FISIKA DASAR - 2
Listrik, Magnet, Optik
PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIKA DASAR - 2
[4]. Mahasiswa yang berhalangan hadir harus menulis surat ijin dan
dengan alasan yang dapat diterima.
KATA PENGANTAR
Penyunting
Didik R. Santoso
i
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw
DAFTAR ISI
ii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
TEORI RALAT
(KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN)
I. MACAM-MACAM RALAT
Berdasarkan pada faktor-faktor timbulnya, ralat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu ralat sistematis, ralat kebetulan, dan ralat tindakan pengukuran.
A. RALAT SISTEMATIS
Ralat sistematis (systematic errors) disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Faktor peralatan
Ralat ini disebabkan oleh antara lain:
§ Kesalahan kalibrasi alat. Misalnya pembagian skala yang kurang tepat,
kesalahan kedudukan posisi nol, sifat tak linier dari alat, dsb.
§ Interaksi antara alat dengan besaran fisis yang diukur kurang sesuai.
Misalnya pengukuran arus listrik dengan menggunakan ampermeter yang
terpasang seri, pada kondisi ini hambatan dalam ampermeter akan
mempengaruhi hasil pengukuran, yang menyebabkan arus yang terukur
bukan nilai yang sebenarnya.
2. Faktor kesalahan perseorangan
§ Ralat ini merupakan akibat dari kesalahan-kesasalahan yang disebabkan
oleh kebiasaan pengamat. Misalnya pembacaan skala yang tidak tegak
lurus pada bidang pengamatan akan menyebabkan ketidaktepatan
pembacaan skala (kesalahan paralaks ).
-1-
Teori Ralat
B. RALAT KEBETULAN
Ralat kebetulan disebut juga ralat acak (random erros). Faktor-faktor
penyebab timbulnya ralat acak ini antara lain:
1. Kesalahan menaksir pembacaan alat ukur
§ Pada setiap alat ukur selalu ada pembagian skala terkecil, dan penafsiran
terhadap pembagian skala terkecil dapat berlainan dari waktu-kewaktu
oleh bermacam-macam sebab dan bermacam -macam pengamat.
2. Kondisi pengukuran yang berfluktuasi
§ Seringkali dalam pengukuran terjadi perubahan kondisi dengan fluktuasi
yang tidak terlalu besar sehingga tidak bisa dirasakan secara langsung
oleh pengukur. Misalnya perubahan tekanan udara pada pengukuran titik
didih air, atau perubahan suhu udara sekitar.
3. Gangguan
§ Gangguan merupakan faktor luar yang tak terduga dan tak diramalkan
sebelumnya. Gangguan ini bisa mempengaruhi alat maupun obyek
-2-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
X = X ± ∆X (1)
dengan X adalah nilai rata-rata hasil pengukuran (dinamakan nilai terbaik) dan
∆X adalah taksiran ketidakpastian pengukuran (ralat). Semakin kecil ralatnya,
semakin tinggi tingkat ketepatan suatu pengukuran.
Adakalanya besarnya ralat dinyatakan dalam bentuk relatif. Cara
penulisan ralat relatif adalah sebagai berikut:
X = X ± R% (2)
-3-
Teori Ralat
∆X
R= x 100% (3)
X
A. PENGUKURAN TUNGGAL
Adakalanya besaran-besaran tertentu hanya dapat diukur dalam satu kali
saja dan tidak dapat diulang dalam waktu yang relatif dekat, misalnya pengukuran
kecepatan komet yang melintasi bumi, lamanya gerhana matahari total, dan lain
sebagainya. Hasil pengukuran terbaik dari pengukuran tunggal tentu dianggap
sebagai nilai yang benar ( X ). Sedangkan ralatnya, umumnya diambil setengah
dari nilai skala terkecil (NST) dari alat ukur yang digunakan. Sehingga ralat untuk
pengukuran tunggal dinyatakan oleh:
∆X = 1
2
NST (4)
Catatan: Untuk alat ukur yang mempunyai skala tambahan (nonius) sebanyak n
skala, maka NST-nya menjadi 1/n kali NST tanpa nonius.
B. PENGUKURAN BERULANG
Untuk memperoleh nilai terbaik yang mendekati nilai sesungguhnya dan
untuk meminimalkan kesalahan akibat adanya ralat acak, perlu dilakukan
pengukuran yang sifatnya berulang. Nilai pengukuran terbaik dari besaran yang
diukur berulang-ulang adalah nilai rata-rata hasil pengukuran tersebut, dinyatakan
oleh:
X=
∑X i
(5)
n
dengan:
X : nilai rata-rata (nilai terbaik)
X i : nilai hasil pengukuran ke-i
n : banyaknya ulangan pengukuran
Ralat untuk pengukuran berulang ini berupa deviasi standar rata-rata, dan
dinyatakan oleh:
-4-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
∆X =
∑(X i − X )2
(6)
n( n − 1)
Z = Z (W , X , Y )
∂Z ∂Z ∂Z (7)
∆Z = ∆W + ∆X + ∆Y
∂W ∂X ∂Y
Aturan praktis yang sering digunakan untuk menentukan ralat rambatan,
dirangkum dalam tabel 1 berikut ini:
Penjumlahan Z = W + X +Y ∆Z = ∆W + ∆X + ∆Y
Pengurangan Z = X −Y ∆Z = ∆X + ∆Y
W = W ± ∆W Perkalian Z = W . X .Y ∆Z ∆W ∆X ∆Y
X = X ± ∆X = + +
Z W X Y
Y = Y ± ∆Y
Pembagian X ∆Z ∆X ∆Y
Z= = +
Y Z X Y
Pangkat Z =Xn ∆Z ∆X
=n
Z X
-5-
Teori Ralat
Contoh:
Sebuah balok kayu yang akan ditentukan volumenya, diukur panjangnya (p), lebar
nya(l) dan tingginya (t) secara langsung, masing-masing satu kali pengukuran
dengan menggunakan penggaris yang NST-nya 1 mm, dengan hasil:
p = (4,0 ± 0,05) cm; / = (3,0 ± 0,05) cm; t = (2,0 ± 0,05) cm
1,3
dengan ketelitian: x 100% = 5,4%
24,0
IV. GRAFIK
Seringkali akan lebih mudah dan cepat untuk melihat atau memberi
intepretasi atas hasil pengukuran melalui sebuah grafik.
-6-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
§ Usahakan agar skala pada kertas grafik sekecil mungkin (skala kertas
grafik ≤ ralat pengukuran). Hal ini dimaksudkan agar ketelitian yang
didapatkan dengan susah payah dari proses pengukuran tidak hilang sia-
sia di atas kertas grafik.
Y = aX + b (8)
Y2 − Y1
a = tan α = (9)
X 2 − X1
Y2
Centroid
α
Y1
X1 X2 X
Gambar 1: Grafik fungsi linear Y = aX + b
-7-
Teori Ralat
Besar ralat
A B
Ralat pada grafis merupakan ralat relatif. Salah satu cara menentukan
besarnya ralat adalah dengan membuat kurva bantuan yang sejajar dengan kurva
utama. Dalam membuat kurva bantuan, perhatikan bobot titik-titik data (lihat
Gambar 3). Selanjutnya dari titik centroid ( X , Y ) , tarik garis vertikal yang tegak
lurus sumbu X dan memotong kedua kurva bantuan. Dari perpotongan garis
vertikal dengan kurva bantuan, tarik garis horisontal yang memotong sumbu Y,
tandai sebagai Ya dan Yb. Selanjutnya ralat relatifnya ditentukan oleh:
Ya − Yb
R= x100% (10)
2Y
Y2
Centroid (X,Y )
Ya
Yb
α
Y1
X1 X2 X
-8-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
n ∑ ( X iYi ) − ∑ X i ∑ Yi
a= (11)
n∑ X i 2 − ( ∑ X i ) 2
b=
∑Y i
2
− a∑ Xi
(12)
n
Untuk jumlah data yang cukup banyak maka ralat pada a dan b berupa deviasi
standar, yaitu:
∆a =
n
dan ∆b =
∑X i
2
(13)
n∑ X i − ( ∑ X i ) 2
2
n∑ X i 2 − (∑ X i ) 2
V. HAL-HAL KHUSUS
A. PEMBULATAN
§ Untuk angka < 5, dibulatkan ke bawah
§ Untuk angka > 5, dibulatkan ke atas
§ Untuk angka 5, dibulatkan ke bilangan genap terdekat
§ Khusus untuk angka 1 di depan, pembulatannya hanya sampai angka di
belakangnya, contoh:
0,067 à 0,07; 0,062 à 0,06
0,065 à 0,06; 0,035 à 0,04
0,0176 à 0,018 (bukan 0,02)
0,19 à 0,19 (bukan 0,2)
-9-
Teori Ralat
§ Khusus untuk ralat relatif hanya boleh sampai satu angka di belakang
koma
Contoh : X = 7,86 ± 5,37% ditulis X = 7,86 ± 5,4%
Contoh : X = 24 ± 0,0678% ditulis X = 24 ± 0,1%
- 10 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN – FP4
KONSTANTA JOULE
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menentukan nilai air kalorimeter.
2. Menentukan besarnya konstanta joule.
II. TEORI
Di alam ini energi muncul dalam berbagai bentuk dan diukur dalam satuan
yang berbeda-beda pula. Salah satu persoalan penting yang dihadapi oleh ahli
fisika adalah menyesuaikan secara eksperimen perbandingan yang timbul dalam
bertuk energi listrik dan energi panas. Nilai perbandingai energi listrik dan energi
panas dinamakan tara kalor listrik yang diwakili oleh huruf J (sebagai
penghormatan kepada Joule).
Jika energi listrik (W) yang digunakan oleh alat pemanas yang beroperasi
pada tegangan V dengan arus listrik yang mengalir i selama waktu t, maka
besarnya energi listrik tersebut adalah:
W = V .i .t (1)
H = ( X + mc).∆T (2)
dengan X adalah nilai air kalorimeter, m adalah massa air, c kalor jenis air, dan ∆T
adalah perubahan suhu kalorimeter.
Tara kalor listrik didefinisikan sebagai perbandingan energi listrik yang
digunakan dan kalor yang ditimbulkan, yaitu:
W V .i .t
J= = Joule/kalori (3)
H ( X + m.c).∆T
- 11 -
FP4: Konstanta Joule
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Sebuah kalorimeter yang dilengkapi kumparan pemanas.
2) Voltmeter, ampermeter, tahanan geser dan termometer.
3) Gelas ukur
4) Stopwatch
A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar dalam percobaan ini akan dilakukan pemanasan air dengan
menggunakan kumparan pemanas. Besarnya energi listrik yang digunakan
untuk membangkitkan sumber panas ini akan dihitung besarnya. Energi listrik ini
akan digunakan untuk memanaskan air. Perubahan temperatur air ini
menimbulkan energi panas yang besarnya dapat dihitung. Kesebandingan
energi listrik dan energi panas selanjutnya dapat dihitung juga.
B. Tatalaksana Percobaan
1. Rangkailah percobaan seperti pada gambar 1, jangan menghubungkan ke
sumber tegangan sebelum mendapat persetujuan asisten saudara.
2. Sediakan air dan dan ukurlah volumenya sebelum dimasukkan ke dalam
kalorimeter, setelah beberapa menit (2-3 menit) catatlah suhunya.
3. Alirkan arus listrik selama waktu tertentu (tanyakan pada asisten), baca
ampermeter, voltmeter, dan termometer setiap 30 detik sekali. Selama itu
aduklah air perlahan-lahan.
4. Matikan arus listrik dan baca suhunya.
5. Ulangi langkah-langkah diatas beberapa kali dengan merubah besarnya
arus listrik, dan cacat hasilnya.
C. Analisis
1. Hitung nilai air kalorimeter
2. Buatlah grafik hubungan waktu dan perubahan suhu untuk masing-
masing arus.
- 12 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
T +
V E
-
- 13 -
FP4: Konstanta Joule
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan nilai air kalorimeter? Apa satuannya?
2. Dapatkah tenaga mekanik seluruhnya diubah menjadi tenaga
listrik?Jelaskan!
3. Mengapa kumparan pemanas jika dialiri arus listrik akan menjadi
panas?Jelaskan!
o
Percobaan No. i (Amp) V (Volt) t (dt) T 1 ( C) T 2 ( oC)
1
2
I.
Volume air: 3
4
Massa air : 5
6
7
- 14 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN - LM1
HUKUM OHM
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Mengerti konsep tentang hukum Ohm.
2. Menentukan besarnya arus dan tegangan listrik dalam suatu rangkaian.
II. TEORI
Hukum Ohm menyatakan bahwa beda potensial atau tegangan listrik V
antara ujung-ujung sebuah penghantar adalah sebanding dengan arus listrik I
yang melaluinya. Secara matematis hukum ohm dapat dituliskan sebagai:
V~ I (~ : sebanding)
V=R.I (1)
dimana,
V : tegangan listrik (volt, V)
I : arus listrik (ampere, A)
R : resistansi listrik (ohm, Ω)
- 15 -
LM1: Hukum Ohm
Perhatikan bahwa:
• Jika terdapat arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah tahanan (R), pasti
pada ujung-ujung tahanan tersebut terdapat beda potensial listrik sebesar V ,
dimana V = I.R .
• Jika harga V dan I diketahui, maka besar tahanan R dapat dihitung melalui
hubungan V = I.R. Kita tidak perlu mengetahui konstruksi fisik dari tahanan
selama perbandingan V / I diketahui.
Piranti yang mengikuti hukum ohm dikatakan piranti yang linear atau piranti
yang ohmik, sedang yang tidak mengikuti hukum ohm dikatakan piranti yang non
linear anatu piranti yang non-ohmik. Contoh piranti yang ohmik adalah resistor
karbon.
Dalam bentuk rangkaian listrik, Hukum Ohm dan grafik yang mewakilinya
diperlihatkan pada gambar 2.
I V
V
R=
I
V R
0 I
(a) (b)
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Sumber daya AC/DC.
2) Sebuah voltmeter.
3) Sebuah amperemeter.
4) Beberapa Resistor
5) Beberapa kabel konektor
- 16 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
A. Tatalaksana Percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3A. Pilihlah harga R = 1 kΩ.
2. Catat dan tabelkan hasil pengukuran V dan I nya.
3. Lakukan hal yang sama (seperti pada point 2) untuk R = 1,5 kΩ dan
R = 2kΩ (atau menurut petunjuk asisten).
4. Lakukan hal yang sama untuk rangkaian pada gambar 3B.
B. Analisis
1. Buatlah grafik antar V vs I untuk masing-masing harga R diatas.
2. Diskusikan tentang hasil yang telah saudara amati pada percobaan ini.
3. Diskusikan pula perbedaan hasil percobaan pada rangkaian gambar 3A
dan gambar 3B (apabila ada).
A A
V V
V R V R
(A) (B)
Gambar 3: Rangkaian untuk percobaan
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa saja yang mempengaruhi besar hambatan listrik? Jelaskan dengan
singkat?
2. Apakah perbedaan rangkaian pada gambar 3A dan 3B, jelaskan!
3. Bagaimana cara menggunakan voltmeter dan amperemeter dalam
hubungannya dengan polaritas Iistrik, range pengukuran, dan sumber
tegangannya DC/AC? Jelaskan!
- 17 -
LM1: Hukum Ohm
I (mA)
V (volt)
R=………...Ω R=…………..Ω R=……..…..Ω
0
2
4
6
8
10
12
- 18 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN - LM2
JEMBATAN WHEATSTONE
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan dasar pengukuran hambatan listrik dengan metode arus nol.
2. Menentukan nilai suatu hambatan listrik dengan menggunakan metode
jembatan Wheatstone
III. TEORI
Jembatan Wheatstone merupakan salah satu metode pengukuran hambatan
listrik dengan ketelitian sangat tinggi. Dibandingkan dengan multimeter biasa,
pengukuran dengan metode ini memberikan banyak keunggulan, terutama dalam
hal ketelitiannya. Akan tetapi untuk keperluan yang bersifat praktis dan tidak
diperlukan faktor ketelitian yang tinggi, penggunanaan multimeter biasa sudah
cukup memadai.
Metode pengukuran hambatan dengan jembatan Wheatstone ini didasari
oleh hukum Ohm dan prinsip arus nol. Penjabaran teoritisnya, kita tinjau rangkaian
seperti pada Gambar 1 berikut ini :
A G B
- 19 -
LM2: Jembatan Wheatstone
Ketika saklar S ditutup, ada arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian.
Jika jarum galvanometer menyimpang, berarti terdapat arus yang mengalir
melaluinya, yang berarti terdapat pula beda potensial antara titik C dan titik D.
Dengan mengubah-ubah RS, R1 dan R2 arus galvanometer dapat dibuat nol,
sehingga potensial di titik C sama dengan potensial di titik D. Dengan demikian
arus yang melalui hambatan R1 dan R2 adalah sama (katakanlah i1) dan arus yang
melalui RS dan RX juga sama (misalnya i2). Dengan menggunakan hukum Ohm
dengan mudah dapat dihitung nilai hambatan yang dicari dari persamaan berikut:
R2
Rx = Rs (1)
R1
L
R=ρ (2)
A
maka karena kawat homogen dan berdiameter sama, R sebanding dengan L,
sehingga persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai:
L2
R x = Rs (3)
L1
- 20 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Bangku jembatan Wheatstone.
2) Sebuah galvanometer.
3) Sumber tegangan arus searah.
4) Beberapa buah hambatan yang akan ditentukan nilainya (RX).
5) Sebuah hambatan standar yang diketahui nilainya (RS).
6) Kabel-kabel penghubung.
A. Prinsip Percobaan
Pada dasarnya percobaan ini akan menentukan hambatan yang belum diketahui
nilainya (RX) berdasarkan hambatan yang telah diketahui nilainya (R S) dengan
mengubah-ubah panjang L 1 dan L 2 hingga jarum galvanometer menunjuk angka
nol (tidak menyimpang).
- 21 -
LM2: Jembatan Wheatstone
C. Analisis
Tentukan nilai Rx dengan menggunakan persarnaan (3), dan gambarlah grafik
hubungan antara Rs vs L2/L1,
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (1) dan (3)!
2. Apa yang dimaksud dengan kawat homogen?
3. Berikan contoh beberapa kegunaan dari prinsip jembatan Wheatstone.
- 22 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Rs Polaritas A Polaritas B
(ohm) L1=………..cm L2=……….cm L1=………..cm L2=……….cm
- 23 -
LM3: Hukum Kirchoff
PERCOBAAN – LM3
HUKUM KIRCHOFF
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Memahami hukum Kirchoff tentang arus dan tegangan listrik
2. Menerapkan kegunaan hukum Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana.
3. Mengukur besarnya arus dan tegangan listrik pada suatu rangkaian
listrik DC sederhana.
II. TEORI
I1 I4
I2
I3 I5
∑k =1
Ik = 0 (1)
- 24 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
dengan Ik adalah arus ke-k dari N arus yang memasuki permukaan tertutup
tersebut.
Catatan :
• Sewaktu menggunakan KCL, anggaplah arus-arus yang memasuki
permukaan tertutup atau menuju simpul bertanda positif (+), dan arus-arus
yang meninggalkan simpul bertanda negatif (-).
• Sehingga dalam kasus gambar 1 di atas, KCL nya adalah:
I1 + I 2 + I 3 − I 4 − I 5 = 0
∑V k =0 (2)
k =1
R1 R2
a b c
E R3
I
e R4 d
- 25 -
LM3: Hukum Kirchoff
V ab + V bc + V cd + V de − E = 0
III. PERALATAN:
1) Baseboard (papan rangkaian)
2) Ampere-meter / multimeter.
3) Volt-meter / multimeter
4) Sumber tegangan arus searah variabel (0 – 15 volt).
5) Beberapa tahanan karbon
6) Kabel penghubung secukupnya.
V1
R1
E R2 V2
R3
V3
- 26 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
I1 I2 I3
R1 R2 R3
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Untuk rangkaian pada gambar 3, jika diketahui E = 12 volt ; R1 = 1 kΩ; R2
= 1,5 kΩ dan R3 = 2 kΩ, tentukan:
a. V1, V2 dan V3
b. I1, I2 dan I3
c. Buktikan berlakunya KVL
- 27 -
LM3: Hukum Kirchoff
Untuk KVL
V V1 V2 V3
(volt) (R=………Ω?
) (R=………kΩ)? (R=………Ω)?
0
2
4
6
8
10
12
Untuk KCL
- 28 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN – LM4
MEDAN MAGNET
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat:
1. Menjelaskan hukum Biot-Savart untuk lilitan kawat dan solenoid.
2. Mengukur kuat medan magnet disekitar selenoid
II. TEORI
Hukum Biot-Savart untuk menghitung kuat medan magnet yang disebabkan
oleh kawat berarus I pada suatu titik berjarak r adalah:
)
µ 0 I dS x r
dB = (1)
4π r 2
Untuk kawat yang dililitkan berbentuk koil dengan jejari sebesar r seperti pada
gambar 1, maka kuat medan magnet pada suatu titik di sumbu yang berjarak S
dari pusat koil adalah:
µ 0 nI r 2
B= (2)
2( r 2 + S 2 ) 3 / 2
dimana
n : jumlah lilitan
I : arus listrik
r : jejari koil
µ0 : permeabilitas ruang hampa
- 29 -
LM4: Medan Magnet
O S
Jika dua buah koil yang identik disusun secara paralel dan koaksial (lihat
gambar 2) kemudian dialiri arus yang besar dan arahnya sama, maka medan
magnet sepanjang sumbu koil dapat dicari dengan penjumlahan vektor dari medan
magnet yang disebabkan oleh masing-masing koil. Jika lilitan koil mempunyai
lebar, dengan lebar lilitan >> dari pada diameter koil, maka sistem ini disebut
solenoid.
µ0 n I
Bp = (3)
L
dan di sepanjang tepinya adalah:
µ0 n I
Bt = (4)
2L
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Dua buah solenoid.
2) Sebuah Gaussmeter.
3) Sebuah power supply.
4) Sebuah amperemeter.
5) Kabel-kabel penghubung.
6) Sebuah mistar penggaris.
- 30 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Analisa Data
1. Plot antara kuat medan magnet (B) dengan posisi (S) untuk setiap
pengukuran.
2. Diskusikan hasil yang saudara peroleh. Kesimpulan apa yang saudara
peroleh dari pengamatan saudara?
3. Mengapa hasil yang saudara peroleh pada langkah 6 berbeda dengan
langkah ke-7?, Jelaskan.
4. Besaran-besaran apa saja yang berpengaruh pada pengukuran saudara.
- 31 -
LM4: Medan Magnet
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan persamaan (2) dari hukum Biot-Savart.
2. Syarat-syarat apa yang berlaku untuk menurunkan persamaan (3).
3. Jika anda mempunyai 2 (dua) batang yang berukuran sama terbuat dari
logam yang sama, tetapi salah satunya bersifat magnet. Bagaimana cara
saudara menentukan salah satu batang yang bersifat magnet. Dalam hal
ini saudara tidak diperkenankan menggunakan alat ukur apapun.
- 32 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN – LM5
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar akan dapat :
1. Memahami Resonansi rangkaian listrik
2. Mengetahui resonansi rangkaian RLC seri
C
VR R VL
L
ε = ε m sin ω t
Gambar 1: Rangkaian LRC seri
ε = V R + VC + VL (1)
εm = Im R + Im XC + Im X L (2)
- 33 -
LM5: Rangkaian LRC
ε m = V R2,m + (VL,m − VC ,m ) 2
= (i m R) 2 + (im X L − im X C ) 2 (3)
= im Z
Z = R2 + ( X L − X C ) 2 (4)
mengingat
X L = ω L = 2πfL , dan
1 1
XC = =
ωC 2πfC
Vrms Vrms
i= = (5)
Z 1
2
R 2 + 2πfL −
2πfC
Karena impedansi induktor dan kapasitor tergantung pada frekuensi (f) sumber,
maka arus pada rangkaian LRC juga tergantung pada frekuensi.
1
2πfL − =0 (6)
2πfC
1 1
f0 = (7)
2π LC
ini dinamakan frekuensi resonansi rangkaian.
- 34 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
III. PERALATAN
Peralatan yang digunakan adalah :
1) Amperemeter/multimeter
2) Sumber tegangan arus bolak-balik (signal generator)
3) Tahanan karbon
4) Induktor
5) Kapasitor
Analisa
• Buatlah grafik frekuensi VS arus disekitar frekuensi resonansi.
I
R
E C
- 35 -
LM5: Rangkaian LRC
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kapasitor
dan resistor berturut-turut adalah 90o, -90o dan 0o!
2. Jelaskan mengapa jika terjadi resonansi arus rangkaian menjadi
maksimum!
R =………...Ω
C =…………µF
L = ………..mH
f (Hz) I (mA)
- 36 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN - OP1
LENSA TIPIS
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan dasar-dasar sistem lensa.
2. Menjelaskan jalannya sinar dan pembentukan bayangan oleh lensa tipis.
3. Menentukan jarak titik fokus lensa tipis.
II. TEORI
Lensa adalah bidang bening yang dibatasi oleh dua atau lebih permukaan
bias dengan minimal satu permukaan merupakan bidang lengkung. Beberapa
bentuk standar dari lensa ditunjukkan oleh Gambar 1.
Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang diseb titik fokus pertama
(f1) dan titik fokus kedua (f2). Titik fokus pertama merupakan titik benda pada
sumbu utama yang bayangannya ditempat jauh tak hingga. Sedangkan titik fokus
kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama dari benda yang terletak di jauh
tak hingga.
- 37 -
OP1: Lensa Tipis
f1 f2
Lensa Tipis
Lensa tipis adalah lensa sederhana yang mempunyai bidang utama berimpit.
Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung.
Kedua permukaannya bisa berbentuk cembung, cekung, atau datar (seperti
gambar 1).
Jarak titik fokus lensa tipis ini dapat dicari dengan rumus : .
1 1 1
= + (1)
f s s'
dimana
s: jarak benda
s’: jarak bayangan
s ' h'
m= = (2)
s h
dimana
h: tinggi benda
h’: tinggi bayangan
Untuk jarak fokus lensa positif, selain dapat dicari dengan persamaan (1),
dapat dihitung dengan mencari dua posisi lensa (lensanya hanya satu) yang
menghasilkan bayangan yang jelas. Cara ini dikenal dengan cara Bessel. Pada
posisi [1] didapat bayangan yang jelas pada layar dan dengan menggeser lensa,
ke posisi [2] diperoleh lagi bayangan yang jelas pada layar. Jika jarak antara posisi
[1] dan posisi [2] adalah e, maka menurut Bessel:
- 38 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
L2 − e 2
f = (3)
4L
Lensa Gabungan
Lensa gabungan sering digunakan pada alat-alat optik dengan maksud
mengurangi cacat bayangan. Untuk lensa gabungan yang terdiri dari dua lensa
tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 serta dipisahkan oleh jarak d,
maka untuk mencari jarak fokus gabungan dapat menggunakan rumus berikut ini:
f1 (d − f 2 )
f gab. depan = (4)
d − ( f1 + f 2 )
f2 (d − f1 )
f gab. depan = (5)
d − ( f1 + f 2 )
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Bangku optik.
2) Sebuah lampu (sumber cahaya).
3) Sebuah benda yang berupa anak panah atau penggaris bening.
4) Sebuah layar
5) 2 buah lensa positif dan sebuah lensa negatif.
- 39 -
OP1: Lensa Tipis
A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar untuk menentukan jarak fokus (f) lensa positif, negatif
dan gabungan, yang perlu diukur adalah jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’).
Khusus untuk lensa positif bisa menggunakan cara Bessel yaitu dengan
mengukur jarak benda ke layar (L) dan menentukan jarak antara dua posisi lensa
(e) yang menghasilkan bayangan yang jelas pada layar. Untuk lensa gabungan
juga perlu diukur jarak antara dua lensa (d). Dan jangan lupa menentukan
perbesaran dan sifat bayangan untuk tiap-tiap lensa.
B. Tatalaksana Percobaan
1. Siapkan peralatan percobaan.
2. Susun peralatan dengan urutan : Lampu - Benda – Lensa - Layar.
3. Ukur tinggi benda (berupa anak panah).
Lensa Positif
1. Ambil sebuah lensa biconvex (cembung ganda) dan pasang pada posisi
lensa.
2. Pasang posisi benda sejauh mungkin dari layar dan ukur jaraknya (L).
3. Geser-geserkan lensa hingga didapat bayangan yang jelas pada layar.
4. Ukur jarak benda ke lensa (s), jarak bayangan ke lensa (s’), tinggi benda
(h), tinggi bayangan (h’) dan catat sifat bayangan.
Cara Bessel:
5. Catat posisi lensa sebagai kedudukan lensa pertama (e1).
6. Geserkan lagi lensa hingga diperoleh bayangan yang jelas kedua (posisi
benda jangan berubah).
7. Ukur lagi jarak benda dan jarak bayangan ke lensa, tinggi dan sifat
bayangan.
8. Catat posisi Iensa sebagai kedudukan lensa kedua (e2).
9. Ulangi langkah 3 - 8 dengan mengubah posisi benda terhadap layar
(panjang L diubah).
10. Ulangi langkah 1 - 9 untuk lensa positif kedua (lensa cembung datar).
- 40 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Lensa Negatif
1. Jarak titik fokus lensa negatif dapat dicari dengan pertolongan lensa
positif. Gunakan lensa biconvex dari percobaan sebelumnya.
2. Pasanglah lensa positif dan geser-geserkan sehingga didapat
bayangan yang jelas di layar.
3. Letakkan lensa negatif antara lensa positif dan layar. Ukur jarak
lensa negatif ke layar (s).
4. Geser-geserkan layar hingga diperoleh bayangan yang jelas. Ukur
jarak lensa negatif ke layar (s’).
5. Ulangi langkah di atas beberapa kali sesuai petunjuk asisten.
Lensa Gabungan
1. Dengan menggunakan dua buah lensa positif buatlah susunan lensa
dengan jarak tertentu (d) ukur dan catat jaraknya.
2. Geser-geserkan kedua lensa secara serentak (jarak d tetap) hingga di
dapat bayangan yang pada layar.
3. Ulangi langkah 1 - 2 beberapa kali (sesuai petunjuk asisten) dengan
jarak d berbeda-beda.
C. Analisis
1. Untuk percobaan lensa positif, gunakan persamaan (1) dan (3) untuk
menentukan jarak fokus lensa. Bandingkan hasilnya.
2. Untuk lensa negatif, gunakan persamaan (1).
3. Sedangkan jarak fokus lensa gabungan dihitung dengan menggunakan
persamaan (4) dan (5).
4. Hitung perbesaran untuk masing-masing percobaan.
5. Gambarkan lintasan sinar dari mas ing-masing lensa.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (1) dan (2)!
2. Untuk mencari bayangan suatu benda, digunakan 3 sinar istimewa.
Gambarkan ketiga sinar istimewa tersebut!
3. Sebutkan sifat-sifat bayangan dari lensa positif dan negatif!
- 41 -
OP1: Lensa Tipis
A. LENSA POSITIF
L (cm) h (cm) s (cm) e1 (cm) e2 (cm) s’ (cm) h’ (cm)
B. LENSA NEGATIF
L (cm) s (cm) s’ (cm) h (cm) h’ (cm)
C. LENSA GABUNGAN
L (cm) d (cm) s (cm) s’ (cm) h (cm) h’ (cm)
- 42 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
PERCOBAAN – OP2
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja Refraktometer Abbe.
2. Membuat hubungan antara indek bias dengan konsentrasi larutan gula.
3. Menentukan kadar gula dalam suatu larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya.
II. TEORI
Bila cahaya masuk dari suatu medium ke medium yang lain, frekuensi
cahaya tidak berubah tetapi kecepatan rambat cahaya akan berubah. Besarnya
perbandingan cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa dengan cepat rambat
cahaya di dalam medium disebut indek bias mutlak dari medium, yang
dinyatakan oleh:
c µε
n= = = µ rε r (1)
v µ 0ε 0
dimana
µ : permeabilitas medium
µ0 : permeabilitas ruang hampa
µr : permeabilitas relatif
ε : permitivitas medium
ε0 : permitivitas ruang hampa
εr : permitivitas relatif
Cepat rambat cahaya di dalam medium (v) lebih kecil daripada cepat
rambat di dalam ruang hampa (c), hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari
atom-atom di dalam medium. Sehingga dapat diartikan cepat rambat v
- 43 -
OP2: Indek Bias Larutan
ditentukan oleh atom -atom dalam medium dan ini berakibat pada besarnya harga
indek bias n.
Secara atomik besarnya indek bias adalah :
Ne 2 fi
n2 =1+
m 0ε 0
∑ω (2)
i
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa besarnya indek bias juga
ditentukan oleh N (jumlah atom per satuan volume), yang berarti makin besar
konsentrasi larutan (N makin besar) makin besar pula indek biasnya.
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Sebuah lampu pijar
2. Refraktometer Abbe
3. Larutan gula dengan berbagai konsentrasi.
- 44 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Analisis
1. Buatlah grafik hubungan antara indek bias n dengan prosentase larutan
gula.
2. Jelaskan arti perpotongan garis grafik dengan sumbu-sumbu koordinat!
3. Berapa molaritas larutan yang tidak diketahui kadar gulanya?
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Berapakah molar larutan gula 50%, 40%, 30%, 20%, 10% ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan gula dan dapat dinyatakan
dalam satuan apa saja?
3. Berapa ml air yang harus dicampurkan dengan 5 gram gula untuk
membuat larutan gula 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%?
- 45 -
OP3: Difraksi Cahaya
PERCOBAAN – OP3
DIFRAKSI CAHAYA
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat:
1. Menjelaskan gejala difraksi cahaya oleh celah sempit
2. Menentukan lebar celah tunggal serta jarak antar celah pada celah ganda.
II. TEORI
L
θ a
d y
a
d sin θ r
- 46 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Bila celah ganda disinari dengan sinar koheren (misalnya sinar laser), baik
efek dari setiap celah maupun efek interferensi dari kedua celah akan
menghasilkan sederetan cahaya dengan pola maksima dan minima di atas layar.
Kedua berkas sinar (pada Gambar 1) mempunyai beda fasa yang diberikan oleh:
2π
φ= d sin θ (1)
λ
untuk pola interferensi karena dua celah, minima (gelap, destruktif) munc ul bila
d . sin θ
= ( n + 12) (n = 0, 1, 2, …) (2)
λ
Sementara pola maksima (terang, konstruktif) muncul bila:
d .sin θ
=n (n = 0, 1, 2, …) (3)
λ
d .sin θ
=n (n = 1, 2, 3 …) (4)
λ
d . sin θ
= ( n + 12) (n = 1, 2, 3, …) (5)
λ
Kisi-Kisi Difraksi
Sebuah kisi difraksi terdiri dari selembar bahan yang mengandung "guratan-
guratan" mikroskopis yang ditempelkan di atas sebuah lembaran film. Guratan-
- 47 -
OP3: Difraksi Cahaya
guratan ini berfungsi sebagai "celah". Guratan ini sangat seragam dan berjumlah
sangat banyak per meternya (sehingga jarak antar celahnya sangat pendek).
Pola difraksi dan interferensi dari sebuah kisi difraksi semacam ini
memberikan puncak-puncak yang sangat tajam dan terpisah dengan baik. Pola
tersebut merupakan superposisi dari banyak berkas sinar dari setiap guratan. Efek
ini menghasilkan puncak-puncak yang sangat tajam karena semua berkas sinar
dari semua celah mempunyai fasa yang sama dan hampir tidak ada berkas sinar
di antara puncak-puncak itu karena bekas sinar yang datang di daerah itu tidak
sefasa, oleh karena itu, saling menghilangkan.
III. PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam percobaan ini adalah:
1) Laser He-Ne berdaya rendah.
2) Sebuah slide foto (35 mm) yang memiliki sebuah celah ganda
3) Sebuah kisi difraksi yang diletakkan pada sebuah slide 35 mm.
4) Pemegang slide yang memiliki pengatur vertikal untuk mengatur letak slide
pada berkas sinar laser.
5) Sebuah layar yang ditempeli selembar kertas grafik untuk mengukur jarak
frinji.
- 48 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
6. Ukur jarak, x, dari semua minima dan maksima hitung sin θ dan buat grafik
sin θ sebagai fungsi orde -n. Dari sini tentukan jarak antara kedua celah.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan defraksi dan interferensi cahaya?
2. Jelaskan kenapa pada percobaan ini digunakan sumber cahaya laser!
3. Turunkan persamaan untuk mencari pola gelap dan terang pada
percobaan ini.
- 49 -
OP4: Indek Bias Prisma
PERCOBAAN – OP4
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum
Fisika Dasar dapat :
1. Menentukan indek bias prisma.
2. Menjelaskan ketergantungan indek bias pada panjang gelombang.
II. TEORI
Defleksi minimum δ dari sinar melalui prisma terjadi bila sudut datang α 1
dan sudut pergi α 2 adalah sama. Sinar di dalam prisma akan sejajar dengan
dasar prisma, dan berlaku persamaan:
1
β1 = β 2 = φ (1)
2
1
α1 = α 2 = (δ min + φ ) (2)
2
Hukum refraksi:
Sudut defleksi δ min yang digunakan untuk menentukan indek bias n didapat dari
pengukuran dua jarak. Sedang φ didapat dari data karakteristik prisma.
- 50 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
Gambar 1 Gambar 2
III. PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam percobaan ini adalah:
1) Sebuah lensa (f = 150 mm).
2) Sebuah prisma kaca flinta.
3) Filter monokhromatik ( merah, hijau, violet ).
4) Sebuah lampu ( 6 V, 30 W ).
5) Celah sempit
6) Sebuah kondenser asferis.
7) Sebuah meteran.
- 51 -
OP4: Indek Bias Prisma
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Hitung nilai b minimum dan n untuk setiap warna.
2. Terangkan mengapa nilai n tidak sama untuk setiap warna. Apa
kesimpulan Saudara ?
- 52 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
- 53 -
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw
……………………………………………………………………………………………..
(PERCOBAAN – {kode})
Disusun oleh :
Nama :
NIM :
Fak/Jurusan :
Kelompok :
Tgl. Praktikum :
Nama Asisten :
- 54 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2
{FORMAT LAPORAN}
BAB I : Pendahuluan
1.1. Tujuan Percobaan
1.2. Teori
BAB II : Metodologi
2.1. Peralatan
2.2. Tata laksana Percobaan
BAB IV : Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka
- 55 -