Anda di halaman 1dari 63

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR - 2
Listrik, Magnet, Optik

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA - FMIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR - 2

Diterbitkan oleh Penerbit Akademik Fisika


Jurusan Fisika - FMIPA
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran 2 Malang 65145
Telp. 0341-575833

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang


 2006 Penerbit Akademik Fisika
Cetakan Pertama, Nopember 2006

Dilarang keras memperbanyak baik sebagian atau seluruh isi buku


ini lewat bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM


DI LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA FMIPA UNIBRAW

[1]. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum jadual yang telah


ditentukan guna mengumpulkan laporan praktikum percobaan
sebelumnya.

[2]. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperbolehkan


mengikuti kegiatan praktikum dan praktikumnya pada hari itu
dinyatakan batal.

[3]. Sebelum masuk laboratorium, mahasiswa harus sudah mendapatkan


kartu praktikumnya masing-masing.

[4]. Mahasiswa yang berhalangan hadir harus menulis surat ijin dan
dengan alasan yang dapat diterima.

[5]. Selama berada di dalam laboratorium Fisika Dasar, mahasiswa:

F Tidak diijinkan makan, minum, maupun merokok


F Harus bersepatu dan berpakaian rapi
F Selalu mengenakan jas praktikum
F Menjaga ketertiban pelaksanaan praktikum
F Melaksanakan praktikum sesuai dengan jadualnya dan menurut
petunjuk asisten praktlkum yang bersangkutan

[6]. Setelah selesai melaksanakan praktikum, alat-alat harus dibersihkan


dan dirapikan kembali.

[7]. Apabila selama melaksanakan kegiatan praktikum seorang


mahasiswa melakukan kesalahan prosedur yang mengakibatkan
rusaknya peralatan yang dipakai, maka dia harus mengganti
peralatan yang rusak tersebut.
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

KATA PENGANTAR

Materi perkuliahan yang diberikan di kelas merupakan kegiatan pemberian


konsep teoritis yang untuk pemahaman perlu ditunjang oleh kegiatan eksperimen
di laboratorium. Sehingga diharapkan dengan kedua macam kegiatan tersebut
seorang mahasiswa yang telah selesai melaksanakan proses pembelajaran
mampu memahami konsep-konsep secara benar dan baik. Selain itu, kegiatan
praktikum diharapkan dapat menambah ketrampilan seorang mahasiswa dalam
melakukan kerja laboratorium dan membina sikap ilmiah yang akan diperlukannya
kelak.
Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2 ini merupakan revisi dari buku-buku
sebelumnya dan disusun untuk maksud-maksud tersebut di atas, yaitu agar
mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktikum secara baik dan benar
sehingga sasaran pengajaran dapat dipenuhi.
Buku ini terdiri atas 10 judul percobaan yang meliputi materi-materi Listrik
dan Magnet (LM), serta Optik (OP). Pada bagian awal buku ini diberikan secara
singkat cara-cara pengukuran, teori ralat, cara mengolah data pengukuran,
menganalisis dan menyajikannya.
Sebelum masuk ke dalam laboratorium untuk melaksanakan praktikum,
mahasiswa diwajibkan membaca petunjuk percobaan yang akan dilakukan dan
mengerjakan tugas pendahuluan untuk dikumpulkan kepada asisten percobaan
yang bersangkutan.
Akhirnya, diharapkan buku ini dapat membantu peserta praktikum Fisika
Dasar dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Malang, Nopember 2006

Penyunting
Didik R. Santoso

i
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw

DAFTAR ISI

Kata Pengantar (i)


Daftar Isi (ii)
Teori Ralat (1)

[1] FP4 : Konstanta Joule (11)


[2] LM1 : Hukum Ohm (15)
[3] LM2 : Jembatan Wheatsone (19)
[4] LM3 : Hukum Kirchoff (24)
[5] LM4 : Medan Magnet (29)
[6] LM5 : Resonansi Rangkaian LRC (33)
[7] OP1 : Lensa Tipis (37)
[8] OP2 : Indeks Bias Larutan (43)
[9] OP3 : Defraksi Cahaya (46)
[10] OP4 : Indek Bias Prisma (50)

Format Sampul Laporan (54)


Format Laporan (55)

ii
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

TEORI RALAT
(KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN)

Dalam suatu percobaan-percobaan fisika, kita selalu melakukan pengukuran


pada besaran (variabel) yang terkait. Nilai hasil pengukuran yang didapatkan
dalam kegiatan pengukuran tersebut pada dasarnya merupakan pendekatan dari
nilai yang sesungguhnya, yang mana besarnya tidak pernah kita ketahui. Untuk itu,
setiap menyatakan hasil pengukuran harus disertai dengan suatu ketidakpastian
pengukuran atau ralat. Ralat adalah simpangan (deviasi) hasil pengukuran
terhadap nilai sesungguhnya. Dengan demikian sebuah hasil pengukuran
dikatakan baik apabila mempunyai ralat yang sekecil mungkin.

I. MACAM-MACAM RALAT
Berdasarkan pada faktor-faktor timbulnya, ralat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu ralat sistematis, ralat kebetulan, dan ralat tindakan pengukuran.

A. RALAT SISTEMATIS
Ralat sistematis (systematic errors) disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Faktor peralatan
Ralat ini disebabkan oleh antara lain:
§ Kesalahan kalibrasi alat. Misalnya pembagian skala yang kurang tepat,
kesalahan kedudukan posisi nol, sifat tak linier dari alat, dsb.
§ Interaksi antara alat dengan besaran fisis yang diukur kurang sesuai.
Misalnya pengukuran arus listrik dengan menggunakan ampermeter yang
terpasang seri, pada kondisi ini hambatan dalam ampermeter akan
mempengaruhi hasil pengukuran, yang menyebabkan arus yang terukur
bukan nilai yang sebenarnya.
2. Faktor kesalahan perseorangan
§ Ralat ini merupakan akibat dari kesalahan-kesasalahan yang disebabkan
oleh kebiasaan pengamat. Misalnya pembacaan skala yang tidak tegak
lurus pada bidang pengamatan akan menyebabkan ketidaktepatan
pembacaan skala (kesalahan paralaks ).

-1-
Teori Ralat

3. Faktor kondisi percobaan


§ Ralat ini disebabkan oleh kondisi percobaan yang tidak sama dengan
kondisi pada saat dimana alat tersebut dikalibrasi. Misalnya penimbangan
benda yang dilakukan di Malang dengan menggunakan timbangan pegas
yang dikalibrasi di London, maka hasil penimbangannya akan salah jika
tidak dilakukan koreksi kalibrasi terhadap gravitasi bumi di Malang.
4. Faktor teknik pengukuran yang kurang sempurna
§ Kesalahan karena teknik pengukuran yang salah. Misalnya dalam
pengukuran tara kalor listrik, penetapan selisih suhu awal dengan suhu
kamar tidak sama dengan selisih suhu akhir dengan suhu kamar (suhu
kamar yang berubah).
§ Model yang terlalu sederhana, penggunaan rumus-rumus pendekatan
dengan mengabaikan suku-suku orde tinggi, dll.

Ralat sistematis ini menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari harga


sebenarnya, tapi biasanya mempunyai kecenderungan (trend) tertentu. Salah satu
cara untuk meminimalkan ralat sistematis ini adalah dengan menghilangkan
penyebab timbulnya ralat dan melakukan koreksi terhadap hasil pengukuran dan
perhitungan.

B. RALAT KEBETULAN
Ralat kebetulan disebut juga ralat acak (random erros). Faktor-faktor
penyebab timbulnya ralat acak ini antara lain:
1. Kesalahan menaksir pembacaan alat ukur
§ Pada setiap alat ukur selalu ada pembagian skala terkecil, dan penafsiran
terhadap pembagian skala terkecil dapat berlainan dari waktu-kewaktu
oleh bermacam-macam sebab dan bermacam -macam pengamat.
2. Kondisi pengukuran yang berfluktuasi
§ Seringkali dalam pengukuran terjadi perubahan kondisi dengan fluktuasi
yang tidak terlalu besar sehingga tidak bisa dirasakan secara langsung
oleh pengukur. Misalnya perubahan tekanan udara pada pengukuran titik
didih air, atau perubahan suhu udara sekitar.
3. Gangguan
§ Gangguan merupakan faktor luar yang tak terduga dan tak diramalkan
sebelumnya. Gangguan ini bisa mempengaruhi alat maupun obyek

-2-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

pengukuran. Misalnya adanya getaran mekanik yang dapat menyebabkan


jarum penunjuk bergoyang, sehingga skala sulit untuk dibaca.
4. Definisi
§ Ralat jenis ini disebabkan oleh anggapan yang keliru, misalnya
menganggap keadaan obyek ukur yang homogen (padahal sebenarnya
tidak). Contoh: pengukuran diameter tabung, karena penampangnya tidak
sempurna maka pengukuran diameter akan berbeda tergantung pada
posisi pengukuran.
Ralat kebetulan ini akan selalu ada dalam suatu pengukuran dan tidak
mungkin dapat dihapuskan sama sekali. Tetapi ralat ini dapat diminimalisasi
dengan cara melakukan pengukuran yang berulang-ulang.

C. RALAT TINDAKAN PENGUKURAN


§ Ralat jenis ini disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan oleh orang yang
melakukan pengukuran. Misalnya kesalahan menghitung cacah ayunan.
Seharusnya waktu dicatat untuk cacah ayunan 10 kali, namun pada
percobaan hanya dilakukan 9 kali ayunan saja.

II. PENULISAN RALAT PADA HASIL PENGUKURAN


Karena dalam suatu percobaan kita tidak mungkin dapat menghindari
adanya ralat, maka hasil pengukuran yang dapat diterima sebagai pendekatan dari
nilai yang sesungguhnya sedapat mungkin diperoleh dari pengukuran yang
berulang-ulang.
Hasil pengukuran dalam suatu percobaan dituliskan dalam bentuk:

X = X ± ∆X (1)

dengan X adalah nilai rata-rata hasil pengukuran (dinamakan nilai terbaik) dan
∆X adalah taksiran ketidakpastian pengukuran (ralat). Semakin kecil ralatnya,
semakin tinggi tingkat ketepatan suatu pengukuran.
Adakalanya besarnya ralat dinyatakan dalam bentuk relatif. Cara
penulisan ralat relatif adalah sebagai berikut:

X = X ± R% (2)

dimana R adalah ralat relatif, yang besarnya dinyatakan oleh:

-3-
Teori Ralat

∆X
R= x 100% (3)
X

A. PENGUKURAN TUNGGAL
Adakalanya besaran-besaran tertentu hanya dapat diukur dalam satu kali
saja dan tidak dapat diulang dalam waktu yang relatif dekat, misalnya pengukuran
kecepatan komet yang melintasi bumi, lamanya gerhana matahari total, dan lain
sebagainya. Hasil pengukuran terbaik dari pengukuran tunggal tentu dianggap
sebagai nilai yang benar ( X ). Sedangkan ralatnya, umumnya diambil setengah
dari nilai skala terkecil (NST) dari alat ukur yang digunakan. Sehingga ralat untuk
pengukuran tunggal dinyatakan oleh:

∆X = 1
2
NST (4)

Catatan: Untuk alat ukur yang mempunyai skala tambahan (nonius) sebanyak n
skala, maka NST-nya menjadi 1/n kali NST tanpa nonius.

B. PENGUKURAN BERULANG
Untuk memperoleh nilai terbaik yang mendekati nilai sesungguhnya dan
untuk meminimalkan kesalahan akibat adanya ralat acak, perlu dilakukan
pengukuran yang sifatnya berulang. Nilai pengukuran terbaik dari besaran yang
diukur berulang-ulang adalah nilai rata-rata hasil pengukuran tersebut, dinyatakan
oleh:

X=
∑X i
(5)
n
dengan:
X : nilai rata-rata (nilai terbaik)
X i : nilai hasil pengukuran ke-i
n : banyaknya ulangan pengukuran

Ralat untuk pengukuran berulang ini berupa deviasi standar rata-rata, dan
dinyatakan oleh:

-4-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

∆X =
∑(X i − X )2
(6)
n( n − 1)

III. RAMBATAN RALAT


Seringkali suatu bes aran tidak dapat diukur secara langsung dari
pengukuran, melainkan harus diturunkan dari besaran lain yang dapat diukur
secara langsung. Ralat yang timbul dari pengukuran tidak langsung ini disebut
ralat rambatan. Nilai ralat rambatan didapatkan dari hitung diferensial dengan
bentuk umum sebagai berikut:

Z = Z (W , X , Y )
 ∂Z   ∂Z   ∂Z  (7)
∆Z =  ∆W +   ∆X +  ∆Y
 ∂W   ∂X   ∂Y 
Aturan praktis yang sering digunakan untuk menentukan ralat rambatan,
dirangkum dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1: Beberapa bentuk ralat rambatan

Variabel terlibat Operasi Hasil terbaik Ralat

Penjumlahan Z = W + X +Y ∆Z = ∆W + ∆X + ∆Y

Pengurangan Z = X −Y ∆Z = ∆X + ∆Y
W = W ± ∆W Perkalian Z = W . X .Y ∆Z ∆W ∆X ∆Y
X = X ± ∆X = + +
Z W X Y
Y = Y ± ∆Y
Pembagian X ∆Z ∆X ∆Y
Z= = +
Y Z X Y
Pangkat Z =Xn ∆Z ∆X
=n
Z X

-5-
Teori Ralat

Contoh:
Sebuah balok kayu yang akan ditentukan volumenya, diukur panjangnya (p), lebar
nya(l) dan tingginya (t) secara langsung, masing-masing satu kali pengukuran
dengan menggunakan penggaris yang NST-nya 1 mm, dengan hasil:
p = (4,0 ± 0,05) cm; / = (3,0 ± 0,05) cm; t = (2,0 ± 0,05) cm

Maka volumenya dapat dihitung dari hubungan à V = p.l .t

V = p x l x t = 4,0 x 3,0 x 2,0 = 24,0 cm 3

∆V ∆p ∆l ∆t 0.05 0,05 0,05


= + + = + + = 0,053
V p l t 4,0 3,0 2,0

maka ralatnya adalah:

∆V = (0,053 x 24,0) cm3 = 1,272 cm 3

sehingga hasilnya dituliskan sebagai: V = (24,0 ± 1,3) cm3

1,3
dengan ketelitian: x 100% = 5,4%
24,0

IV. GRAFIK
Seringkali akan lebih mudah dan cepat untuk melihat atau memberi
intepretasi atas hasil pengukuran melalui sebuah grafik.

A. PEDOMAN MEMBUAT GRAFIK YANG BAIK


§ Sebaiknya menggunakan kertas grafik (milimeter blok).
§ Variabel yang menjadi sebab atau independent variable diplot sebagai
sumbu absis (X) dan variabel akibat atau dependent variabel diplot
sebagai sumbu ordinat (Y).
§ Pembuatan skala pada grafik harus jelas, baik besar maupun satuannya.
§ Pembuatan grafik tampak kemas (kurva mengisi seluruh bagian kertas)
§ Buatlah garis kontinyu dan tidak patah-patah (smooth) melalui atau
mendekati sebanyak mungkin titik data.

-6-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

§ Usahakan agar skala pada kertas grafik sekecil mungkin (skala kertas
grafik ≤ ralat pengukuran). Hal ini dimaksudkan agar ketelitian yang
didapatkan dengan susah payah dari proses pengukuran tidak hilang sia-
sia di atas kertas grafik.

B. PEDOMAN MENGGAMBAR GARIS LURUS TERBAIK


§ Dalam pengukuran dua variabel yang terkait satu sama lain secara linear,
dapat ditulis bentuk persamaan linearnya:

Y = aX + b (8)

dengan a: Gradien/slope/kemiringan garis


b: Titik potong garis dengan sumbu Y
§ Garis lurus terbaik adalah yang letaknya sedemikian rupa sehingga
simpangan semua data hasil pengukuran terhadapnya adalah minimum.
§ Slope atau gradien atau kemiringan garis a pada persamaan di atas dapat
dicari dengan rumus:

Y2 − Y1
a = tan α = (9)
X 2 − X1

§ Sedangkan konstanta b didapat dengan mengektrapolasi garis sehingga


berpatongan dengan sumbu Y. Atau b adalah nilai Y ketika X = 0.

Y2
Centroid

α
Y1

X1 X2 X
Gambar 1: Grafik fungsi linear Y = aX + b

-7-
Teori Ralat

C. RALAT PADA GRAFIK


Ralat pada grafik secara lengkap digambarkan pada Gambar 2A, tetapi
biasanya ralat pada variabel sebab (X) seringkali diabaikan (Gambar 2B).

Besar ralat

A B

Gambar 2: Simpangan pada titik data

Ralat pada grafis merupakan ralat relatif. Salah satu cara menentukan
besarnya ralat adalah dengan membuat kurva bantuan yang sejajar dengan kurva
utama. Dalam membuat kurva bantuan, perhatikan bobot titik-titik data (lihat
Gambar 3). Selanjutnya dari titik centroid ( X , Y ) , tarik garis vertikal yang tegak
lurus sumbu X dan memotong kedua kurva bantuan. Dari perpotongan garis
vertikal dengan kurva bantuan, tarik garis horisontal yang memotong sumbu Y,
tandai sebagai Ya dan Yb. Selanjutnya ralat relatifnya ditentukan oleh:

Ya − Yb
R= x100% (10)
2Y

Y2
Centroid (X,Y )
Ya

Yb
α
Y1

X1 X2 X

Gambar 3: Cara menentukan besarnya ralat secara grafik

-8-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

D. ASAS KUADRAT TERKECIL


Asas kuadrat terkecil memberikan hasil yang lebih mendekati garis lurus
terbaik meskipun memerlukan banyak perhitungan. Dengan metode ini gradien a
dan tetapan b diberikan dalam bentuk :

n ∑ ( X iYi ) − ∑ X i ∑ Yi
a= (11)
n∑ X i 2 − ( ∑ X i ) 2

b=
∑Y i
2
− a∑ Xi
(12)
n
Untuk jumlah data yang cukup banyak maka ralat pada a dan b berupa deviasi
standar, yaitu:

∆a =
n
dan ∆b =
∑X i
2

(13)
n∑ X i − ( ∑ X i ) 2
2
n∑ X i 2 − (∑ X i ) 2

V. HAL-HAL KHUSUS

A. PEMBULATAN
§ Untuk angka < 5, dibulatkan ke bawah
§ Untuk angka > 5, dibulatkan ke atas
§ Untuk angka 5, dibulatkan ke bilangan genap terdekat
§ Khusus untuk angka 1 di depan, pembulatannya hanya sampai angka di
belakangnya, contoh:
0,067 à 0,07; 0,062 à 0,06
0,065 à 0,06; 0,035 à 0,04
0,0176 à 0,018 (bukan 0,02)
0,19 à 0,19 (bukan 0,2)

B. KETELITIAN DAN ANGKA PENTING


§ Ketelitian sekitar 0,1% memberi hak atas 4 angka penting.
Contah : X = 2504 ± 2,5036
Hasilnya ditulis : X = (2,504 ± 0,002) x 103

-9-
Teori Ralat

§ Ketelitian sekitar 1% memberi hak atas 3 angka penting.


Contoh : X = 2504 ± 25,03
Hasilnya ditulis : X = (2,50 ± 0,02) x 103

§ Ketelitian sekitar 10% memberi hak atas 2 angka penting.


Contoh : X = 2504 ± 250,3
Hasilnya ditulis : X = (2,5 ± 0,2) x 103

§ Khusus untuk ralat relatif hanya boleh sampai satu angka di belakang
koma
Contoh : X = 7,86 ± 5,37% ditulis X = 7,86 ± 5,4%
Contoh : X = 24 ± 0,0678% ditulis X = 24 ± 0,1%

- 10 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN – FP4

KONSTANTA JOULE

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menentukan nilai air kalorimeter.
2. Menentukan besarnya konstanta joule.

II. TEORI
Di alam ini energi muncul dalam berbagai bentuk dan diukur dalam satuan
yang berbeda-beda pula. Salah satu persoalan penting yang dihadapi oleh ahli
fisika adalah menyesuaikan secara eksperimen perbandingan yang timbul dalam
bertuk energi listrik dan energi panas. Nilai perbandingai energi listrik dan energi
panas dinamakan tara kalor listrik yang diwakili oleh huruf J (sebagai
penghormatan kepada Joule).
Jika energi listrik (W) yang digunakan oleh alat pemanas yang beroperasi
pada tegangan V dengan arus listrik yang mengalir i selama waktu t, maka
besarnya energi listrik tersebut adalah:

W = V .i .t (1)

Sedangkan panas (H) yang ditimbulkan yaitu sebesar:

H = ( X + mc).∆T (2)

dengan X adalah nilai air kalorimeter, m adalah massa air, c kalor jenis air, dan ∆T
adalah perubahan suhu kalorimeter.
Tara kalor listrik didefinisikan sebagai perbandingan energi listrik yang
digunakan dan kalor yang ditimbulkan, yaitu:

W V .i .t
J= = Joule/kalori (3)
H ( X + m.c).∆T

- 11 -
FP4: Konstanta Joule

III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Sebuah kalorimeter yang dilengkapi kumparan pemanas.
2) Voltmeter, ampermeter, tahanan geser dan termometer.
3) Gelas ukur
4) Stopwatch

IV. METODE PERCOBAAN

A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar dalam percobaan ini akan dilakukan pemanasan air dengan
menggunakan kumparan pemanas. Besarnya energi listrik yang digunakan
untuk membangkitkan sumber panas ini akan dihitung besarnya. Energi listrik ini
akan digunakan untuk memanaskan air. Perubahan temperatur air ini
menimbulkan energi panas yang besarnya dapat dihitung. Kesebandingan
energi listrik dan energi panas selanjutnya dapat dihitung juga.

B. Tatalaksana Percobaan
1. Rangkailah percobaan seperti pada gambar 1, jangan menghubungkan ke
sumber tegangan sebelum mendapat persetujuan asisten saudara.
2. Sediakan air dan dan ukurlah volumenya sebelum dimasukkan ke dalam
kalorimeter, setelah beberapa menit (2-3 menit) catatlah suhunya.
3. Alirkan arus listrik selama waktu tertentu (tanyakan pada asisten), baca
ampermeter, voltmeter, dan termometer setiap 30 detik sekali. Selama itu
aduklah air perlahan-lahan.
4. Matikan arus listrik dan baca suhunya.
5. Ulangi langkah-langkah diatas beberapa kali dengan merubah besarnya
arus listrik, dan cacat hasilnya.

C. Analisis
1. Hitung nilai air kalorimeter
2. Buatlah grafik hubungan waktu dan perubahan suhu untuk masing-
masing arus.

- 12 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

3. Tentukan harga tara kalor listrik (konstanta Joule) percobaan saudara


dan bandingkan dengan literatur.
4. Beri kesimpulan percobaan ini.

T +
V E
-

Gambar 1: Setup eksperimen

Gambar 2: Kalorimeter dengan kumparan pemanas


(1). pengaduk, (2).terminal kabel, (3).kumparan pemanas, (4) dinding

- 13 -
FP4: Konstanta Joule

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan nilai air kalorimeter? Apa satuannya?
2. Dapatkah tenaga mekanik seluruhnya diubah menjadi tenaga
listrik?Jelaskan!
3. Mengapa kumparan pemanas jika dialiri arus listrik akan menjadi
panas?Jelaskan!

CONTOH DATA PENGUKURAN

o
Percobaan No. i (Amp) V (Volt) t (dt) T 1 ( C) T 2 ( oC)
1
2
I.
Volume air: 3
4
Massa air : 5
6
7

- 14 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN - LM1

HUKUM OHM

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Mengerti konsep tentang hukum Ohm.
2. Menentukan besarnya arus dan tegangan listrik dalam suatu rangkaian.

II. TEORI
Hukum Ohm menyatakan bahwa beda potensial atau tegangan listrik V
antara ujung-ujung sebuah penghantar adalah sebanding dengan arus listrik I
yang melaluinya. Secara matematis hukum ohm dapat dituliskan sebagai:

V~ I (~ : sebanding)

V=R.I (1)

dimana,
V : tegangan listrik (volt, V)
I : arus listrik (ampere, A)
R : resistansi listrik (ohm, Ω)

Gambar 1: Hubungan arus dan tegangan pada suatu penghantar

- 15 -
LM1: Hukum Ohm

Perhatikan bahwa:
• Jika terdapat arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah tahanan (R), pasti
pada ujung-ujung tahanan tersebut terdapat beda potensial listrik sebesar V ,
dimana V = I.R .
• Jika harga V dan I diketahui, maka besar tahanan R dapat dihitung melalui
hubungan V = I.R. Kita tidak perlu mengetahui konstruksi fisik dari tahanan
selama perbandingan V / I diketahui.

Piranti yang mengikuti hukum ohm dikatakan piranti yang linear atau piranti
yang ohmik, sedang yang tidak mengikuti hukum ohm dikatakan piranti yang non
linear anatu piranti yang non-ohmik. Contoh piranti yang ohmik adalah resistor
karbon.
Dalam bentuk rangkaian listrik, Hukum Ohm dan grafik yang mewakilinya
diperlihatkan pada gambar 2.

I V
V
R=
I

V R

0 I
(a) (b)

Gambar 2: Hubungan antara tegangan dan arus dalam Hukum Ohm


(a) rangkaian, (b) grafik arus vs tegangan

III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Sumber daya AC/DC.
2) Sebuah voltmeter.
3) Sebuah amperemeter.
4) Beberapa Resistor
5) Beberapa kabel konektor

- 16 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

IV. METODE PERCOBAAN

A. Tatalaksana Percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3A. Pilihlah harga R = 1 kΩ.
2. Catat dan tabelkan hasil pengukuran V dan I nya.
3. Lakukan hal yang sama (seperti pada point 2) untuk R = 1,5 kΩ dan
R = 2kΩ (atau menurut petunjuk asisten).
4. Lakukan hal yang sama untuk rangkaian pada gambar 3B.

B. Analisis
1. Buatlah grafik antar V vs I untuk masing-masing harga R diatas.
2. Diskusikan tentang hasil yang telah saudara amati pada percobaan ini.
3. Diskusikan pula perbedaan hasil percobaan pada rangkaian gambar 3A
dan gambar 3B (apabila ada).

A A

V V
V R V R

(A) (B)
Gambar 3: Rangkaian untuk percobaan

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa saja yang mempengaruhi besar hambatan listrik? Jelaskan dengan
singkat?
2. Apakah perbedaan rangkaian pada gambar 3A dan 3B, jelaskan!
3. Bagaimana cara menggunakan voltmeter dan amperemeter dalam
hubungannya dengan polaritas Iistrik, range pengukuran, dan sumber
tegangannya DC/AC? Jelaskan!

- 17 -
LM1: Hukum Ohm

CONTOH DATA PENGUKURAN

I (mA)
V (volt)
R=………...Ω R=…………..Ω R=……..…..Ω
0
2
4
6
8
10
12

- 18 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN - LM2

JEMBATAN WHEATSTONE

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan dasar pengukuran hambatan listrik dengan metode arus nol.
2. Menentukan nilai suatu hambatan listrik dengan menggunakan metode
jembatan Wheatstone

III. TEORI
Jembatan Wheatstone merupakan salah satu metode pengukuran hambatan
listrik dengan ketelitian sangat tinggi. Dibandingkan dengan multimeter biasa,
pengukuran dengan metode ini memberikan banyak keunggulan, terutama dalam
hal ketelitiannya. Akan tetapi untuk keperluan yang bersifat praktis dan tidak
diperlukan faktor ketelitian yang tinggi, penggunanaan multimeter biasa sudah
cukup memadai.
Metode pengukuran hambatan dengan jembatan Wheatstone ini didasari
oleh hukum Ohm dan prinsip arus nol. Penjabaran teoritisnya, kita tinjau rangkaian
seperti pada Gambar 1 berikut ini :

A G B

Gambar 1: Rangkaian Jembatan Wheatstone

- 19 -
LM2: Jembatan Wheatstone

E : Sumber tegangan arus searah


S : Saklar
G : Galvanometer
R1, R2 : Hambatan variabel.
RS : Hambatan standar
Rx : Hambatan yang akan dicari nilainya.

Ketika saklar S ditutup, ada arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian.
Jika jarum galvanometer menyimpang, berarti terdapat arus yang mengalir
melaluinya, yang berarti terdapat pula beda potensial antara titik C dan titik D.
Dengan mengubah-ubah RS, R1 dan R2 arus galvanometer dapat dibuat nol,
sehingga potensial di titik C sama dengan potensial di titik D. Dengan demikian
arus yang melalui hambatan R1 dan R2 adalah sama (katakanlah i1) dan arus yang
melalui RS dan RX juga sama (misalnya i2). Dengan menggunakan hukum Ohm
dengan mudah dapat dihitung nilai hambatan yang dicari dari persamaan berikut:

R2
Rx = Rs (1)
R1

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran,


hambatan R1 dan R2 dapat diganti dengan seutas kawat lurus yang homogen dan
berdiameter sama dengan panjang L. Dari hubungan:

L
R=ρ (2)
A
maka karena kawat homogen dan berdiameter sama, R sebanding dengan L,
sehingga persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai:

L2
R x = Rs (3)
L1

Rangkaian jembatan Wheatstone dengan kawat homogen ditunjukkan pada


Gambar 2 berikut:

- 20 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

Gambar 2: Rangkaian Jembatan Wheatstone dengan kawat homogen


K : Kontak geser;
L1 dan L2: Panjang kawat homogen yang dapat diatur.

III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Bangku jembatan Wheatstone.
2) Sebuah galvanometer.
3) Sumber tegangan arus searah.
4) Beberapa buah hambatan yang akan ditentukan nilainya (RX).
5) Sebuah hambatan standar yang diketahui nilainya (RS).
6) Kabel-kabel penghubung.

IV. METODE PERCOBAAN

A. Prinsip Percobaan
Pada dasarnya percobaan ini akan menentukan hambatan yang belum diketahui
nilainya (RX) berdasarkan hambatan yang telah diketahui nilainya (R S) dengan
mengubah-ubah panjang L 1 dan L 2 hingga jarum galvanometer menunjuk angka
nol (tidak menyimpang).

- 21 -
LM2: Jembatan Wheatstone

B. Tata Laksana Percobaan


1. Siapkan peralatan dan susun rangkaian seperti Gambar 2 dengan
menggunakan salah satu hambatan yang akan ditentukan nilainya dan
hambatan standar (tanyakan kepada asisten bagaimana cara
mempergunakan hambatan standar tersebut).
2. Jika rangkaian sudah benar (periksakan kepada asisten) hubungkan
dengan sumber tegangan.
3. Geserkan kontak K pada kawat sampai jarum galvanometer menunjuk ke
angka nol. Apabila kontak sudah sampai di ujung kawat sedangkan jarum
belum menunjuk ke angka nol, ubahlah nilai hambatan standar dan ulangi
langkah di atas.
4. Catat harga R S, L 1 dan L2
5. Dengan Rs yang masih sama ulangi langkah (3) dan (4) dengan mengubah
kutub sumber tegangan.
6. Dengan Rx , yang masih sama ulangi langkah (3 - 5) dengan mengubah
nilai Rs beberapa kali (sesuai petunjuk asisten)
7. Ulangi percobaan di atas untuk harga Rx yang lain.

C. Analisis
Tentukan nilai Rx dengan menggunakan persarnaan (3), dan gambarlah grafik
hubungan antara Rs vs L2/L1,

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (1) dan (3)!
2. Apa yang dimaksud dengan kawat homogen?
3. Berikan contoh beberapa kegunaan dari prinsip jembatan Wheatstone.

- 22 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

CONTOH DATA PENGUKURAN

Rs Polaritas A Polaritas B
(ohm) L1=………..cm L2=……….cm L1=………..cm L2=……….cm

- 23 -
LM3: Hukum Kirchoff

PERCOBAAN – LM3

HUKUM KIRCHOFF

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Memahami hukum Kirchoff tentang arus dan tegangan listrik
2. Menerapkan kegunaan hukum Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana.
3. Mengukur besarnya arus dan tegangan listrik pada suatu rangkaian
listrik DC sederhana.

II. TEORI

Hukum Kirchoff tentang Arus


Hukum Kirchoff tentang arus (Kirchoff Current Law / KCL) menyatakan:
“Jumlah aljabar semua arus-arus yang memasuki suatu permukaan tertutup
adalah sama dengan nol”. Atau dapat juga dikatakan “jumlah aljabar semua arus
yang menuju simpul sama dengan arus yang meninggalkan simpul”.

I1 I4

I2

I3 I5

Gambar 1: Distribusi arus pada suatu simpul

Secara matematis KCL dituliskan sebagai:


N

∑k =1
Ik = 0 (1)

- 24 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

dengan Ik adalah arus ke-k dari N arus yang memasuki permukaan tertutup
tersebut.
Catatan :
• Sewaktu menggunakan KCL, anggaplah arus-arus yang memasuki
permukaan tertutup atau menuju simpul bertanda positif (+), dan arus-arus
yang meninggalkan simpul bertanda negatif (-).
• Sehingga dalam kasus gambar 1 di atas, KCL nya adalah:
I1 + I 2 + I 3 − I 4 − I 5 = 0

Hukum Kirchoff tentang Tegangan


Hukum Kirchoff tentang tegangan (Kirchoff Voltage Law / KVL)
mengatakan “jumlah aljabar dari semua penurunan tegangan (voltage drops)
sepanjang lintasan tertutup (loop) menuruti satu arah yang ditentukan adalah nol”.
N

∑V k =0 (2)
k =1

Vk adalah penurunan tegangan pada segmen ke k dari N segmen pada lintasan


tertutup. Sewaktu menggunakan KVL, ikuti arah lintasan tertutup tersebut, Vk
ditandai positif bila terminal (+) dicapai terlebih dahulu, dan sebaliknya.

R1 R2
a b c

E R3
I

e R4 d

Gambar 2: Distribusi tegangan pada KVL

Untuk gambar 2 di atas, KVL nya adalah:

- 25 -
LM3: Hukum Kirchoff

V ab + V bc + V cd + V de − E = 0

III. PERALATAN:
1) Baseboard (papan rangkaian)
2) Ampere-meter / multimeter.
3) Volt-meter / multimeter
4) Sumber tegangan arus searah variabel (0 – 15 volt).
5) Beberapa tahanan karbon
6) Kabel penghubung secukupnya.

IV. METODE PERCOBAAN

Hukum Kirchoff tentang tegangan

V1

R1

E R2 V2

R3

V3

Gambar 3: Rangkaian untuk eksperimen KVL

1. Rangkailah tiga buah tahanan secara seri seperti pada gambar 3.


2. Tetapkan harga sumber tegangan E. Ukurlah beda tegangan pada
kutub-kutub R1, R2 dan R3 sebagai V1, V2, dan V3.

- 26 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

3. Lakukan percobaan untuk tegangan sumber yang berbeda-beda, yaitu


dengan mengatur sumber tegangan pada: 0V, 2V, 4V, 6V, 8V, 10V,
dan 12V.
4. Catatlah E, V1, V2 dan V3 untuk masing-masing pengukuran.

Hukum Kirchoff tentang arus

I1 I2 I3

R1 R2 R3

Gambar 4: Rangkaian untuk KCL

1) Rangkailah tiga buah tahanan secara paralel seperti pada gambar 4.


2) Tetapkan harga sumber tegangan E. Ukurlah arus yang mengalir pada
masing-masing R1, R2 dan R3 sebagai I1, I2, dan I3.
3) Lakukan percobaan untuk tegangan sumber yang berbeda-beda, yaitu
dengan mengatur sumber tegangan pada: 0V, 2V, 4V, 6V, 8V, 10V, dan
12V.
4) Catatlah E, I, I1, I2 dan I3 untuk masing-masing pengukuran.

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Untuk rangkaian pada gambar 3, jika diketahui E = 12 volt ; R1 = 1 kΩ; R2
= 1,5 kΩ dan R3 = 2 kΩ, tentukan:
a. V1, V2 dan V3
b. I1, I2 dan I3
c. Buktikan berlakunya KVL

- 27 -
LM3: Hukum Kirchoff

2. Untuk rangkaian pada gambar 4, jika diketahui E = 12 volt ; R1 = 1 kΩ; R2


= 1,5 kΩ dan R3 = 2 kΩ, tentukan:
a. V1, V2 dan V3
b. I, I1, I2 dan I3
c. Buktikan berlakunya KCL

CONTOH DATA PENGUKURAN

Untuk KVL

V V1 V2 V3
(volt) (R=………Ω?
) (R=………kΩ)? (R=………Ω)?
0
2
4
6
8
10
12

Untuk KCL

V (volt) I (Total) I1 (mA) I2 (mA) I3 (mA)


(mA) (R=………Ω) (R=………Ω) (R=………Ω)
0
2
4
6
8
10
12

- 28 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN – LM4

MEDAN MAGNET

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat:
1. Menjelaskan hukum Biot-Savart untuk lilitan kawat dan solenoid.
2. Mengukur kuat medan magnet disekitar selenoid

II. TEORI
Hukum Biot-Savart untuk menghitung kuat medan magnet yang disebabkan
oleh kawat berarus I pada suatu titik berjarak r adalah:
)
µ 0 I dS x r
dB = (1)
4π r 2
Untuk kawat yang dililitkan berbentuk koil dengan jejari sebesar r seperti pada
gambar 1, maka kuat medan magnet pada suatu titik di sumbu yang berjarak S
dari pusat koil adalah:

µ 0 nI r 2
B= (2)
2( r 2 + S 2 ) 3 / 2

dimana
n : jumlah lilitan
I : arus listrik
r : jejari koil
µ0 : permeabilitas ruang hampa

- 29 -
LM4: Medan Magnet

O S

Gambar 1: Kuat medan magnet pada koil

Jika dua buah koil yang identik disusun secara paralel dan koaksial (lihat
gambar 2) kemudian dialiri arus yang besar dan arahnya sama, maka medan
magnet sepanjang sumbu koil dapat dicari dengan penjumlahan vektor dari medan
magnet yang disebabkan oleh masing-masing koil. Jika lilitan koil mempunyai
lebar, dengan lebar lilitan >> dari pada diameter koil, maka sistem ini disebut
solenoid.

Kuat medan magnet di tengah solenoid sepanjang sumbunya adalah:

µ0 n I
Bp = (3)
L
dan di sepanjang tepinya adalah:

µ0 n I
Bt = (4)
2L

III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Dua buah solenoid.
2) Sebuah Gaussmeter.
3) Sebuah power supply.
4) Sebuah amperemeter.
5) Kabel-kabel penghubung.
6) Sebuah mistar penggaris.

- 30 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

IV. METODE PERCOBAAN


1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.
2. Atur power supply mulai dari harga terendah. (Arus maksimum yang
diijinkan untuk solenoid dan koil dalam percobaan ini adalah 1.5 A).
3. Atur Gaussmeter untuk kalibrasi pengukuran.
4. Ukur diameter untuk masing-masing koil yang tersedia.
5. Ukur medan magnet untuk bermacam-macam posisi (minimal 10)
sepanjang sumbu koil untuk sebuah koil.
6. Analog dengan no. 6, tetapi untuk 2 (dua) buah koil dengan arah arus yang
berbeda.
7. Ulangi no. 6 dan 7 untuk besar arus yang berbeda.
8. Ganti koil dengan solenoid kemudian ukur kuat medan magnet sepanjang
sumbu.

Analisa Data
1. Plot antara kuat medan magnet (B) dengan posisi (S) untuk setiap
pengukuran.
2. Diskusikan hasil yang saudara peroleh. Kesimpulan apa yang saudara
peroleh dari pengamatan saudara?
3. Mengapa hasil yang saudara peroleh pada langkah 6 berbeda dengan
langkah ke-7?, Jelaskan.
4. Besaran-besaran apa saja yang berpengaruh pada pengukuran saudara.

Gambar 2: Setup eksperimen

- 31 -
LM4: Medan Magnet

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan persamaan (2) dari hukum Biot-Savart.
2. Syarat-syarat apa yang berlaku untuk menurunkan persamaan (3).
3. Jika anda mempunyai 2 (dua) batang yang berukuran sama terbuat dari
logam yang sama, tetapi salah satunya bersifat magnet. Bagaimana cara
saudara menentukan salah satu batang yang bersifat magnet. Dalam hal
ini saudara tidak diperkenankan menggunakan alat ukur apapun.

CONTOH DATA PENGUKUR AN

S (cm) Arus (mA) Kuat Medan

- 32 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN – LM5

RESONANSI RANGKAIAN LRC

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar akan dapat :
1. Memahami Resonansi rangkaian listrik
2. Mengetahui resonansi rangkaian RLC seri

II. DASAR TEORI


VC

C
VR R VL
L

ε = ε m sin ω t
Gambar 1: Rangkaian LRC seri

Menurut hukum Kirchoff tentang tegangan (KVL), bentuk persamaan


untuk rangkaian tersebut adalah:

ε = V R + VC + VL (1)

Harga maksimumnya ditentukan oleh:

εm = Im R + Im XC + Im X L (2)

Dengan memperhatikan perbedaan fase arus -tegangan pada komponen-


komponen C dan L, maka persamaan (2) dapat kita tulis kembali sabagai:

- 33 -
LM5: Rangkaian LRC

ε m = V R2,m + (VL,m − VC ,m ) 2

= (i m R) 2 + (im X L − im X C ) 2 (3)
= im Z

dimana Z adalah impedansi kompleks rangkaian tersebut, yang besarnya adalah:

Z = R2 + ( X L − X C ) 2 (4)

mengingat

X L = ω L = 2πfL , dan

1 1
XC = =
ωC 2πfC

maka arus (rata-rata) yang mengalir pada rangkaian ini adalah:

Vrms Vrms
i= = (5)
Z  1 
2

R 2 +  2πfL − 
 2πfC 

Karena impedansi induktor dan kapasitor tergantung pada frekuensi (f) sumber,
maka arus pada rangkaian LRC juga tergantung pada frekuensi.

Pada rangkaian LRC seri arus akan maksimum jika:

1
2πfL − =0 (6)
2πfC

Kita selesaiakan persamaan ini untuk mencari f, dan hasilnya dinamakan f0

1 1
f0 = (7)
2π LC
ini dinamakan frekuensi resonansi rangkaian.

- 34 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

III. PERALATAN
Peralatan yang digunakan adalah :
1) Amperemeter/multimeter
2) Sumber tegangan arus bolak-balik (signal generator)
3) Tahanan karbon
4) Induktor
5) Kapasitor

IV. METODOLOGI PERCOBAAN


1. Buatlah rangkaian LRC seri seperti pada gam bar 2 (mintalah petunjuk
pada asisten)
2. Amperemeter yang digunakan untuk mengukur arus rangkaian
dihubungkan seri dengan rangkaian. Sebelum menentukan range (skala)
arus yang akan diukur, perkirakan besarnya arus yang akan mengalir
dengan hitungan teori.
3. Tentukan frekuensi resonansi berdasarkan hitungan teori.
4. Hidupkan sinyal generator dengan amplitudo kecil. Carilah frekwensi
yang menyebabkan arus rangkaian maksimum dan catat frekwensinya
sebagai frekwensi resonansi.
5. Ubah-ubahlah frekuensi signal generator disekitar frekuensi resonansi.

Analisa
• Buatlah grafik frekuensi VS arus disekitar frekuensi resonansi.

I
R

E C

Gambar 2: Rangkaian untuk percobaan

- 35 -
LM5: Rangkaian LRC

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kapasitor
dan resistor berturut-turut adalah 90o, -90o dan 0o!
2. Jelaskan mengapa jika terjadi resonansi arus rangkaian menjadi
maksimum!

CONTOH DATA PENGUKURAN

R =………...Ω
C =…………µF
L = ………..mH

f (Hz) I (mA)

- 36 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN - OP1

LENSA TIPIS

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan dasar-dasar sistem lensa.
2. Menjelaskan jalannya sinar dan pembentukan bayangan oleh lensa tipis.
3. Menentukan jarak titik fokus lensa tipis.

II. TEORI
Lensa adalah bidang bening yang dibatasi oleh dua atau lebih permukaan
bias dengan minimal satu permukaan merupakan bidang lengkung. Beberapa
bentuk standar dari lensa ditunjukkan oleh Gambar 1.

Cembung Cembung Miniskus Cekung Cekung Miniskus


Ganda Datar Cembung Ganda Datar Cekung

Gambar 1: Beberapa bentuk dasar lensa

Dalam pembahasan tentang lensa, dikenal apa yang diseb titik fokus pertama
(f1) dan titik fokus kedua (f2). Titik fokus pertama merupakan titik benda pada
sumbu utama yang bayangannya ditempat jauh tak hingga. Sedangkan titik fokus
kedua adalah titik bayangan pada sumbu utama dari benda yang terletak di jauh
tak hingga.

- 37 -
OP1: Lensa Tipis

f1 f2

Gambar 2: Titik fokus lensa

Lensa Tipis
Lensa tipis adalah lensa sederhana yang mempunyai bidang utama berimpit.
Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung.
Kedua permukaannya bisa berbentuk cembung, cekung, atau datar (seperti
gambar 1).

Jarak titik fokus lensa tipis ini dapat dicari dengan rumus : .

1 1 1
= + (1)
f s s'

dimana
s: jarak benda
s’: jarak bayangan

Sedangkan perbesaran bayangannya diberikan oleh:

s ' h'
m= = (2)
s h
dimana
h: tinggi benda
h’: tinggi bayangan

Untuk jarak fokus lensa positif, selain dapat dicari dengan persamaan (1),
dapat dihitung dengan mencari dua posisi lensa (lensanya hanya satu) yang
menghasilkan bayangan yang jelas. Cara ini dikenal dengan cara Bessel. Pada
posisi [1] didapat bayangan yang jelas pada layar dan dengan menggeser lensa,
ke posisi [2] diperoleh lagi bayangan yang jelas pada layar. Jika jarak antara posisi
[1] dan posisi [2] adalah e, maka menurut Bessel:

- 38 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

L2 − e 2
f = (3)
4L

Gambar 4: Mencari titik fokus lensa dengan cara Bessel

Lensa Gabungan
Lensa gabungan sering digunakan pada alat-alat optik dengan maksud
mengurangi cacat bayangan. Untuk lensa gabungan yang terdiri dari dua lensa
tipis dengan jarak fokus masing-masing f1 dan f2 serta dipisahkan oleh jarak d,
maka untuk mencari jarak fokus gabungan dapat menggunakan rumus berikut ini:

f1 (d − f 2 )
f gab. depan = (4)
d − ( f1 + f 2 )

f2 (d − f1 )
f gab. depan = (5)
d − ( f1 + f 2 )

III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Bangku optik.
2) Sebuah lampu (sumber cahaya).
3) Sebuah benda yang berupa anak panah atau penggaris bening.
4) Sebuah layar
5) 2 buah lensa positif dan sebuah lensa negatif.

- 39 -
OP1: Lensa Tipis

IV. METODE PERCOBAAN

A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar untuk menentukan jarak fokus (f) lensa positif, negatif
dan gabungan, yang perlu diukur adalah jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’).
Khusus untuk lensa positif bisa menggunakan cara Bessel yaitu dengan
mengukur jarak benda ke layar (L) dan menentukan jarak antara dua posisi lensa
(e) yang menghasilkan bayangan yang jelas pada layar. Untuk lensa gabungan
juga perlu diukur jarak antara dua lensa (d). Dan jangan lupa menentukan
perbesaran dan sifat bayangan untuk tiap-tiap lensa.

B. Tatalaksana Percobaan
1. Siapkan peralatan percobaan.
2. Susun peralatan dengan urutan : Lampu - Benda – Lensa - Layar.
3. Ukur tinggi benda (berupa anak panah).

Lensa Positif
1. Ambil sebuah lensa biconvex (cembung ganda) dan pasang pada posisi
lensa.
2. Pasang posisi benda sejauh mungkin dari layar dan ukur jaraknya (L).
3. Geser-geserkan lensa hingga didapat bayangan yang jelas pada layar.
4. Ukur jarak benda ke lensa (s), jarak bayangan ke lensa (s’), tinggi benda
(h), tinggi bayangan (h’) dan catat sifat bayangan.

Cara Bessel:
5. Catat posisi lensa sebagai kedudukan lensa pertama (e1).
6. Geserkan lagi lensa hingga diperoleh bayangan yang jelas kedua (posisi
benda jangan berubah).
7. Ukur lagi jarak benda dan jarak bayangan ke lensa, tinggi dan sifat
bayangan.
8. Catat posisi Iensa sebagai kedudukan lensa kedua (e2).
9. Ulangi langkah 3 - 8 dengan mengubah posisi benda terhadap layar
(panjang L diubah).
10. Ulangi langkah 1 - 9 untuk lensa positif kedua (lensa cembung datar).

- 40 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

Lensa Negatif
1. Jarak titik fokus lensa negatif dapat dicari dengan pertolongan lensa
positif. Gunakan lensa biconvex dari percobaan sebelumnya.
2. Pasanglah lensa positif dan geser-geserkan sehingga didapat
bayangan yang jelas di layar.
3. Letakkan lensa negatif antara lensa positif dan layar. Ukur jarak
lensa negatif ke layar (s).
4. Geser-geserkan layar hingga diperoleh bayangan yang jelas. Ukur
jarak lensa negatif ke layar (s’).
5. Ulangi langkah di atas beberapa kali sesuai petunjuk asisten.

Lensa Gabungan
1. Dengan menggunakan dua buah lensa positif buatlah susunan lensa
dengan jarak tertentu (d) ukur dan catat jaraknya.
2. Geser-geserkan kedua lensa secara serentak (jarak d tetap) hingga di
dapat bayangan yang pada layar.
3. Ulangi langkah 1 - 2 beberapa kali (sesuai petunjuk asisten) dengan
jarak d berbeda-beda.

C. Analisis
1. Untuk percobaan lensa positif, gunakan persamaan (1) dan (3) untuk
menentukan jarak fokus lensa. Bandingkan hasilnya.
2. Untuk lensa negatif, gunakan persamaan (1).
3. Sedangkan jarak fokus lensa gabungan dihitung dengan menggunakan
persamaan (4) dan (5).
4. Hitung perbesaran untuk masing-masing percobaan.
5. Gambarkan lintasan sinar dari mas ing-masing lensa.

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (1) dan (2)!
2. Untuk mencari bayangan suatu benda, digunakan 3 sinar istimewa.
Gambarkan ketiga sinar istimewa tersebut!
3. Sebutkan sifat-sifat bayangan dari lensa positif dan negatif!

- 41 -
OP1: Lensa Tipis

CONTOH DATA PENGUKURAN

A. LENSA POSITIF
L (cm) h (cm) s (cm) e1 (cm) e2 (cm) s’ (cm) h’ (cm)

B. LENSA NEGATIF
L (cm) s (cm) s’ (cm) h (cm) h’ (cm)

C. LENSA GABUNGAN
L (cm) d (cm) s (cm) s’ (cm) h (cm) h’ (cm)

- 42 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

PERCOBAAN – OP2

INDEK BIAS LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja Refraktometer Abbe.
2. Membuat hubungan antara indek bias dengan konsentrasi larutan gula.
3. Menentukan kadar gula dalam suatu larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya.

II. TEORI
Bila cahaya masuk dari suatu medium ke medium yang lain, frekuensi
cahaya tidak berubah tetapi kecepatan rambat cahaya akan berubah. Besarnya
perbandingan cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa dengan cepat rambat
cahaya di dalam medium disebut indek bias mutlak dari medium, yang
dinyatakan oleh:

c µε
n= = = µ rε r (1)
v µ 0ε 0

dimana
µ : permeabilitas medium
µ0 : permeabilitas ruang hampa
µr : permeabilitas relatif
ε : permitivitas medium
ε0 : permitivitas ruang hampa
εr : permitivitas relatif

Cepat rambat cahaya di dalam medium (v) lebih kecil daripada cepat
rambat di dalam ruang hampa (c), hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari
atom-atom di dalam medium. Sehingga dapat diartikan cepat rambat v

- 43 -
OP2: Indek Bias Larutan

ditentukan oleh atom -atom dalam medium dan ini berakibat pada besarnya harga
indek bias n.
Secara atomik besarnya indek bias adalah :

Ne 2 fi
n2 =1+
m 0ε 0
∑ω (2)
i

dengan: N : jumlah atom per satuan volume,


fi : kekuatan osilasi atom ke-i,
e : muatan elektron,
ωi : frekuensi karakteristik
m e : massa elektron

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa besarnya indek bias juga
ditentukan oleh N (jumlah atom per satuan volume), yang berarti makin besar
konsentrasi larutan (N makin besar) makin besar pula indek biasnya.

III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Sebuah lampu pijar
2. Refraktometer Abbe
3. Larutan gula dengan berbagai konsentrasi.

IV. TATA LAKSANA PERCOBAAN


1. Pelajarilah bagian-bagian refraktometer Abbe, jika kurang jelas tanyakan
kepada asisten praktikum Saudara.
2. Teteskan air murni di atas prisma Refraktometer Abbe, tutup dan catat
indek biasnya (ulangi hingga 5x).
3. Buat larutan gula dengan persentase berat 50% (5 gram gula dalam 5 ml
air), 60%, 40%, 30%, 20% dan 10%.
4. Teteskan larutan gula 50% di atas prisma Refraktometer Abbe, tutup dan
catat indek biasnya (ulangi hingga 5x).
5. Ulangi langkah 3 untuk larutan 60%, 40%, 30%, 20%, dan 10%.
6. Ulangi langkah 3 untuk larutan gula yang tidak diketahui konsentrasinya
(mintalah petunjuk pada asisten praktikum Saudara!). Catat harga n-nya.

- 44 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

Analisis
1. Buatlah grafik hubungan antara indek bias n dengan prosentase larutan
gula.
2. Jelaskan arti perpotongan garis grafik dengan sumbu-sumbu koordinat!
3. Berapa molaritas larutan yang tidak diketahui kadar gulanya?

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Berapakah molar larutan gula 50%, 40%, 30%, 20%, 10% ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan gula dan dapat dinyatakan
dalam satuan apa saja?
3. Berapa ml air yang harus dicampurkan dengan 5 gram gula untuk
membuat larutan gula 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%?

CONTOH DATA PENGUKURAN

Prosentase Indeks Bias (n)


Larutan (%) 1 2 3 4 5
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tak diketahui 1
Tak diketahui 2

- 45 -
OP3: Difraksi Cahaya

PERCOBAAN – OP3

DIFRAKSI CAHAYA

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika
Dasar dapat:
1. Menjelaskan gejala difraksi cahaya oleh celah sempit
2. Menentukan lebar celah tunggal serta jarak antar celah pada celah ganda.

II. TEORI

Interferensi Dua Celah


Pola gelap terang yang muncul ketika sebuah celah ganda disinari dengan
cahaya monokromatik adalah akibat interferensi gelombang-gelombang yang
terbelokkan oleh tepi / dinding celah. Suatu susunan celah ganda diperlihatkan
pada Gambar 1.

L
θ a
d y
a
d sin θ r

Gambar 1: Sebuah susunan celah ganda

- 46 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

Bila celah ganda disinari dengan sinar koheren (misalnya sinar laser), baik
efek dari setiap celah maupun efek interferensi dari kedua celah akan
menghasilkan sederetan cahaya dengan pola maksima dan minima di atas layar.
Kedua berkas sinar (pada Gambar 1) mempunyai beda fasa yang diberikan oleh:


φ= d sin θ (1)
λ
untuk pola interferensi karena dua celah, minima (gelap, destruktif) munc ul bila

d . sin θ
= ( n + 12) (n = 0, 1, 2, …) (2)
λ
Sementara pola maksima (terang, konstruktif) muncul bila:

d .sin θ
=n (n = 0, 1, 2, …) (3)
λ

Difraksi Celah Tunggal


Apabila berkas-berkas monokromatik melewati sebuah celah sempit
maka berkas tersebut akan dihamburkan. Berkas-berkas tersebut dapat dianggap
sebagai berkas paralel, sehingga di tengah layar (n = 0) akan ada titik terang
(maksima). Selanjutnya pola hamburan di layar akan mengikuti rumusan berikut:

d .sin θ
=n (n = 1, 2, 3 …) (4)
λ

untuk pola gelap (minima)

d . sin θ
= ( n + 12) (n = 1, 2, 3, …) (5)
λ

untuk pola terang (maksima berikutnya)

Kisi-Kisi Difraksi
Sebuah kisi difraksi terdiri dari selembar bahan yang mengandung "guratan-
guratan" mikroskopis yang ditempelkan di atas sebuah lembaran film. Guratan-

- 47 -
OP3: Difraksi Cahaya

guratan ini berfungsi sebagai "celah". Guratan ini sangat seragam dan berjumlah
sangat banyak per meternya (sehingga jarak antar celahnya sangat pendek).
Pola difraksi dan interferensi dari sebuah kisi difraksi semacam ini
memberikan puncak-puncak yang sangat tajam dan terpisah dengan baik. Pola
tersebut merupakan superposisi dari banyak berkas sinar dari setiap guratan. Efek
ini menghasilkan puncak-puncak yang sangat tajam karena semua berkas sinar
dari semua celah mempunyai fasa yang sama dan hampir tidak ada berkas sinar
di antara puncak-puncak itu karena bekas sinar yang datang di daerah itu tidak
sefasa, oleh karena itu, saling menghilangkan.

III. PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam percobaan ini adalah:
1) Laser He-Ne berdaya rendah.
2) Sebuah slide foto (35 mm) yang memiliki sebuah celah ganda
3) Sebuah kisi difraksi yang diletakkan pada sebuah slide 35 mm.
4) Pemegang slide yang memiliki pengatur vertikal untuk mengatur letak slide
pada berkas sinar laser.
5) Sebuah layar yang ditempeli selembar kertas grafik untuk mengukur jarak
frinji.

IV. METODE PERCOBAAN


Peringatan: JANGAN sekali-kali mengintip/melihat berkas sinar laser
secara langsung karena dapat merusak retina mata!

(A). Celah Ganda


1. Letakkan laser di atas meja sejauh 2 hingga 3 meter dari layar atau dinding.
(Catatan: Laser yang digunakan memiliki panjang gelombang 632.8 nm)
2. Pasang slide yang berisi celah ganda pada pemegang slide yang memiliki
pengatur vertikal untuk mengatur letak celah pada berkas sinar laser.
3. Tempelkan selembar kertas grafik pada layar atau dinding.
4. Jatuhkan berkas sinar laser di atas celah sehingga diperoleh bayangan
yang tajam di atas layar.
5. Tandai tempat m aksima dan minima di atas kertas tadi.

- 48 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

6. Ukur jarak, x, dari semua minima dan maksima hitung sin θ dan buat grafik
sin θ sebagai fungsi orde -n. Dari sini tentukan jarak antara kedua celah.

(B). Celah Tunggal


Lakukan hal yang sama dengan percobaan pada celah ganda.

(C). Kisi Difraksi


1. Pasang kisi difraksi pada pemegang slide.
2. Letakkan sebuah layar kecil kira-kira 20 - 50 cm di depan kisi untuk
mengamati pola interferensi yang tajam. Paling tidak kita harus bisa
membedakan dua orde. Orde-orde yang lebih tinggi bisa juga diamati
namun hanya dengan mendekatkan layar ke kisi karena pemisahan sudut
(anguler) puncak sangat besar.
3. Tandai dan ukur letak puncak paling tidak dua orde.
4. Tentukan jumlah "guratan" per meter dari kisi difraksi yang dipakai.

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan defraksi dan interferensi cahaya?
2. Jelaskan kenapa pada percobaan ini digunakan sumber cahaya laser!
3. Turunkan persamaan untuk mencari pola gelap dan terang pada
percobaan ini.

CONTOH DATA PENGUKURAN

- 49 -
OP4: Indek Bias Prisma

PERCOBAAN – OP4

INDEK BIAS PRISMA

I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum
Fisika Dasar dapat :
1. Menentukan indek bias prisma.
2. Menjelaskan ketergantungan indek bias pada panjang gelombang.

II. TEORI
Defleksi minimum δ dari sinar melalui prisma terjadi bila sudut datang α 1
dan sudut pergi α 2 adalah sama. Sinar di dalam prisma akan sejajar dengan
dasar prisma, dan berlaku persamaan:

1
β1 = β 2 = φ (1)
2

1
α1 = α 2 = (δ min + φ ) (2)
2
Hukum refraksi:

sin α 1 sin 12 (δ min + φ )


n= = (3)
sin β 1 sin 12 φ

Sudut defleksi δ min yang digunakan untuk menentukan indek bias n didapat dari
pengukuran dua jarak. Sedang φ didapat dari data karakteristik prisma.

- 50 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

Gambar 1 Gambar 2

III. PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam percobaan ini adalah:
1) Sebuah lensa (f = 150 mm).
2) Sebuah prisma kaca flinta.
3) Filter monokhromatik ( merah, hijau, violet ).
4) Sebuah lampu ( 6 V, 30 W ).
5) Celah sempit
6) Sebuah kondenser asferis.
7) Sebuah meteran.

IV. METODE PERCOBAAN


1. Pasanglah alat-alat seperti pada Gambar 3. Posisi tiap-tiap alat ditunjukkan
oleh angka di bawahnya.
2. Mula-mula tanpa prisma dan filter, cari bayangan yang paling baik pada
layar dan beri tanda A.
3. Pasang filter merah dan prisma. Cari lagi posisi bayangan dengan
menggeser prisma sehingga ditemukan defleksi maksimum. Beri tanda!
4. Ukurlah jarak AB = a dan A = b; Sudut defleksi: tan δ = a/b
5. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk filter hijau dan violet.

- 51 -
OP4: Indek Bias Prisma

V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Hitung nilai b minimum dan n untuk setiap warna.
2. Terangkan mengapa nilai n tidak sama untuk setiap warna. Apa
kesimpulan Saudara ?

Gambar 3: Setup eksperimen


1. Lampu; 2. Celah; 3. Pemegang filter; 4. Filter;
5. Lensa; 6.Prisma flinta; 7.Layar

CONTOH DATA PENGUKURAN

- 52 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

- 53 -
Lab. Fisika Dasar Jurusan Fisika Unibraw

{FORMAT SAMPUL LAPORAN}

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


{JUDUL PRAKTIKUM}

……………………………………………………………………………………………..

(PERCOBAAN – {kode})

Disusun oleh :
Nama :
NIM :
Fak/Jurusan :
Kelompok :
Tgl. Praktikum :
Nama Asisten :

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA – FMIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

- 54 -
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar-2

{FORMAT LAPORAN}

BAB I : Pendahuluan
1.1. Tujuan Percobaan
1.2. Teori

BAB II : Metodologi
2.1. Peralatan
2.2. Tata laksana Percobaan

BAB III: Analisis dan Pembahasan


3.1. Data Hasil Percobaan
3.2. Perhitungan
3.2. Pembahasan

BAB IV : Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

Daftar Pustaka

- 55 -

Anda mungkin juga menyukai