FISIKA DASAR
DOSEN PENGAJAR
Ardian Yusuf Wicaksono, S.Kom., M.Kom.
OLEH :
Fiqri Baihaqi Hermawanto (1201190034)
Moch Yusuf Faisal Akbar Anwari (1201190002)
Aqil Mustaqim (1201190017)
Ardiyansyah Bisma R (1201190047)
Pesawat Atwood terdiri dari dua buah beban M 1 dan M2 yang dihubungkan dengan seutas
tali kemudian dilewatkan melalui sebuah katrol. Tali yang menghubungkan beban cukup
ringan sehingga massanya dapat diabaikan, begitu pula dengan katrol. Pesawat Atwood
digunakan untuk mempelajari gerak benda, di antaranya menguji hukum-hukum gerak
Newton dan mengukur besar percepatan gravitasi (g).
Pada pesawat ini dapat diamati dua jenis gerak, yaitu gerak linier dan gerak rotasi. Gerak
linier yang dapat diamati adalah Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB). Gerak rotasi adalah gerak katrol melalui porosnya. Untuk gerak rotasi
katrol, momen inersia katrol perlu diperhitungkan. Akan tetapi, jika massa benda-benda yang
digantungkan pada tali jauh lebih besar daripada massa katrol, maka massa katrol dapat
diabaikan. Dalam hal ini, persamaan gerak sistem menjadi lebih sederhana.
Jika momen inersia tidak dapat diabaikan, momen inersia katrol harus masuk ke dalam
massa sistem dalam bentuk “massa ekivalen” katrol. Bila r adalah jari-jari efektif katrol, maka
massa ekivalen katrol (mk) sama dengan I/R2, sehingga pada gerak sistem ini akan berlaku
gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier.
B. Peralatan
Katrol
Pengarah
beban
Skala
Penghenti beban
dengan lubang
Gerbang
cahaya 1
Beban silinder M1
Pengikat Beban silinder M2
beban
Gerbang
cahaya 2
Penghenti beban
tanpa lubang
Pengatur
ketegak lurusan
PENDAHULUAN
Pewaktu Pencacah adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pewaktu (timer) dan
sebagai pencacah (counter). Alat ini biasa digunakan pada peralatan rel udara dan pada
percobaan lainnya seperti ayunan bandul.
Gerbang Gerbang
cahaya cahaya
penghalang cahaya
penghalang cahaya
Gerbang
cahaya
penghalang cahaya
Arah gerak
Gambar 4. Transisi gelap ke terang
Untuk selanjutnya transisi terang ke gelap disebut sebagai pulsa naik dan transisi gelap
ke terang disebut sebagai pulsa turun. Pewaktu pada dasarnya mengukur selang waktu
antara dua kejadian, misalnya selang waktu antara saat pulsa naik dan pulsa naik
berikutnya, atau antara pulsa naik dan pulsa turun berikutnya. Pulsa yang dapat diindera
oleh pewaktu adalah pulsa dalam bentuk tegangan listrik. Bila pulsa dikaitkan dengan
benda bergerak dan jarak perpindahan yang ditempuh (∆s) benda pada selang waktu
tersebut (∆t) diketahui, maka kecepatan rata-rata dapat dihitung dengan:
∆𝑠𝑠
𝑣𝑣̅=
∆𝑡𝑡
Laju sesaat pada selang waktu yang kecil dapat didekati dengan membuat jarak tempuh
cukup kecil sehingga selang waktunya yang diperoleh juga relatif sangta kecil. Bila laju
sesaat pada dua kejadian diketahui dan bila gerak itu diyakini sebagai gerak berubah
beraturan, percepatan gerak dapat dicari melalui persamaan:
𝑣𝑣2 − 𝑣𝑣1
𝑎𝑎 =
∆𝑡𝑡
DASAR PENGUKURAN
Mode pengukuran pada Pewaktu Pencacah yang sering digunakan dalam percobaan
dengan pesawat Atwood adalah TIMING I dan TIMING II.
TIMING I
Fungsi TIMING I adalah untuk mengukur selang waktu selama gerbang cahaya terhalang
oleh penghalang cahaya atau suatu objek. Perhatikan gambar di bawah ini:
Gerbang
Pulsa turun Pulsa naik cahaya
Penghalang cahaya
A B
Gambar 5
Pada saat penghalang cahaya bergerak dari A ke B, gerbang cahaya pertama kali akan
mengindera pulsa naik, bersamaan dengan itu pewaktu mulai menghitung waktu,
kemudian setelah beberapa saat gerbang cahaya akan mengindera pulsa turun,
bersamaan dengan itu pewaktu berhenti menghitung waktu. Hasil pengukuran
ditampilkan pada layar Pewaktu Pencacah. Pada pesawat Atwood, mode TIMING I dapat
digunakan untuk percobaan Gerak Lurus Beraturan (menentukan kecepatan sesaat).
TIMING II
Fungsi TIMING II adalah untuk mengukur selang waktu saat gerbang cahaya mengindera
pulsa naik pertama dengan pulsa naik kedua. Perhatikan gambar berikut ini:
Gerbang
Pulsa naik 2 Pulsa naik 1 cahaya
Penghalang cahaya
A B
Gambar 6
Pada saat penghalang cahaya bergerak dari A ke B, pertama kali gerbang cahaya akan
mengindera pulsa naik ke-1, bersamaan dengan itu pewaktu mulai menghitung waktu.
Setelah beberapa saat gerbang cahaya mengindera pulsa naik ke-2 bersamaan itu pula
pewaktu berhenti menghitung waktu. Hasil pengukuran waktu tersebut ditampilkan pada
layar Pewaktu Pencacah. Pada pesawat Atwood, mode TIMING II digunakan untuk
percobaan Gerak Lurus Beraturan (menentukan kecepatan rata-rata) dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan (menentukan percepatan gerak benda dan percepatan gravitasi).
Penjelasan lengkap tentang Pewaktu Pencacah AT-01 (GME 100) dapat dilihat pada
buku MANUAL PEWAKTU PENCACAH AT-01.
PERCOBAAN 01
B. Pendahuluan
Pada gerak lurus beraturan perubahan jarak tetap untuk setiap selang waktu tertentu,
yang berarti bahwa benda bergerak dengan kecepatan tetap atau tanpa percepatan.
Secara matematis dapat ditulis:
𝑣𝑣 = 𝑠𝑠 (1.1)
𝑡𝑡
v menyatakan kecepatan gerak benda (m/s), s adalah jarak tempuh (m), dan t adalah
waktu tempuh (s).
Hal ini sesuai dengan Hukum Newton I yang berbunyi:
Sebuah benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan terus
bergerak dengan laju dan arah tetap jika tidak ada gaya luar yang bekerja padanya
(ΣF=0).
Secara umum pengalaman kita menunjukkan bahwa benda yang digerakkan tidak akan
terus bergerak, melainkan berhenti setelah beberapa saat. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya gesekan. Agar benda dapat bergerak maka dibutuhkan gaya yang
besarnya sama atau melebihi gaya gesekan.
Gerak lurus beraturan pada pesawat Atwood dapat diperoleh dengan cara
menambahkan beban bercelah pada salah satu beban silinder kemudian beban tersebut
ditahan menggunakan penahan beban berlubang, sehingga selanjutnya beban silinder
bergerak dengan kecepatan tetap.
Pengukuran waktu untuk GLB dapat dilakukan dengan mode Pewaktu Pencacah TIMING II
yang akan dilakukan pada percobaan ini.
C. Persiapan Percobaan
1. Gantungkan beban silinder pada ujung-ujung tali kemudian lewatkan tali pada katrol.
2. Pastikan bahwa tali terletak pada bagian tengah pengarah beban. Jika tali tidak
berada di tengah, maka sesuaikan dengan mengatur kerataan pesawat Atwood
menggunakan sekrup pengatur ketegaklurusan pada bagian alas.
3. Putar sekrup hingga tali beban berada tepat di tengah masing-masing pengarah
beban.
4. Pasang pemegang beban pada sisi kiri bawah tiang.
5. Pasang penghenti beban berlubang, gerbang cahaya 1, gerbang cahaya 2, dan
penghenti beban tanpa lubang berurutan dari atas ke bawah pada tiang sebelah
kanan (lihat Gambar 1.1).
6. Tahan beban M1 (sebelah kiri) pada pemegang beban.
D. Prosedur Percobaan
E. Pengolahan Data
Seperti yang sudah dijelaskan pada pendahuluan Pewaktu Pencacah, bahwa TIMING II
menghitung waktu dari pulsa naik ke pulsa naik selanjutnya. Berdasarkan hal ini, data
waktu yang diperoleh dari percobaan merupakan waktu (t) perpindahan beban silinder
dari gerbang cahaya 1 ke gerbang cahaya 2 (s). Kecepatan gerak beban silinder dapat
ditentukan dengan:
𝑣𝑣 = (1.2)
𝑠𝑠
Tabel 1.1
𝑡𝑡
s (m) t (s) v (m/s) % galat
0,2 0,486 0,411 -0,206
0,25 0,606 0,606 -0,209
0,3 0,719 0,719 -0,223
0,35 0,890 0,890 -0,152
0,4 1,079 1,079 -0,086
0,45 1,164 1,164 -0,133
0,5 1,353 1,353 -0,082
Gambarkan grafik s terhadap t pada diagram di bawah ini kemudian lakukan regresi
linier dan catat persamaan garisnya:
v(m/s)
0.6
0.5
f(x) = 0.34 x + 0.04
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Lakukan regresi linier terhadap kurva grafik s-t dan catat persamaan garisnya:
y = ………….
Persamaan garis ini merupakan persamaan linier yang berbentuk:
𝑦𝑦 = 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑏𝑏 (1.3)
Persamaan tersebut sama dengan rumus untuk mencari nilai jarak:
𝑠𝑠 = 𝑣𝑣. 𝑡𝑡 (1.4)
Berdasarkan kesamaan tersebut maka nilai kemiringan garis m merupakan representasi
dari nilai v. Catat nilai kecepatan di bawah ini:
v =..............m/s
Hitunglah nilai persentasi galat/error dari masing-masing nilai kecepatan hasil percobaan
terhadap nilai kecepatan dari grafik. Catat nilainya pada tabel di atas!
F. Analisis Data
1. Bagaimanakah nilai kecepatan terhadap perubahan jarak pada percobaan ini?
Nilai kecepatan pada setiap percobaan berubah-ubah/tidak sama.
Nilai kecepatan pada gerak lurus beraturan seharusnya nilai konstan meski jaraknya
berbeda.
3. Berbedakah nilai kecepatan pada tiap titik? Jika ya, sebutkan faktor-faktor penyebab
perbedaan nilai kecepatan pada percobaan ini!
Pada tiap titik berbeda. Faktor yang menyebabkan yaitu bisa dari alat
percobaan seperti gerbang cahaya dan katrol yang tidak stabil, pengukuran
kurang tepat.
G. Kesimpulan
1. Bagaimanakah gerak suatu benda dapat dikatakan sebagai gerak lurus beraturan?
Gerak suatu benda dapat dikatakan sebagai gerak lurus beraturan apabila benda
tersebut memiliki kecepatan tetap, atau bisa dikatakan kecepatan awal dan
kecepatan akhir sama.
2. Dapatkah gerak beban silinder pada percobaan ini disebut gerak lurus beraturan?
Jelaskan!
Dapat, Karena beban silinder pertama dan kedua memiliki beban yang sama
sehingga kecepatannya akan konstan.