FISIKA I (MAP61102)
Oleh:
DEPARTEMEN FISIKA
FMIPA-UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIKA I (MAP61102)
Dilarang keras memperbanyak baik sebagian atau seluruh isi buku ini
lewat bentuk apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
LEMBAR PENGESAHAN
[1]. Mahasiswa harus hadir 10 menit sebelum jadual yang telah ditentukan guna
mengumpulkan laporan praktikum percobaan sebelumnya.
[2]. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan
praktikum dan praktikumnya pada hari itu dinyatakan batal.
[3]. Sebelum masuk laboratorium, mahasiswa harus sudah mendapatkan kartu praktikumnya
masing-masing.
[4]. Mahasiswa yang berhalangan hadir harus menulis surat ijin dan dengan alasan yang dapat
diterima.
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
DAFTAR ISI
ii
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
Dalam suatu eksperimen fisika, kita selalu melakukan pengukuran pada besaran (variabel)
yang terkait. Nilai hasil pengukuran yang didapatkan dalam kegiatan pengukuran tersebut pada
dasarnya merupakan pendekatan dari nilai yang sesungguhnya, yang mana besarnya tidak
pernah kita ketahui. Untuk itu, setiap menyatakan hasil pengukuran harus disertai dengan suatu
ketidakpastian pengukuran atau ralat. Ralat adalah simpangan (deviasi) hasil pengukuran
terhadap nilai sesungguhnya. Dengan demikian sebuah hasil pengukuran dikatakan baik apabila
mempunyai ralat yang sekecil mungkin.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam tiga
jenis utama, yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan umum (gross-errors)
2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors)
3. Kesalahan-kesalahan yang tak disengaja (random errors)
Ketiga jenis kesalahan inilah yang menyebabkan ralat dalam pengukuran. Semakin kecil
kesalahan kita lakukan, maka akan semakin kecil pula ralat yang timbul dari proses pengukuran
tersebut.
I. MACAM-MACAM RALAT
Berdasarkan pada faktor-faktor timbulnya kesalahan seperti yang telah disebut-kan di
atas, ralat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Ralat tindakan pengukuran (gross error).
b) Ralat sistematis (systematic errors)
c) Ralat acak atau random (random errors)
-1-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
mati ke keadaan hidup (off-on). Walaupun jenis kesalahan ini tidak mungkin dihilangkan secara
keseluruhan, usaha untuk mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan.
-2-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
Ralat kebetulan disebut juga ralat acak (random erros). Faktor-faktor penyebab timbulnya
ralat acak ini antara lain:
4) Definisi
▪ Ralat jenis ini disebabkan oleh anggapan yang keliru, misalnya menganggap
keadaan obyek ukur yang homogen (padahal sebenarnya tidak). Contoh: pengukuran
diameter tabung, karena penampangnya tidak sempurna maka pengukuran diameter
akan berbeda tergantung pada posisi pengukuran.
Ralat kebetulan ini akan selalu ada dalam suatu pengukuran dan tidak mungkin dapat
dihapuskan sama sekali. Tetapi ralat ini dapat diminimalisasi dengan cara melakukan
pengukuran yang berulang-ulang.
X = X X (1)
dengan X adalah nilai rata-rata hasil pengukuran (dinamakan nilai terbaik) dan X adalah
taksiran ketidakpastian pengukuran (ralat). Semakin kecil ralatnya, semakin tinggi tingkat
ketepatan suatu pengukuran.
-3-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
Adakalanya besarnya ralat dinyatakan dalam bentuk relatif. Cara penulisan ralat relatif
adalah sebagai berikut:
X = X R% (2)
X
R= x 100% (3)
X
A. PENGUKURAN TUNGGAL
Adakalanya besaran-besaran tertentu hanya dapat diukur dalam satu kali saja dan tidak
dapat diulang dalam waktu yang relatif dekat, misalnya pengukuran kecepatan komet yang
melintasi bumi, lamanya gerhana matahari total, dan lain sebagainya. Hasil pengukuran terbaik
dari pengukuran tunggal tentu dianggap sebagai nilai yang benar ( X ). Sedangkan ralatnya,
umumnya diambil setengah dari nilai skala terkecil (NST) dari alat ukur yang digunakan.
Sehingga ralat untuk pengukuran tunggal dinyatakan oleh:
X = 1
2 NST (4)
Catatan: Untuk alat ukur yang mempunyai skala tambahan (nonius) sebanyak n skala, maka
NST-nya menjadi 1/n kali NST tanpa nonius.
B. PENGUKURAN BERULANG
Untuk memperoleh nilai terbaik yang mendekati nilai sesungguhnya dan untuk
meminimalkan kesalahan akibat adanya ralat acak, perlu dilakukan pengukuran yang sifatnya
berulang. Nilai pengukuran terbaik dari besaran yang diukur berulang-ulang adalah nilai rata-
rata hasil pengukuran tersebut, dinyatakan oleh:
X =
X i
(5)
n
dengan:
X : nilai rata-rata (nilai terbaik)
X i : nilai hasil pengukuran ke-i
n : banyaknya ulangan pengukuran
Ralat untuk pengukuran berulang ini berupa deviasi standar rata-rata, dan dinyatakan oleh:
-4-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
X =
(X i − X )2
(6)
n(n − 1)
Z = Z (W , X , Y )
Z Z Z (7)
Z = W + X + Y
W X Y
Aturan praktis yang sering digunakan untuk menentukan ralat rambatan, dirangkum dalam tabel
1 berikut ini:
Penjumlahan Z =W + X +Y Z = W + X + Y
Pengurangan Z = X −Y Z = X + Y
W = W W Z W X Y
Perkalian Z = W . X .Y = + +
X = X X Z W X Y
Y = Y Y
Pembagian X Z X Y
Z= = +
Y Z X Y
Pangkat Z = Xn Z X
=n
Z X
Contoh:
Sebuah balok kayu yang akan ditentukan volumenya, diukur panjangnya (p), lebar nya(l) dan
tingginya (t) secara langsung, masing-masing satu kali pengukuran dengan menggunakan
penggaris yang NST-nya 1 mm, dengan hasil:
-5-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
ralatnya adalah:
IV. GRAFIK
Seringkali akan lebih mudah dan cepat untuk melihat atau memberi intepretasi atas hasil
pengukuran melalui sebuah grafik.
Y = aX + b (8)
-6-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
▪ Slope atau gradien atau kemiringan garis a pada persamaan di atas dapat dicari dengan
rumus:
Y2 − Y1
a = tan = (9)
X 2 − X1
Y2
Centroid
Y1
X1 X2 X
Besar ralat
A B
Ralat pada grafis merupakan ralat relatif. Salah satu cara menentukan besarnya ralat adalah
dengan membuat kurva bantuan yang sejajar dengan kurva utama. Dalam membuat kurva
bantuan, perhatikan bobot titik-titik data (lihat Gambar 3). Selanjutnya dari titik centroid ( X , Y ) ,
tarik garis vertikal yang tegak lurus sumbu X dan memotong kedua kurva bantuan. Dari
-7-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
perpotongan garis vertikal dengan kurva bantuan, tarik garis horisontal yang memotong sumbu
Y, tandai sebagai Ya dan Yb. Selanjutnya ralat relatifnya ditentukan oleh:
Ya − Yb
R= x 100% (10)
2Y
Y2
Centroid (X,Y)
Ya
Yb
Y1
X1 X2 X
n ( X i Yi ) − X i Yi
a= (11)
n X i − ( X i ) 2
2
Y − a X i
2
b=
i
(12)
n
Untuk jumlah data yang cukup banyak maka ralat pada a dan b berupa deviasi standar, yaitu:
a =
n
dan b =
X i
2
(13)
n X i − ( X i ) 2 n X i − ( X i ) 2
2 2
V. HAL-HAL KHUSUS
A. PEMBULATAN
▪ Untuk angka < 5, dibulatkan ke bawah
▪ Untuk angka > 5, dibulatkan ke atas
-8-
Petunjuk Praktikum Fisika 1 (MAP61102)
-9-
Petunjuk Praktikum Fisika I ME1: Pengukuran & Ralat
PERCOBAAN ME1
PENGUKURAN DAN RALAT
I. TUJUAN:
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Menggunakan alat-alat ukur untuk pengukuran pajang, massa, dan volume suatu benda
dengan baik dan benar
2. Menerapkan penggunaan teori ralat dalam menyatakan hasil pengukuran.
II. TEORI
Suatu pengukuran yang akurat (teliti: harga terdekat dengan mana suatu pembacaan
alat ukur mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur) dan presisi (tepat: suatu
ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang serupa) sangat dipengaruhi oleh
metode yang dipakai dalam pengukuran serta alat ukur yang digunakan. Dilain pihak, hasil
pengamatan dan pengukuran yang baik akan menjadi berarti atau bermanfaat jika pengolahan
data hasil pengukuran tersebut dikerjakan secara tepat. Oleh karena itu harus ada pengetahuan
yang lengkap tentang sistem pengukuran, cara analisis data, dan teori ralat.
Berikut ini diberikan referensi singkat tentang alat-alat ukur standar yang sering dipakai
dalam percobaan-percobaan fisika serta bagaimana cara menganalisa data hasil pengukuran.
JANGKA SORONG
Jangka sorong dapat digunakan untuk menentukan dimensi dalam, luar dan kedalaman
dari benda uji. Skala vernier dari jangka sorong umumnya didesain untuk dapat meningkatkan
pengukuran hingga 1/20 mm.
Gambar 1 menunjukkan bentuk fisis dari jangka sorong dan bagian-bagiannya.
- 10 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME1: Pengukuran & Ralat
MIKROMETER
Pada alat ukur mikrometer, benda uji diletakkan di antara batang pengukur, kemudian
batang bergerak didekatkan ke benda uji dengan memutar sekrup. Bila sekrup pemutar tidak
dapat diputar lagi, maka nilai pengukuran dapat dibaca. Pembacaan penuh dan setengah
milimeter dapat dibaca pada skala utama dan nilai perseratus milimeter dibaca pada skala vernier.
Jika skala vernier tidak menutupi setengah milimeter, ini harus ditambahkahkan pada
perseratusan milimeter.
Gambar 2: Mikrometer
Massa dan volume dari benda uji biasanya diukur terpisah, kemudian digunakan persamaan (1)
untuk menentukan massa jenis benda. Volume benda uji ditentukan secara geometri untuk benda
yang sederhana, dapat juga diukur dengan mencelupkan benda tersebut ke dalam zat cair,
kemudian diukur volume cairan yang dipindahkan. ,
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) 1 - Jangka sorong
2) 1 - Mikrometer
- 11 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME1: Pengukuran & Ralat
3) 1 - Penggaris
4) 1 - Gelas ukur
5) 1 - Timbangan
6) Beberapa benda-benda ukur berbentuk bola, silinder dan tak beraturan
Analisis
1. Tentukan volume masing-masing benda yang berbentuk bola tersebut (jangan lupa
menyertakan ralatnya).
2. Carilah massa jenis benda-benda tersebut (beserta ralatnya).
Analisis
1. Tentukan volume masing-masing benda yang berbentuk bola tersebut (jangan lupa
menyertakan ralatnya).
2. Carilah massa jenis benda-benda tersebut (beserta ralatnya)
- 12 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME1: Pengukuran & Ralat
3. Ulangi langkah di atas untuk beberapa benda yang telah disediakan (tanyakan pada
asisten).
Analisis
1. Carilah massa jenis benda-benda tersebut.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Berapa nilai skala terkecil dari alat ukur jangka sorong dan kaliper mikrometer?
2. Apa perbedaan antara massa dan berat?, besaran mana yang selalu konstan dan tidak
bergantung pada tempat?
3. Terangkan cara pengukuran volume benda menggunakan gelas ukur!
4. Setiap kelompok wajib membawa benda uji yang berbentuk tak beraturan (misalnya
batu).
- 13 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME1: Pengukuran & Ralat
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 14 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME2: Percepatan Gravitasi
PERCOBAAN ME2
PERCEPATAN GRAVITASI
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Memahami konsep dari percepatan gravitasi.
2. Mengukur waktu benda yang jatuh sebagai fungsi dari jarak.
3. Menentukan percepatan gravitasi bumi di tempat percobaan.
II. TEORI
Pesawat Atwood dapat digunakan untuk mengukur percepatan gravitasi bumi g.
Percepatan gravitasi tersebut dapat ditentukan dari persamaan pada Hukum II Newton berikut
ini.
∑𝐹 = 𝑚 .𝑎 (1)
Berdasarkan hubungan gaya pada sistem pesawat atwood , maka diperoleh persamaan berikut
ini.
[(𝑀2 + 𝑚2 )− (𝑀1 + 𝑚1 )] 𝑔
𝑎= (𝑀𝑖 + 𝑚1 +𝑀2 +𝑚2 )
(2)
atau
[(𝑀 + 𝑚1 +𝑀2 +𝑚2 )] 𝑎
𝑔 = [(𝑀 𝑖 (3)
2 + 𝑚2 )− (𝑀1 + 𝑚1 )]
- 15 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME2: Percepatan Gravitasi
𝑠 𝑠
𝑣1 = dan 𝑣2 = (5)
𝑡1 𝑡2
s adalah panjang beban silinder, 𝑡1 adalah waktu saat 𝑀2 melewati gerbang cahaya 1, dan 𝑡2
adalah waktu saat 𝑀2 melewati gerbang cahaya 2. Dengan data ini, maka terdapat hubungan
antara kecepatan, jarak, dan percepatan sehingga dapat ditemukan persamaan.
𝑣22 −𝑣12
𝑣22 = 𝑣12 + 2 . 𝑎 . ℎ → 𝑎 = (6)
ℎ
h adalah jarak antara gerbang cahaya 1 dan 2.
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) 1 - Set instrumen mesin Atwood
2) 2 – Silinder logam
3) 1 - Pencatat waktu
4) 5 – Beban
5) Kabel penghubung secukupnya
A. Prinsip Percobaan
Dua silinder logam dengan massa m digantung pada mesin atwood. Ketika salah satu
benda diberikan tambahan beban, dan karena adanya pengaruh gaya gravitasi bumi atau
gaya berat sebesar F = W = mg , maka benda ini akan jatuh dengan percepatan konstan g.
Waktu pengukuran dimulai saat benda melewati gerbang cahaya pertama dan akan
berhenti ketikan benda melewati gerbang cahaya kedua. Waktu tempuh t yang tampak pada
pencacah adalah waktu yang digunakan untuk menempuh jarak sepanjang S. Selanjutnya
besarnya percepatan gravitasi bumi g dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
(6)
B. Tatalaksana Percobaan
Persiapan Percobaan
1. Timbang massa 𝑀1 dan 𝑀2 kemudian catat pada lembar data hasil percobaan.
2. Gantungkan beban silinder pada ujung-ujung tali kemudian lewatkan tali pada katrol.
3. Pastikan bahwa tali terletak pada bagian tengah pengarah beban. Jika tali tidak berada di
tengah, maka sesuaikan dengan mengatur kerataan pesawat Atwood menggunakan
sekrup pengatur ketegaklurusan pada bagian alas.
4. Putar skrup hingga tali beban berada tepat di tengah masing-masing pengarah beban.
5. Pasang pemegang beban pada sisi kiri bawah tiang.
- 16 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME2: Percepatan Gravitasi
6. Pada tiang kanan, atur posisi gerbang cahaya 1 pada skala 40 cm, gerbang cahaya 2 pada
skala 80 cm dan penghenti beban tanpa lubang di bagian bawah tiang (sejajar dengan
pemegang beban) .Catat jarak antara gerbang cahaya I dan 2 sebagai nilai h.
7. Ukur panjang silinder 𝑀2 sebagai nilai s . Catat pada lembar data hasil percobaan.
8. Tahan beban 𝑀1 (sebelah kiri) pada pemegang beban.
Prosedur percobaan
1. Hubungkan gerbang cahaya 1 dan 2 dengan panel bagian belakang Pewaktu Pencacah
AT-01.
2. Nyalakan Pewaktu Pencacah dan atur fungsi pada TIMING I .
3. Tambahkan 1 beban tambahan bercelah pada 𝑀2 (1 beban = 5 gram). Catat massa
tambahan sebagai nilai m pada lembar data hasil percobaan.
4. Lepaskan 𝑀1 dengan menekan pegas segingga 𝑀1 akan bergerak ke atas, sedangkan𝑀2
akan bergerak ke bawah dan berhenti saat menyentuh pengganti beban tanpa lubang.
5. Dengan fungsi TIMING I akan diperoleh 2 data waktu : E1 dan E2. Tekan CH. OVER
untuk melihat nilai E1 dan E2 secara bergantian. Catat nilai waktu yang ditampilkan di
layar Pewaktu Pencacah pada kolom 𝒕𝟏 dan 𝒕𝟐 .
6. Kembalikan posisi 𝑀1 dan 𝑀2 seperti semula, yaitu 𝑀1 pada pemegang beban,
kemudian tekan tombol FUNCTION untuk mengembalikan nilai waktu ke angka 0
(reset to zero).
7. Tambahkan 1 beban bercelah ke 𝑀2 sehingga massa m menjadi 10 gram. Catat beban
tambahan m .
8. Ulangi langkah 4 – 7 hingga massa beban tambahan menjadi 25 gram.
C. Analisis
1. Bandingkan nilai percepatan gravitasi hasil percobaan dengan nilai referensi 𝑔 =
9.8 𝑚/𝑠 2 . Berapakan persentase galat (error) antara nilai gravitasi hasil percobaan
dengan referensi?
2. Sebutkan faktor-faktor penyebab perbedaan tersebut ?
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa perbedaan "berat" dan "gaya berat" ?
2. Apa fungsi lapisan lempengan logam pada percobaan ini?
- 17 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME2: Percepatan Gravitasi
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 18 -
Petunjuk Praktikum Fisika I M3: Momentum Linear-Tumbukan
PERCOBAAN ME3
MOMENTUM LINEAR-TUMBUKAN
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Memahami konsep momentum linear
2. Membuktikan hukum kekekalan momentum pada peristiwa tumbukan.
II. TEORI
Momentum sebuah partikel atau benda (disimbulkan dengan p) dapat dipandang sebagai
ukuran kesulitan untuk mendiamkan partikel atau benda tersebut. Dalam definisi yang lebih
umum, momentum (linear) dari sebuah benda didefinisikan sebagai hasil kali massa (m) dan
kecepatannya (v). Konsep momentum sangat penting, karena pada keadaan tertentu momentum
merupakan besaran yang kekal. Misalnya pada peristiwa tumbukan sentral satu dimensi dari dua
benda (mis: m1 dan m2) yang sama atau berbeda massanya, besarnya momentum total dari kedua
benda tersebut sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama.
m1 m2
v1 v2
1 2
1 2
m1 m2
V'1 V'2
1 2
Jika benda m1 melaju dengan kecepatan v1 dan benda m2 melaju dengan kecepatan v2 dan
pada keduanya terjadi tumbukan elastik, dan setelah tumbukan kecepatan masing-masing benda
menjadi v1’ dan v2’, maka hukum kekekalan momentumnya menyatakan:
Jika benda kedua mula-mula diam, maka v2=0, persamaan diatas menjadi:
- 19 -
Petunjuk Praktikum Fisika I M3: Momentum Linear-Tumbukan
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Seperangkat rel udara
2) Pencacah watu
3) Garpu penghalang cahaya
4) Kabel
5) Sumber tegangan
A. Prinsip Percobaan
Pada setup percobaan (gambar 2), jika aliran udara dari blower dilewatkan pada papan luncur
maka papan luncur akan melayang di atas rel. Hal ini berguna untuk menghilangkan
(meminimalisasi) pengaruh gaya gesekan. Ketika papan luncur didorong dan melewati
penghalang cahaya, lempeng interruptor (lebar= S) akan menutup cahaya dan pencacah
waktu mulai bekerja. Setelah lempeng melewati penghalang, otomatis cahaya akan
dilewatkan kembali dan pencacah berhenti mencacah. Kecepatan papan luncur diperoleh dari
jarak tempuh lempeng (lebar lempeng) menutup cahaya dibagi waktu tempuhnya yang
terbaca pada pencacah waktu. Jika massa papan luncur diketahui maka momentumnya dapat
dihitung.
B. Tatalaksana Percobaan
Persiapan
1. Susun alat-aiat seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
2. Lengkapi kedua papan luncur dengan beban tambahan 100 gram dan penahan (a) serta
pegas (b) seperti pada Gambar 3. Selipkan empat lempeng interrupter (c) pada tiap papan
luncur dan kumpulkan ke bagian tengah sehingga terbentuk susunan lempeng rapat selebar
S = 2 cm. (atau menurut petunjuk asisten). Letakkan papan luncur ke rel.
3. Hidupkan blower dan atur rel supaya datar dengan mengubah-ubah sekrup pengatur
ketinggian. Jika ini sudah benar maka papan luncur akan tetap diam ketika ditempatkan di
rel.
4. Hubungkan kabel-kabel penghubung seperti Gambar 2. Atur pencacah pada pengukuran
waktu dengan resolusi 1 ms, kemudian atur pencacah pada angka nol dengan tombol reset.
Posisi penghalang cahaya seperti ditunjukkann pada Gambar 3.
- 20 -
Petunjuk Praktikum Fisika I M3: Momentum Linear-Tumbukan
Gambar 3: Benda luncur; (a) plat penahan tumbukan, (b) per, (c) lapisan peluncur, (d)
pemberat tambahan.
- 21 -
Petunjuk Praktikum Fisika I M3: Momentum Linear-Tumbukan
3. Jika papan luncur 1 terus maju setelah tumbukan (m1 m2 ) , reset pencacah (2)
secepat mungkin, setelah mencatat t 2' agar t1' dapat terukur oleh penghalang
kedua.
C. Analisis
1. Untuk bagian pertama, kecepatan papan luncur 1 dan 2 dapat dihitung dengan
menggunakan data selang waktu t1 dan t 2' serta lebar interruptor b sebagai
jarak tempuh. Cari kecepatan awal dan akhir (sesudah tumbukan) untuk masing-
masing papan luncur. Buktikan bahwa v1 = v 2 ' kemudian bandingkan hasilnya
dengan hasil perhitungan teoritis!
2. Pada bagian kedua, mula-mula hitung masing-masing kecepatan papan luncur
sebelum dan sesudah tumbukan. Kemudian hitung momentum masing-masirg
papan luncur. Buktikan bahwa p1 = p1' + p2' , lalu bandingkan dengan hasil
perhitungan teoritis! Perhatikan pemakaian tanda dalam perhitungan kecepatan
dan momentum.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan perbedaan antara tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis!
2. Dua benda saling bertumbukan elastis di mana mula-mula benda pertama bergerak
dengan kecepatan v1 dan benda kedua diam (v 2 = 0) . Buktikan bahwa (a) v1 = v 2 ' ,
jika massa keduanya sama dan (b) p1 = p1' + p2' jika massa keduanya berbeda!
3. Diketahui sebuah benda ringan dan sebuah benda berat mempunyai energi kinetik
yang sama. Benda mana yang mempunyai momentum lebih besar. Jelaskan!
- 22 -
Petunjuk Praktikum Fisika I M3: Momentum Linear-Tumbukan
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Lebar interuptor S =
Bagian pertama
m1 = m2 =
No. t1 (ms) t2 (ms)
Bagian kedua
No. m1 (g) m2 (g) t1 (ms) t1’ (ms) t2’ (ms)
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 23 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME4: Momen Inersia Benda
PERCOBAAN ME4
MOMEN INERSIA BENDA
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Memahami konsep momen inersia benda.
2. Dapat menentukan momen inersia benda.
II. TEORI
𝑣2
Momen Inersia Benda
Sebuah sistem yang terdiri dari tiga buah partikel 𝑟2
dengan massa 𝑚1 , 𝑚2 , dan 𝑚3 membentuk suatu
benda tegar seperti tampak pada Gambar 2.1.
O 𝑟1
Apabila ml berada pada posisi rl dan bergerak rotasi 𝑟3 𝑣1
dengan kecepatan sudut ω, memiliki kecepatan
linier 𝑣1 = 𝜔 × 𝑟1 , momentum sudut partikel
tersebut 𝑣3
𝐿1 = 𝑟1 𝑝1 = 𝑚1 𝑟1 𝑣1
𝐿1 = 𝑚1 𝑟1 (𝜔𝑟1 ) Gambar 2.1 Sistem benda
atau tegar dengan tga partikel
𝐿1 = 𝑚1 𝑟12 𝜔……………………….(2.1) berputar dengan sumbu di 0.
dengan cara yang sama untuk 𝑚2 dan 𝑚3
𝐿2 = 𝑚2 𝑟22 𝜔
𝐿3 = 𝑚3 𝑟32 𝜔
Besarnya momentum sudut total dapat dituliskan
𝐿 = 𝐿1 + 𝐿2 + 𝐿3
𝐿 = ( 𝑚1 𝑟12 + 𝑚2 𝑟22 + 𝑚3 𝑟32 )𝜔
𝐿 = 𝐼𝜔………………………………(2.2)
dengan
𝐼 = 𝑚1 𝑟12 + 𝑚2 𝑟22 + 𝑚3 𝑟32
yang dapat dituliskan
3
𝐼 = ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖2
𝑖=1
Persamaan (2.2) menenjukkan hubungan antara L, I dan ω. Hubungan ini mirip dengan
hubungan antara momen linier p, m dan v pada gerak translasi, p = mv. Jadi besaran I
identik dengan massa m pada gerak translasi dan disebut momen inersia benda tegar.
Untuk suatu sistem N partikel yang membentuk benda tegar, momen inersianya adalah
- 24 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME4: Momen Inersia Benda
𝐼 = ∑3𝑖=1 𝑚𝑖 𝑟𝑖2……………………….(2.3)
Untuk suatu benda tegar dengan distribusi massa yang kontinyu, suatu elemen massa
Δ𝑚𝑖 yang berjarak 𝑟𝑖 dari sumbu putar, momen inersia benda dapat dituliskan
3
𝐼 = ∑ 𝑟𝑖2 Δ𝑚𝑖
𝑖=1
Apabila Δ𝑚𝑖 , diambil sangat kecil, momen inersia dapat dituliskan
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚
dengan dm adalah elemen massa.
Dari persamaan momen inersia di atas, kita dapat menghitung momen inersia untuk
berbagai benda, seperti ditunjukkan pada table di bawah ini:
Apabila sbuah benda di pasangkan pada Alat Momen Inersia, kemudian diosilasikan,
periode osilasinya adalah :
4𝜋2
𝑇 2 = 𝐾 (𝐼 + 𝐼0 )……………..(2.4)
dengan T adalah perioda isolasi dan I adalah momen inersia benda.
Dari persamaan (1.6), dan persamaan (2.4). Momen inersia benda yang terpasang pada
Alat Momen Inersia dapat diketahui dengan persamaan:
𝑇2
𝐼 = (𝑇2 − 1) 𝐼0 …………………..(2.5)
0
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Alat momen inersia
2) Bola pejal
3) Silinder pejal
4) Silinder berongga
- 25 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME4: Momen Inersia Benda
5) Piringan 213
6) Piringan 174
7) Kerucut pejal
8) Jangka sorong
9) Neraca
10) Gerbang Cahaya
11) Pencatat waktu
A. Penyusunan Alat
Gambar 2.3
B.Tatalaksana Percobaan
1. Timbanglah semua benda yang akan ditentukan momen inersianya! Catat hasilnya pada
Tabel 2.2.
2. Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda! Catat hasilnya pada Tabel 2.2.
3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia!
4. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah pewaktu AT-O1 (Lihat Gambar 2.3).
5. Hubungkan alat pencacah pewaktu dengan tegangan 220 V AC kemudian nyalakan.
Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER
sebanyak sepuluh kali untuk membatasi sepuluh getaran yang akan teramati.
6. Simpangkan bola tersebut sebesar 180^0, kemudian lepaskan sehingga berosilasi. Catat
waktu 10 getaran yang ditunjukkan alat pencacah pewaktu pada Tabel 2.3 sebagai t_1.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang tampil di layar.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 10 kali! Catat hasil tersebut pada Tabel 2.3.
- 26 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME4: Momen Inersia Benda
9. Hitung waktu 10 getaran rata-rata, kemudian hitung perioda getarannya. Catat hasilnya
pada Tabel 2.3.
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada Tabel 2.3. Lakukan langkah 6 s/d 9
untuk setiap benda! Catat hasil tersebut pada Tabel 2.3.
C. Analisis
1. Bandingkan periode pada benda!
2. Bandingkan momen inersia tiap benda!
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan momen inersia suatu benda?
2. Dapatkah sebuah gaya yang kecil memberikan torsi yang lebih besar daripada gaya
yang lebih besar? Jelaskan!.
3. Buatlah tabel hubungan besaran-besaran fisis linear (mis: jarak, kecepatan, percepatan,
gaya dsb) dengan besaran-besaran sudutnya (anguler).
- 27 -
Petunjuk Praktikum Fisika I ME4: Momen Inersia Benda
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 28 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL1: Kalor Jenis
PERCOBAAN KL1
KALOR JENIS
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Menjelaskan konsep kalor jenis zat padat dan asas Black.
2. Menentukan kalor jenis suatu bahan dengan menggunakan kalorimeter.
II. TEORI
Kalor jenis merupakan jumlah kalor yang diserap atau dilepas oleh satu satuan massa suatu zat
untuk menaikkan atau menurunkan suhu sebesar 1℃. Sebuah balok logam dengan massa 𝑚1
dipanaskan hingga suhu 𝑇1 , kemudian balok dimasukkan ke dalam air dingin pada kalorimeter
dengan massa 𝑚2 dan suhu 𝑇2. Saat suhu balok logam turun dan suhu kalorimeter serta air yang
ada di dalamnya meningkat hingga mencapai kesetimbangan termal maka suhu sistem adalah
𝑇3. Kalor yang dilepas oleh balok logam akan sama dengan kalor yang diterima oleh air dingin
dan kalorimeter apabila fungsi isolator pada kalorimeter didesain dengan baik. Maka dari itu,
kalor yang dilepas oleh balok logam sama dengan kalor yang diterima oleh air dan kalorimeter.
Berdasarkan prinsip termodinamika, yaitu Asas Black :
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 = 𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 (1)
(𝑚2 𝑆2 + 𝐶 )(𝑇3− 𝑇2 )
𝑆1 = (3)
𝑚1 (𝑇1 − 𝑇3 )
Dimana 𝑆1 dan 𝑆2 adalah kalor jenis logam dan air. Sedangkan, C merupakan kapasitas kalor
kalorimeter.
III. PERALATAN
- 29 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL1: Kalor Jenis
A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar, data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut: massa kalorimeter, massa
pengaduk, massa air, massa bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya, temperatur awal air dalam
kalorimeter, temperatur awal bahan yang dipanaskan dan temperatur akhir kalorimeter yang telah
dimasukkan bahan ke dalamnya dan diaduk perlahan-lahan hingga temperaturnya konstan.
B. Tatalaksana Percobaan
Pengukuran kapasitas kalor kalorimeter
1. Keringkan kalorimeter (termasuk kalorimeter). Ukur massa kalorimeter 𝑚𝑖 menggunakan
neraca.
2. Keluarkan cangkir yang ada di dalam kalorimeter. Isi air dingin ke dalam cangkir sebanyak 1/3
bagian. Masukkan kembali cangkir ke dalam kalorimeter. Ukur massa kalorimeter dan air
(termasuk termometer) sebagai 𝑚𝑐 . Massa ar dapat dihitung dengan 𝑚𝑐 − 𝑚𝑖 .
3. Masukkan termometer ke dalam cangkir kalorimeter, dan ukur suhu air dingin sebagai 𝑇𝑐 .
- 30 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL1: Kalor Jenis
4. Tuang air ke dalam cangkir stainless kemudian letakkan cangkir di atas pemanas dan catata
suhu saat air mendidih 𝑇ℎ .
5. Segera masukkan air ang telah mendidih ke dalam cangkir kalorimeter sebanyak 2/3 bagian,
kemudian tutup kalorimeter dengn rapat. Amati termometer dan catat suhu setimbangnya
sebagai T.
6. Timbang massa total kalorimeter 𝑚ℎ setelah ditambah air panas menggunakan neraca. Massa
air panas diperoleh dari 𝑚ℎ − 𝑚𝑐 .
7. Hitunglah kapasitas kalorimeter dengan rumus berikut :
(𝑚ℎ − 𝑚𝑐 )(𝑇ℎ− 𝑇)
𝐶= − (𝑚𝑐 − 𝑚𝑖 ) (4)
𝑇−𝑇𝑐
C. Analisis
1. Pengaruh massa jenis logam dengan kalor jenis logam?
2. Bandingkan kalor jenis seitap benda dengan reference!
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Turunkan persamaan (3) dengan menggunakan asas Black!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kalor yang diserap dan kalor yang dilepaskan oleh
suatu bahan!
3. Apa yang dimaksud dengan bejana adiabatik?
- 31 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL1: Kalor Jenis
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
(𝑆−𝑆0 )
Error (%) = × 100%
𝑆0
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 32 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
PERCOBAAN KL2
HUKUM BOYLE
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika I dapat :
1. Mengukur tekanan dan volume gas pada tekanan atmosfer.
2. Menggunakan Hukum Boyle untuk memperoleh nilai tekanan atmosfer.
II. TEORI
Pada tahun 1660 seorang peneliti asal Inggris, Robert Boyle, menemukan hubungan
berbanding terbalik antar tekanan absolut dan volume gas. Saat tekanan gas meningkat, volume akan
menurun. Hubungan ini dirumuskan dengan
𝑃𝑉 = 𝐾 (1)
K adalaha konstanta, nilainya berubah sesuai kondisi yang diberikan.
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2 = 𝐾
- 33 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
𝑃𝑉
= 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏 = 𝒏𝑹, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑇
Persamaan di atas merupakan persamaan dalam kondisi ideal.
N: jumlah partikel gas
R: konstanta gas
Nilai untuk konstanta gas R: R= 0,00820 atm. 1/(mol.K)
Percobaan ini dilakukan untuk mengukur tekanan kompresi dan untuk memperoleh nilai tekanan
atmosfer menggunakan Hukum Boyle. Saat jumlah mol gas di dalam bejana tertutup dan suhu
percobaan tetap konstan, serta n, R, dan T merupakan nilai konstan, yang merupakan Hukum Boyle.
Dengan Hukum Boyle, dapat diketahui hubungan antara gas sebelum dan sesudah dikompresi dengan
volume, yang dirumuskan dengan persamaan berikut
𝑃0 𝑉0 = 𝑃𝑛 𝑉𝑛 = 𝐾 (2)
P: selisih tekanan antara 𝑃𝑖𝑛 pada bejana tertutup dengan tekanan atmosfer 𝑃0
𝑃 = 𝑃𝑖𝑛 − 𝑃0
Jadi, 𝑃𝑖𝑛 = 𝑃 + 𝑃0 . Subtitusikan persamaan ini ke persamman 2:
𝑃0 𝑉0 = (𝑃 + 𝑃0 ). 𝑉𝑖𝑛 (3)
Kemudian akan diperoleh:
𝑉
𝑃0 = 𝑖𝑛 𝑃 (4)
𝑉0 −𝑉𝑖𝑛
Volume tabung/silinder diperoleh dari hasil kali antara luas alas lingkaran dengan tinggi tabung,
sehingga diperoleh:
𝑉𝑖𝑛
𝑉0 − 𝑉𝑖𝑛
Kemudian hilangkan π𝑟 2 .
𝐿𝑖𝑛
𝐿0 − 𝐿𝑖𝑛
Jadi, diperoleh persamaan akhir:
𝐿
𝑃0 = 𝑖𝑛 𝑃 (5)
𝐿0 −𝐿𝑖𝑛
Tekanan kompresi dan Panjang kolom udara dapat diukur untuk menghitung nilai tekanan atmosfer.
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah:
1) Dudukan komponen
2) Lapisan pelindung
3) Pompa bertekanan
4) Piston bertekanan
5) Manometer (satuan: cmHg, Kpa, Kg/cm2)
6) Katup
7) Penutup karet
A. Prinsip Percobaan
Secara garis besar dalam percobaan ini akan dilakukan pemanasan air dengan menggunakan kumparan
pemanas. Besarnya energi listrik yang digunakan untuk membangkitkan sumber panas ini akan
- 34 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
dihitung besarnya. Energi listrik ini akan digunakan untuk memanaskan air. Perubahan temperatur air
ini menimbulkan energi panas yang besarnya dapat dihitung. Kesebandingan energi listrik dan energi
panas selanjutnya dapat dihitung juga.
B. Tatalaksana Percobaan
1. Buka katup (jika gagang pemutar sejajar dengan tabung, maka katup terbuka. Jika
tegak dengan tabung, maka katup tertutup) dan buka penutup karet. Putar gagang agar
piston sejauh 24 cm ke arah kanan (karet piston menunjukkan skala 24 cm seperti pada
Gambar 3).
- 35 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
Gambar 3
2. Setelah mencapai skala 24 cm. tutup katup dan pasanq penutup karet. kernudjan catat
posisi p,ston pada saat itu dan posisl awal manometer (manometer avan selaiu mulat
beroerak dan angka
3. Putar gagang searah jarum jam secara pertahan untuk menekan kolorn udara sepanjang
6 cm Pada kondisi ini, posisi piston berada pada Skala 18 cm
4. Catat nilai tekanan manometer pada Tabel Data 1. (Jika posisi awal manometer bukan
d' skata nol. n,lai tekanan harus dihitung dari posisi awal, Pastikan untuk
memperhatlkan postst awal manometer dan tidak langsung mencatat nilai tekanan
manometer). Pilih satuan tekanan yang akan djgunakan (kg/cm2, Lb/in2, cmHg, atau
inHg).
5. Putar gagang ke kiri secara perlahan untuk menekan kolom udara sepanjang 1 cm,
kemudtan catat nilai tekanan manometer pada Tabel Data I.
6. Berdasarkan Tabel Data I, ulangi langkah 5 dan catat perubahan tekanan manometer
pada setiap perubahan kolom udara sebesar I cm.
7. Karena volume antara sisi bawah manometer dan kolom udara tidak diperhitungkan,
periksalah bagian Catatan berikut ini dan bandingkan nilai tekanan dari hasil percobaan
dengan tekanan atmosfer yang sebenarnya (1 atm).
Catatan 1
1. M. Sebelum digunakan, jika piston sulit diputar, buka katup kemudian semprotkan
minyak pelumas ke arah tabung.
2. Jika alat tidak akan digunakan pada waktu yang lama, semprotkan minyak pelumas
pada tabung untuk melindungi katup dan tutup karet. Alat harus disimpan di tempat
yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari.
3. Jika tekanan udara pada bejana tertutup berbeda dengan tekanan atmosfer, katup harus
dibuka secara perlahan untuk menghindari kerusakan manometer.
4. Pertama, buka penutup karet terlebih dahulu kemudian perpanjang kolom udara jika
manometer mengalami kerusakan.
5. Setelah melakukan percobaan, buka katup dan penutup karet untukmengeluarkan
udara, nilai tekanan akan kembali ke nol
- 36 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
Catatan 2
1. Perhitungan volume udara di antara bagian bawah manometer dan pompa tekanan,
sehingga persamman 5 diubah menjadi:
𝐿𝑖𝑛 + 0,74
𝑃0 = 𝑃
𝐿0 − 𝐿𝑖𝑛
Nilai 0,74 merupakan volume antar manometer dan kolom udara, yang diterjemahkan
menjadi satuan Panjang pada pompa tekanan.
C. Analisis
1. Hitung tekanan Gas pada tabung!
2. Hitung tekanan atmosfer menggunakan tekanan tabung!
3. Bandingkan hasil dengan refence!
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan tekanan?
2. Sebutkan sejarah terjadinya Hukum Boyle?
3. Tuliskan persamaan Hukum Boyle!
- 37 -
Petunjuk Praktikum Fisika I KL2: Hukum Boyle
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Tekanan
Panjang Pembacaan Persentase
Nilai P (KPa) Atmosfer P0
Kolom Udara Barometer error (%)
(KPa)
18
17
16
15
14
13
12
11
10
Rata-rata
Catatan :
Tekanan Atmosfer: 1 atm = 1,0336 kg/cm2 = 76 cmHg = 1,01325 bar = 14,969 psi = 1,0135 x
105 Pa = 1,033228 Kgf/cm2
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 38 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE1:Gelombang Lingkaran
PERCOBAAN GE1
GELOMBANG LINGKARAN
I. TUJUAN PERCOBAAN:
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa peserta praktikum Fisika
Dasar akan dapat :
1. Memahami tentang gelombang lingkaran.
2. Memahami hubungan antara panjang gelombang dengan frekuensi.
III. TEORI
Gelombang air juga dikenal dengan gelombang longitudinal. Dimana arah gerak
gelombang sejajar dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang air merupakan gelombang
berdiri yang terjadi ketika sebuah gelombang menjalar panjang 𝜆 , frekuensi f, dan amplitudo
A. Dua gelombang yang menjalar akan berinterferensi menghasilkan gelombang berdiri yang
berosilasi antara amplitudo besar (ketika dua gelombang sefase) dan amplitudo nol (ketika dua
gelombang tidak sefase) seperti pada gambar berikut.
Gambar 1.
Interferensi dari dua gelombang yang menjalar berupa gelombang berdiri dapat
diperoleh ketika dua gelombang identik. Dua gelombang identik dapat dihasilkan dengan cara
memberikan getaran pada air dan memberikan cahaya pada air dengan frekuensi yang sama
maka akan terlihat seperti berikut.
- 39 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE1:Gelombang Lingkaran
Gambar 2
IV. TATA LAKSANA PERCOBAAN
A. Persiapan Percobaan
1. Rakit tangki gelombang sesuai dengan petunjuk perakitan pada bagian awal buku
petunjuk percobaan gelombang.
2. Hubungkan pembangkit riak dengan catu daya pada sumber tegangan DC.
3. Hubungkan penggetar mekanik dengan pembangkit riak digital menggunakan kabel
penghubung, kemudian pasang pembangkit gelombang melingkar satu titik pada
penggetar mekanik seperti pada Gambar 1.
4. Isi bak tangki gelombang dengan air hingga kedalaman ±1-1,5 cm.
5. Nyalakan catu daya dan pilih tegangan 12 V.
6. Pilih mode lampu stroboskop dengan cara menekan tekan tombol LED hingga
monitor menampilkan mode STR dengan ∆𝑓 = 0 . Mode ini berfungsi untuk
menampilkan gelombang dalam gerak yang lebih lambat sehingga mudah untuk
diamati.
B. Langkah-Langkah Percobaan
1. Hasilkan getaran dengan menekan tombol VIBRATION ke mode ON.
2. Atur frekuensi (𝑓) pembangkit riak antara 30 𝐻𝑧 − 40 𝐻𝑧 atau pada frekuebsi
saat gelombang yang dihasilkan dapat terlihat jelas.
3. Pilih amplitudo sedemikian rupa sehingga diperoleh penampakan gelombang yang
jelas dan panjang gelombang akan mudah untuk diukur Lihat Gambar 3.
Gambar 3
4. Ukur panjang gelombang yang ditampilkan pada layar dan catat pada tabel hasil
pengamatan.
Catatan:
Satu panjang gelombang terdiri dari 1 garis terang dan 1 garis gelap. Untuk
memudahkan pengukuran, satu panjang gelombang diukur dari tepi kanan garis
terang ke tepi kanan garis terang selanjutnya. Perhatikan Gambar 4.
- 40 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE1:Gelombang Lingkaran
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan pengertian gelombang!
2. Sebutkan bentuk-bentuk gelombang!
3. Tuliskan persamaan dari panjang gelombang!
- 41 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE1:Gelombang Lingkaran
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Hitunglah nilai cepat rambat gelombang (𝑐) pada masing-masing frekuensi dan ambil
nilai rata-ratanya.
Catatan: 𝑐 = 𝜆𝑓
Lengkapi tabel di bawah ini!
Panjang Gelombang Cepat Rambat (𝒄, 𝒎/
No Frekuensi (𝒇, 𝑯𝒛)
(𝝀, 𝒎) 𝒔)
1
2
3
4
Nilai cepat rambat gelombang rata-rata (𝑐 ) = ………………….. 𝑚/𝑠
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 42 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE2: Resonansi Bunyi
PERCOBAAN GE2
RESONANSI BUNYI
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika 1 dapat:
1. Menjelaskan syarat terjadinya gelombang berdiri.
2. Memeriksa gelombang berdiri di dalam tabung.
II. TEORI
Gelombang bunyi juga dikenal dengan gelombang longitudinal. Dimana arah gerak gelombang
sejajar dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang bunyi merupakan gelombang berdiri
yang terjadi ketika dua buah gelombang menjalar saling berlawaan dengan panjang 𝜆 , frekuensi
f, dan amplitudo A yang sama. Dua gelombang yang menjalar tersebut akan berinterferensi
menghasilkan gelombang berdiri yang berosilasi antara amplitudo besar (ketika dua gelombang
sefase) dan amplitudo nol (ketika dua gelombang tidak sefase) seperti pada gambar berikut.
Gambar 1.
Interferensi dari dua gelombang yang menjalar berupa gelombang berdiri dapat
diperoleh ketika dua gelombang identik. Dua gelombang identik dapat dihasilkan dengan cara
memantulkan gelombang datang dari sumber bunyi ke suatu permukaan pemantul seperti pada
gambar berikut.
Gambar 2
- 43 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE2: Resonansi Bunyi
Pada percoban ini akan diamati gelombang berdiri pada tabung tertutup (satu ujung
tertutup dan ujung lainnya terbuka). Untuk tabung tertutup, resonansi terjadi ketika panjang
gelombang mengikuti keadaan sesuai dengan persamaan berikut ini.
𝜆
𝐿 = 𝑛 4 , 𝑛 = 1,3,5,7 …. (1)
L adalah panjang tabung dan 𝜆 adalah panjang gelombang.
Pada keadaan resonansi, di ujung tabung yang terbuka akan selalu terjadi perut dan pada ujung
tabung yang tertutup akan terjadi simpul. Untuk gelombang tekanan, pada simpul terjadi
tekanan maksimum dan pada perut terjadi tekanan minimum.
III. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1) Satu buah tabung resonansi
2) Satu buah pembangkit frekuensi audio
3) Satu buah Osiloskop (opsional)
A. Prinsip Percobaan
Jika panjang kolom udara dimana terjadi resonansi (L), frekuensi (f) dan jejari tabung
(R) diketahui, maka cepat rambat bunyi di udara (v) pada kondisi pengukuran dapat dihitung.
Sebaliknya jika cepat rambat bunyi di udara telah diketanui maka frekuensi yang belum
diketahui (fX) dapat dicari.
B. Tatalaksana Percobaan
1. Rangkai tabung resonansi, pembangkit frekuensi audio dan osiloskop seperti pada
Gambar 3. Yakinkan bahwa osiloskop telah dikalibrasikan. Berikut petunjuk persiapan
osiloskop.
- 44 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE2: Resonansi Bunyi
- 45 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE2: Resonansi Bunyi
C. Analisis
1 . Apa penyebab terjadinya resonansi bunyi?
2. Bandingkan panjang gelombang pertama dan seterusnya!
3. Jelaskan hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang!
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud periode dan frekuensi getaran?
2. Terangkan dengan singkat apa yang dimaksud dengan resonansi bunyi!
3. Sebutkan perbedaan perambatan gelombang bunyi pada tabung terbuka dan tabung tertutup!
- 46 -
Petunjuk Praktikum Fisika I GE2: Resonansi Bunyi
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 47 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
PERCOBAAN FP1
VISKOSITAS ZAT CAIR
I. TUJUAN
Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan peserta praktikum Fisika Dasar dapat:
1. Memahami hukum Stokes
2. Menentukan koefisien kekentalan (viskositas) zat cair menggunakan hukum Stokes.
II. TEORI
Viskositas atau gesekan fluida dapat diartikan sebagai gesekan antara dua lapisan fluida yang
berimpit yang mempunyai kecepatan yang berbeda. Oleh karena adanya viskositas inilah maka pressure
drag diperlukan dalam pengaliran fluida di dalam pipa. Viskositas juga merupakan faktor yang penting
dalam pelumasan, jika viskositas minyak pelumas terlalu rendah, lapisan pada permukaan bantalan akan
terlepas habis, namun jika terlalu tinggi akan menimbulkan tahanan yang besar akibat gesekan fluida.
Untuk memahami konsep viskositas zat cair, biasanya zat cair diandaikan sebagai lapisan-lapisan
tipis zat cair. Masing-masing lapisan mempunyai kelajuan yang berbeda. Pada bagian luar yang
menempel dinding pipa, kelajuannya paling kecil dan bertambah secara seragam hingga diperoleh
kelajuan terbesar pada teras fluida (Gambar 1). Aliran fluida yang berkarakter seperti ini disebut aliran
laminer (berlapis-lapis).
Misalkan lapisan atas fluida dengan luas A dikenai gaya F sehingga timbul tegangan luncur ( =
F/A). Tegangan luncur tersebut menyebabkan lapisan atas bergerak dengan kelajuan v. Akibat adanya
gaya gesek antar lapisan, maka lapisan dibawahnya ikut bergerak, dan begitu seterusnya meski dengan
kelajuan yang lebih kecil. Jika l adalah jarak lembar fluida dari dinding pipa, maka harga v/l besarnya
konstan dan disebut gradien kecepatan (laju perubahan tegangan luncur).
Lempeng bergerak F
Gradien l
Fluida Kecepatan
Lempeng diam
Gambar 1: Aliran laminer fluida
Koefesien viskositas fluida, , didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur dengan gradien
kecepatannya, dan dituliskan sebagai:
F A Fl
= = (1)
vl vA
- 48 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
atau
v
F = A (2)
l
Satuan SI untuk adalah N.s/m2 = Pa.s (pascal sekon). Pada sistem cgs, satuan tersebut adalah dyne/cm2
dan satuan ini disebut poise (P). Viskositas sering dinyatakan dalam sentipoise (cP), yang besarnya
seperseratus poise.
Selanjutnya untuk kasus yang lebih umum persamaan (2) menjadi:
dv
F = A (3)
dy
di mana dv/dy adalah gradien laju aliran terhadap jaraknya dari dinding pipa.
Akibat adanya viskositas fluida, setiap benda yang bergerak di dalamnya akan mengalami
hambatan/pengereman. Hambatan inilah yang disebut gaya gesekan pada benda oleh fluida (f). Besar gaya
gesekan f pada fluida, disamping bergantung pada koefisien kekentalan , juga bergantung pada bentuk
benda. Untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r yang bergerak dengan kelajuan v, besarnya gaya
gesek adalah:
f = −6rv (4)
Persamaan (4) ini dinamakan hukum Stokes, yang dalam penerapannya memerlukan beberapa prasyarat,
yaitu:
a. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya >> ukuran bola)
b. Tidak terjadi aliran turbolensi di dalam fluida
c. Kecepata v tidak besar
Jika sebuah bola padat yang rapat massanya dan berjari-jari r dilepaskan tanpa kecepatan awal
di dalam zat cair kental yang rapat massanya 0, dimana 0 < , bola mula-mula akan mendapatkan
percepatan karena gaya berat bola, dan percepatan ini akan memperbesar kecepatan bola. Bertambahnya
kecepatan bola akan menambah gaya Stokes juga (pers.4). Sehingga pada suatu saat akan terjadi
keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada bola. Keseimbangan ini akan menyebabkan bola bergerak
lurus beraturan dengan kecepatan konstan. Kecepatan konstan ini dinamakan kecepatan akhir (terminal)
dari bola yang besarnya adalah:
2r 2 g ( − 0 )
v= (5)
9
Jika S adalah jarak yang ditempuh bola dalam waktu t (setelah mencapai kecepatan akhir), maka persamaa
(5) dapat ditulis menjadi:
S 2r 2 g ( − 0 )
= (6)
t 9
Persamaan (6) hanya baik untuk wadah berdimensi besar. Untuk wadah berdemensi terbatas, arah garis-
garis fluida dipengaruhi oleh bentuk geometri wadah sehingga persamaan (6) perlu dikoreksi. Untuk
- 49 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
wadah berupa tabung dengan jari-jari R, faktor koreksinya adalah 1/(1+0,24r/R). Sehingga
persamaan (6) tersebut dapat ditulis kembali sebagai:
2r 2 g t ( − 0 )
S= (7)
9 (1 + 0,24 r R)
dimana:
g : Percepatan gravitasi di tempat percobaan
: Kerapatan bola
0 : Kerapatan fluida
S : Jarak tempuh bola
t : Waktu untuk menempuh jarak S
III. PERALATAN
Alat-alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1) Beberapa tabung gelas yang berisi zat cair yang berbeda
2) Bebera bola kecil dengan ukuran yang berbeda.
3) 1 - Areometer.
4) 1 - Mistar, Jangka sorong, dan Kaliper mikrometer.
5) 1 - Neraca analitik.
6) 1 - Stopwatch.
A. Prinsip Percobaan
Dalam percobaan ini akan ditentukan koefesien kekentalan zat cair dengan cara Stokes. Koefisien
kekentalan dapat ditentukan dengan dua cara:
Cara Pertama
Persamaan (7) dapat ditulis sebagai
9 (1 + 0,24 r / R)
t= S
2 gr 2 ( − 0 )
Jika g diketahui, , 0 dan R diukur; dan hanya dipakai satu bola (sehingga harga r konstan), maka nilai
t hanya bergantung pada jarak S saja. Dengan mengubah S, dapat dicari t-nya. Dari grafik S versus t,
dapat ditentukan.
Cara Kedua
Persamaan (7) dapat ditulis sebagai:
- 50 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
1 2 g ( − 0 )r 2
=
t 9s (1 + 0,24 r / R)
Jika g, , 0 dan R diketahui; dan S ditetapkan, maka harga 1/t hanya bergantung pada r. Jika digunakan
lima (5) buah bola dengan r yang berbeda, akan didapatkan nilai t yang berbeda, sehingga dapat dibuat
grafik 1/t versus r 2 /(1 + 0,24 r / R) , dan dapat ditentukan.
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah pengertian kekentalan fluida serta apakah kegunaan konsep tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dengan mengacu pada persamaan (1), tentukan dimensi serta satuannya dalam sistem MKS
dan cgs. Ungkapkan dalam satuan dasar.
3. Turunkan persamaan (6) serta berikan batasan berlakunya.
4. Skala kekentalan minyak pelumas dinyatakan dalam nomor SAE, dimana nilai SAE sebanding
dengan kekentalannya. Jika ada dua minyak pelumas, misalnya SAE 10 SAE 40, bagaimana
Saudara dapat membedakan satu dari yang lain ?
- 51 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
Nama : Fakultas :
NIM : Departemen:
Kelompok : Asisten :
Diameter Tabung:
No. Tabung A Tabung B Tabung C
(mm) (mm) (mm)
1
2
3
PERCOBAN I
Bola : ……. (pilih: 1, 2, 3, 4, 5)
Tabung Zat D 0 S (cm) Waktu tempuh
cair (mm) 3
(g/cm )
t1 t2 t3
- 52 -
Petunjuk Praktikum Fisika I FP1: Viskositas Zat Cair
PERCOBAN II
Malang,...................................
Asisten,
(…………...............……….)
- 53 -
{FORMAT SAMPUL LAPORAN}
……………………………………………………………………………………………..
(PERCOBAAN – {kode})
Disusun oleh :
Nama :
NIM :
Fak/Departemen :
Kelompok :
Tgl. Praktikum :
Nama Asisten :
- 54 -
{FORMAT LAPORAN}
BAB I : Pendahuluan
1.1. Tujuan Percobaan
1.2. Teori
BAB II : Metodologi
2.1. Peralatan
2.2. Prosedur Percobaan
BAB IV : Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka
- 55 -