FARMASI III
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayahNya petunjuk praktikum ini dapat diselesaikan. Petunjuk
praktikum Farmasi III ini disusun dengan harapan dapat membantu para
mahasiswa (praktikan) untuk lebih mudah mempelajari secara praktis tentang
Praktikum Farmasi III, Materi-materi praktikum di dalam petunjuk praktikum ini
disusun dengan memperhatikan kebutuhan minimal yang perlu dikuasai oleh
mahasiswa (praktikan). Praktikum ini meliputi 4 Bagian yaitu Bagian Teknologi
Farmasi, Bagian Kimia Farmasi, Bagian Biologi Farmasi dan Bagian Farmakologi,
Farmasi Klinis dan Komunitas. Penyusun menyadari bahwa petunjuk praktikum ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga saran dan perbaikan
sangat diharapkan untuk penyempurnaan petunjuk praktikum ini.
Tim Penyusun
ii
AGENDA PRAKTIKUM
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Pretest
1. Sebelum praktikum
2. Soal sesuai dengan bidang praktikum
3. Pretest melalui SPADA
4. Nilai minimal 60
5. Inhal pretest dilaksanakan bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai <60
dengan mengikuti pretest ulang.
B. Pelaksanaan Praktikum
1. Kehadiran
a. Praktikan hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal praktikum
b. Keterlambatan lebih dari 15 menit, maka praktikan tidak dapat
mengikuti kegiatan praktikum.
c. Kehadiran praktikum 100%, Jika praktikan berhalangan hadir, harus
membuat surat ijin atau surat keterangan sakit dan harus menghubungi
dosen pengampu untuk penyusunan jadwal praktikum susulan.
d. Sebelum melakukan praktikum, praktikan diwajibkan mengisi daftar
hadir.
e. Praktikan dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seizin dosen
pengampu atau asisten praktikum.
2. Pelaksanaan Praktikum
a. Selama praktikum, praktikan harus mentaati aturan berupa:
1) Tidak merokok.
2) Tidak makan dan minum selama praktikum berlangsung.
3) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Menjaga kerapian
1) Jas lab selalu digunakan dan dikancing rapi
2) Tidak menggunakan sepatu sandal atau sandal
3) Bagi yang berambut panjang untuk selalu diikat rapi
c. Praktikan hanya diperbolehkan membawa peralatan yang
digunakan selama praktikum
d. Tas dan barang-barang yang tidak diperlukan selama praktikum
diletakkan di tempat yang telah ditentukan.
iv
e. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak
diperkenankan mengganggu ketenangan pekerjaan orang lain.
f. Sebelum dan setelah praktikum, praktikan diwajibkan untuk
memeriksa dan meneliti keutuhan serta keberadaan alat.
4. Kebersihan Laboratorium
a. Praktikan wajib membuang sampah pada tempat yang sdah
disediakan:
1) Sampah kertas dibuang di tempat sampah
2) Sampah cair (limbah) dibuang di tempat yang disediakan laboran
b. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan,
karena zat-zat tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak
segera dibersihkan. Jika terjadi kecelakaan cepat diberitahukan
kepada asisten yang bertugas.
c. Praktikan wajib menjaga kebersihan kegiatan selama praktikum
berlangsung.
d. Dilarang membuang zat yang tidak larut, asam-basa pekat, atau zat
yang berbahaya ke wastafel.
v
C. Laporan Praktikum
1. Laporan disusun per kelompok atau individu sesuai bidang praktikum.
2. Laporan sementara dikumpulkan pada saat persiapan praktikum.
3. Laporan sementara diisi dengan format: Judul Percobaan, Tujuan, Dasar
Teori, Alat dan Bahan (jika ada), Prosedur (skematis).
4. Laporan hasil praktikum merupakan lanjutan dari laporan sementara
yang berisi Hasil Pengamatan, Pengolahan data (jika ada),
Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
5. Laporan hasil praktikum dikumpulkan sesuai dengan jadwal yang telah
disusun pada tabel berikut.
No Bagian Acara praktikum Jenis Waktu
Laporan Pengumpulan
1 Kimia Semua acara kelompok Praktikum
Farmasi praktikum (tulis berikutnya
tangan)
2 Biologi Pembuatan simplisia Kelompok H-1 Praktikum
Farmasi (tulis berikutnya di
tangan) kumpulkan ke
asisten
Pemeriksaan Kelompok H-1 Praktikum
makroskopis, (tulis berikutnya di
mikroskopis, dan tangan) kumpulkan ke
histokimia simplisia asisten
3 Teknologi Pulveres, Pulvis, Individu 1 minggu setelah
Farmasi Kapsul, potio, Emulsi (tulis praktikum
minyak ikan, Krim, tangan)
lotio, salep
4 Farmakologi anatomi fisiologi kelompok H-1 Praktikum
sistem integumen, (tulis berikutnya
muskuler, saraf, tangan)
indra
5 Farmasi Telaah resep Kelompok 1 minggu setelah
Klinis sediaan padat, (diketik) praktikum
semipadat dan cair
6 Komunitas Promosi Kesehatan Kelompok Di akhir
(tulis praktikum
tangan)
vi
D. Penilaian Praktikum
Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
No. Komponen Persentase
1 Pretest 10 %
2 Praktikum 40 %
3 Laporan Praktikum 15 %
4 Diskusi 10 %
5 Responsi 25 %
TOTAL 100 %
E. Responsi
Responsi dilaksanakan dengan sistem OSCE.
vii
ditimbang ke dekat neraca, dan tutup kembali segera setelah
penimbangan.
5. Gunakan zat sesuai dengan keperluan praktikum, hal ini untuk
mengurangi limbah dan mencegah kecelakaan
6. Ketika melarutkan asam kuat dengan air, selalu tambahkan asam ke
dalam air sambil terus diaduk.
7. Jangan membuang pelarut organik ke dalam tempat sampah, karena
dapat menyebabkan kebakaran.
8. Jangan membuang campuran air-pelarut tak larut air (eter, petroleum
eter, benzene,dll) dan campuran yang mengandung senyawa yang tak
larut air ke dalam bak cuci. Gunakan kaleng atau tempat khusus untuk
menampung limbah ini. Jika masuk ke dalam bak cuci maka harus
diguyur dengan air yang banyak
viii
FORMAT LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
JUDUL PRAKTIKUM
A. Tujuan
B. Dasar Teori
C. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat Praktikum
2. Bahan Praktikum
D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan dan Pengolahan Data
1. Hasil Pengamatan
2. Pengolahan Data
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
H. Daftar Pustaka
ix
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM FARMASI III
Acara praktikum kelas A Acara praktikum kelas B
Senin jam ke Rabu jam ke 7-10 Kamis jam ke 1- Senin jam ke Selasa jam ke Jumat jam ke 1-4
Minggu Pertemuan 1-4 (12.50-16.10) 4 7-10 7-10 (07.00-10.20)
Dosen
ke- ke- (07.00-10.20) Biologi dan Klinis (07.00-10.20)(12.50-16.10) (12.50-16.10) Biologi dan Klinis
Teknologi Komunitas Kimia dan Kimia dan Teknologi Komunitas
Farmakologi Farmakologi
0 Asistensi (Senin, 14/08/23) jam 07.00-10.20 WITA Asistensi (Senin, 14/08/23) jam 12.50-16.10 WITA All Team
1 Teknologi Biologi
1 Biologi (16/08/23)
(15/08/23) (18/08/23)
PEMBATAS MINGGU
Teknologi Farmakologi Farmakologi
1
(21/08/23) (24/08/22) (21/08/23)
2
Teknologi Biologi
2 Biologi (22/08/23)
(22/08/23) (25/08/23)
PEMBATAS MINGGU
Teknologi Farmakologi Farmakologi
2
(28/08/23) (31/08/23) (28/08/23)
3
Teknologi Biologi
3 Biologi (29/08/23)
(29/08/23) (01/09/23)
PEMBATAS MINGGU
Teknologi Farmakologi Farmakologi
3
(04/09/23) (07/09/23) (04/09/23)
4
Teknologi Biologi
4 Biologi (05/09/23)
(05/09/23) (08/09/23)
PEMBATAS MINGGU
Teknologi Responsi Responsi
5 4
(11/09/23) Farmakologi Farmakologi
x
Acara praktikum kelas A Acara praktikum kelas B
Senin jam ke Rabu jam ke 7-10 Kamis jam ke 1- Senin jam ke Selasa jam ke Jumat jam ke 1-4
Minggu Pertemuan 1-4 (12.50-16.10) 4 7-10 7-10 (07.00-10.20)
Dosen
ke- ke- (07.00-10.20) Biologi dan Klinis (07.00-10.20) (12.50-16.10) (12.50-16.10) Biologi dan Klinis
Teknologi Komunitas Kimia dan Kimia dan Teknologi Komunitas
Farmakologi Farmakologi
(14/09/23) (11/09/23)
Teknologi Biologi
5 Biologi (12/09/23)
(12/09/23) (15/09/23)
PEMBATAS MINGGU
Kimia Kimia
1
(21/09/23) (18/09/23)
Teknologi
5
6 (18/09/23)
Responsi
Responsi Biologi Teknologi
6 Biologi
(20/09/23) (19/09/23)
(22/09/23)
PEMBATAS MINGGU
Klinis-Komunitas Klinis-Komunitas
1
(27/09/23) (29/09/23)
Kimia
2
(25/09/23)
7
Teknologi
6
(25/09/23)
Teknologi
7
(26/09/23)
UTS (02-13 Oktober 2023)
xi
Acara praktikum kelas A Acara praktikum kelas B
Senin jam ke Rabu jam ke 7-10 Kamis jam ke 1- Senin jam ke Selasa jam ke Jumat jam ke 1-4
Minggu Pertemuan 1-4 (12.50-16.10) 4 7-10 7-10 (07.00-10.20)
Dosen
ke- ke- (07.00-10.20) Biologi dan Klinis (07.00-10.20) (12.50-16.10) (12.50-16.10) Biologi dan Klinis
Teknologi Komunitas Kimia dan Kimia dan Teknologi Komunitas
Farmakologi Farmakologi
Klinis-Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
2
(18/10/23) (19/10/23) (20/10/23)
Kimia
3
(16/10/23)
8
Teknologi
7
(16/10/23)
Teknologi
8
(17/10/23)
PEMBATAS MINGGU
Klinis-Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
3
(25/10/23) (26/10/23) (27/10/23)
Kimia
4
(23/10/23)
9
Teknologi
8
(23/10/23)
Teknologi
9
(24/10/23)
PEMBATAS MINGGU
Klinis-Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
4
(01/11/23) (02/11/23) (03/11/23)
10
Kimia
5
(30/11/23)
xii
Acara praktikum kelas A Acara praktikum kelas B
Senin jam ke Rabu jam ke 7-10 Kamis jam ke 1- Senin jam ke Selasa jam ke Jumat jam ke 1-4
Minggu Pertemuan 1-4 (12.50-16.10) 4 7-10 7-10 (07.00-10.20)
Dosen
ke- ke- (07.00-10.20) Biologi dan Klinis (07.00-10.20) (12.50-16.10) (12.50-16.10) Biologi dan Klinis
Teknologi Komunitas Kimia dan Kimia dan Teknologi Komunitas
Farmakologi Farmakologi
Teknologi
9
(30/10/23)
Teknologi
10
(31/10/23)
PEMBATAS MINGGU
Klinis-Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
5
(08/11/23) (09/11/23) (10/11/23)
Kimia
6
(06/11/23)
11
Teknologi
10
(06/11/23)
Teknologi
11
(07/11/23)
PEMBATAS MINGGU
Klinis -Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
6
(15/11/23) (16/11/23) (17/11/23)
Kimia
7
(13/11/23)
12
Teknologi
11
(13/11/23)
Teknologi
12
(14/11/23)
xiii
Acara praktikum kelas A Acara praktikum kelas B
Senin jam ke Rabu jam ke 7-10 Kamis jam ke 1- Senin jam ke Selasa jam ke Jumat jam ke 1-4
Minggu Pertemuan 1-4 (12.50-16.10) 4 7-10 7-10 (07.00-10.20)
Dosen
ke- ke- (07.00-10.20) Biologi dan Klinis (07.00-10.20) (12.50-16.10) (12.50-16.10) Biologi dan Klinis
Teknologi Komunitas Kimia dan Kimia dan Teknologi Komunitas
Farmakologi Farmakologi
PEMBATAS MINGGU
Klinis -Komunitas Kimia Klinis-Komunitas
7
(22/11/23) (23/11/23) (24/11/23)
Kimia
8
(20/11/23)
13
Teknologi
12
(20/11/23)
Teknologi
13
(21/11/23)
PEMBATAS MINGGU
Responsi Klinis - Responsi Klinis -
Kimia
8 Komunitas Komunitas
(30/11/23)
14 (29/11/23) (01/12/23)
Teknologi
13
(27/11/23)
UAS (04-15 Desember 2023)
Responsi Teknologi Responsi Kimia
xiv
Keterangan:
Koordinator Praktikum Farmasi III: apt. Neneng Rachmalia Izzatul Mukhlishah, M.Farm.
xv
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN TEKNOLOGI FARMASI
DISUSUN OLEH:
27
ACARA PRAKTIKUM
No. Acara
1. Pulveres
2. Pulvis
3. Kapsul
4. Potio
5. Emulsi
6. Lotio
7. Krim
8. Salep
28
PENGENALAN RESEP
A. Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang– undangan yang
berlaku kepada apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau
membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien. Menurut permenkes
RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun 2014, Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun electronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Resep elektronik adalah metode yang kuat untuk
mencegah medication error yang disebabkan oleh kesalahan interpertasi seperti
pada resep yang ditulis tangan. Resep elektronik dapat memastikan bahwa
dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang tertulis adalah benar dan dapat
juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi terhadap obat tertentu dan
kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal pada pasien gangguan fungsi ginjal.
Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien,
hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya. Resep asli tersebut
harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali
diminta oleh :
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
2. Pasien yang bersangkutan.
3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk
memeriksa.
4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya pasien.
B. Kelengkapan Resep
1. Inscriptio : memuat identitas dokter penulis resep, Nomor SIK, alamat, kota,
tanggal, dan tanda R/
29
2. Praescriptio (inti resep) : nama obat, bentuk sediaan obat (BSO), dosis dan
jumlah obat.
3. Signatura : aturan pakai contoh : (S t dd p1, tandai tiga kali sehari 1 bungkus
) dan keterangan nama pasien yang harus dituliskan pada etiket. Contoh :
Pro : Nia, 4 Tahun, 17 Kg, Alamat : Jl Majapahit No 21. Bila pasien dewasa
idealnya akan dituliskan Nyonya/Tuan. Bila resep tersebut untuk hewan
setelah kata pro ditulkan jenis hewan, serta nama pemilik dan alamat
pemiliknya.
30
pengerjaannya atau penyiapannya didahulukan atau segera disiapkan karena
resep tersebut dibutuhkan segera oleh pasien. Seperti resep yang
mengandung antidotum, obat luka bakar dan lain-lain
Jika dokter menghendaki agar resepnya dapat diulang, maka dalam resep
ditulis kata “iter/iteratie” dan beberapa kali resep boleh diulang. Misalnya
tertulis iter 3x artinya resep dapat dilayani sebanyak 1 + 3 kali = 4 kali. Jika
dokter menghendaki agar resepnya tidak boleh diulang tanpa
sepengetahuannya, maka dapat dituliskan pada resep tersebut dengan kata
“n.i” = ne iterator (tidak dapat diulang).Resep yang tidak boleh diulang resep
yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik
Penyebab terjadinya LASA terjadi yaitu karena order tidak jelas, tulisan
dokter yang buruk, ada order lisan yang tidak tepat, kurangnya
pemeriksaan/verifikasi kembali, banyaknya jumlah jenis obat, lingkungan kerja
yang buruk.
CONTOH LASA
Golongan Nama Dagang Nama Dagang Golongan
Antiucler LOSE (omeprazole) LASIX(furosemid) Diuretik
Analgetik MEFINTER METIFER Nootropic-
(As.mefenamat) (mecobalamin) neurotonic
Antikolestrol LESCHO LESICHOL Fosfolipid
(fluvastatin) (lecithin,vitamin) esensial
31
Antiemetik, CHLORPROMAZIN CHLORPROPAMID Antidiabetes
Antivertigo,
Antipsikosis
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, bukan hasil
fotokopi. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam
resep asli harus memuat pula :
4. Tanda “det” = “detur” untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda “nedet”
= “ne detur” untuk obat yang belum diserahkan.
Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
Resep yang telah dibuat, disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan /pembuatan resep. Resep yang mengandung narkotik harus
dipisahkan dari resep lainnya, tandai dengan garis merah dibawah nama
obatnya. Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai. Pemusnahan resep
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama dengan sekurang-
kurangnya seorang petugas apotek.
32
CONTOH SALINAN RESEP
I. Etiket Obat
Etiket berisi aturan pakai, cara pemakian dan waktu pemakaian. Pada
etiket harus terdapat tanggal pembuatan obat atau pemberian etiket pada
kemasan obat, nama apotek, alamat, SIA, Apoteker Pengelola Apotek (APA),
tanda tangan pembuat etiket.
Terdapat 2 jenis etiket :
1. Etiket untuk pemakaian sistemik berwarna putih. Contoh : obat-obat oral
seperti puyer, capsul, potio (obat minum).
2. Etiket untuk pemakaian kegiatan praktikumal warna biru. Contoh : injeksi,
salep, cream, lotio, suppositoria , tetes telinga, tetes mata.
33
Pada etiket harus tercantum :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek
3. Nomor dan tanggal pembuatan
4. Nama pasien
5. Aturan pemakaian
Tanda lain yang diperlukan misalnya : kocok dahulu, tidak boleh diulang tanpa
resep baru dari dokter.
Contoh Etiket :
No. Tgl...................
OBAT LUAR
No. Tgl...................
34
DOSIS
Kecuali dinyatakan lain, yang di maksud dosis adalah dosis maksimum dewasa
untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal. Selain dosis maksimum
dikenal juga dosis lazim. Dalam FI ed. III tercantum dosis lazim untuk dewasa dan
bayi atau anak yang merupakan takaran petunjuk yang tidak mengikat. Dosis atau
takaran suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau
dinerikan kepada seseorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar.
1. Dosis maksimum
Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis
dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan:
2. Dosis lazim
35
kematian pada penderita.
1) L.D 50 : takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan
2) L.D 100 : takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan.
e. Dosis toksis : suatu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan keracunan pada penderita.
f. Loading dose/initial dose/dosis awal adalah takaran obat untuk memulai
terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi obat dalam darah dan
mempunyai efek terapi.
g. Dosis pemeliharaan : takaran obat yang diperlukan untuk mempertahankan
konsentrasi terapeutik (= konsentrasi obat dalam darah yang mempunyai
efek terapi).
h. Dosis regimen : pengatura n dosis serta jarak waktu antar dosis untuk
mempertahankan konsentrasi obat dalam darah sehingga memberikan efek
terapi.
36
orang dewasa.
e. Memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus
memperhatiakan beberapa faktor, yaitu :
1) Penderita: usia, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh,
toleransi, habituasi, adiksi dan sensitivitas, kondisi penderita.
2) Obat: sifat kimia/fisika obat, sifat farmakokinetiknya (ADME), jenis obat.
3) Penyakit: sifat dan jenis penyakit, kasus penyakit.
f. Perhitungan dosis berdasarkan usia:
𝑛
1) Rumus Young = 𝑛+12
𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
37
PENGENCERAN OBAT
Satuan yang biasa dicantumkan dalam resep pada bahan obat adalah sebagai
berikut :
2. Milligram, berbeda dengan satuan gram, satuan miligram harus ditulis dengan
jelas. Contoh Chlorpheniramini maleas 8 mg.
Pada saat perhitungan bahan kita sering menjumpai bahan obat yang
beratnya kurang dari 50 mg. Untuk kasus seperti ini maka bahan obat tersebut harus
diencerkan karena berat bahan obat yang boleh ditimbang minimal 50 mg.
Pengenceran juga berlaku untuk sediaan tablet/capsul yang jumlahnya dalam
bentuk pecahan misalnya 0,6 tablet, 1/4 tablet/capsul juga harus dibuat
pengenceran.
38
30 𝑚𝑔
Dari campuran itu kita ambil sebanyak = 𝑥 500 𝑚𝑔 = 300 𝑚𝑔
50 𝑚𝑔
Contoh:
R/ Paraffin liq. 5 0 mL
Gummi Arabicum 12,5 mg
Sirup simplex 10 mL
Vanillinum 25 mg
Aethanolum 90% 6mL
Aqua dest ad 100 mL
Dalam komposisi resep diatas terdapat Vanillin sebagai corringent odoris
39
yang beratnya kurang dari 50 mg, sehingga harus dibuat pengenceran dengan
pelarutnya yang terdapat dalam komposisi resep tersebut yaitu etanol 90%.
Jumlah volume pengenceran harus disesuaikan dengan jumlah pelarut yang
tersedia. Perhitungan pengenceran :
Vanillin ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam etanol 90% hingga volume 12 mL.
Hasil pengenceran diambil sebanyak :
25 𝑚𝑔
𝑥 12 𝑚𝑙 = 6 𝑚𝑙
50 𝑚𝑔
Hasil pengenceran 6 mL sudah termasuk etanol 90% yang berasal dari resep
standar. Pengenceran bertingkat ( dalam puyer )
Pengenceran bertingkat dilakukan bila jumlah bahan obatnya sangat
kecil, dan akan dicampur dengan bahan obat lain dan bahan tambahan lainnya.
Agar bahan obat tersebut dapat terbagi rata dalam campurannya, maka perlu
dilakukan pengenceran bertingkat. Saat ini pengenceran bertingkat banyak
dilakukan di industri farmasi yang memproduksi tablet dengan kadar zat aktif
yang sangat kecil. Contoh Digoxin tablet yang mengandung Digoxin 0,25 mg.
Pengenceran bertingkat harus dilakukan agar kadar zat aktif yang jumlahnya
sangat kecil dapat terbagi rata dalam masa tablet yang jumlahnya besar.
Sehingga pasien yang menggunakan obat tersebut dapat memperoleh dosis
obat yang tepat.
Contoh perhitungan pengenceran bertingkat : misalnya dibutuhkan
Atropin Sulfat 0,5 mg.
Pengenceran I :
timbang atropin sulfat 50 mg + pewarna qs + Lactosum ad 500 mg Pengenceran
I diambil 50 mg.
50 𝑚𝑔
Mengandung atropine sulfat = 500 𝑚𝑔 𝑥 50 𝑚𝑔 = 5 𝑚𝑔
0.5 𝑚𝑔
Hasil pengenceran II diambil sebanyak = 5 𝑚𝑔
𝑥 500 𝑚𝑔 = 50 𝑚𝑔
40
ACARA 1
PULVERES
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep pulvis dan
pulveres
B. Pendahuluan :
Berdasarkan farmakope Indonesia edisi III, serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau
untuk pemakaian luar. Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang
kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas perkamen atau bahan
pengemas yang cocok .
41
2. Serbuk halus berkhasiat keras dalam jumlah banyak : digerus dalam mortar
dengan dilapisi zat tambahan sedangkan dalam jumlah sedikit (kurang dari 50 mg),
dibuat pengenceran.
3. Serbuk berbentuk hablur dan Kristal
a. Champora : sangat mudah menggumpal lagi, untuk mencegahnya dikerjakan
dengan mencampur dulu dengan eter atau etanol 95 % (untuk obat
dikeringkan dengan zat tambahan). Cara inipun harus hati-hati karena terlalu
lama menggerus atau dengan sedikit ditekan waktu menggerus akan
mengumpulkan kembali campuran tersebut
b. Asam salisilat: Serbuk sangat ringan dan mudah terbang yang akan
menyebabkan rangsangan terhadap selaput lendir hidung dan mata hingga
akan bersin. Dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter dan segera
dikeringkan dengan zat tambahan.
c. |Asam benzoat, naftol, mentol, thymol : Dikerjakan seperti diatas. Untuk obat
dalam dipakai etanol 95 % sedangkan untuk obat luar digunakan eter.
d. Garam-garam yang mengandung kristal. Dapat dikerjakan dalam lumpang
panas, misalnya KI dan garam- garam bromida. Garam-garam yang
mempunyai garam exiccatusnya, lebih baik kita ganti dengan exiccatusnya.
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep yang diberikan jika diketahui Dosis maksimum CTM
= 40 mg/hari, Dosis Maksimum Salbutamol = 8 mg/tunggal. Sediaan yang tersedia
adalah paracetamol = 500 mg, CTM = 4 mg dan Salbutamol = 2 mg. Sebelum
mengerjakan resep tersebut cek Kembali dosis yang diberikan.
42
dr. Andi Alamsyah
Praktek : Jl. Majapahit No. 62, Mataram
SIP: 123/SIP/2015
Praktek: Jl Majapahit No.62
R/ Paracetamol 250 mg
Chloropheniramini maleat 4 mg
Salbutamol 3 mg
Laktosa q.s
m.f.pulv.dtd.no.X
S.tdd Pulv I.
Nama : Lalisa
Umur : 35 kg
Alamat : Jl Pemuda No 4C
43
ACARA 2
PULVIS
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep pulvis
dan pulveres
B. Pendahuluan :
Pulvis merupakan serbuk yang tidak terbagi-bagi. Pulvis dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Pulvis adspersorius adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan
dimaksudkan untuk obat luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian
atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
a. Bahan-bahan serbuk seperti talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang
digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi syarat bebas bakteri
ClostridiumTetani, Clostridium Welchii, dan Bacillus Anthracis.
b. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
c. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
2. Pulvis Dentifricius adalah serbuk gigi , biasanya menggunakan carmin sebagai
pewarna yang dilarutkan terlebih dulu dalam chloroform / etanol 90 %.
3. Pulvis Stemutatorius adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui
hidung, sehingga serbuk tersebut harus halus sekali.
4. Pulvis Effervescent adalah serbuk campuran senyawa asam dan senyawa basa
dilarutkan terlebih dahulu dalam air yang akan mengeluarkan gas CO2 . Senyawa
asam yang digunakan adalah asam sitrat atau asam tartrat dan senyawa basa
yang biasa digunakan natrium carbonat atau natrium bicarbonate.
44
Serbuk dengan bahan cair :
a. Serbuk dengan minyak atsiri Minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dapat juga
dibuat oleo sacchara, yakni campuran 2 gram gula dengan 1 tetes minyak. Bila
hendak dibuat 4 g oleosacchara anisi, kita campur 4 g saccharum dengan 2 tetes
minyak anisi.
b. Serbuk dengan tinctura Contohnya serbuk dengan Opii Tinctura, Digitalis Tinctura,
Aconiti Tinctura, Belladonnae Tinctura, Digitalis Tinctura, Ratanhiae Tinctura.
Tinctur dalam jumlah kecil dikerjakan dengan lumpang panas kemudian dikeringkan
dengan zat tambahan sampai kering. Sedangkan dalam jumlah besar dikerjakan
dengan menguapkan diatas tangas air sampai kering dengan pertolongan zat
penambah agar tidak lengket kemudian diangkat. Tinctura yang diuapkan ini
beratnya 0, untuk serbuk terbagi kehilangan berat tidak perlu diganti, sedangkan
untuk serbuk tak terbagi harus diganti seberat tinctura yang menguap dengan zat
tambahan.
Zat berkhasiat dari tinctur menguap, pada umumnya terbagi menjadi 2 :
45
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Perhitakan etiket yang akan digunakan
R/ Acid Salisylic 1
Bals. Peruv 1
Adipis Lanae 2
Magnesii Oxydi 5
Zinci Oxydi 5
Iter 1x Talc. 36
m.f. Pulv adsper da in pot No. I
S.u.c.o.v bedak purol
R/ Paracetamol tab 500 mg No X
S.3.d.d tab. I. P.c. P.r.n Ne det
Nama : Vernon
Umur : 20 tahun
Alamat : Jl Pendidikan No 14 C
46
ACARA 3
KAPSUL
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep kapsul
B. Pendahuluan :
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Penggolongan kapsul :
1. Kapsul keras
2. Kapsul lunak
3. Kapsul tepung
4. Kapsul salut enteric
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam
ukuran yang dinyatakan dalam nomor. Kode 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran
terkecil.
Tabel 1. Ukuran kapsul untuk masing-masing zat aktif tertentu
47
Tabel 2. Ukuran kapsul berdasarkan volumenya (mL)
Tabel 3. Kandungan maksimum yang dapat diisi pada no. kapsul ukuran tertentu
48
dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah
kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak
lurus, setetah itu tutup.
4. Cairan yang kurang beratnya dari 1 gram, dapat diteteskan langsung kedalam
cangkang kapsul memakai pipet, jika tidak sampai terjadi kesalahan yang lebih
besar dari 5%. Kalau sekiranya jumlah tetesannya tidak diketahui (yang umumnya
tidak diketahui karena meupakan suatu campuran), dapat dicoba untuk sebuah
cangkang kapsul yang seharusnya berisi sejumlah gram, berapa tetesannya, untuk
selanjutnya diteteskan dengan jumlah yang sama dengan pipet dan cara yang
sama pada tiap-tiap cangkang lainnya. Untuk mencegah kekurangan, bahan-
bahan cair ini biasanya dilebihkan 10-20% atau perhitungan bahan obat untuk
capsulnya dilebihkan satu atau dua capsul.
Faktor – Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul :
1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair ( higroskopis). Zat ini tidak hanya
menghisap lembab udara tetapi juga akan menyerap air dari kapsulnya sendiri
hingga menjadi rapuh dan mudah pecah. Penambahan lactosa atau amylum
(bahan inert netral) akan menghambat proses ini. Contohnya kapsul yang
mengandung KI, NaI, NaNO2 dan sebagainya.
2. Mengandung campuran eutecticum. Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur
lebih rendah daripada titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul
rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin
atau Camphor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur
masing- masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot dan alkohol. (pemecahan sudah dibahas
diatas )
4. Penyimpanan yang salah di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket
serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab
tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi
rapuh dan mudah pecah.
49
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Perhatikan cara pemakaian, perhitungan bahan
jika sediaan yang tersedia diapotek dalam bentuk tablet, pengerjaan resep, nomor cangkang
kapsul yang digunakan, etiket yang digunakan.
50
ACARA 4
POTIO
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep potio
B. Pendahuluan :
Potio berasal dari bahasa latin yakni potions. Potio adalah sediaan larutan yang
dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral), potio juga bisa berbentuk suspensi
dan emulsi. Menurut Fornas Potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaksudkan
untuk diminum, diramu dan diracik sedemikian rupa hingga dimungkinkan untuk
diberikan dalam volume dosis tunggal dalam jumlah banyak, umumnya 50 mL. Contoh
potio yakni potio alba contra Tussim (obat batuk putih/OBP) dan potio nigra contra
Tussim (Obat batuk hitam/OBH).
51
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Carilah resep standar sebelum
mengerjakan, perhatikan cara pemakaian, perhitungan bahan, pengerjaan resep dan
etiket yang digunakan.
Resep Potio
Sec FOI
52
ACARA 5
EMULSI
A. Tujuan
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep emulsi
B. Pendahuluan
Pengertian emulsi berdasarkan Farmakopee Indonesia adalah sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan
kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (O/W) atau minyak dalam air (M/A), dan
water in oil (W/O) atau air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat di stabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yang di sebut EMULGATOR atau SURFAKTAN
yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan
besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Pembuatan emulsi
dikenal tiga metode yakni :
1. Metode gom kering atau metode kontinental. Dalam metode ini zat pengemulsi
(biasanya gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian
ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa
air yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris. Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam
air (zat pengemulsi umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu baru
diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes. Digunakan untuk minyak menguap dan
zat –zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental).
Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian
air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan
sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
53
RESEP :
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Beberapa problem yang terdapat dalam
resep yang harus diperiksa sebelum mengerjakan seperti kelengkapan resep, resep
standar, cara penggunaan obat oleh pasien. Kemudian tentukanlah etiket yang
digunakan. Apa beda emulsi dan suspensi
No. 01
Pro : Nia
Umur : 6 tahun
Alamat : Kekalik
54
ACARA 6
LOTIO
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep lotio
B. Pendahuluan :
Pengertian lotio menurut Formularium Nasional Edisi II lotio adalah sediaan
yang berupa larutan, suspensi, emulsi dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit.
Penambahan etanol 90% dalam losio akan mempercepat efek pendinginan,
sedangkan penambahan gliserol akan menyebabkab kulit lembab dalam waktu
tertentu. Digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit tanpa pijitan. Pembuatan
losio dengan teknik aseptic, yaitu sedapat yaitu sedapat mungkin harus dihindarkan
dari cemaran jasad renik ke dalam losio terutama jika losio tidak mengandung
pengawet. Pada etiket tertera “hanya untuk pemakaian luar” dan “kocok dahulu”
Pengerjaan reseo dengan menggunakan gom. Gom dapat larut atau mengembang
atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir.
Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan
akan menambah stabilitas sediaan. Bahan-bahan yang termasuk golongan gom
adalah :
1. Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5
– 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi
diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom
arab dengan kadar35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini
mudah dirusak olehbakteri sehingga dalam sediaan harus ditambahkan zat
pengawet ( preservative).
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut
caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan
derivate dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan
bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
55
3. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat
lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab.
Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai
emulgator.
4. Alginat
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat
dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa
organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan
algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai dalam sediaan
umumnya 1-2 %.
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Beberapa problem yang terdapat dalam
resep yang harus diperiksa sebelum mengerjakan yang harus diperiksa adalah
kelengkapan resep. Tentukan juga etiket yang akan digunakan
SIP : 1553/SIP/2020
R/ Sulf. Praec 10
Champora 1,5
Aqua calcis 67
m.f. lot.
56
ACARA 7
KRIM
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep krim
B. Pendahuluan :
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Ada dua tipe krim yakni tipe minyak air (m/a) dan krim tipe air minyak (a/m).
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim type a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae,
koleterol dan cera. Sedangkan untuk krim type m/a digunakan sabun monovalen
seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain
itu dapat juga dipakai tween, natrium laurylsulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum,
CMC dan emulgidum.
Pembuatan Krim
57
e. Bahan-bahan yang larut air dan tahan panas, serta air yang diperlukan
dipanaskan sampai 70oC di atas penangas air.
f. Fasa air dan fasa minyak yang telah dipanaskan hingga suhu 70oC
dicampurkan dalam mortir hangat (dengan cara membakar alkohol di dalam
mortir), kemudian diaduk menggunakan “ultrathurax“ sampai terbentuk massa
basis krim yang homogen. (Catatan : bahan yang mudah menguap
ditambahkan setelah basis dingin + 40oC).
g. Basis krim didinginkan hingga suhu kamar. Sejumlah basis krim ditimbang
sesuai dengan yang diperlukan.
h. Zat aktif dan bahan tambahan yang tidak tahan panas dicampur hingga
homogen di dalam mortir (jumlahnya tidak dilebihkan, yang dilebihkan adalah
jumlah sediaan yang akan dibuat (10%)) kemudian basis ditambahkan secara
geometris dan digerus hingga homogen.
i. Krim ditimbang di atas kertas perkamen sejumlah yang diperlukan, lalu kertas
perkamen digulung menutupi sediaan krim.
j. Krim yang digulung dalam gulungan perkamen dimasukkan ke dalam tube
dalam kondisi ujung tube keluar dalam keadaan tertutup. Kemudian tube ditutup
dengan melipat bagian belakang yang terbuka.
k. Etiket ditempelkan pada tube basis krim, diberi brosur, dan dimasukkan ke
dalam kemasan sekunder.
2. Metode pelelehan (fusion)
a. Timbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan
ukuran partikel yang dikehendaki.
b. Timbang basis semisolida yang tahan pemanasan, panaskan di atas penangas
air hingga di atas suhu leleh. Pemanasan fasa air dan minyak dilakukan terpisah
masing-masing dilakukan pada suhu 70oC.
c. Setelah dipanaskan masukkan ke dalam mortir hangat (dengan cara membakar
alkohol di dalam mortir), aduk homogen sampai dingin dan terbentuk masa
semisolida.
58
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Sebelum mengerjakan carilah perbedaan
sediaan krim, salep, pasta dan gel. Hitunglah jumlah bahan yang ditimbang dan cara
pengerjaan resep. Tentukan juga etiket yang akan digunakan.
Rx
Gentamisin 0.1%
Asam stearat 25 %
Adeps lanae 5%
TEA 1.5 %
Gliserin 7%
Aquades ad 100 %
m.f cr 15 g
ds 3-4 dd ue
Nama : Erna
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl Pejanggik no 24
59
ACARA 8
SALEP
A. Tujuan :
Pada akhir percobaan mahasiswa dapat membaca dan meracik resep lotio
B. Pendahuluan :
Basis Salep:
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan
salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup (occlusive dressing). Dasar salep hidrokarbon
digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak
tampak berubah dalam waktu lama. Contohnya petrolatum, white petrolatum (memiliki
60
warna lebih cerah dari petrolatum, sehingga secara estetika lebih banyak digunakan),
white oinment, dan yellow oinment.
61
RESEP:
Buatlah sediaan berdasarkan resep berikut. Sebelum mengerjakan carilah resep
standar. Kemudian tentukan cara pemakaian, perhitungan bahan dan cara pengerjaan
resep. Tentukan juga etiket yang akan digunakan.
Nama : Dita
Alamat : Jl Pejanggik no 1
62
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
DISUSUN OLEH :
63
Acara 1-2
Pembuatan Simplisia
64
1. Pengumpulan Bahan Baku
Waktu atau masa panen merupakan hal yang harus diperhatikan pada tahap
ini. Waktu panen yang tepat adalah disaat bagian tanaman yang dipanen
mengandung kadar senyawa aktif pada jumlah besar. Waktu pengambilan
bagian tanaman yang akan dipanen biasanya mengikuti garis besar pedoman
panen.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan setelah masa panen pada saat tanaman masih dalam
keadaan segar. Tujuan dari sortasi basah adalah untuk memisahkan kotoran
dan bahan asing (tanah, rumput, bagian tanaman yang rusak serta kerikil) yang
dapat mempengaruhi mutu simplisia.
3. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan pengotor seperti tanah dan mikroba
yang menempel pada bagian tanaman. Pencucian dilakukan menggunakan
sumber air yang dinilai bersih misalnya saja mata air, sumur dan PAM.
Penelitian pada tahun 1978 oleh Frazier menyatakan bahwa pencucian sayur
sebanyak sekali akan mengurangi mikroba sebanyak 25% sedangkan
pencucian sebanyak 3 kali akan mengurangi mikroba sebanyak 58%.
4. Penirisan
Setelah bahan dicuci bersih segera ditiriskan pada rak-rak yang telah diatur
sedemikian rupa untuk mencegah pembusukan atau bertambahnya kandungan
air. Penirisan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan
air di permukaan bahan dan dilakukan sesegera mung kin sehabis pencucian.
Selama penirisan bahan dibolak-balik untuk mempercepat penguapan,
dilakukan di tempat teduh dengan aliran udara cukup agar terhindar dari
fermentasi dan pembusukan. Setelah air yang menempel di permukaan bahan
menetes atau menguap, bahan simplisia dikeringkan dengan cara yang sesuai.
5. Perajangan
Tujuan utama perajangan adalah untuk memperluas permukaan simplisia
sehingga proses pengeringan akan lebih cepat dan efektif selain itu akan
mempermudah dalam proses pengepakan ataupun penggilingan/penyerbukan.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan mesin.
6. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air pada simplisia biasanya
65
sampai kurang dari 10%. Pengurangan kadar air ini dilakukan untuk
menghalangi terjadinya reaksi enzimatik yang dapat mengkatabolisme zat-zat
aktif pada simplisia. Pengeringan juga menghalangi proses pembusukan yang
dapat disebabkan oleh jamur, kapang dan bakteri. Pengeringan dapat dilakukan
dengan cara alami (sinar matahari atau diangin-anginkan) dan menggunakan
alat (oven atau RINSALI “Pengering suhu terkendali”).
66
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
• Baskom pencucian • Simplisia segar (beberapa pilihan bahan
• Wadah peniris bahan setelah yang dapat dipilih mahasiswa)
mencuci a. Apii graveolentis Folium (Daun sledri)
• Pisau/gunting b. Cinnamomi Cortex (Kulit Kayu Manis),
• Talenan Sesbaniae Cortex (Kulit turi), Syzygii
• Kain lap
• Tisu
• Silica gel
• Air untuk mencuci
D. Cara Kerja
1. Pengumpulan bahan segar yang akan dijadikan sebagai bahan baku simplisia.
Timbang berat sampel.
2. Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari sampel
3. Sampel dicuci bersih dengan air mengalir dan tiriskan beberapa saat
4. Lakukan perajangan (pengecilan) ± 1mm pada sampel dengan menggunakan
pisau atau alat lainnya
5. Keringkan sampel yang telah dirajang menggunakan panas matahari (dengan
memberikan kain hitam pada atas sampel pada saat dijemur) atau dikering
anginkan.
6. Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan
mudah diremah dan mudah patah.
67
7. Simplisia yang telah kering lalu disortasi kering untuk menghilangkan kotoran
yang masih ada atau bagian tanaman yang rusak pada sampel yang telah
kering.
8. Simplisia ditimbang.
9. Simplisia kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan
hingga halus.
10. Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam
wadah, diberi label.
Catatan:
a. Setiap praktikan menyiapkan bahan simplisia dan alat yang akan digunakan.
b. Harus melakukan pengecekan terhadap simplisia selama proses pengeringan.
c. Sebelum penyerbukan, sebagian simplisia rajangan disimpan untuk uji
makroskopis.
E. Daftar Pustaka
68
Acara 3-4
Pemeriksaan Makroskopis, Mikroskopis, dan Histokimia Simplisia
69
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Gelas arloji 1. Simplisia rajangan dan serbuk dari acara
2. Pipet tetes Pembuatan Simplisia
3. Mikroskop 2. Kloralhidrat
4. Gelas beaker 3. Object glass/ gelas benda
5. Bunsen 4. Cover glass/ gelas penutup
6. Plat tetes 5. Aquadest
7. Pemantik api 6. Reagen untuk uji histokimia
7. Tisu
D. Cara Kerja
1. Lengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta ciri-ciri spesifik
makroskopis dari masing-masing simplisia rajangan!
2. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia serbuk!
3. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia serbuk, amati di
bawah mikroskop lalu gambar!
4. Buatlah sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing simplisia serbuk
dengan cara:
a. Ambil sedikit simplisia serbuk, letakkan pada gelas obyek.
b. Tambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di atas nyala
spiritus (jangan sampai mendidih!).
c. Tutup dengan gelas penutup.
d. Tambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan.
e. Setelah dingin amati di bawah mikroskop
5. Amati dan gambarkan simplisia dalam kloralhidrat!
6. Warnai sediaan no. 4 dengan pereaksi floroglusin-HCl, amati dan gambarkan
fragmen yang berwarna merah seperti : sklereida dan sklerenkim!
7. Pada analisis histokimia, amati perubahan warna ± 2 mg serbuk simplisia yang
ditambah dengan 5 tetes reagen berikut: (sesuaikan reagen yang digunakan
pada masing-masing tanaman dengan melihat pada buku MMI)
a. Asam sulfat P
b. Asam sulfat 10N
c. Asam klorida pekat P
70
d. Asam klorida encer
e. Natrium hidroksida 5 %
f. Kalium hidroksida 5 %
g. Amonia 25 %
h. Kalium iodida 6 %
i. Feri (III) klorida P 5 %
j. Asam asetat encer P
k. Timbal (II) asetat P 5%
E. Daftar Pustaka
71
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN KIMIA FARMASI
DISUSUN OLEH :
72
PERCOBAAN I
SINTESIS ASPIRIN
A. TUJUAN:
Memperkenalkan teknik sintesis sederhana pada pembuatan aspirin (asam
asetil salisilat).
B. DASAR TEORI:
Pada abad ke 18, orang-orang mengekstrak asam asetil salisilat yang dikenal
dengan nama aspirin dari kulit kayu pohon “Willow”. Mereka mencatat bahwa zat
ini dapat dipergunakan sebagai obat analgesik, antipiretik, dan antirheumatic,
tetapi mempunyai efek yang tidak baik pada lambung dan saluran cerna. Saat ini
aspirin masih merupakan agen utama untuk mengobati dan meredakan penyakit
demam dan menghilangkan rasa sakit dan dapat dibeli di apotik tanpa resep
dokter.
Saat ini zat ini tidak lagi diekstrak dari bahan alam atau tumbuhan karena
dianggap tidak efisien, tapi telah dapat disintesis di laboratorium dengan teknik
yang sangat sederhana melalui reaksi katalis antara asam salisilat dengan asetat
anhidrida.
73
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Erlenmeyer 5. Batang pengaduk
2. Pipet tetes 6. Corong Buchner
3. Pemanas listrik (hot plate) 7. Gelas Beaker
4. Termometer
Bahan
1. Asam salisilat 5. Etil asetat
2. Anhidrida asetat 6. Aseton
3. H3po4 7. Es
4. Etanol 96% 8. Etil eter anhidrus
D. CARA KERJA
1. Masukkan 5 g asam salisilat dan 7,5 g (7 mL) anhidrida asetat ke dalam labu
Erlenmeyer kecil, tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat kemudian panaskan labu
sambil diputar-putar di atas penangas air pada temperatur 50-60℃, sambil
diaduk-aduk dengan thermometer, selama 15 menit. Test dengan larutan FeCl3
sampai tidak berwarna hitam-biru, bila masih berwarna dipanaskan kembali,
kemudian ditest lagi. Biarkan campuran itu menjadi dingin dan putar-putar labu
itu. Tambahkan 75 mL air, aduk-aduk kemudian saringlah dengan corong
Buchner.
2. Murnikan dengan mengkristalkan kembali aspirin dengan cara berikut :
Larutkan padatan dalam 15 mL etanol panas dan tuangkan larutannya ke dalam
37,5 mL air hangat. Bila terjadi endapan, hangatkan larutan ini sampai pelarutan
sempurna dan kemudian biarkan dingin, perlahan-lahan sampai timbul kristal
berbentuk jarum. Hasilnya keringkan di oven. Tentukan titik leburnya
E. PERTANYAAN
Tuliskan mekanisme pembentukan aspirin!
74
PERCOBAAN II
MENENTUKAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
A. TUJUAN
Menentukan kadar vitamin C pada tablet vitamin C melalui metode
spektrofotometri.
B. DASAR TEORI
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air yang termasuk
dalam golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.
Vitamin C dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya adalah asam askorbat.
Struktur kimia vitamin C adalah C6H8O6. Dengan metode spektrofotometri kita
dapat mengetahui kadar zat atau kemurnian senyawa dalam suatu sampel. Salah
satunya penentuan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C. kadar vitamin C yang
terkandung dalam tablet vitamin C yang beredar di masyarakat berbeda-beda.
Gugus kromofor pada vitamin C inilah yang bisa dijadikan salah satu acuan
dalam penggunaan metode spektrofotometri UV-visibel. Spektrofotometri (UV-Vis)
adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang
tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara
200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750
nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
1
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Spektra absorbsi paling sering diplotkan sebagai % T lawan panjang
gelombang(λ), A atau Ɛ lawan λ. Pada umumnya ahli kimia analisis menyukai
absorbansi (A) daripada % T sebagai ordinat. Spektrum absorpsi suatu senyawa
ditetapkan dengan spektrofotometer dapat dianggap sebagai identifikasi yang lebih
obyektif dan handal. Spektrum ini dapat digunakan untuk karakterisasi. Spektrum
absorbsi tergantung tidak hanya pada sifat dasar kimia dari senyawa tersebut,
melainkan juga faktor-faktor lain.
Perubahan pelarut sering menghasilkan geseran pita serapan. Bentuk pita
dan munculnya struktur dapat saja bergantung pada karakteristik alat seperti alat
daya pisah monokromator, perolehan penguat (amplifier gain), dan laju perekam.
Telah banyak spektra ribuan senyawa dan bahan yang dapat direkam, namun
mencari spektra yang sesuai untuk pembanding sangatlah sulit. Sejumlah besar
data empiris dalam literatur yang menunjukkan efek subtituen terhadap panjang
gelombang pita serapan dalam spektra molekul induk juga telah ditemukan.
Koreksi spektra struktur baik dalam daerah UV-Vis sangat berguna dalam
identifikasi senyawa yang belum diketahui.
2
- Timbangan analitik
- Cawan petri
Bahan yang dibutuhkan, antara lain:
- Tablet IPI vitamin C
- Aquades
- Larutan standar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm
E. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan baku vitamin C 100 ppm atau 100 µg/mL
a. Timbang seksama 10 mg baku vitamin C dengan timbangan analit.
b. Tuang bubuk vitamin C ke dalam beaker glass, tambahkan kurang lebih 50 ml
aquadest.
c. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, tambahkan aquades sampai tanda dan
homogenkan dengan bantuan sonikator.
3
b. Timbang dengan seksama 10,0 mg hasil gerusan di timbangan analit
c. Masukkan ke dalam beaker glass, kemudian tambahkan aquades 50 mL.
d. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, lalu tambahkan akuades hingga tanda.
Homogenkan. Kemudian disaring jika tidak bisa terlarut sempurna.
e. Ambil sebanyak 1 ml larutan sampel, masukkan ke dalam labu takar 5 mL,
encerkan dengan aquades hingga 5 mL
f. Lalu ukur absorbansi sampel menggunakan Panjang gelombang maksimal yang
diperoleh pada poin 2.
g. Lakukan poin b-f duplo.
h. Hitunglah kadar vitamin C dalam tablet vitamin C IPI.
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel
Volume larutan baku vit C Konsentrasi larutan absorbansi
yang diambil (mL) baku vit C ( µg/mL)
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2. Grafik kurva standar antara seri konsentrasi larutan standar (sumbu x) dan
absorbansi (sumbu y)
4
3. Hitung dengan regresi linier sehingga diperoleh persamaan
a. Y= bx + a
b. Koefisien korelasi r2
4. Hitung kadar vitamin C pada tablet vitamin C IPI dengan grafik kurva standar
diatas.
5. Perhitungan konsentrasi regresi vitamin C pada tablet vitamin C IPI dilakukan
dengan memasukkan absorbansi sampel ke persamaan 3a. Absorbansi sampel
dimasukkan pada sumbu Y, kemudian X dicari nilainya sebagai konsentrasi regresi
dengan satuan ppm.
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑏 𝑋 + 𝑎
Sampel 1
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……… µg/mL
Sampel 2
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. µg/mL
Sampel 3
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. µg/mL
…………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 100%
…………………….
Sampel 2
5
…………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 100%
…………………….
Sampel 3
…………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 100%
…………………….
6
PERCOBAAN III
ANALISIS GUGUS FUNGSI PARASETAMOL DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI FT-IR
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip identifikasi senyawa organik melaui
teknik analisa FTIR.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gugus fungsional senyawa
organik dari hasil analisa FTIR.
B. DASAR TEORI
Spektroskopi inframerah (infrared spectroscopy/IR) merupakan
metode yang umum digunakan dalam identifkasi obat dan senyawa
pembawa (eksipien). Metode ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memiliki sensitivitas yang baik terhadap struktur dan konformasi
senyawa organik sehingga dapat digunakan sebagai dalam karakterisasi
bentuk kristal sediaan farmasi. Prinsip kerja spektroskopi IR adalah
konversi radiasi inframerah menjadi vibrasi molekul.
Hampir semua senyawa baik senyawa organik maupun anorganik
memiliki ikatan kovalen dan menyerap radiasai elektromagnetik pada
berbagai frekuensi di daerah inframerah. Daerah inframerah berada
daerah panjang gelombang (λ) 2,5 – 25 µm, lebih panjang dibanding
daerah sinar tampak (visible, λ: 400 – 800 nm), tetapi lebih pendek
dibanding panjang gelombang microwave (λ: > 1 mm). Gambar 4.1
menunjukkan spektrum elektromagnetik pada berbagai panjang
gelombang dan frekuensi. Umumnya radiasi pada daerah inframerah
dinyatakan dalam unit bilangan gelombang (ν), dibanding panjang
gelombang. Bilangan gelombang menunjukkan lever energi secara
proporsional atau dengan kata lain bilangan gelombang yang lebih tinggi
menunjukkan energi yang lebih tinggi. Vibrasi pada daerah inframerah
terjadi pada bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1. Cara mengubah
7
panjang gelombang menjadi bilangan gelombang dapat dilihat pada
rumus di bawah ini:
8
Gambar 4.2 Skema instrumen spektrometer inframerah (a) dispersif dan
(b) Fourier transform
9
rasio intensitas beam sampel (Is) dan intensitas beam pembanding (Ir),
seperti pada rumus di bawah ini:
Is
%𝑇 = 𝑥 100
Ir
Prinsip kerja spektrometer inframerah Fourier transform (FT-IR)
adalah berdasarkan interferensi radiasi antara dua sinar untuk
menghasilkan interferogram yaitu suatu sinyal kompleks. Interferogram
menunjukkan plot antara intensitas terhadap waktu. Pada
interferometer, sumber energi melewati beam splitter, cermin diletakkan
pada sudut 45o terhadap radiasi yang datang sehingga radiasi dapat
melewatinya dan terbagi ke dua sinar yang saling tegak lurus, yang satu
merupakan sinar yang tak terlindungi dan yang satu lagi berada pada
sudut 90o. Sinar yang berada pada posisi 90o menuju cermin yang
diam/tak bergerak dan kembali ke beam splitter, sedangkan sinar satu
lagi menuju cermin bergerak dan kembali ke beam splitter. Ketika dua
sinar bertemu pada beam splitter, selanjutnya menyatu tetapi memiliki
panjang jalur dan panjang gelombang yang berbeda. Kombinasi sinar ini
yang disebut interferogram. Interferogram terdiri dari energi radiasi dari
sumber dan memiliki panjang gelombang yang lebar.
Radiasi yang berasal dari sumber melewati interferometer dan
sampel sebelum mencapai detektor, sinyal selanjutnya mengalami
amplifikasi dan dikonversi ke dalam bentuk digital dengan converter
analog-digital dan ditransfer ke komputer. Komponen FT-IR dapat dilihat
pada gambar 4.3.
10
Gambar 4.4 Diagram optik interferometer Michelson (Smith, 2011)
11
analisa didasarkan pada besarnya frekuensi sinar inframerah yang
diabsorbsi dengan tingkat energi tertentu. Apabila frekuensi tertentu
diabsorbsi ketika melewati sebuah senyawa tersebut diselidiki, maka
energi dari frekuensi tersebut akan ditransfer ke senyawa tersebut.
Energi pada radiasi inframerah sebanding dengan energi yang timbul
pada getaran-getaran ikatan (energi vibrasi,translasi dan rotasi molekul).
Karena setiap tipe ikatan yang berbeda mempunyai sifat frekuensi
vibrasi yang berbeda, dan karena tipe ikatan yang sama dalam dua
senyawa berbeda terletak dalam lingkungan yang sedikit berbeda, maka
tidak ada dua molekul yang berbeda strukturnya akan mempunyai
bentuk serapan inframerah (IR) atau spektrum inframerah (IR) yang
tepat sama. Dengan membandingkan spektra IR dari dua senyawa yang
diperkirakan identik, maka seseorang dapat menyatakan apakah kedua
senyawa tersebut identik atau tidak. Pelacakan tersebut lazim dikenal
dengan bentuk “sidik jari” dari dua spektrum inframerah (IR). Jika puncak
spektrum IR dari kedua senyawa tepat sama maka dalam banyak hal dua
senyawa tersebut adalah identik.
Kebanyakan gugus seperti CH, OH, C=O, dan C=N, mempunyai
serapan IR yang hanya bergeser sedikit dari satu molekul ke molekul lain.
Berikut ini tabulasi (tabel 4.1) beberapa gugus fungsi yang khas memiliki
serapan tertentu pada daerah inframerah (IR).
12
Tabel 4.1 Beberapa gugus fungsi yang khas memiliki serapan tertentu pada
daerah inframerah (IR).
13
Keton : tidak terdapat serapan dari asam, amida, ester, anhidrida,
aldehid.
3. Jika tidak terdapat serapan C=O
Alkohol, Fenol : periksa serapan O–H (serapan lebar di sekitar
3400–3300 cm-1, konfirmasi dengan melihat adanya
serapan C–O di sekitar 1300–1000 cm-1)
Amin : periksa serapan N–H (serapan medium di sekitar
3400 cm-1
Eter : periksa serapan C–O di sekitar 1300–1000 cm-1
4. Ikatan rangkap dua dan atau cincin aromatik
Serapan lemah C=C di sekitar 1650 cm-1
Serapan medium-kuat pada daerh 1600–1450 cm-1 (cincin aromatik)
14
D. PROSEDUR KERJA
Preparasi Sampel dengan Teknik Cakram KBr
1. Gerus dan campur 0,5 – 1.0 mgram parasetamol dengan 100 – 200 mgram
serbuk KBr kering dengan lumpang agate atau “vibrating ball mill” hingga
benar-benar homogen
2. Masukkan campuran tersebut ke dalam pencetak khusus menggunakan
spatula mikro
3. Hubungkan pencetak dengan handy press.
4. Lepaskan tongkang handy press lalu keluarkan cakram KBr
5. Masukkan cakram ke dalam KBr disc holder kemudian rekam spektrum
dari parasetamol pada range frekuensi 4000 – 500 cm1
Identifikasi Gugus Fungsi
1. Dari spektrum IR yang dihasilkan, tentukan gugus fungsi yang terdapat
pada senyawa parasetamol dengan melihat pola serapan yang dihasilkan
dan membandingkan harga frekuensi yang diperoleh dengan data yang
ada di table.
2. Interpretasikan data tersebut secara hati-hati dan terintegrasi hingga
area sidik jari. (Jika perlu, pilih menu data interpertation yang ada di
dalam software untuk memudahkan interpretasi data).
15
DATA PENGAMATAN
16
PERCOBAAN IV
PENETAPAN KADAR ION LOGAM DENGAN ATOMIC ABSORBTION
SPECTROPHOTOMETRY (AAS)
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa memahami prinsip-prinsip dasar analisa logam dengan Spektroskopi
Serapan Atom (AAS)
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar ion Ca dalam sampel air minum.
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar Fe dari sayuran dengan teknik destruksi
basah.
B. DASAR TEORI
Spektroskopi serapan atom dipergunakan untuk mengidentifikasi dan
menentukan keberadaan ion logam baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dalam semua jenis materi dan larutan. Pengukuran dalam spektroskopi serapan
atom berdasarkan radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam
bentuk uap. Teknik serapan biasanya disertai pemasukan suatu larutan sampel
dalam bentuk aerosol dalam nyala. Evaporasi pelarut dan penguapan garam
terjadi terlebih dahulu untuk mendisosiasi garam ke dalam atom-atom gas yang
bebas. Pada suhu udara asetilen (kurang lebih 23000 C) atom dari sejumlah
banyak unsur berada dalam keadaan dasar. Jika seberkas energi radiasi yang
terdiri dari spektrum emisi untuk unsur tertentu yang akan ditentukan
dilewatkan melalui nyala ini, sejumlah atom dalam keadaan dasar akan menyerap
energi dari panjang gelombang yang karakteristik (garis resonansi) dan mencapai
keadaan energi yang lebih tinggi.
Sejumlah energi radiasi yang diserap sebagai fungsi konsentrasi unsur
dalam nyala merupakan dasar spektroskopi serapan atom. Untuk beberapa unsur
seperti logam alkali Na dan K, nyala udara asetilen cukup panas tidak hanya
menghasilkan atom-atom dalam keadaan dasar tetapi juga menaikkan jumlah
atom ke keadaan elektronik tereksitasi. Energi radiasi dipancarkan (diemisikan)
jika atom atom kembali ke keadaan dasar yang sebanding dengan konsentrasi dan
merupakan dasar spektroskopi emisi nyala. Suatu sampel pertama-tama harus
84
dilarutkan, proses pelarutan dikenal dengan istilah destruksi yang bertujuan
untuk membuat unsur logam menjadi ion logam yang bebas. Terdapat 2 cara
destruksi yaitu:
1) Destruksi basah : sample ditambahkan asam-asam oksidator, jika perlu
dilakukan dengan pemanasan.
2) Destruksi kering : sample langsung dipanaskan untuk diabukan.
Hasil destruksi baik secara basah maupun kering kemudian dilarutkan.
Larutan sampel dimasukkan ke dalam nyala dalam bentuk aerosol yang
selanjutnya akan membentuk atom-atomnya. Serapan akan terjadi dari radiasi
suatu sinar yang sesuai dengan atom yang ditentukan.
Pancaran atau emisi energi radiasi dan emisi nyala atau energi radiasi
lampu eksternal yang tidak bisa hilang oleh serapan atom akan didispersi oleh
monokromator dan dideteksi oleh foto multifier, dirumuskan oleh persamaan
Boltzman sebagai berikut :
K = tetapan Boltzman
T = suhu nyala dalam Kelvin
Ej = perbedaan energi dalam energi dari tingkat tereksitasi dasar
Nj = jumlah atom pada tingkat tereksitasi
No = jumlah atom dalam tingkat dasar
Pj dan Po = factor statistic yang ditentukan oleh jumlah tingkat yang
mempunyai energi yang sama dari atom yang tereksitasi dan pada
tingkat dasar.
Bahan :
86
1. Sampel air minum
2. Larutan baku dalam 250 ml ( Fe 1000 ppm dan Cu 1000 ppm )
D. PROSEDUR KERJA
DATA PENGAMATAN
Perhitungan kadar Ca
1. Tabel absorbansi kurva standar Ca
Larutan standar Ca (ppm) Absorbansi
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
2. Grafik kurva standar antara seri konsentrasi larutan standar (sumbu x) dan
absorbansi (sumbu y)
90
3. Hitung dengan regresi linier sehingga diperoleh persamaan
a. Y= aX + b
b. Koefisien korelasi r2
4. Hitung kadar Ca dalam sampel air dengan grafik kurva standar Ca
5. Perhitungan konsentrasi regresi sampel dilakukan dengan memasukkan
absorbansi sampel ke persamaan 3a. Absorbansi sampel dimasukkan pada sumbu
Y, kemudian X dicari nilainya sebagai konsentrasi regresi dengan satuan ppm.
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑎 𝑋 + 𝑏
Sampel 1
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
Sampel 2
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
Sampel 3
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
Sampel 2
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
Sampel 3
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
91
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 =
Perhitungan Kadar Fe
1. Tabel absorbansi kurva standar Fe
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑎 𝑋 + 𝑏
92
Sampel 1
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
Sampel 2
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
Sampel 3
……………….= ………….. X + ……………
X (konsentrasi regresi) = ……….. mg/mL
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Sampel 1
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
Sampel 2
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
Sampel 3
………………….
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥 100%
…………………
% Kadar Fe rata-rata=
93
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2007. Kimia farmasi: Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ohannesian, L., dan Streeter, A. J. (Eds.)., 2002. Handbook of pharmaceutical analysis.
Marcel dekker, New York.
Pavia L. Donald, et al. 1995, Introduction to Organic Laboratory Techniques, Saunders
College, USA.
R.A. Day, JR and Underwood, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Robinson, J. W., Frame, E. S., & Frame II, G. M., 2014. Undergraduate instrumental
analysis. CRC press.
Skoog, D.A., 1996. Fundamental of Analytical Chemistry, &nd ed. Sauders College
Publishing.
Smith, B. C., 2011. Fundamentals of Fourier transform infrared spectroscopy. CRC press.
Staurt, B., 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. John Wiley
and Sons, Ltd., West Sussex, England. DOI, 10, 0470011149.
Subhash K, Bhavesh B, Hemang V, 2017. Analytical Method Development and
Validation of Menthol and Methyl Salicylate Content in Topical Cream and Gel
by Gas Chromatography. J Chromatogr Sep Tech 8: 390. doi: 10.4172/2157-
7064.1000390
Willerd, H.H. et al., 1988. Instrumental Methods of Analysis, Wadsworth.
94
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN FARMAKOLOGI, FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS
(Bidang Farmakologi)
DISUSUN OLEH :
95
MODUL 01a
SISTEM INTEGUMEN DAN HOMEOSTASIS TUBUH
A. Kompetensi Akhir
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda mampu :
1. Mengidentifikasikan kondisi yang dibutuhkan pemeliharan tubuh dalam
keseimbangan.
2. Mendeskripsikan peran sistem organ (terutama sistem integumen) dapat
memelihara kondisi internal yang stabil dalam perubahan lingkungan
eksternal .
3. Melakukan keterampilan pemeriksaan suhu tubuh sebagai bagian
pemeriksaan tanda vital
4. Menginterpretasikan pemeriksaan suhu tubuh sebagai bagian
pemeriksaan tanda vital
B. Pendahuluan
Olahraga melibatkan banyak faktor homeostasis berperan dalam menjaga
kesetimbangan internal. Perubahan warna kulit di lengan dan wajah, tingkat perspirasi,
suhu tubuh eksternal, laju nafas dan denyut jantung menunjukkan kerjasama sistem
organ (integument-respirasi-dan kardiovaskular) untuk menjaga homeostasis tersebut.
D. Prosedur
1. Dengan bekerja secara berkelompok, pilih seorang mahasiswa yang mampu
berolahraga dengan baik (minimal dalam jangka waktu 8 menit dengan
melakukan skiping atau jumping jack- Gambar 1). Anggota kelompok yang
berolahraga selanjutnya akan berhenti pada waktu yang ditentukan
kemudian akan dilakukan pengukuran dan observasi.
2. Lakukan observasi sebelum olahraga pada anggota kelompok terpilih. Catat
hasil pengukuran untuk kelima parameter berikut :
a. Warna kulit pada tangan dan wajah (pucat, pink, kemerahan)
b. Tingkat perspirasi (tidak ada, ringan, sedang, tinggi)
c. Suhu tubuh eksternal (diukur dengan menggunakan termometer pada
96
ketiak langsung selama 1 menit; cara pengukuran terdapat pada
DAFTAR TILIK )
d. Laju nafas (jumlah nafas selama 1 menit ; cara pengukuran terdapat
pada DAFTAR TILIK)
e. Denyut jantung (jumlah detak jantung dalam 1 menit; cara pengukuran
terdapat pada DAFTAR TILIK)
3. Lakukan pengamatan dan pengukuran ketika praktikan yang menjadi
sukarelawan tengah duduk dan beristirahat. Catat data hasil pengamatan
dan pengukuran pada tabel 1.
4. Praktikan memulai untuk melompat atau skiping ketika praktikan lain yang
memegang stopwatch memberikan sinyal dan terus beraktivitas selama dua
menit . Setelah dua menit, dengan cepat lakukan pengamatan dan
pengukuran. Catat data yang diperoleh pada tabel 1.
5. Praktikan selanjutnya akan melompat setiap rentang waktu 2 menit hingga
total periode 8 menit selesai. Setiap selesai dua menit, dengan cepat lakukan
pengamatan dan pengukuran lalu catat data yang diperoleh pada tabel 1.
6. Ketika 8 menit berlalu, praktikan yang berolahraga akan beristirahat selama
1 menit. Sesudah 1 menit, lakukan pengamatan dan pengukuran untuk waktu akhir.
Catat perolehan data pada tabel 1.
97
8. Buat grafik pada Gambar 1 yang menunjukkan :
a. Suhu tubuh eksternal pada berbagai rentang waktu olahraga
b. Laju nafas pada berbagai rentang waktu olahraga
c. Denyut jantung pada berbagai rentang waktu olahraga
98
Daftar Pustaka
99
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN TANDA VITAL
A. PENDAHULUAN
Nilai
No Kriteria 0 1 2 3
1 Persilakan pasien untuk duduk dengan rileks
2 Perkenalkan diri Anda kepada pasien (termasuknama
dan peran Anda)
3 Konfirmasi nama dan tanggal lahir/usia pasien
4 Secara singkat jelaskan prosedur kepada pasien
dengan bahasa yang mudah bagi pasien
5 Peroleh persetujuan pasien untuk mencatat hasil
pengamatan
6 Cuci tangan dengan sabun
7 Tanyakan jika pasien mengalami nyeri sebelum
proses dilakukan
8 Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Bersihkan termometer dengan tisu
ATAU
Cuci termometer dengan air dingin jika disimpan
dalam desinfektan dan bersihkan dengan tisu/lap
bersih
2 Ujung termometer yang tumpul dipegang dengan
ibu jari dan jari kedua
3 Kibaskan termometer hingga permukaan air raksa
berada di angka 350C
4 Buka lengan pasien dan bersihkan secara rotasi
keringat pasien dengan menggunakan tisu/lap
5 Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa
pada apeks fossa aksilaris kiri dengan sendi bahu
aduksi maksimal
6 Turunkan lengan dan silangkan lengan bawah
pasien ke atas dada
7 Tunggu 15 menit kemudian lakukan pembacaan
dengan posisi termometer tegak lurus, setinggi
pandangan mata, tanpa menyentuh sisi ujung air
Raksa
8 Angkat termometer dan bersihkan secara rotasi
daerah pengukuran dengan menggunakan tisu/lap
100
C. PENGUKURAN DENYUT NADI
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Letakkan tangan pasien yang akan diperiksa dalam
keadaan rileks
2 Gunakan jari telunjuk dan tengah untuk meraba
arteri radialis
3 Hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit
Nilai
No Kriteria 0 1 2 3
1 Letakkan tangan pasien yang akan diperiksa dalam
keadaan rileks
2 Gunakan jari telunjuk dan tengah untuk meraba
arteri radialis (tanpa memberi tahu pasien kalua
frekuensi nafas sedang dihitung)
3 Hitung gerakan nafas selama 1 menit. Gerakan naik
dan turun pada perut (pasien laki-laki) atau dada
(pasien perempuan) dihitung satu frekuensi nafas
E. PENUTUP
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Hasil observasi dicatat pada form yang sesuai
2 Jelaskan kepada pasien bahwa asesmen telahselesai
3 Cuci tangan
4 Hasil pemeriksaan disimpulkan
Keterangan skor :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi tidak benar2 =
dilakukan dengan benar
3 = dilakukan dengan benar dan sempurna
101
MODUL 01b FISIOLOGI KONTRAKSI OTOT
A. Kompetensi Akhir
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda mampu :
1. Mengidentifikasi otot yang berperan dalam kontraksi isotonik dan isometrik.
2. Menguji resistensi terhadap kecepatan kontraksi.
3. Mendemonstrasikan rekruitmen unit motor.
4. Menentukan muscle fatigue.
B. Pendahuluan
Sistem muskular berperan dalam pergerakan bagian tubuh, menjaga postur,
membangkitkan panas, dan menstabilkan persendian. Berdasarkan karakteristik lokasi,
bentuk sel, komponen jaringan ikat dan kontraksi otot dapatdiklasifikasikan menjadi otot
rangka, jantung, dan polos. Pengetahuan mengenai struktur-fisiologi kontraksi otot
penting dalam terapi fisik dan kinesiologi.
D. Prosedur
Identifikasi Kontraksi Isometrik dan Isotonik
102
barbel dengan bobot terkecil, angkat hingga posisi pergelangan dalam keadaan
menekuk. Posisi siku menempel pada permukaan meja tempat mengangkat barbel.
Jangan gunakan usaha maksimum.
3. Dengan posisi yang sama pada tahap sebelumya, angkat kembali barbel
dengan bobot yang berbeda secara bergantian.
4. Nyatakan hasil yang diperoleh dalam bentuk hubungan antara kecepatan
kontraksi dengan resistensi.
Kelelahan Otot
1. Berdiri tegak dan pegang barbel dengan bobot 2.25 kg pada tangan yang
paling dominan digunakan
2. Lakukan abduksi pada bahu sehinnga bagian anggota pergelangan atas
sejajar dengan lantai. Catat waktu awal sebagai t0. Tahan posisi tersebut
semampu yang Anda bisa.
3. Ketika bagian pergelangan atas mulai menekuk dan Anda mulai merasa
kesulitan untuk menjaga posisi tetap paralel terhadap lantai, ubah posisi
Anda dengan memindahkan lengan secara anterior sehingga menghadap
ke depan namun dengan posisi yang paralel terhadap lantai. Catat waktu
ketika mengubah posisi.
4. Bahas mengapa sesudah dalam periode tertentu, Anda tidak mampu
menjaga posisi pergelangan atas tetap paralel terhadap lantai, namun
103
masih dapat memindahkan barbel ke posisi anterior ?
5. Ulangi prosedur di atas untuk tangan yang tidak dominan digunakan. Catat
hasil percobaan pada Tabel 1
E. Pertanyaan
1. Jelaskan mekanisme kontraksi otot !
2. Jelaskan mekanisme kelelahan otot dan mekanisme tubuh untuk
mengembalikan ke keadaan homeostasis !
Daftar Pustaka
Allen, C. dan V. Harper. 2011. Laboratory Manual For Anatomy and Physiology.
Fourth Edition. John Wiley & Sons : Florida. hal. 173-179
104
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN TANDA VITAL
A. PENDAHULUAN
Nilai
No Kriteria 0 1 2 3
1 Persilakan pasien untuk duduk dengan rileks
2 Perkenalkan diri Anda kepada pasien (termasuk
nama dan peran Anda)
3 Konfirmasi nama dan tanggal lahir/usia pasien
4 Secara singkat jelaskan prosedur kepada pasien
dengan bahasa yang mudah bagi pasien
5 Peroleh persetujuan pasien untuk mencatat hasil
pengamatan
6 Cuci tangan dengan sabun
7 Tanyakan jika pasien mengalami nyeri sebelum
proses dilakukan
8 Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Bersihkan termometer dengan tisu
ATAU
Cuci termometer dengan air dingin jika disimpan
dalam desinfektan dan bersihkan dengan tisu/lap
bersih
2 Ujung termometer yang tumpul dipegang dengan
ibu jari dan jari kedua
3 Kibaskan termometer hingga permukaan air raksa
berada di angka 350C
4 Buka lengan pasien dan bersihkan secara rotasi
keringat pasien dengan menggunakan tisu/lap
5 Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa
pada apeks fossa aksilaris kiri dengan sendi bahu
aduksi maksimal
6 Turunkan lengan dan silangkan lengan bawah
pasien ke atas dada
7 Tunggu 15 menit kemudian lakukan pembacaan
dengan posisi termometer tegak lurus, setinggi
pandangan mata, tanpa menyentuh sisi ujung air
raksa
8 Angkat termometer dan bersihkan secara rotasi
daerah pengukuran dengan menggunakan tisu/lap
105
C. PENGUKURAN DENYUT NADI
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Letakkan tangan pasien yang akan diperiksa dalam
keadaan rileks
2 Gunakan jari telunjuk dan tengah untuk meraba
arteri radialis
3 Hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit
Nilai
No Kriteria 0 1 2 3
1 Letakkan tangan pasien yang akan diperiksa dalam
keadaan rileks
2 Gunakan jari telunjuk dan tengah untuk meraba
arteri radialis (tanpa memberi tahu pasien kalua
frekuensi nafas sedang dihitung)
3 Hitung gerakan nafas selama 1 menit. Gerakan naik
dan turun pada perut (pasien laki-laki) atau dada
(pasien perempuan) dihitung satu frekuensi nafas
E. PENUTUP
Nilai
No Kriteria
0 1 2 3
1 Hasil observasi dicatat pada form yang sesuai
2 Jelaskan kepada pasien bahwa asesmen telahselesai
3 Cuci tangan
4 Hasil pemeriksaan disimpulkan
Keterangan skor :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi tidak benar2 =
dilakukan dengan benar
3 = dilakukan dengan benar dan sempurna
106
MODUL 06
SISTEM SARAF DAN INDRA
A. Kompetensi Akhir
B. Pendahuluan
Sistem saraf berperan dalam homeostasis tubuh melalui sinyal elektrik, menyediakan
sensasi, fungsi luhur dan respons emosional serta aktivasi otot serta kelenjar. Panca
indra berfungsi sebagai respons terhadap berbagai jenis stimulus energetik yang
mencakup penglihatan, pendengaran, kesetimbangan, bau, dan rasa. Pemahaman
mengenai indria berguna dalam menentukan kondisi klinis pasien juga berperan dalam
aspek biofarmasi dan sistem penghantaran obat.
D. Prosedur
Uji refleks
Anda diminta untuk menyaksikan tayangan mengenai pemeriksaan refleks fisiologis
pada tautan berikut : https://www.youtube.com/watch?v=VJ9PlPRXV5g. Selain itu,
melalui pustaka, Anda diminta membaca tentang refleks plantar, korneal dan siliospinal.
Setelah Anda menyaksikan tayangan atau membaca pustaka,
tuliskan prosedur pengujian. Selanjutnya, demonstrasikan prosedur tersebut dan
bahas hasilnya lebih lanjut.
107
Uji akuitas visual
1. Minta subjek berdiri dengan jarak 6 m dari diagram Snellen yang dipasang
di area dengan cahaya cukup. Tutup mata kiri dengan tangan.
2. Minta subjek membaca huruf dari baris terkecil tanpa mengintip . Jika
subjek secara tepat membaca sebagian besar huruf, minta subjek untuk
membaca huruf selanjutnya pada baris yang lebih kecil
3. Catat angka yang tertera pada baris dengan huruf terkecil yang bisa dibaca
dengan baik. Ulangi prosedur dengan mata kanan ditutup.
Uji astigmatisma
1. Tutup mata kanan, lihat bagian tengah diagram astigmatisma (Gambar 1)
2. Jika seluruh garis terlihat tajam dan gelap maka Anda tidak memiliki
astigmatisma. Jika beberapa garis terlihat lebih atau kurang terang
dibandingkan garis yang lain Anda memiliki astigmatisma
3. Tutupi mata kiri dan ulangi prosedur. Catat hasil yang diperoleh
108
Uji buta warna
1. Perhatikan Gambar 2 (a) dan (b) untuk menentukan apakah subjek
memiliki buta warna merah-hijau
Uji Weber
1. Minta subjek duduk dengan kepala tegak dan menghadap ke depan
2. Getarkan garpu tala dan letakkan di tengah kening subjek
3. Tanyakan subjek apakah suara yang terdengar sama di kedua telinga atau
lebih keras di satu bagian telinga. Tentukan tuli konduksi dan sensorineural
yang terjadi
Uji Rinne
1. Minta subjek duduk dengan kepala tegak dan menghadap ke depan
2. Getarkan garpu tala dan letakkan pada prosesus mastoid
3. Katakan pada subjek untuk memberitahu Anda apabila suara sudah tidak
dapat didengar kembali. Secara cepat getarkan garpu tala dengan telinga
subjek untuk menguji konduksi udara. Tentukan apakah terjadi tuli
konduksi
109
Uji kesetimbangan Gait
1. Dengan mata terbuka, berjalanlah perlahan dengan kaki menyilang ke
depan pada suatu lintasan lurus tanpa kehilangan keseimbangan. Minta
subjek lain untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk berjalan sekitar 6
m.
2. Ulangi tahap 1 beberapa kali, berjalan lebih cepat setiap waktu. Catat
waktu yang dibutuhkan. Hentikan percobaan hingga Anda kehilangan
kesetimbangan
3. Ulangi tahap 1 dan 2 dengan mata tertutup. Catat hasil yang diperoleh.
110
E. Pertanyaan
1. Jelaskan mekanisme pembangkitan potensial aksi !
2. Jelaskan prinsip dasar pemeriksaan refleks dan interpretasinya !
3. Jelaskan perbedaan saraf simpatik dan parasimpatik !
Daftar Pustaka
Allen, C. dan V. Harper. 2011. Laboratory Manual For Anatomy and
Physiology.
Fourth Edition. John Wiley & Sons : Florida. hal. 366-368, 373-374, 378
72
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN FARMAKOLOGI, FARMASI KLINIS DAN
KOMUNITAS
(Bidang Farmasi Klinis)
DISUSUN OLEH :
73
MATERI 1
PENGENALAN RESEP DAN DISKUSI
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
Melakukan skrinning resep dasar sediaan berbentuk solid melalui serangkaian
praktikum sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di fasilitas
kesehatan.
B. Pendahuluan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan Obat,
pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta
pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional.
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi: pengkajian dan pelayanan Resep;
dispensing; Pelayanan Informasi Obat (PIO); konseling; Pelayanan
Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); Pemantauan Terapi Obat
(PTO); dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis
dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin.
Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter
penulis resep tersebut. Resep ditulis dalam bahasa latin :
1. Bahasa universal, bahasa mati, bahasa medical science
2. Menjaga kerahasiaan
3. Menyamakan persepsi (dokter dan apoteker)
74
Kelengkapan Resep
Dalam resep harus memuat :
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek serta hari praktek dan jam praktek, bila
ada nomor telepon.
2. Nama kota serta tanggal resep tersebut ditulis.
3. Superscriptio : tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti harap diambil.
4. Inscriptio : nama obat yang diberikan dan jumlahnya. Apabila obat yang
diminta berupa racikan maka terdapat :
a. Remedium cardinale atau obat pokok, dapat terdiri dari satu atau lebih
bahan obat.
b. Remedium adjuvans yaitu bahan yang membantu bahan obat pokok,
tidak selalu ada dalam resep racikan.
c. Corrigens yaitu bahan yang digunakan untuk memperbaiki rasa, bau, atau
warna (corrigens saporis, odoris, dan coloris).
d. Vehiculum atau constituents yaitu bahan pembawa atau pelarut misalnya
air pada sediaan larutan.
5. Subscriptio : cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, ditulis
mfla
(misce fac lege artis) yang berarti campur dan buatlah sesuai dengan aturan.
6. Signatura : aturan pakai, umumnya ditulis dengan singkatan latin.
7. Pro : nama penderita yang merupakan identitas penderita, sebaiknya
dilengkapi
umur dan berat badan terutama untuk bayi dan anak-anak serta alamat
penderita.
8. Tanda tangan atau paraf dokter : untuk menjadikan suatu resep otentik,
sedangkan obat-obat narkotika harus dilengkapi tanda tangan dokter.
75
8. b. in. d : bis in die : 2 x sehari
9. s. d. d : semel de die : 1 x sehari
10. b. d. d : bis de die : 2 x sehari
11. aa : ana : tiap-tiap
12. s.p.r.n : signa pro re nata : jika perlu
13. o. m : omni mane : tiap pagi
14. o.n : omni nocte : tiap malam
15. hs : hora somni : sebelum tidur
16. pulv. adsp : pulvis adspersorius : bedak tabur
17. pill : pillula : pil
18. pot : potio : minuman
19. N. I : Ne iteretur : tidak boleh diulang
20. s. u. c : signa usus cognotus : tandailah pemakaian diketahui
21. u. e : usus externus : pemakaian luar
D. Prosedur Kerja
1. Tulislah ulang resep yang anda dapatkan
2. Isilah checklist formulir skrining administrative kelengkapan resep
3. Buatlah Copy resep sesuai instruksi dosen pengampu praktikum
76
MATERI 2
Telaah Resep Sediaan Solid
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
Melakukan skrinning resep dasar sediaan berbentuk solid melalui serangkaian
praktikum sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di fasilitas
kesehatan.
B. Pendahuluan
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang
padat serta kompak. Sediaan solida ini mempunyai bermacam-macam bentuk.
Beberapa contoh sediaan padat adalah tablet, kapsul dan puyer/serbuk.
1. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia (ed IV) tablet adalah sediaan padat
yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan masa
serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakan. Tablet kempa
dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (tahan karat).
Bentuk tablet rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, dapat
ditambahkan bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan. Bahan
tambahan dapat berupa bahan pengisi, penghancur, pengikat, pelicin,
pelincir dan pembasah. Tujuan utama penggunaan obat sediaan tablet
adalah penghantaran obat ke lokasi kerja dengan dosis yang cukup,
kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja yang sudah ditentukan serta
beberapa kriteria lainnya.
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. lain mempunyai bentuk dan warna yang
menarik, capsul dapat digunakan untuk bahan-bahan obat :
a. Mempunyai rasa yang sangat pahit seperti Kloramfenikol,
Erythromycin.
b. Mempunyai bau yang tidak enak seperti minyak ikan, Chloralhidras.
c. Jika kerja obat diinginkan pada usus halus misalnya obat cacing.
77
d. Memiliki profil sediaan lepas lambat
Kekurangan sediaan bentuk capsul tidak dapat diberikan kepada pasien
yang tidak dapat menelan obat (capsul, tablet).
3. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Keuntungan sediaan serbuk sebagai obat dalam:
a. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah
terdispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk sediaan yang
dipadatkan.
b. Dapat diberikan pada anak anak atau orang dewasa yang sukar
menelan kapsul atau tablet.
c. Untuk obat yang terlalu besar volumenya bila untuk dibuat tablet atau
capsul.
d. Untuk obat- obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutan
atau suspense dalam air dapat dibuat serbuk atau granul
D. Prosedur Kerja
1. Tulislah ulang resep yang anda dapatkan
2. Isilah checklist formulir skrining administrative kelengkapan resep
3. Buatlah Copy resep sesuai instruksi dosen pengampu praktikum
4. Buatlah etiket untuk resep yang didapatkan
78
MATERI 3
Telaah Resep Sediaan Semisolid
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
Melakukan skrining resep dasar sediaan berbentuk semisolid melalui
serangkaian praktikum sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di
fasilitas kesehatan.
B. Pendahuluan
Sediaan semisolid merupakan sediaan berbentuk setengah padat yang
biasanya digunakan untuk penggunaan topical. Bentuk Sediaan Obat
Setengah Padat (Semi solid) seperti salep, gel, pasta, krim, dan lain
sebagainya. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia III); salep
adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir (Farmakope Indonesia IV). Pasta adalah sediaan setengah
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal (Farmakope Indonesia IV).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam
minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A). Gel merupakan sediaan setengah
padat yang tersusun atas dispersi partikel anorganik kecil atau molekul organik
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, digolongkan sebagai sistem dua fase (gel aluminium
hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari terdispersi relatif
besar disebut magma (misalnya magma bentonit). Baik gel maupun magma
dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi
cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan
untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket
79
C. Alat Dan Bahan
1. Resep dokter (Disediakan saat praktikum) yang berisi sediaan semisolid
2. Alat Tulis
3. Form skrining administratif kelengkapan resep
4. Buku Pustaka MIMS/ISO bisa juga aplikasi online
5. Etiket Biru dan Putih
6. Copy Resep
D. Prosedur Kerja
1. Tulislah ulang resep yang anda dapatkan
2. Isilah checklist formulir skrining administrative kelengkapan resep
3. Buatlah Copy resep sesuai instruksi dosen pengampu praktikum
4. Buatlah etiket untuk resep yang didapatkan
80
MATERI 4
Telaah Resep Sediaan Liquid
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu :
Melakukan skrinning resep dasar sediaan berbentuk liquid melalui serangkaian
praktikum sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di fasilitas
kesehatan.
B. Pendahuluan
Sediaan obat dalam bentuk cairan terdapat dalam beberapa jenis
tergantung pada tujuan penggunaan sediaan cair tersebut. Beberapa istilah
obat dalam bentuk cairan sebagai berikut :
1. Lotio adalah obat cair yang digunakan untuk obat luar dengan cara
dioleskan. Contoh : Caladin lotion, Caladryl lotion.
2. Solutio adalah larutan yang mengandung satu jenis zat terlarut. Solutio
dapat berupa obat dalam maupun obat luar. Contoh : Rivanol solutio,
Etanol 70%, Betadine solutio.
3. Mixtura : adalah larutan yang mengandung lebih dari satu jenis zat terlarut.
Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh : OBH, Benadryl
sirup dan Kalpanax (obat luar).
4. Potio ( obat minum ) adalah sediaan obat cair yang digunakan secara oral
bentuk dapat berupa emulsi, solutio, mixtura, suspensi, sirup dan elixir.
D. Prosedur Kerja
1. Tulislah ulang resep yang anda dapatkan
2. Isilah checklist formulir skrining administrative kelengkapan resep
3. Buatlah Copy resep sesuai instruksi dosen pengampu praktikum
4. Buatlah etiket untuk resep yang didapatkan
81
Nama : Kelas :
NIM : Kelompok :
2. Bentuk obat
3. Kekuatan sediaan
4. Dosis obat
5. Jumlah obat
6. Stabilitas
82
Nama : Kelas :
NIM : Kelompok :
Etiket dan Copy Resep
Etiket Obat
83
Copy Resep
84
Daftar Pustaka
Allen Jr., L.V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Edition, American Pharmaceutical Association,
Washington. American Pharmacist Association, 2015, Drug Information
Handbook, Lexi-Comp, United States.
Anief, M., 2005, Ilmu Meracik Obat-Teori dan Praktik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Hendriati, 2013, Compounding dan Dispensing, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), 2016, Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia,
PT ISFI Penerbitan, Jakarta.
Tatro, D.S., et al., 2015, Drug Interaction Facts, Facts and Comparisons, St. Louis.
Nila Farid M., 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Jakarta
85
PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASI III
BAGIAN FARMAKOLOGI, FARMASI KLINIS DAN
KOMUNITAS
(Bidang Komunitas)
DISUSUN OLEH :
A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi secara
global
B. Dasar Teori
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun
banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan
didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh
pelayanan kesehatan hal ini didasarkan UUD 1945 yang tercantum didalam
pasal 28 ayat 1. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah salah satunya
dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya (WHO, 1986). Definisi ini
berarti upaya promosi kesehatan membutuhkan kegiatan pemberdayaan
masyarakat sebagai bentuk untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatan, baik perorangan, maupun masyarakat. Pada praktikum farmasi III,
mahasiswa melakukan promosi kesehatan dalam bentuk simulasi pengabdian
masyarakat, berupa penyuluhan di lingkungan civitas akademika.
Langkah dalam Perencanaan Penyuluhan Promosi Kesehatan antara lain
mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah. Tindakan yang dilakukan
pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data tentang
berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun
data awal sebagai pembanding penilaian.
1. Mengenal Masalah
Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :
a. Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan
b. Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.
Misalnya program mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam,
kepala pusing, sendi terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan
ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada ancaman
kematian pada pasien.
87
c. Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari
pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau
masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut
2. Mengenal Masyarakat
Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap
perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan
kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu
menyusui, lansia, dan lainnya.
b. Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan
tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang tak bias baca
tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan
dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang terapkan
adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu
dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil
keputusan di masyarakat termasuk keluarga). pola partisipasi
masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat
ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian).
c. Pola komunikasi di masyarakat, bagaimana informasi disebarluaskan di
masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran
informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya),
serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar,
pengeras suara, dan lain- lainnya).
d. Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun
masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka
untuk perubahan prilaku yang diharapkan.
3. Mengenal Wilayah
Program bisa dilaksanakan dengan baik jika yang melaksanakan program
tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian
yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah:
a. Lokasinya, apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain),
apakah daerahnya datar atau pegunungan apakah ada jalur transpor
umum dan lainnya.
88
b. Sifatnya, kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang
atau cukup sumber air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah
perbatasan, dan lainnya.
C. Indikator Belajar
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi situasi masalah kesehatan
2. Menyusun latar belakang terjadinya suatu masalah kesehatan
3. Mengidentifikasi kondisi masyarakat dan wilayah tempat masalah
kesehatan
D. Kegiatan Praktikum
1. Mahasiswa mencari masalah kesehatan yang terjadi secara global yang
terdapat dilingkungan sekitarnya.
2. Mahasiswa mengangkat satu judul masalah kesehatan untuk dilakukan
promosi kesehatan.
3. Mahasiswa menganalisis latar belakang terjadinya masalah kesehatan
4. Mahasiswa membuat identifikasi masalah kesehatan, masyarakat dan
wilayah.
89
PRAKTIKUM 2
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menyusun program promosi kesehatan
2. Mahasiswa mampu menentukan media yang paling sesuai untuk
digunakan
3. Mahasiswa mampu membuat media promosi kesehatan
B. Dasar Teori
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
2. Metode penyuluhan tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb
3. Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,
didengar, dicium,diraba dan dicoba).
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik melalui media cetak, elektronika (berupa radio, TV,
komputer dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang kemudian diharapkan menjadi
perubahan pada perilaku ke arah positif di bidang kesehatan (Notoatmodjo,
2010).
90
Sedangkan bentuk media yang digunakan untuk promosi kesehatan pun
bermacam-macam, di antaranya:
1. Leaflet, poster, audio visual, flipchart, booklet, buku saku
2. Sms broadcast
3. Media social
4. Permainan, seperti permainan engklek, ular tangga, puzzle, kartu
bergambar
5. Seni, contohnya lagu, jathilan, wayang gantung, besutan
6. Khotbah
C. Indikator Belajar
1. Menentukan materi promosi kesehatan
2. Menyusun program promosi kesehatan
3. Membuat media promosi kesehatan
D. Kegiatan Praktikum
1. Mahasiwa menyusun materi yang akan disampaikan melalui media
2. Mahasiswa menyusun program promosi kesehatan
3. Mahasiswa menentukan media untuk promosi kesehatan
4. Mahasiswa menuangkan materi yang telah ditentukan ke dalam media
5. Mahasiswa mampu membuat model media promosi kesehatan
91
PRAKTIKUM 3
PENYULUHAN KESEHATAN
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mempresentasikan hasil materi dan media promosi
kesehatan
B. Dasar Teori
Penyuluh sebagai kominikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang
yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan membangun dalam
artian lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah
perilaku. Keterampilan berkomunikasi merupakan salah faktor yang melekat
pada diri seorang penyuluh. Metode penyuluhan yang digunakan merupakan
cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan
kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
C. Indikator Belajar
Setelah menyelesaikan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu untuk
melakukan penyuluhan kesehatan (simulasi) di lingkungan civitas akademika
D. Kegiatan Praktikum
1. Mahasiswa mempresentasikan hasil pembuatan materi promosi kesehatan
di hadapan kelompok lainnya dan dosen pengampu praktikum
2. Mahasiswa melakukan dokumentasi pelaksanaan praktikum
92
REFERENSI
93
LAPORAN PRAKTIKUM PROMOSI KESEHATAN
Laporan diketik pada kertas A4, font Times News Roman, 12 pt., spasi 1.5
dengan memuat komponen berikut:
1. Halaman depan
Berisi judul, logo fakultas, nama kelompok, nama dosen pengampu, dan
identitas institusi.
2. Daftar Isi
3. BAB I, LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
4. BAB II, SASARAN DAN ANALISIS SITUASI
A. Sasaran
B. Analisis Situasi
1. Identifikasi wilayah
2. Identifikasi masyarakat
3. Identifikasi masalah
5. Rancangan Pelaksanaan
A. Metode
B. Rencana Kegiatan
C. Rencana waktu pelaksanaan kegiatan (Berisi hari, tanggal, dan
tempat pelaksanaan kegiatan)
6. Hasil dan Realisasi Kegiatan
A. Bentuk kegiatan, waktu dan tempat kegiatan promosi kesehatan
B. Metode Penyuluhan
C. Perserta atau partisipan Masyarakat sasar
D. Tinjauan hasil yang dicapai
7. Referensi
8. Materi
9. Media
10. Dokumentasi
94