FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
Panduan Umum Keselamatan Penggunaan
Peralatan Laboratorium
a) Mengisi daftar hadir sebelum memulai kegiatan.
b) Perhatikan, pelajari dan hindari tempat dan atau benda yang berpotensi menimbulkan
bahaya (Api, listrik, panas, benda tajam dll.). Jika melihat ada berpotensi menimbulkan
bahaya, laporkan pada asisten/penanggung jawab praktikum.
c) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya (Api, listrik, panas, benda
tajam dll.) pada diri sendiri atau orang lain.
d) Tidak membawa yang berpotensi menimbulkan bahaya (Api, listrik, panas, benda tajam
dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum. Jangan
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan.
e) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain.
f) Keringkan bagian tubuh yang basah karena keringat atau sisa air wudhu.
g) Simpan tas dan barang-barang yang tidak diperlukan dalam kegiatan praktikum di tempat
yang sudah disediakan.
h) Dilarang memakai perhiasan berlebih.
i) Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum dan sekitar area
ruang praktikum.
j) Dilarang merokok di dalam ruang praktikum.
k) Menggunakan jas laboratorium dalam setiap melakukan praktikum.
l) Menggunakan sepatu tertutup (bagi perempuan dilarang memakai sepatu hak tinggi dan
terbuka) dan tidak menggunakan perhiasan berlebih.
m)Mengikat rambut bagi yang berambut panjang (bila tidak memakai hijab/kerudung)
n) Menggunakan masker dan sarung tangan pada pelaksanaan praktikum dengan modul
judul tertentu apabila menggunakan bahan yang berbahaya.
o) Jagalah selalu kebersihan, kerapihan dan kenyamanan lingkungan praktikum.
PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKA
DASAR
a) Dosen pengampu mata kuliah praktikum menyerahkan data calon peserta praktikum ke
laboratorium selambat-lambatnya minggu ke-2 jadwal perkuliahan pada semester yang
bersangkutan.
b) Mahasiswa calon peserta praktikum berhak memperoleh petunjuk praktikum dengan
penggantian administrasi yang ditentukan kemudian.
c) Laboratorium mengumumkan peserta praktikum terdaftar dan dilengkapi dengan
pembagian kelompok, asisten, acara dan jadwal praktikum pada minggu ke-2 jadwal
perkuliahan pada semester yang bersangkutan.
d) Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80% dari jumlah total praktikum yang
diberikan.
e) Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi yang diserahkan kepada
Petugas Lab.Fisika paling lambat dua minggu sejak ketidak-hadirannya. Jika tidak maka
yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum susulan sehingga nilai
modul yang bersangkutan NOL.
f) Keterlambatan tidak boleh > 15 menit dari jadwal yang telah ditetapkan, apabila terlambat
tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum dan diberikan kesempatan satu (1)
kali melakukan praktikum susulan dengan jadwal yang ditentukan kemudian.
g) Acara praktikum meliputi pre-test, praktikum inti, pelaporan, dan persentasi akhir
kegiatan praktikum.
h) Peserta praktikum wajib mengerjakan Tugas Pendahuluan dan membuat skema tabel
pengambilan data modul yang bersangkutan. Peserta praktikum yang nilai Tugas
Pendahuluan < 50 akan dibatalkan keikutsertaannya dalam praktikum tersebut dan
diberikan kesempatan satu (1) kali melakukan praktikum susulan dengan jadwal yang
ditentukan kemudian.
i) Peserta praktikum wajib mengikuti pelaksanaan Test Awal 10 menit sebelum
pelaksanaan praktikum. Hasil Test Awal akan menjadi bahan evaluasi keikutan sertaan
dalam kegiatan praktikum sesuai yang nilai acuannya ditentukan oleh asisten praktikum.
j) Peserta praktikum yang nilai Test Awal dibawah acuan kelayakan akan dibatalkan
keikutsertaannya dalam praktikum tersebut dan diberikan kesempatan satu (1) kali
melakukan praktikum susulan dengan jadwal yang ditentukan kemudian.
k) Asisten praktikum mengevaluasi hasil Test Awal dan melaporkannya kepada
pembimbing praktikum sebelum diumumkan.
l) Setiap materi praktikum dalam praktikum inti dapat dipandu oleh satu (1) atau beberapa
orang asisten praktikum untuk setiap kelompok dengan jumlah ideal 2-5 peserta
praktikum atau disesuaikan dengan jumlah peserta kelas.
m) Setelah menyelesaikan materi dalam praktikum inti, peserta praktikum wajib menyusun
laporan secara individu, mengikuti sistematika dalam petunjuk praktikum.
n) Laporan praktikum terdiri dari tujuan, alat dan bahan, teori dasar, prosedur, data dan
pengolahan data, pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka
o) Peserta praktikum mendapat bimbingan mengenai materi untuk laporan dari asisten
praktikum.
p) Laporan praktikum yang sudah dijilid dikumpulkan kepada asisten praktikum sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan (maksimal 7 hari seteleh pelaksanaan praktikum).
q) Peserta praktikum wajib mengikuti persentasi akhir sesuai jadwal. Bagi peserta
praktikum yang belum mengumpulkan laporan praktikum, tidak boleh mengikuti
presentasi akhir.
r) Presentasi akhir dilakukan oleh pembimbing praktikum dengan dibantu oleh asisten
praktikum.
s) Nilai praktikum ditentutan dari nilai Tugas Pendahuluan(15%), Tes Awal(10%),
Aktivitas(15%), Laporan(25%).
t) Nilai akhir praktikum dihitung dari rata-rata nilai praktikum, presentasi akhir dan Ujian
(UTS(15%), UAS(20%) atau Quis bila ada).
u) Untuk mengikuti praktikum susulan harus menghubungi petugas laboratorium 2 minggu
sebelum jadwal yang ditetapkan dan mengisi kelengkapan administrasi yang
bersangkutan.
v) Peserta praktikum yang telah dua (2) kali tidak mengikuti acara praktikum dinyatakan
GUGUR dan harus mengulang pada semester berikutnya, kecuali ada keterangan dari
ketua jurusan/kepala laboratorium atau surat dari dokter.
w) Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap
diberikan nilai sebesar 75%, sedangkan keterlambatan lebih dari satu (1) hari, diberikan
nilai 0%.
x) Plagiat dan kecurangan sejenisnya selama kegiatan praktikum maupun penyusunan
laporan praktikum, Nilai akan dibagi sesuai dengan banyak pelaku kecurangan.
y) Peserta praktikum yang telah menghilangkan, merusak atau memecahkan peralatan
praktikum harus mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud, dengan
kesepakatan antara laboran, pembimbing praktikum dan kepala laboratorium. Prosentase
pengantian alat yang hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat atau tingkat
kerusakan dari alat.
z) Apabila peserta praktikum sampai dengan jangka waktu yang ditentukan tidak bisa
mengganti alat tersebut, maka peserta praktikum TIDAK BOLEH mengikuti ujian akhir
semester (UAS); dan apabila peserta praktikum tidak sanggup mengganti alat yang
hilang, rusak atau pecah dikarenakan harga alat mahal atau alat tidak ada dipasaran, maka
nilai penggantian ditetapkan atas kesepakatan antara ketua jurusan, pembimbing
praktikum dan peserta praktikum (atau peminjam).
C. Modul Praktikum yang Disajikan
Jumlah
No. Judul Modul Metode Perte- Mata Kuliah Penilaian
muan
1 Kuliah Pendahuluan Diskusi 1 Prak. Fisika dasar -
1 dan Prak. Fisika
Dasar/Umum
2 Analisis Ketidakpastian dan Diskusi 3 Prak. Fisika dasar Kehadiran
Metode Grafik 1 dan Prak. Fisika Tugas Mandir
Dasar/Umum Tugas Terstruktur
3 Dasar Pengukuran Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
bersama 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan
(Perkelompok)
4 Translasi dan rotasi Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
5 Bandul matematis dan Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
osilator harmonik Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
6 Hukum Melde Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
7 Hukum Archemides Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
8 Kalorimeter Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
9 Hukum ohm Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
10 Ayunan Magnetik Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
11 Pemantulan dan Pembiasan Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
Percobaan 1
Analisis Ketidakpastian Pengukuran
dan Metode Grafik
1.1 Sumber Ketidakpastian
Pada percobaan fisika dasar dan juga pengambilan data pada praktikum maupun penelitian,hasil yang
diperoleh biasanya tidak dapat langsung diterima karena harus dipertanggung jawabkankeberhasilan
dan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia yangterbatas dan ketelitian alat-alat
yang dipergunakan mempunyai batas kemampuan tertentu.Dengan kata lain peralatan dan sarana
(termasuk waktu) yang tersedia bagi kita membatasitujuan dan hasil yang dapat dicapai. Hasil
percobaan baru dapat diterima apabila hargabesaran yang diukur dilengkapi dengan batas-batas
penyimpangan dan hasil tersebut, yangdisebut sesatan (ketidakpastian). Jika dari hasil tersebut
diketahui penyimpangan terlalu besar,maka bila diperlukan, percobaan harus diulang kembali
dengan berbagai cara, misalnyadengan mengulang pengukuran beberapa kali yang lebih teliti atau
mengganti alat-alat percobaandengan alat yang lebih baik ketelitiannya. Jadi jelaslah untuk keperluan
ini mutlakdiperlukan teori sesaat (ketidakpastian).
Penyebab Ketidakpastian
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian, yaitu:
1. Adanya nilai skala terkecil (NST) yang ditimbulkan oleh keterbatasan dari alat ukur.
2. Adanya ketidakpastian bersistem:
a) Kesalahan kalibrasi.
b) Kesalahan titik nol.
c) Kesalahan pegas.
d) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
e) Paralaks (arah pandang) dalam hal membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak:
1. Gerak Brown molekul udara.
2. Fluktasi tegangan jaringan listrik.
3. Bising elektronik.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
yang mana m dan V menyatakan massa dan volume benda (keduanya dapat diukur secaralangsung).
Karena pengukuran m dan V menghasilkan ketidakpastian∆m dan∆V, maka ρjuga mengandung
ketidakpastian∆ρ. Permasalahannya bagaimana hubungan∆m dan∆Vdengan∆ρ? Misalkan besaran
fisis Z (yang tidak dapat diukur secara langsung) merupakanfungsi dari besaran X dan Y (yang dapat
diukur secara langsung). Secara matematishubungan Z dengan X dan Y dinyatakan sebagai:
𝑍(𝑋, 𝑌) = 𝑍(𝑋 ± ∆𝑋, 𝑌 ± ∆𝑌) (1.5)
dengan menggunakan deret Taylor di sekitar(X0, Y0) dapat diperoleh:
∆𝑍 = ∆𝑋 + ∆𝑌 (1.6)
Percobaan yang baik harus sama-sama memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam eksperimen fisika
yangmenggunakan metode grafik dengan pendekatan kuadrat terkecil (linier):
1. Menentukan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel bebas (variabel yang
nilainyadivariasi) dan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel tak bebas
(variabelyang nilainya berubah karena adanya variasi dari variabel bebas).
2. Mengubah persamaan fisika yang terkait dengan tema eksperimen ke dalam
bentukpersamaan linear sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel bebas (x)
danvariabel tak bebasnya(y) membentuk persamaan linier
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 (1.9)
dengan b adalah gradien grafik dan a adalah titik potong grafik terhadap sumbu y.
3. Membuat tabel yang diperlukan untuk mengubah nilai variabel-variabel terkait beserta
ketidakpastiannya menjadi variabel-variabel yang siap diplot ke dalam grafik.
4. Membuat grafik.
5. Menganalisa nilai besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik.
6. Membahas dan menyimpulkan hasil yang didapatkan.
Besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik biasanya berasal dari gradien(b) grafikatau titik
potong grafik terhadap sumbu y(a). Penentuan b dan a dapat dilakukan secaramanual setelah grafik
dibuat. Namun dapat pula ditentukan dengan menggunakan regresilinear, sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
𝑏= (1.10)
∑ (∑ )
∑ ∑ ∑
𝑎= (1.11)
∑ (∑ )
Secara numerik dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan Microsoft Excel
ataukalkulator saintifik.
Percobaan 2
DasarPengukuran
2.1 Tujuan
1. Dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur dan
neraca.
2. Dapat membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang berbeda.
3. Dapat menganalisis ketidakpastian pengukuran pada masing-masing alat ukur yang
digunakan.
4. Dapat menghitung massa jenis benda.
Anda dapat mempelajari hukum tersebut di atas pada percobaan kereta dinamika maupunpada
percobaan pesawat Atwood. Percobaan kereta dinamika dapat dijelaskan sebagai berikut
Pada percobaan dalam Gambar 3.1, kereta dinamika berada di atas landasan (rel) yang diberi
kemiringan dan dilepaskan tanpa kecepatan awal. Gaya berat kereta dinamika tersebut menyebabkan
sistem kereta dinamika bergerak. Pada saat kereta dilepaskan, power supply yang dihidupkan akan
menyalakan ticker timer. Pola berupa titik-titik jejak ketikan yang dihasilkan oleh ticker timer pada
pita kertas yang ditarik oleh kereta dinamika ini menggambarkan gerak kereta dinamika secara
kualitatif. Dalam percobaan ini kereta dinamika bergerak lurus dengan kecepatan yang bertambah,
karena itu gerak kereta dinamika adalah gerak berubah beraturanyang dipercepat. Dengan demikian,
jarak antara dua titik yang berturutan pada kertas pitaakan semakin besar. Dalam percobaan kereta
dinamika ini anda dapat memvariasikan sudut kemiringan dan massa kereta dinamika. Percobaan
dengan pesawat Atwood ditunjukkanseperti pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pesawat Atwood.
Bila massa silinder M1 dan beban tambahan(M1+m) lebih besar daripada massa silinder M2, maka
silinder M1 dan beban tambahanm akan bergerak dipercepat ke bawah sedangkan silinder M2, akan
bergerak keatas dengan percepatan yang sama besarnya. Hal itu akan membuat katrol bersumbu tetap
yang menghubungkan keduanya berotasi pada sumbu tetapnya.Pada tiap silinder berlaku hukum II
Newton:
∑ 𝐹 = ∑ 𝑚𝑎 (3.2)
Sedangkan untuk katrol berlaku
∑ 𝜏 = 𝐼𝛼 (3.3)
Dengan menjabarkan Persamaan (3.2) dan (3.3) di atas, kita dapat menurunkan persamaan
untuk menghitung percepatan silinder, yaitu:
( )
𝑎= .𝑔 (3.4)
Pesawat Atwood
1. Katrol (tebal 5 mm, diameter 12 cm) 1 buah
2. Batang tegak (batang berskala cm, skala terkecil 1 cm) 1 buah
3. Klem pemegang (1 klem memiliki pengatur panjang) 1 buah
4. Silinder materi 2 buah
5. Klem pembatas berlubang 1 buah
6. Klem pembatas tak berlubang 1 buah
7. Pemegang/pelepas silinder 1 buah
8. Beban tambahan 2 buah
9. Stop watch 1 buah
Pesawat Atwood
3. Buatlah grafik SAB terhadap tAB, dan grafik SBC terhadap tBC (untuk beban tambahanm1+m2)!
4. Berdasarkan grafik yang anda buat, perkirakanlah gerak pada lintasanAB danBC!
Percobaan 4
Apabila tidak ada puntiran maupun gesekan, persamaan gayanya diberikan oleh
𝑚 =− (4.3)
𝑇 = 2𝜋 (4.4)
Harga l dan T dapat diukur pada pelaksanaan percobaan dengan bola logam yang cukupberat
digantungkan dengan kwat yang sangat ringan. Menentukan g dengan cara ini cukupteliti jika
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tali lebih ringan dibandingkan bolanya.
2. Simpangan harus lebih kecil (sudut θ lebih kecil dari 15◦).
3. Gesekan dengan udara harus sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
4. Gaya puntiran (torsi) tidak ada (kawat penggantung tidak boleh terpuntir).
Gambar 4.1: Bandul matematis.
4.2.2. Osilasi Harmonik
Setiap sistem yang memenuhi hukum Hooke akan bergetar dengan cara yang unik dan
sederhana yang disebut dengan gerak harmonik sederhana. Setiap sistem yang melengkung
terpuntir atau mengalami perubahan bentuk yang elastis dikatakan memenuhi hukum Hooke.
Besar gaya pemulihF ternyata berbanding lurus dengan negatif simpanganx dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara
matematis ditulis:
𝐹 = −𝑘∆𝑥 (4.5)
yang mana k merupakan konstanta pegas dan∆x adalah perubahan panjang pegas.
Jika pegas disusun vertikal dengan beban maka gaya pada pegas berasal dari berat beban,
sehinggajikadiketahuibesartetapanpegas, kitadapatmenentukanbesarpercepatangravitasi
sebagai
∆
𝑔=− (4.6)
Ketika pegas yang telah diberi beban tersebut diberi simpangan awal dan dilepaskan maka akan
terjadi gerak harmonik sederhana, berdasarkan hukum Newton II dan hukum Hooke diperoleh
periode osilasi T sebagai
𝑇 = 2𝜋 (4.7)
Jika dua buah gelombang merambat dalam satu medium, hasilnya adalah jumlah dari
simpangankedua gelombang tersebut. Hasil dari supersosisi ini menimbulkan berbagai fenomena
yang menarik, seperti adanya pelayangan, interferensi, difraksi, dan resonansi. Misalkansuperposisi
dari suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya bisa menghasilkangelombang yang
dikenal sebagai gelombang stasioner atau gelombang berdiri.Jika gelombang datang secara terus
menerus maka akan terjadi resonansi. Resonansi padaumumnya terjadi jika gelombang mempunyai
frekuensi yang sama dengan atau mendekatifrekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang
maksimal. Peristiwa resonansi ini banyakdimanfaatkan dalam kehidupan, misalkan saja resonansi
gelombang suara pada alat-alatmusik. Gelombang suara merupakan gelombang mekanik yang dapat
dipandang sebagai gelombangsimpangan maupun sebagai gelombang tekanan.Jika gelombang suara
merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka antara gelombangdatang dan gelombang yang
dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi superposisi. Resonansigelombang berdiri dapat terjadi
jika panjang tabung udara merupakan kelipatan dari ʎ/4, ʎ adalah panjang gelombang. Jika
gelombang suara dipandang sebagai gelombang simpangan, pada ujung tabung yang tertutup akan
terjadi simpul, tetapi jika ujungnya terbuka akan terjadi perut (lihat Gambar 10.1a dan 10.1b). Untuk
tabung yang salah satu ujungnya tertutup,hubungan antara panjang tabung L dan panjang gelombang
ʎ adalah:
𝐿 = (2𝑛 + 1) , 𝑛 = 0, 1, 2, … (5.1)
𝐿 = (𝑛 + 1) , 𝑛 = 0, 1, 2, … (5.2)
Gambar 5.1: Bentuk gelombang
Karena ukuran garis tabung kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang, perutgelombang
simpangan tidak tepat terjadi pada ujung terbuka didekatnya, melainkan pada e,suatu jarak antara
speaker dan tabung resonansi. Kemudian dengan menggunakan hubungan
𝜆 = 𝑉/𝑓. Persamaan (5.1) dituliskan menjadi:
𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) − 𝑒
4
= (2𝑛 + 1) −𝑒 (5.3)
Tabel 6.1: Massa jenis beberapa zat cair dan zat padat
Massa jenis Massa jenis
Bahan
Bahan (gr/cm3) (gr/cm3)
Air 1.00 Perak 10.5
Benzena 0.9 Raksa 13.6
Etil alkohol 0.81 Besi 7.8
Gliserin 1.26 Aluminium 2.7
Platina 21.4 Kuningan 8.6
Etil alkohol 0.81 Tembaga 8.9
Baja 7.8 Es 0.92
Emas 19.3 Timah hitam 11.3
Anda tentunya sering melihat kapal yang berlayar di laut, benda-benda yang terapung pada
permukaan air, atau batuan-batuan yang tenggelam di dasar sungai. Konsep terapung, melayang, atau
tenggelamnya suatu benda di dalam fluida, kali pertama diteliti oleh Archimedes. Menurut
Archimedes ”benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda”. Secara
matematis, hukum Archimedes dituliskan sebagai berikut
𝐹 =𝑊−𝑊 (6.2)
yang mana FA adalah gaya ke atas, W adalah berat benda di udara dan W’ adalah berat
benda di dalam fluida. Ilustrasinya bisa dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1: Prinsip hukum Archimedes.
Berdasarkan Persamaan (6.3) dapat diketahui bahwa besarnya gaya ke atas yang dialami benda di
dalam fluida bergantung pada massa jenis fluida, volume fluida yang dipindahkan, dan percepatan
gravitasi Bumi. Dalam percobaan ini akan ditentukan massa jenis benda sesuai prinsip Archimedes,
dengan membandingkan besar gaya ke atas dan gaya berat di udara diperoleh massa jenis benda
sebesar
𝑊
𝜌 = 𝜌
𝐹
= 𝜌 (6.4)
Kalorimeter
10.1. Tujuan
1. Menentukan kalor jenis kalorimeter.
2. Menentukan kalor jenis berbagai logam.
Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energy yang mengalir atau berpindah karena adanya
perbedaantemperature atau suhu. Secara umum dapat dikatakan bahwa satu kalor adalah
banyaknyakalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar dari 1 gram air.
Kalor Jenis
Suatu zat menerima kalor maka zat akan mengalami kenaikan suhu. Besar kenaikan suhu ini:
1. Sebanding dengan banyaknya kalor yang diterima.
2. Berbanding terbalik dengan massa zat.
3. Berbanding terbalik dengan kalor jenis zat.
Hubungan diatas dapat digambarkan dalam rumus berikut:
𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇 (7.1)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diterima, m adalah massa zat,∆𝑇adalah besarnyaperubahan
suhu dan c adalah kalor jenis benda. Dari Persamaan (7.1) di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kalor jenis zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untukmenaikkan suhu 1 kg zat
tersebut sebesar 1 0C.
Kapasitas kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan suhusebesar
10C. Hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda terhadapkapasitas kalor benda
dan kenaikkan suhu benda dapat ditulis sebagai:
𝑄 = 𝐶∆𝑇 (7.2)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diperlukan, ∆𝑇 adalah besarnya perubahan suhu danC ad-
lah kapasitas kalor jenis benda. Kapasitas kalor jenis air dapat dianggap sama dengan1 kal/g 0C.
Perpindahan kalor
Perpindahan kalor dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Ada
3 cara perpindahan kalor yaitu:
1. Konduksi/hantaran yaitu perpindahan kalor yang tidak diikuti dengan perpindahan partikel.
2. Konveksi/aliran yaitu perpindahan kalor yang diikuti dengan perpindahan partikel.
3. Radiasi/pancaran yaitu perpindahan kalor yang tidak memerlukan media dalam
perpindahannya.
Tabel 7.1: Kalor jenis zat pada suhu 250C tekanan 1 atm
Kalor Jenis c
Jenis zat
J/kg 0C kal/g 0C
Zat padat
Aluminium 900 0.215
Berylium 1830 0.436
Cadmium 230 0.055
Tembaga 387 0.0924
Germanium 322 0.077
Emas 129 0.0308
Besi 448 0.107
Timah 128 0.0305
Silikon 703 0.168
Perak 234 0.056
Kuningan 380 0.092
Kaca 837 0.200
Es (-50C) 2090 0.50
Marmer 860 0.21
Kayu 1700 0.41
Zat cair
Alkohol (etil) 2400 0.58
Raksa 140 0.033
Air (150C) 4186 1.00
Gas
Uap (1000C) 2010 0.48
HUKUM OHM
8.1. TUJUAN
3. Memperagakan pengukuran tegangan listrik.
4. Memperagakan pengukuran arus listrik.
5. Menginterpretasikan grafik tegangan dan arus.
6. Menentukan besar hambatan suatu penghantar.
yang disebut hukum Ohm. Dengan konstanta kesebandingan R, merupakan karakteristik internal
hambatan penghantar yang tidak dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang diberikan yang mana:
V : Beda potensial kedua ujung penghantar (Volt).
R : Besar hambatan (Ω).
I : Kuat arus yang mengalir (Ampere).
1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 8.1 di atas dan beritahukan kepada asisten lebih
dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan.
2. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
3. Atur ujung voltmeter pada hambatan geser (R1) dengan nilai tertentu
4. Variasikan nilai tegangan masuk B1 dan catatlah besarnya arus dan tegangan.
5. Ulangi hingga minimal 4 variasi nilai hambatan geser (R1), catatlah besarnya arus dan
tegangan.
6. Ulangi langkah 2-5 dengan variasi hambatan.
8.3.2.2. Percobaan 2
1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 8.1 di atas dan beritahukan kepada asisten lebih
dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan.
2. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
3. Atur ujung voltmeter pada hambatan geser (R1) dengan nilai tertentu hingga mendapatkan
nilai arus tertentu
4. Ubah nilai tegangan masuk B1 dan catatlah besarnya arus dan tegangan.
5. Ubah hambatan nilai hambatan geser (R1) sehingga nilai arus sama dengan nilai arus pada
langkah 3, catatlah besarnya arus dan tegangan.
6. Ulangi langkah 2-5 dengan variasi Arus.
8.3.2.3. Percobaan 3
10. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 11.2 di atas dan beritahukan kepada asisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
11. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
12. Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 8.2, ulangi langkah pada percobaan 1
8.3.2.3. Percobaan 4
5. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 8.2 di atas dan beritahukan kepada asisten lebih
dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan.
6. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
7. Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 8.2, ulangi langkah pada percobaan 2.
Ayunan Magnetik
9.1. TUJUAN
Menentukan besar gaya magnet yang timbul pada kumparan berarus yang ditempatkan pada
medan magnet.
Berdasarkan Gambar 9.1, maka besarnya gaya magnet yang bekerja pada kumparan adalah:
𝐹 = 𝑊 tan 𝜃 (9.2)
sehingga
tan 𝜃 = (9.3)
yang mana m merupakan massa kawat dan g adalah percepatan gravitasi bumi.
Percobaan 1
3. Rangkai alat-alat percobaan seperti pada Gambar 9.2.
4. Ukur massa dan panjang kumparan, perhatikan skala nol alat ukur sebelum digunakan dan
posisi pengamatan untuk mendapatkan data yang baik.
5. Pasang magnet di tengah tiang penyangga, sehingga magnet mengikuti huruf U yang
berotasi 900.
6. Pasang kumparan pada tiang penyangga, sehingga kumparan melewati bagian dalam
magnet.
7. Amati apa yang terjadi pada kumparan dan amperemeter. Catat sudut simpangan terjauh
yang dibentuk oleh kumparan dan kuat arus listrik terbesar yang ditunjukan oleh
amperemeter.
8. Ulangi langkah 3-5 untuk hambatan yang berbeda.
9. Buatlah grafik antara tan 𝜃 terhadap arus i, dan tentukan besarnya medan magnet B dan gaya
magnet F.
Percobaan 2
1. Ukur massa dan panjang kumparan, perhatikan skala nol alat ukur sebelum digunakan dan
posisi pengamatan untuk mendapatkan data yang baik.
2. Pasang magnet ditengah tiiang penyangga, sehingga magnet mengikuti huruf U yang
berotasi 900.
3. Pasang kumparan pada tiang penyangga, sehingga kumparan melewati bagian dalam
magnet.
4. Hubungkan kabel dengan hambatan 1 , catat kuat arus yang ditunjukan oleh amperemeter.
5. Catat sudut simpangan terjauh yang dibentuk oleh kumparan.
6. Ulangi langkah 3-5 untuk kumparan yang berbeda.
7. Buatlah grafik antara tan 𝜃 terhadap panjang kumparan l dan tentukan besarnya medan
magnet B dan gaya magnet F.
10. 1. TUJUAN
1. Melukis jalannya sinar pada pemantulan dan pembiasan cahaya.
2. Menentukan besar fokus cermin cekung dan cembung.
3. Menentukan besar fokus lensa cekung dan cembung.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Pembiasan cahaya terjadi
jika cahaya merambat dari suatu medium menembus ke medium lain yang memiliki
kerapatan yang berbeda. Hukum Snellius untuk pembiasan:
𝑛 sin 𝜃 = 𝑛 sin 𝜃 (10.1)
Metode Bessel
untuk lensa cembung menggunakan Persamaan (10.2) dengan memodifikasi prosedur
melalui dua kali pengukuran. Dengan menggunakan jarak antara benda dan layar L yang
tetap akan dibentuk 2 bayangan terang, sehingga Persamaan (4.2) yang digunakan menjadi:
( )( )
𝑓= = (10.3)
4. Aturlah posisi cermin cembung sehingga tampak bayangan terang pada layar 2 (bisa
menggunakan area yang tidak terpakai pada Lensa).
5. Ukur dan catatlah jarak cermin cembung terhadap layar 1 sebagai jari-jari
kelengkungan cermin cembung R.
6. Ulangi langkah 2 - 5 untuk posisi lensa + yang berbeda-beda.
1. Set up peralatan seperti Gambar 10.11, aturlah posisi layar 1 sehingga terbentuk
bayangan terang pada layar 1, tandai posisi laya r tersebut.
2. Pasang lensa cekung (-) diantara lensa cembung (+) dan layar 1,sehingga bayangan
menjadi kabur pada layar 1, kemudian geserlah layar sampai terbentuk bayangan
terang dan catatlah posisi layar sebagai posisi layar 2.
3. Ukur dan catat jarak lensa cekung (-) terhadap posisi layar awal (layar 1) sebagai
jarak benda maya –s, serta ukur dan catatlah jarak lensa cekung terhadap posisi layar
setelah digeser (layar 2) sebagai jarak bayangan nyata s’.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk posisi lensa cekung yang berbeda-beda.