :
Jika arus galvanometer adalah nol, kondisi berikut juga
R 1 R3 dipenuhi :
=
R2 R 4 (3)
ε
I 1 =I 3 =
Jika R4 dan R3 diganti dengan kawat yang homogen maka R 1 +R 3 (7)
rangkaian menjadi :
ε
I 2 =I 4 =
R 2 +R 4 (8)

Dengan menghubungkan persamaan (6), (7), dan (8), maka


diperoleh :

R1 R2
=
R 1 +R 3 R 2 + R 4 (9)
Atau
Gambar 2.2 Rangkaian Dengan Kawat Homogen
R 1 R 4 =R 2 R 3 (10)
Dalam keadaan galvanometer menunjukan nol maka letak D
adalah titik keseimbangan. Disini berlaku : Persamaan diatas merupakan bentuk kesetimbangan jembatan
wheatstone. Berarti jika hamabatan R 4 adalah hambatan yang
R 1 AD tidak diketahui (Sebagai RX) maka :
=
R 2 DC (4) R2
R X =R 3 .
Jika R2 adalah hambatan yang akan ditentukan maka : R1 (11)

R 1 DC  Tahanan R3 disebut lengan standar.


R 2=  Tahanan R2 dan R1 disebut lengan pembanding (ratio
AD (5)[2] arms).
Detektor nol yang digunakan pada jembatan wheatstone
Rangkaian jembatan wheatstone mempunyai empat lengan harus memiliki sensitivitas yang cukup untuk menghasilkan
resitif beserta sebuah sumber ggl (baterai) dan sebuah posisi setimbang jembatan pada tingkat presisi yang
detektor nol yang biasanya adalah galvanometer atau alat diperlukan. [3]
ukur sensitif lainnya.
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 3

Kesalahan Pengukuran
Jembatan jembatan wheatstone dipakai secara luas pada
pengukuran presisi tahanan dari sekitar 1Ω sampai
rangkuman megaohm rendah. Sumber kesalahan utama
terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang
diketahui. Kesalahan – kesalahan lain bisa mencakup :
a. Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup.
b. Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek Gambar 3.6 Meteran Gambar 3.7 Multitester
pemanasan arus melalui tahanan-tahanan tersebut. Efek
pemanasan dari arus-arus lengan jembatan dapat
mengubah tahanan yang diukur. Kenaikan temperatur
bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pengukuran
yang sebenarnya, tetapi arus yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai
tahanan.
c. Ggl termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian
galvanometer dapat juga mengakibatkan masalah sewaktu
mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegahnya,
kadang-kadang galvanometer yang lebih sensitif
dilengkapi dengan sistem kumparan tembaga dari sistem
suspensi tembaga yakni untuk mencegah pemilikan Gambar 3.8 Jembatan dan Kotak Geser
logam-logam yan tidak sama yang saling kontak satu
sama lain dan untuk mencegah terjadinya ggl termal. Adapun rumusan hipotesis pada percobaan ini yaitu “Jika
d. Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan semakin besar hambatan (R 1) yang digunakan maka panjang
kontak-kontak luar memegang peranan dalam pengukuran AD sebagai pengganti R3 akan semakin panjang (besar) dan
nilai-nilai tahanan yang sangat rendah. [4] panjang DC sebagai pengganti R 4 akan semakin pendek
(kecil). Sedangkan R2 nya tetap”.
Percobaan kali ini menggunakan tiga macam variabel
III. METODE PERCOBAAN yaitu, variabel manipulasi, variabel respon, variabel kontrol.
Untuk identifikasi dan definisi operasional variabel (DOV)
Pada percobaan Jembatan Wheatstone ini dibutuhkan percobaan ini adalah sebagai berikut , variabel yang
beberapa peralatan seperti pada gambar yaitu baterai 2 buah, dimanipulasi pada percobaan ini yaitu hambatan (R 1). DOV
galvanometer 1 buah, stand baterai 2 buah, resistor kramik 3 manipulasinya yaitu hambatan didefinisikan sebagai
buah, resistor gelang 1buah, kabel penghubung 9 buah, komponen yang menahan aliran listrik dalam rangkaian yang
meteran 1 buah, multitester 1 buah, jembatan dan kotak geser mana selama percobaan megubah-ubah resistansi resistor
1 buah. atau hambatan I (R1) dinyatakan dalam satuan Ohm sebanyak
tiga kali dan yaitu 29,70Ω ; 37,70Ω dan 48,40Ω. Sedangkan
variabel yang diresponnya yaitu Panjang AD dan Panjang
DC. Sedangkan DOV responnya yaitu selama percobaan
mengamati dan mengukur panjang AD dan Panjang DC yang
diperoleh dari percobaan dengan menggunakan meteran dan
dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). Dan untuk variabel
Gambar 3.1 Baterai dan Stand Baterai
yang dikontrol yaitu tegangan sumber, galvanometer, kabel
penghubung, resistor gelang II (R 2), dan kawat homogen.
Sedangkan DOV kontrolnya yaitu selama percobaan menjaga
tetap tegangan sumber dari baterai yang diukur dengan
menggunakan multitester sebesar (2,88±0,01)V , serta
menjaga tetap galvanometer dalam keadaan baik serta kabel
penghubung yang digunakan yaitu 9 buah, juga besarnya
Gambar 3.2 Galvanometer Gambar 3.3 Resistor Keramik
resistansi R2 yang diukur dengan multitester yaitu
(56,20±0,01)Ω dan kawat homogen yang digunakan
tetap.
Adapun prosedur kerja pada Jembatan Wheatstone ini
adalah sebagai berikut : pertama-tama menyusun rangkaian
seperti pada Gambar 3.10
Gambar 3.4 Resistor Gelang Gambar 3.5 Kabel Penghubung
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 4

digunakan serta membandikan nilai R 2 secara teoritis


dengan percobaannya.

IV. ANALISA HASIL DATA DAN PEMBAHASAN

Vs = (2,88±0,01)Volt
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Jembatan Wheatstone
Gambar 3.9 Rangkaian Percobaan −2 −2
(R 1±0 ,01 )Ω ( AD±0 ,05)10 m (DC±0 ,05)10 m
Dimana AC adalah jembatan dengan kontak geser D, R 1 1. 33,80 1. 69,20
adalah hambatan sumbat dan R 2 adalah hambatan yang tidak 29,70 2. 33,80 2. 69,20
diketahui. Kemudian menentukan hambatan R 1 dengan 3. 33,60 3. 69,40
mencabut salah satu sumbat. Kemudian menghubungkan 1. 39,00 1. 64,00
baterai dan menggeser kontak geser sepanjang kawat 37,70 2. 39,20 2. 63,80
homogen AC sehingga galvanometer menunjuk angka nol. 3. 39,50 3. 63,50
Lalu mengukur panjang AD dan DC. Mencabut baterai dan 1. 46,20 1. 56,80
mengubah besarnya R1 kemudian menghubungkan baterai 48,40 2. 46,40 2. 56,60
lagi dan menggeser kontak geser hingga galvanometer 3. 45,80 4. 57,20
kembali menunjuk angka nol. Mengukur lagi besarnya AD
dan DC. Melakukan percobaan ini beberapa kali dengan R 1 Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang
yang berbeda-beda. dilakukan dengan metode jembatan wheatstone dengan
Rancangan Percobaan : mengukur panjang kawat AD dan DC diperoleh data seperti
pada Tabel 4.1 diatas. Dapat diketahui panjang kawat AD
sebagai pengganti R3 dan panjang kawat DC sebagai
pengganti R4. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat ketika
nilai R1 nya diperbesar maka panjang AD yang diperoleh
nilainya juga akan semakin besar. Namun nilai yang
diperoleh pada AD malah kebalikannya, nilai yang didapat
pada kawat AD semakin mengecil seiring dengan
pertambahan nilai R1. Dari data yang diperoleh diatas dapat
dikatakan percobaan ini berhasil dan telah sesuai dengan
rumusan hipotesisnya yaitu yaitu “Jika semakin besar
hambatan (R1) yang digunakan maka panjang AD sebagai
pengganti R3 akan semakin panjang (besar) dan panjang DC
Gambar 3.10 Rancangan Percobaan sebagai pengganti R4 akan semakin pendek (kecil).
Sedangkan R2 nya tetap.
Adapun teknik analisis yang digunakan untuk Selanjutnya nilai hambatan resistor gelang sebagai R2
mendapatkan nilai perhitungan yaitu : dapat dicari nilainya dengan menggunakan sistem jembatan
wheatstone ini. Dengan menggunakan persamaan
R DC R 1 DC
R2 = 1 R2 =
 AD AD diperoleh lah nilai R2 beserta KR dan DK
nya secara perhitungan atau percobaan seperti pada tabel
ΔR 1 Δ DC Δ AD


{
ΔR 2 = |
R1
|+|
DC
|+|
AD }
| R2
berikut :

Tabel 4.2 Nilai R2 Secara Perhitungan (Percobaan)


 Ketidakpastian Relatif (KR) => KR DK
ΔR (R 1±0 ,01 )Ω ( R2 ±ΔR 2 )Ω (%) (%)
KR= 2 ×100 %
R2 1.
0,25 99,75
 Derajat Kepercayaan (DK) => DK = 100% - KR% (60,81±0 ,15)
 Pelaporan Fisika (PF) =>
PF=( R ± ΔR )Ω
2 2 29,70
2.
0,25 99,75
Kemudian setelah percobaan telah dilakukan, maka (60,81±0 ,15)
diharuskan membuat laporan lengkap dalam bentuk 3.
0,25 99,75
jurnal ini dengan data yang diperoleh dan bantuan (61,34±0 ,16 )
persamaan diatas. Adapun hal-hal yang perlu dianalisis 37,70 (61 ,9±0,8)
1. 1,39 98,61
yaitu berdasarkan tujuan percobaan dan hipotesis yang
2. 0,23 99,77
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 5

(61 ,35±0,14) galvanometer, skala penunjukan jarum yang terlihat


3.
sebenarnya tidak tepat menunjukan nol. Serta bisa juga
0,23 99,77 dikarenakan alat ukur tersebut kurang sensitif. Sensitivitas
(60 ,61±0,14 ) detektor nol yang tidak cukup pada Galvanometer, sehingga
1. menyebabkan praktikan salah dalam mengukur panjang AD.
0,22 99,78
(59 ,50±0,13) Dapat dikatakan percobaan kali ini belum sesuai dengan
2. hipotesis yang digunakan, seharusnya nilai R 2 adalah tetap
48,40 0,22 99,78 baik antara masing-masing perhitungan maupun antara nilai
(59,04±0,13)
perhitungan dengan Teoritis dan atau yang terukurnya.
3. Dari hasil percobaan dapat diketahui prinsip kerja
0,22 99,78
(60, 45±0 ,13) jembatan wheatstone adalah keseimbangan nilai komponen
antara masing-masing lengan, lengan yang berseberangan
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.2 diatas nilai nya harus sama. Sifat umum dari arus akan mengalir
dengan menggunakan persamaan sebelumnya, diperoleh dari beda potensial tinggi ke beda potensial rendah, jika
nilai R2 yang berbeda-beda satu sama lain. Menurut hipotesis terdapat persamaan beda potensial antara masing-masing
yang digunakan nilai R2 tetap, walaupun nilai R 1 nya lengan, arus tidak akan mengalir sehingga galvanometer akan
diperbesar seharusnya nilai R2 yang dihasilkan akan sama, menunjukan angka nol. Hal ini sesuai dengan persamaan
namun secara perhitungan pada tabel diatas melimiliki nilai R1R4 = R2R3 . Syarat lain besarnya resistansi resistor pada
yang berbeda-beda. Bila dibandingkan juga, nilai R 2 secara lengan R1 dan R2 kisaran nilai nya harus seimbang. Seperti
perhitungan pada Tabel 4.2 diatas dengan nilai teoritis R 2 pada percobaan, resistansi R 2 sebesar 56±5%Ω oleh sebab
yang tertera dibahan, memiliki perbedaan. Resistor gelang R 2 itu resistansi R1 yang dimanipulasi nilainya juga hanya
yang tertera dibahan mempunyai kode warna Hijau, Biru, berkisar puluhan.
Hitam, dan Emas, sehingga nilai hambatannya yaitu
56±5%Ω. Sedangkan nilai R2 pada Tabel 4.2 berkisar antara V.KESIMPULAN
59Ω-61Ω. Tentu saja nilai yang diperoleh pada Tabel 4.2
Berdasarkan tujuan awal dari percobaan Jembatan
memiliki selisih yang signifikan dengan nilai teoritisnya
Wheatstone ini dan berdasarkan pada hasil pengamatan yang
56±5%Ω. Namun nilai R2 ketika R1 = 48,40Ω pada percobaan
diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut,
1 dan 2 nilai R2 nya mendekati nilai teoritisnya, yaitu
yaitu prinsip kerja dari jembatan wheatstone ini adalah
(59,50±0,13) Ω dan (59 ,04±0,13) Ω. Selisihnya keseimbangan nilai komponen antara masing-masing lengan,
hanya berkisar ±3Ω dengan nilai teoritisnya. arus yang mengalir pada lengan yang berseberangan nilai nya
Selanjutnya resistor gelang yang mempunyai hambatan harus sama. Jika terdapat kesamaan, maka arus tidak akan
56±5%Ω tadi diukur dengan menggunakan multimeter mengalir sehingga galvanometer akan menunjukan angka
sehingga nilai hambatan asli yang terbaca yaitu nol. Syarat lain besarnya resistansi resistor pada lengan R 1
(56 ,20±0,01) Ω. Nilai yang terukur, sedikit mempunyai dan R2 kisaran nilai nya harus seimbang.
perbedaan dengan nilai yang tertera dibahan, namun masih Berdasarkan percobaan dilakukan pengukuran terhadap
berkisar nilainya diantara sekian, selisihnya sangat kecil. Bila panjang kawat AD sebagai pengganti R3 dan panjang kawat
dibandingkan, nilai yang diukur dengan multimeter tadi DC sebagai pengganti R4 yang mana hasil nya seperti pada
dengan nilai perhitungan pada Tabel 4.2 juga mempunyai Tabel 4.1 dan hasil yang diperoleh tersebut telah sesuai
perbedaan yang signifikan. Selisihnya lumayan besar. Sama dengan hipotesis yang digunakan.
seperti selisih sebelumnya, antara nilai teoritis dengan R 1 DC
perhitungan, begitu pula nilai yang terukur dengan nilai R2 =
Dengan menggunakan persamaan AD
perhitungan pada Tabel 4.2. Sama seperti sebelumnya juga,
diperoleh nilai hambatan resistor gelang sebagai R2 beserta
nilai R2 pada Tabel 4.2 yang mendekati nilai yang terukur
KR dan DK nya seperti pada Tabel 4.2 secara perhitungan.
yaitu (56 ,20±0,01) Ω adalah ketika R1 = 48,40Ω pada Nilai R2 yang diperoleh memiliki perbedaan satu sama lain
percobaan 1 dan 2 nilai R 2 nya mendekati nilai yang terukur, yang mana seharusnya nilainya sama. Selain itu Bila
yaitu (59,50±0,13) Ω dan (59,04±0,13) Ω. Selisihnya dibandingkan dengan nilai teoritisnya yang tertera dibahan
hanya berkisar ±3Ω. yaitu 56±5%Ω terdapat perbedaan nilai. Terdapat selisih
Secara keseluruhan perbedaan nilai R2 secara Perhitungan yang cukup signifikan. Dan juga apabila nilai perhitungan
antara satu sama lain, serta perbedaan nilai R 2 dengan nilai tersebut dibandingan dengan nilai R 2 teoritis tadi yang diukur
teoritis dan nilai yang terukurnya pada multimeter mungkin menggunakan multimeter menghasilkan nilai
dikarenakan oleh beberapa faktor kesalahan, baik kesalahan (56 ,20±0,01) Ω juga tedapat perbedaan dan selisih nilai
yang dilakukan praktikan itu sendiri maupun kesalahan yang yang signifikan. Nilai perhitungan pada Tabel 4.2 yang
dihasilkan dari alat dan bahan yang digunakan, misalnya paling mendekati dengan nilai teoritisnya dan atau nilai yang
seperti kurang telitinya praktikan pada saat mengukur terukur pada multimeter adalah ketika R1 = 48,40Ω pada
panjang AD dengan meteran sehingga nilai yang terukur (59,50±0,13) Ω
percobaan 1 dan 2 yaitu dan
tidak sesuai dan mengakibatkan perhitungan nilai R2 tidak
sesuai dengan nilai teoritis dan yang terukur pada multimeter. (59 ,04±0,13) Ω. Selisihnya hanya berkisar ±3Ω.
Atau mungkin kesalahan paralaks praktikan terhadap
JURNAL RESMI PRAKTIKUM ALAT UKUR LISTRIK 6

Perbedaan nilai ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor


kesalahan. Seperti yang telah dijelaskan dibagian analisis.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Jurnal ini
dengan lancar dan tepat pada waktunya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada asisten praktikum
Jembatan Wheatstone yaitu Bastomi Saputra yang telah
memberikan panduan saat melakukan praktikum. Serta tidak
lupa kepada teman-teman praktikum satu kelompok dan
yang lainnya, yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan
percobaan dan Jurnal Laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
Pakpahan, Sahat. 1993. Intrumen Elektronik Dan
Teknik Pengukuran. Jakarta : Erlangga.
[2]
Tim Dosen Alat Ukur Listrik. 2015. Penuntun
Praktikum Alat Ukur Listrik. Banjarmasin : FKIP
FISIKA UNLAM.
[3]
Salam, Abdul. 2015. Handout : Jembatan Arus Searah
(Jembatan Wheatstone). Banjarmasin : FKIP FISIKA
UNLAM.
[4]
Cooper, William. D. 1993. Instrumentasi Elektronika.
Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai