Anda di halaman 1dari 67

PANDUAN PRAKTIKUM

LISTRIK MAGNET I

Tim Listrik Magnet

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2017
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................ 1


Daftar Isi......................................................................................................... 2
Tata Tertib Praktikum Listrik Magnet 1 ........................................................ 3
Format Cover ................................................................................................. 5
Format Laporan Sementara ............................................................................ 6
Format Laporan Akhir.................................................................................... 7
Format Kartu Praktikum ................................................................................ 8
Uji Muatan Pada Isolator ............................................................................... 9
Elekroskop ................................................................................................... 12
Gaya Lorentz Pada Kawat Lurus Berarus Listrik ........................................ 15
Gaya Lorentz Diantara 2 Kawat Berarus Listrik.......................................... 19
Medan Listrik Pada Kumparan Berarus Listrik ........................................... 23
Transformator Dan Analisis Sinusoida ........................................................ 28
GGl ............................................................................................................... 31
Generator ...................................................................................................... 36
Jembatan Wheatstone ................................................................................... 44
Tara Kimia Listrik ........................................................................................ 47
Tabung Sinar Katoda.................................................................................... 51
Hambatan Dalam Baterai ............................................................................. 53
Hambatan Dalam Amperemeter Dan Voltmeter .......................................... 57
Rangkaian Kapasitor .................................................................................... 62

2 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Tata Tertib Praktikum Listrik Magnet 1

A. Tata tertib sebelum praktikum


1. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai. Praktikan
yang datang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari
itu.
2. Laboratorium adalah tempat bekerja/praktikum. oleh karenanya di dalam
laboratorium praktikan harus tenang, tertib, sopan, berpakaian rapi ( tidak
ketat), memakai kemeja atau kaos berkerah, celana/rok panjang, tidak
memakai sandal, disarankan bersepatu beralas karet sebagai isolator. Tas,
jaket, dan barang bawaan lainya diletakkan di tempat yang sudah
disediakan (keamanan menjadi tanggung jawab praktikan sendiri).
3. Praktikan harus sudah memahami apa yang akan dikerjakan dengan
membaca buku petunjuk praktikum dan referensi lainnya yang relevan
dengan judul praktikum serta telah lulus tes pendahuluan (pretest) untuk
judul praktikum yang akan dilakukan.
4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum apabila tidak
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Membawa kartu praktikum
b. Membawa laporan resmi sesuai dengan tata cara pembuatan laporan
praktikum fisika dasar yang telah ditetapkan.
c. Lulus tes pendahuluan (pretest)

B. Tata tertib selama praktikum


1. Praktikan dapat memulai praktikum setelah lulus tes pendahuluan (pretest)
dan mendapat pengarahan serta ijin dari asisten praktikum yang
bersangkutan untuk merangkai alat praktikum.
2. Praktikan harus dapat memperoleh data dengan lengkap dari kegiatan
praktikum. Data hasil pengamatan harus ditulis dengan cermat dan apa
adanya pada lembar laporan sementara, kemudian dibubuhi tanda tangan
asisten praktikum. Apabila praktikan gagal memperoleh data (misal

3 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


kerusakan alat atau hal lain), praktikan harus segera melapor kepada
asisten praktikum untuk dapat melakukan praktikum pada hari yang lain.
3. Praktikan harus menjaga keselamatan dirinya, ketertiban, peralatan, dan
kebersihan laboratorium.
4. Selama berada di dalam laboratorium, praktikan dilarang keras merokok,
membawa minuman dan makanan, serta mengganggu kelompok lain.
Praktikan dilarang keras meninggalkan ruang laboratorium tanpa seijin
asisten praktikum.
Tata tertib selesai praktikum
1. Setelah kegiatan praktikum selesai, praktikan harus merapikan kembali
meja, kursi, dan peralatan praktikum.

Ketentuan lain
1. Praktikum susulan bagi yang yang tidak hadir hanya dapat dilakukan pada
minggu pertama setelah praktikum selesai. Tanpa surat keterangan tidak
hadir (dari dokter, dekan,rektor atau pihak yang berwenang) praktikan
yang absen atau gagal dalam praktikum diwajibkan mengikuti inhall.
2. Praktikum susulan hanya diperkenankan 1 praktikum dalam 1 minggu.
3. Paktikum yang absen atau gagal sebanyak >25% x sejumlah praktikum
dalam satu semester, tidak diperkenankan lagi mengikuti praktikum
minggu berikutnya.
4. Jika praktikan merusakkan atau menghilangkan alat ataupun fasilitas
laboratorium lainnya harus mengganti dengan alat yang sama pada
praktikum minggu berikutnya.
5. Pelanggaran terhadap tata tertib ini, praktikan dapat dikenai sanksi:
peringatan/dinyatakan gagal.

4 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Cover depan/halaman petama laporan praktikum listrik magnet 1

LABORATORIUM FISIKA
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
Jl.Rara Mendut, Wirogunan Mergangsan Yogyakarta

LAPORAN LISTRIK MAGNET 1

Nama mahasiswa :
NIM :
Nomor Kelompok :
Fakultas :
Progam Studi :
Semester :

Nama percobaan

Tanggal praktikum :
Shift ke- :
Nama Dosen :
Kawan kerja :1.
2.
3.

5 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Format laporan sementara listrik magnet 1

LAPORAN SEMENTARA
“Nama Percobaan”

Nama :
Kelompok :
Shift :
Kawan Kerja :1.
2.
Data percobaan

Praktikan 1 praktikan 3 praktikan 3

(Nama) (Nama) (Nama)


NIM NIM NIM

Praktikan 4 praktikan 5 praktikan 6

(Nama) (Nama) (Nama)


NIM NIM NIM

Dosen Pengampu/ Pendamping

(Nama)

6 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Format laporan akhir praktikum listrik magnet 1

“Judul Praktikum”
(ditulis dengan huruf kapital)
A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
C. Metode Percobaan
1. Alat Dan Bahan
2. Prosedur Percobaan
3. Metode Analisis Data
D. Hasil Percobaan
Memuat Tabel Dan Grafik
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
G. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
H. Evaluasi (jika ada)
I. Daftar Pustaka
J. Lampiran-Lampiran
Memuat laporan sementara praktikum dan cara perhitungan data hasil
percobaan

Tujuan dan alat-alat dapat dibaca pada panduan praktikum. Teori umum dapat
dibaca di buku panduan dan buku-buku lain yang sesuai dengan materi
percobaan. Cara kerja harus benar-benar menunjukkan hal-hal yang telah
dikerjakan dalam praktikum. Kalimat perintah dalam buku panduan praktikum
harus diganti dengan kalimat yang tidak menunjukkan perintah.

LAPORAN AKHIR HARUS DISERAHKAN SEMINGGU SETELAH


PRAKTIKUM, PADA SAAT PRAKTIKUM MINGGU BERIKUTNYA,
SEBAGAI SYARAT MENGIKUTI PRAKTIKUM!!!

7 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Format kartu praktikum
KARTU PESERTA
PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET 1

NAMA :
NIM :
PRODI/SHIFT :
REKAN KERJA : 1. NIM:
2. NIM:

Pretest Praktikum Laporan


No Praktikum
TGL PRF TGL PRF TGL PRF
1 Muatan Listrik Pada Isolator

2 Elekroskop

3 Gaya Lorentz Pada Kawat Lurus


Berarus listrik
4 .........................................

5 .........................................

6 .........................................

7 .........................................

dst .........................................

8 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 1
UJI MUATAN PADA ISOLATOR

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya muatan listrik pada sebuah
benda dan akibat yang timbul dari sifat muatan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan gejala adanya gaya elektrostatika dari dua
benda yang bermuatan.

B. Landasan Teori
Isolator biasa disebut bahan penyekat. Penyekatan listrik terutama
dimaksudkan agar arus listrik tidak dapat mengalir jika pada bahan penyekat
tersebut diberitegangan listrik. Isolator listrik adalah bahan yang tidak bisa atau
sulit melakukan perpindahan muatan listrik. Dalam bahan isolator valensi
elektronnya terikat kuat pada atom-atomnya. Bahan-bahan ini
dipergunakan dalam alat-alat elektronika sebagai isolator, atau
penghambat mengalirnya arus listrik.
Isolator berguna pula sebagai penopang beban atau pemisah antara
konduktor tanpa membuat adanya arus mengalir ke luar atau atara
konduktor. Istilah ini juga dipergunakan untuk menamai alat yang
digunakan untuk menyangga kabel transmisi listrik pada tiang listrik.
Beberapa bahan, seperti kaca, kertas, atau Teflon merupakan bahan
isolator yang sangat bagus. Beberapa bahan sintetis masih "cukup bagus"
dipergunakan sebagai isolator kabel. Contohnya plastik atau karet. Bahan-
bahan ini dipilih sebagai isolator kabel karena lebih mudah dibentuk / diproses
sementara masih bisa menyumbat aliran listrik pada voltase menengah
(ratusan, mungkin ribuan volt).
Listrik dibagi menjadi dua, yaitu listrik statis dan dinamis. Listrik
statis adalah listrik yang muatan-muatan listriknya berada dalam keadaan diam.
Listrik statis merupakan bentuk listrik yang dihasilkan bila beberapa benda
digosokkan satu sama lain. Sedangkan listrik dinamis adalah muatan-muatan

9 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


arus listrik yang bergerak dan menghasilkan arus listrik. Peristiwa ini terjadi
karena proses pemberian muatan secara induksi (digosokkan) kepada isolator.
Kebanyakan atom atau molekul netral pusat muatan positif berimpit
dengan muatan negatif. Ketika isolator didekati oleh benda bermuatan positif,
pusat muatan negatif ditarik mendekati benda bermuatan positif. Ini
menghasilkan muatan lebih negatif pada sisi yang berdekatan dengan pemberi
muatan. Gejala ini dikenal dengan sebutan polarisasi. Pada keadaan ini muatan
benda berlawanan jenis dengan polaritas induksi isolator. Muatan yang berbeda
jenis menghasilkan gaya tarik menarik sehingga isolator dapat menempel pada
benda bermuatan listrik.

C. Rencana Percobaan
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
a. Bola pingpong 2 buah e. Selotip
b. Benang secukupnya f. Penggaris
c. Lembaran wool dan nilon g. Potongan-potongan kertas kecil
d. Tas plastik

2. Gambar Rangkaian Percobaan

Penggaris dan kain Bola pingpong yang digantungkan

3. Langkah Kerja
a. Persiapkan semua alat yang dibutuhkan.
b. Gantungkan sebuah bola pingpong pada bagian pinggir meja
menggunakan benang dan selotip.

10 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


c. Gosokkan penggaris plastik pada baju beberapa kali kemudian
dekatkan pada bola pingpong. Amati apa yang terjadi.
d. Gosokkan penggaris pada rambut beberapa kali, lalu dekatkan pada
potongan-potongan kertas yang diletakkan di atas meja. Amati apa
yang terjadi.
e. Lakukan langkah 4 dalam waktu yang cukup lama. Amati apa yang
terjadi.
f. Ikatlah dua buah bola pingpong pada benang dan gantungkan pada
pinggir meja menggunakan selotip. Kemudian dekatkan kedua bola
tapi tidak sampai bersentuhan. Amati apa yang terjadi.
g. Gosokkan kedua bola dengan kain wool, kemudian dekatkan kembali
keduanya. Amati apa yang terjadi.

D. Tabel Pengamatan
Bola pingpong kiri Bola pingpong kanan digosokkan dengan
digosokkan dengan Wool Plastik Nilon
Wool
Plastik
Nilon

E. Tugas
1. Sebelum bola pingpong digosokkan pada kain wool atau nilon serta
plastik, apakah bola pingpong tersebut dapat menarik benda lain?
2. Setelah bola pingpong digosokkan pada kain wool atau nilon serta plastik,
apa yang terjadi? Mengapa demikian?
3. Lakukan pembahasan dan ambilah kesimpulannya.

11 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 2
PERCOBAAN ELEKTROSKOP
A. Tujuan
1. Mengetahui jenis muatan listrik pada benda
2. Mengamati dan menjelaskan prinsip kerja elektroskop

B. Dasar Teori
Suatu atom terdiri dari beberapa jenis muatan, yaitu muatan positif
(proton), muatan negative (electron), dan netral (neutron). Masing-masing
muatan ini tersebar di dalam suatu atom dengan susunan proton dan neutron
berada di inti, sementara electron mengelilinginya. Ketiga muatan ini
mempunyai massa masing-masing, electron merupakan muatan yang
memiliki massa paling kecil. Karena massa yang terkecil ini , electron dapat
dengan mudah berpindah ke atom lain, sedangkan proton susah berpindah
karena massanya yang cukup besar.
Suatu molekul yang memiliki muatan akan tarik menarik jika jenis
muatannya berbeda dan akan tolak menolak jika jenis muatannya sama.
Sedangkan suatu molekul yang bermuatan netral akan terinduksi muatan jika
didekatkan dengan molekul yang memiliki muatan dan akan tarik menarik
dengan molekul itu.
Banyak benda yang menjadi bermuatan listrik karena digosok
dengan benda lain. Benda-benda tersebut dapat menarik benda-benda lain
disekitarnya. Contoh benda-benda yang bermuatan listrik karena digosok
dengan benda lain adalah: sisir, penggaris, dan kaca.
Elektroskop adalah semua alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah suatu benda bermuatan listrik atau tidak dan jenis muatan
suatu benda. Bangun elektroskop terdiri dari dua buah daun logam tipis yang
dipasang tipis pada ujung batang logam. Ujung lain batang itu biasanya
dipasang bola logam (knob). Untuk menghindarkan diri dari berpindahnya
muatan ke udara bebas, batang tersebut dimasukkan ke dalam kaca. Contoh
gambar elektroskop:

12 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


C. Alat dan Bahan
1. Elektroskop
2. Mistar plastic

D. Gambar Rangkaian

Gambar 1. saat keadaan netral

E. Langkah Percobaan
1. Ambillah elektroskop, rangkailah sesuai gambar 1
2. Netralkan elektroskop dengan cara menyentuh kepala elektroskop
3. Ambil penggaris, kemudian gosokkan penggaris dengan rambut yang
kering
4. Dekatkan penggaris pada kepala elektroskop
5. Amati apa yang terjadi pada daun elektroskop
6. Tuliskan hasil pengamatan anda

13 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


F. Tabel Pengamatan

Benda Keterangan Muatan listrik Hasil pengamatan


yang dihasilkan pada elektroskop

Penggaris Digosokkan
dengan rambut

G. Pertanyaan Akhir
1. Jelaskan prinsip kerja elektroskop berdasarkan pengamatan anda !
a. Apakah yang terjadi bila benda (penggaris) dihubungkan ke bumi
(misalnya dengan sentuhan) ?
b. Apakah yang terjadi menyebabkan daun elektroskop
mengembang/mekar? Jelaskan menurut percobaan anda !
2. Jika benda yang bermuatan negative didekatkan pada batang logam netral,
namun tidak disentuhkan , apa yang terjadi ?

14 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 3
GAYA LORENZ PADA KAWAT LURUS
BERARUS LISTRIK

A. Tujuan
1. Mengetahui gaya yang timbul pada penghantar arus listrik di dalam
medan magnetic.
2. Mengetahui besar dan arah gayayang timbul jika besar dan arah arus
listrik diubah-ubah.

B. Dasar Teori
Sebuah kawaat penghantar AB yang dibentangkan melalui medan
magnet yang ditimbulkan oleh magnet tatap. Apabila pada ujung kawat A
kita hubungkan dengan kutub positif baterai dan ujun B kita hubungkan
dengan kutub negative baterai, maka pada kawat AB menglir arus dari A ke
B. pada saat itu kawat AB akan bergerak ke atas. Sebaliknya jika arus listrik
diputus (dihentikan) kawat kembali ke posisi semula. Sebaliknya jika ujung A
dihubungkan dengan kutub negative dan ujung B dihubungkan dengan kutub
positif baterai, kembali kawat bergerak ke bawah (berlawan dengan gerak
semula). Gerakan kawat ini menunjukkan adanya suatu gaya yang bekerja
pada kawat tersebut saat kawat tersebut dialiri arus listrik. Gaya yang bekerja
pada tersebut disebut gaya magnetic atau gaya Lorentz.

15 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Berdasarkan hasil percobaan yang teliti menunjukkan bahwa
besarnya gaya magnetik gaya Lorentz yang dialami oleh kawat yang beraliran
arus listrik:
1. Berbanding lurus dengan kuat medan magnet/induksi magnet (B).
2. Berbanding kurus dengan kuat arus listrik yang mengalir dalam kawat (I)
3. Berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar (I).
4. Berbanding lurus dengan sudut (α ) yang dibentuk arah arus (I) dengan
arah induksi magnet (B).
Besarnya gaya magnetic/gaya Lorentz dapat dinyatakan dalam persamaan :
F = B I I sin α
Arah gerakan kawat menunjukan arah gaya magnetic/gaya Lorentz.
Untuk mengetahui arah gaya Lorentz dapat digunakan kaidah tanan kanan
sebagai berikut:

“Apabila tangan kanan dalam keadaan terbuka (jari-jari dan ibu jari
diluruskan). Arah dari pergelangan tangan menuju jari-jari menyatakan arah
induksi magnet dan arah ibu jari menyatakan arah arus listrik, maka arah gaya
magnetiknya dinyatakan dengan telapak tangan menghadap”

C. Alat Dan Bahan


1. Magnet U
2. Baterai
3. Pemegang baterai
4. Kabel penghubung
5. Aluminium foil
6. Statif

16 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


D. Gambar Rangkaian

E. Langkah Percobaan
1. Pasang aluminium foil pada statif sehingga posisinya horizontal
2. Letakkan magnet U sedemikian sehingga posisi kutubnya sesuai pada
gambar.
3. Hubungkan kawat dengan baterai menggunakan kabel penghubung.
4. Tutup saklar S, catat kuat arus dan amati arah penyimpangan aluminium
foil. (catatn: untuk melihat arah penyimpangan, buku tutuplah saklar).
5. buka saklar S, kemudian ubah arah arus pada rangkaian dengan cara
menukar tempat kabel penghubung baterai kemudian ulangi langkah 4.
6. Buka saklar S, perbesar tegangan sumber dengan cara menambah jumlah
baterai kemudian ulangi langkah 1-6.

F. Data Hasil Pengamatan


No Tegangan Arus Polaritas Arah Besar
Sumber (I) rangkaian simpangan simpangan
(V) A B
1

17 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


G. Pertanyaan
1. Bagaimanakah hubungan antara arah dan besar arus dengan arah dan
besar simpangan ?
2. Gambarkan hubungan arah arus dan arah medan magnetic terhadap arah
simpangan (arah yang magnetic).

18 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 4
GAYA LORENZT DIANTARA 2 KAWAT LURUS BERARUS
LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui adanya gaya Lorentz pada kawat berarus.
2. Mengetahui hubungan antara induksi magnetik, kuat arus, dan panjang
kawat.
3. Mengetahui apa yang terjadi pada dua kawat berarus saling berdekatan.

B. Landasan Teori
Sebuah kawat lurus yang berarus listruk jika diletakkan dalam
medan magnet maka akan mengalami gaya Lorentz. Gaya Lorentz adalah
gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik
yang berada dalam suatu medan magnet, B. Jika ada sebuah penghantar yang
dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada dalam medan magnetik
maka akan timbul gaya yang disebut dengan nama gaya magnetik atau
dikenal juga nama gaya lorentz. Arah dari gaya lorentz selalu tegak lurus
dengan arah kuat arus listrik (l) dan induksi magnetik yang ada (B). Arah
gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar dari vektor arah gerak
muatan listrik (v) ke arah medan magnet, B, seperti yang terlihat dalam
persamaan berikut:
(
⃗ (⃗ ⃗⃗ )
1)
dengan: ⃗ = Gaya Lorentz (Newton)
= Muatan listrik (Coulomb)
⃗ = Kecepatan muatan ( ⁄ )
⃗⃗ = Medan magnet (Tesla)

Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam


suatu medan magnet (B), persamaannya akan terlihat sebagai berikut (lihat
arah gaya dalam kaidah tangan kanan):

19 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


(
⃗ ⃗⃗
2)

dengan: ⃗ = Gaya Lorentz (Newton)


= Arus listrik( )
= Panjang kawat listrik (meter)
⃗⃗ = Medan magnet (Tesla)
Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan.
Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus
terjadap keempat jari lain dan tegak lurus terhadap arah telapak tanan. Bila
arah medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I)
diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di tunjukkan oleh telapak
tangan. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 1 . Kaidah tangan kanan untuk menentukan arah gaya Lorentz


Kawat P dan Q yang sejajar dialirkan arus listrik. Bila arah arus
dalam kedua kawat sama, kawat itu saling menarik. Dilihat dari atas arus
listrik P menuju pengamat digambarkan sebagai arus listrik dalam kawat P
menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini mengerjakan gaya Lorentz
pada arus Q arahnya seperti dinyatakan anak panah F. Dengan cara yang
sama dapat dijelaskan gaya Lorentz yang bekerja pada arus listrik dalam
kawat P. Sehingga, arus listrik yang sejajar dan searah tarik-menarik dan yang
berlawanan arah tolak- menolak.

20 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Bila jarak kawat P dan Q adalah a, maka besar induksi magnetik arus
P pada jarak a :
(

3)

Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang dalam kawat Q:

(
4)

C. Rencana Percobaan
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
1. Alumunium Foil 4. Amperemeter
2. Catu daya 5. Statif
3. Saklar 6. Kabel Penghubung

2. Gambar Rangkaian Percobaan

A A

21 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


3. Langkah Kerja
a. Persiapkan semua alat yang dibutuhkan.
b. Potonglah alumunium foil sepanjang 30 cm.
c. Susunlah alat dan bahan seperti pada gambar
d. Atur tegangan catu daya 10 V.
e. Tentukan jarak antara kedua alumunium foil.
f. Tutup saklar, catatlah nilai arus dan amati interaksi yang terjadi pada
kedua alumunium foil tersebut.
g. Perbesar tegangan sumber dengan menambahkan jumlah baterai
kemudian ulangi langkah 4 dan 5.
h. Ubahlah arah arus pada rangkaian dengan cara menukar tempat
kabel penghubung baterai pada salah satu rangkaian kemudian
ulangi langkah 4 sampai dengan 6.
i. Hitunglah besar gaya Lorentz yang timbul di antara dua kawat
tersebut.

D. Tabel Pengamatan
1. Arus searah
Tegangan Interaksi Antara
No. ( ) ( ) ( ) ( )
Sumber Kedua Kawat

2. Arus berlawanan
Tegangan Interaksi Antara
No. ( ) ( ) ( ) ( )
Sumber Kedua Kawat

22 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAAN 5
MEDAN LISTRIK PADA KUMPARAN BERARUS LISTRIK

A. TUJUAN
1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).
2. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik (AC).
3. Menentukan resistansi kumparan dengan Wheatstone Bridge.
4. Menentukan induktansi diri suatu kumparan.
5. Menentukan reaktansi induktif dari sebuah kumparan.
B. DASAR TEORI
Bila fluks magnetik jatuh pada suatu penghantar berbentuk
kumparan, maka dalam penghantar akan timbul gaya gerak listrik yang
disebut gaya gerak listrik induksi atau imbas. Perubahan fluks magnetik
pada kumparan dapat diperleh dengan cara menggerakkan magnet pada
kumparan, sedangkan kumparan atau kawat dalam keadaan diam. Atau
sebaliknya kumparan atau kawat yang bergerak, sedangkan magnet tetap
diam.
Jika suatu penghantar berbentuk kumparan dialiri listrik DC, maka
dia berperilaku seperti magnet batang. Dalam rangkaian tertutup dengan
sumber tegangan DC, nilai resistansi dari induktor hanyalah resistansi
ohmik.
Jika suatu kumparan
dihubungkan dengan sumber arus DC,
maka dalam rangkaian tertutup
kumparan tersebut dapat berprilaku
seperti magnet batang, yang sifatnya
adalah sementara, hanya jika ada arus
Gambar 1. Kumparan dialiri arus DC
yang lewat pada kumparan.
Berdasarkan hukumnya Biot Savart, kawat lurus panjang dialiri arus
listrik maka akan timbul induksi magnet di sekitar kawat tersebut. Kalau
kawat lurus tersebut kita buat kumparan (Solenoid) bagaimana arah medan
magnetnya? Kita lihat pada gambar berikut.

23 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Gambar 2. Arah arus kumparan dan arah garis gaya magnet.

Pada kumparan di atas arus dari atas keluar bidang menuju ke bawah
masuk bidang. Sesuai dengan kaidah tangan kanan maka arah medan magnet
mengumpul menjadi satu menuju ke arah kanan. Hal inilah yang
menyebabkan kumparan bila dialiri arus DC seperti magnet batang.
Pada magnet batang arah medan magnet di luar batang dari kutup
utara ke selatan, kalau di dalam batang dari selatan ke utara. Dari gambar di
atas arah medan magnet di dalam kumparan, sehingga kutup utara kumparan
sebelah kanan dan kutup selatan sebelah kiri. Atau metode yang lain
menentukan kutub-kutub magnet kumparan, diuji dengan mendekatkan
magnet batang yang telah di ketahui kutub-kutubnya. Dengan prinsip untuk
kutup sejenis tolak-menolak, kutub tak sejenis tarik-menatik.
Arah garis gaya yang magnet yang dibangkitkan oleh kumparan
yang dialiri listrik DC, tergantung arah aliran arus DC yang mengalir.
Sebagai contoh pada gambar 2 tersebut, tetap menggunakan kaidah tangan
kanan yaitu ibu jari arah arus, empat jari yang lain arah medan magnet.
Maka pada gambar 2 arah medannya terpusat di dalam kumparan ke arah
kanan. Kalau di luar kumparan pada gambar 2 dari kanan ke kiri. Sama
halnya dengan arah garis gaya magnet pada magnet batang, di luar magnet
batang dari kutub utara ke selatan, di dalam magnet batang dari selatan ke
utara arah garis gaya magnetnya.
Kita tinjau secara rumusan besar medan magnet kumparan:

Medan magnet di tengah kumparan : B   0 n i

0 n i
Medan magnet di ujung kumparan : B 
2

24 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Dari kedua rumusan di atas tampak bahwa faktor yang
mempengaruhi besarnya kuat medan magnet yang dibangkitkan oleh
kumparan yang dialiri listrik DC adalah:
a.Jumlah lilitan (n)
b.Besar kuat arus yang mengalir (i)
l
Kita tinjau rumus R   untuk kawat lurus (penghantar), bila
A
lilitan maka akan ada pengaruh dengan banyak lilitan. Maka di dapat faktor
yang mempengaruhi hambatan ohmik:
a.Hambatan jenis kawat yang digunakan sebagai kumparan ()
b.Panjang kawat (l) yang ada hubungannya dengan Jumlah lilitan (n)
c.Luas penampang kawat yang digunakan sebagai kumparan (A).
Jika suatu penghantar berbentuk kumparan dialiri listrik AC. maka,
yang berpengaruh pada rangkaian tersebut tidak hanya hambatan ohmik
tetapi juga hambatan yang muncul dari kumparan (reaktansi induktif). Nilai
reaktansi induktif bergantung pada besarnya induksi diri kumparan.
Reaktansi induktor/kumparan, banyak difungsikan pada rangkaian-
rangkaian elektronik.
Jika kumparan dialiri listrik AC tidak berwatak sebagai magnet
batang, karena arus listrik AC bersifat bolak-balik, setengah siklus pertama
positif, setengah siklus berikutnya negatif, begitu seterusnya. Hal ini dapat
mempengaruhi arah medan magnet yang di timbulkan oleh kumparan
berubah-ubah sangat cepat yang dapat mengakibatkan hambatan dalam
kumparan (reaktansi induktif) disamping itu juga muncul hambatan ohmik.
Reaktansi/hambatan yang muncul pada suatu induktor apabila
induktor tersebut di aliri arus AC. Karena isyarat AC sesekali positif,
sesekali negatif (berubah-ubah fasenya), menyebabkan perubahan fluks
magnetik.
Pada saat arus bolak-balik mengalir ke dalam kumparan terjadi
perubahan fluks magnet. Pada saat arus AC fase positif maka medan magnet
yang ditimbulkan mempunyai arah tertentu, pada saat fase negatif, maka
medan magnet yang ditimbulkan akan berlawanan arah pada saat fase

25 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


positif. Adanya perubahan arus imbas dan medan magnetik yang saling
berlawanan menyebabkan timbulnya reaktansi induktif.
Induksi diri dari subuah kumparan adalah besarnya GGL imbas yang
timbul jika ada perubahan arus sebesar 1 A, fluks magnetik yang dihasilkan
oleh kumparan itu sendiri. Induktansi diri berharga 1 henry bila pada
kumparan timbul GGL induksi sebesar 1 volt dengan perubahan kuat
arusnya 1 ampere tiap detik. Besarnya induktansi diri dari sebuah kumparan
dengan N lilitan:
N
L dan X L  2fL
i
Kaitan antara reaktansi induktif dengan koefisien induksi diri (L)
dari sebuah kumparan semakin besar koefisien induksi diri, maka makin
besar pula reaktansi induktifnya. Karena dari rumus di atas tampak XL
berbanding lurus dengan L.
Nilai tegangan pada listrik AC yang disetarakan dengan nilai
tegangan pada listrik DC yang menghasilkan jumlah kalor yang sama pada
penghantar dalam waktu yang sama. Apabila kita mengukur dengan
osiloskop berlaku:
Vmax
Veff   0,707 Vmax
2
Nilai arus pada listrik AC yang disetarakan dengan nilai arus pada
listrik DC yang menghasilkan jumlah kalor yang sama pada penghantar
dalam waktu yang sama. Apabila kita mengukur dengan osiloskop berlaku:
I max
I eff   0,707 I max
2

C. ALAT-ALAT
1. Voltmeter AC 4. Power Supply AC
2. Wheatstone Bridge 5. Frekuensimeter
3. Ampermeter AC

26 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


D. LANGKAH EKSPERIMEN
1. Menyusun peralatan seperti pada gambar berikut:

(a) (b)
2. Pada rangkaian di atas berlaku hukum Ohm untuk rangkaian tertutup yaitu
V=IZ. Dengan Z adalah reaktansi induktor, V dan I merupakan nilai
efektif dari tegangan dan kuat arus.
3. Menentukan V dan I sedikitnya 5 kali (a)
4. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk rangkaian (b)
5. Menentukan resistansi kumparan dengan wheatstone bridge
6. Mengukur frekuensi tegangan AC dengan frekuensimeter.

E. DATA PERCOBAAN
1. Rangkaian penentuan induksi diri kumparan (L)

Rangkaian (a) Rangkaian (b)


No.
V (Volt) I (mA) V (Volt) I (A)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2. Reaktansi kumparan dengan wheatstone bridge : ...

3. Frekuensi sumber AC : ...Hz

27 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 6
TRANSFORMATOR DAN ANALISIS SINUSOIDA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari karakteristik komponen rangkaian linier dari pengukuran
yang dilakukan dan pengukuran sifat-sifat magnetika kumparan ganda
dengan menggunakan analisis sinusoida.
2. Mempelajari karakteristik sinyal sinusoida yang dimasukan ke dalam
kumparan ganda (coupled coil).
B. TEORI DASAR
Transformator merupakan sebuah peralatan listrik yang digunakan
untuk memunculkan efek gandengan mutual di antara 2 buah rangkaian
listrik. Penggunaan transformatos inti besi merujuk pada kilo gandengyang
dililitkan pada sebuah inti magnetic yang terbuat dari baja yang tereliminasi
untuk membatasi aliran fluks dan memaksimalkan efek gandengan.
Transformator dapat dibayangkan sebagai 2 induktor yang
berpasangan secara magnetic dengan kefesien coupling yang tinggi.
Transformator digunakan dalam rangkaian komunikasi untuk mengeliminasi
tegangan DC dan untuk mencocokan impedansi antara berbagai dalam
rangkaian.
R1 R2
M

I2 +
I1
V1 N2 V2 ZL
N1
-

Gambar 6.1 Transformator gandengan


Pada dasarnya sebuah induktansi L dari koil dengan N lilitan
berbanding lurus terhadap N2. karena itu 2 buah koil yang dililitkan pada inti
dinyatakan sebagai berikut,
L1 N
 ( 1 ) 2 ………………………………………………(6.1)
L2 N2

28 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


C. PERLENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Sumber tegangan DC
2. Osiloskop
3. Generator sinyal
4. Multimeter
5. Transformator (1buah)
D. LANGKAH – LANGKAH PRAKTIKUM
1. Buat rangkaian seperti gambar berikut ini :
100 OHM

+
1 V/ 1KHz
V1 L
-

2. Ukur tegangan peak to peak (Vpp) tegangan input dan tegangan V1 pada
induktansi primer.
3. Kemudian ukur pergeseran fase sinyal menggunakan osiloskop antara nilai
R dengan L1 dengan mengaktifkan ch-1 dan ch-2 yang diset pada coupling
AC. Analisa dan gambarkan hasil pengamatan saudara ke dalam kertas
kerja.
4. Isikan semua hasil pengamatan ke dalam table 6.2. berikut ini.

Hasil pengukuran Hasil perhitungan Hasil simulasi EWB


Tegangan
Vin Vin Vin
input V1 fase V1 fase V1 fase
(pp) (pp) (pp)
1V
2V
3V

29 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Pengukuran induktansi mutual transformasi
1. Buat rangkaian seperti gambar 6.3 berikut ini :
100 OHM
M
+
+
1 V/ 1KHz i
V1 N2 V2
-
-

Gambar 6.3
2. Ukur tegangan primer V1 dengan menggunakan alat ukur meultimeter.
3. Kemudian hitung arus i yang melalui transformator tersebut dengan
menggunakn hukum OHM.
4. Kemudian ukur V2 dengan menggunakan multimeter dan bandingkan
dengan hasil perhitungan V2 = j .M i

Hasil pengukuran Hasil perhitungan Hasil simulasi EWB


Input Vin Vin Vin
V1 V2 V1 V2 V1 V2
(pp) (pp) (pp)
1V/1KHz
2V/1KHz
3V/1KHz

E. PERTANYAAN & TUGAS PENDAHULUAN


1. Terangkan tentang perbandingan resistansi dalam lilitan transformer !
2. tentukan arus I1 dan I2 dari rangkaian berikut ini :

2 OHM 5 OHM
j 4 ohm

i2
0 i1
50 j 5 ohm j 10 ohm

30 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 7
GGL
A. Tujuan
1. Menyelidiki gejala kelistrikan yang terjadi karena induksi

B. Dasar Teori
Kemagnetan dan kelistrikan merupakan dua gejala alam yang
prosesnya dapat dibolak-balik. Ketika H.C. Oersted membuktikan bahwa di
sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet (artinya listrik
menimbulkan magnet), para ilmuwan mulai berpikir keterkaitan antara
kelistrikan dan kemagnetan. Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan
bahwa perubahan medan magnet dapat menimbulkan arus listrik (artinya
magnet menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang sangat sederhana.
Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan dapat
menghasilkan arus listrik pada kumparan itu.
Galvanometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah magnet
yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan (seperti kegiatan di atas),
jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum
galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan
masuk pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika
pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang
terjadi di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya
timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di
ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.
Penyebab Terjadinya GGL Induksi
Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk ke dalam
kumparan, jumlah garis gaya-gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan
bertambah banyak. Bertambahnya jumlah garis-garis gaya ini menimbulkan
GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan
menyebabkan arus listrik mengalir menggerakkan jarum galvanometer. Arah
arus induksi dapat ditentukan dengan cara memerhatikan arah medan magnet

31 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk, garis gaya dalam kumparan
bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat mengurangi
garis gaya itu.
Dengan demikian, ujung kumparan itu merupakan kutub utara
sehingga arah arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar a (ingat kembali
cara menentukan kutub-kutub solenoida). Ketika kutub utara magnet batang
digerakkan keluar dari dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet yang
terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya jumlah garis-garis
gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. GGL
induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir dan
menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya ketika magnet batang
masuk ke kumparan. pada saat magnet keluar garis gayadalam kumparan
berkurang. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat menambah
garis gaya itu. Dengan demikian, ujung, kumparan itu merupakan kutub
selatan, sehingga arah arus induksi seperti yang ditunjukkan ketika kutub
utara magnet batang diam di dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya
magnet di dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah
garis-garis gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL
induksi. Akibatnya, tidak terjadi arus listrik dan jarum galvanometer tidak
bergerak.
Pada kegiatan tersebut diketahui bahwa ketika kutub utara magnet
bergerak ke dalam kumparan maka jarum galvanometer, menyimpang ke
kanan. Ketika magnet ditarik dari dalam kumparan maka jarum galvanometer
menyimpang ke kiri. Pada saat kutub selatan bergerak masuk ke dalam
kumparan, jarum galvanometer akan menyimpang ke kiri, sedangkan ketika
kutub selatan ditarik dari dalam kumparan, jarum galvanometer menyimpang
ke kanan.
Dari hasil percobaan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
arus induksi yang timbul dalam kumparan arahnya bolak-balik seperti yang
ditunjukkan oleh penyimpangan jarum galvanometer yaitu ke kanan dan ke
kiri. Karena arus induksi selalu bolak-balik, maka disebut arus bolak-balik

32 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


(AC = Alternating Current). Faraday menggunakan konsep garis gaya magnet
untuk menjelaskan peristiwa di atas.
1. Magnet didekatkan pada kumparan maka gaya yang melingkupi
kumparan menjadi bertambah banyak, sehingga pada kedua ujung
kumparan timbul gaya gerak listrik (GGL).
2. Magnet dijauhkan terhadap kumparan maka garis gaya yang melingkupi
kumparan menjadi berkurang, kedua ujung kumparan juga timbul GGL.
3. Magnet diam terhadap kumparan, jumlah garis gaya magnet yang
melingkupi kumparan tetap, sehingga tidak ada GGL.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar GGL induksi yaitu:
1. Kecepatan perubahan medan magnet. Semakin cepat perubahan medan
magnet, maka GGL induksi yang timbul semakin besar.
2. Banyaknya lilitan Semakin banyak lilitannya, maka GGL induksi yang
timbul juga semakin besar.
3. Kekuatan magnet Semakin kuat gelaja kemagnetannya, maka GGL
induksi yang timbul juga semakin besar. Untuk memperkuat gejala
kemagnetan pada kumparan dapat dengan jalan memasukkan inti besi
lunak.
GGL induksi dapat ditimbulkan dengan cara lain yaitu:
1. Memutar magnet di dekat kumparan atau memutar kumparan di dekat
magnet. Maka kedua ujung kumparan akan timbul GGL induksi.
2. Memutus-mutus atau mengubah-ubah arah arus searah pada kumparan
primer yang di dekatnya terletak kumparan sekunder maka kedua ujung
kumparan sekunder dapat timbul GGL induksi.
3. Mengalirkan arus AC pada kumparan primer, maka kumparan sekunder
didekatkan dapat timbul GGL induksi. Arus induksi yang timbul adalah
arus AC dan gaya gerak listrik induksi adalah GGL AC.
Jadi, GGL induksi dapat terjadi pada kedua ujung kumparan jika di
dalam kumparan terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet (fluks
magnetik). GGL yang timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis
gaya magnet dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus listrik yang
ditimbulkan GGL induksi disebut arus induksi. Peristiwa timbulnya GGL

33 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


induksi dan arus induksi akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya
magnet disebut induksi elektromagnetik.
C. Alat Dan Bahan
1. 1 buah kabel penghubung merah
2. 1 buah kabel penghubung hitam
3. 1 buah papan rangkaian
4. 2 buah jembatan penghubung
5. 1 buah multimeter
6. 1 buah kumparan 500 lilitan
7. 1 buah kumparan 1000 lilitan
8. 2 buah magnet batang

D. Langkah-langkah Percobaan
1. Memasukan dan mengeluarkan sebuah magnet batang ke dalam
kumparan 500 lilitan secara perlahan-lahan
2. Mengamati simpangan jarum voltmeter pada multimeter
3. Mencatat hasil pengukuran voltmeter pada tabel hasil pengamatan
4. Memasukan dan mengeluarkan sebuah magnet batang ke dalam
kumparan 500 lilitan secara cepat
5. Mengamati simpangan jarum voltmeter pada multimeter dan mencatat
hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan
6. Memperbesar gaya magnet dengan cara menggabungkan 2 buah magnet
batang
7. Mengulangi langkah 1 dan langkah 2
8. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan
9. Mengganti Kumparan 500 lilitan dengan kumparan 1000 lilitan
10. Melakukan percobaan dengan mengulangi langkah 1 sampai langkah 4
11. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan.

34 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


E. Rangkaian Alat

F. Evaluasi
1. Apa aplikasi ggl induksi pada kehidupann sehari-hari?
2. Apa hubUngan ggl induksi dengan jumlah lilitan dan tegangan yang
dihasilkan jelaskan dan berikan contohnya?

35 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 8
GENERATOR
A. Tujuan Percobaan
1. Meneliti cara kerja generator sederhana.
2. Mengetahui proses kerja generator sederhana dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
B. Teori Dasar
1. Pengertian Generator Listrik
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi
listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan
induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik.
Walau generator dan motor punya banyak kesamaan, tapi motor adalah
alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator
mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik
eksternal, tapi generator tidak menciptakan listrik yang di dalam kabel
lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang
menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan air di dalamnya. Sumber
enegi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang
jatuh melakui sebuah turbin maupun kincir air, mesin pembakaran dalam,
turbin angin, engkol tangan, energi surya atau matahari, udara yang
dimampatkan, atau apa pun sumber energi mekanik yang lain.
2. Listrik Statis
Listrik statis adalah listrik yang tidak mengalir atau listrik yang
muatan-muatannya berada dalam keadaan diam. Listrik statis
mempelajari sifat kelistrikan suatu benda tanpa memperhatikan gerakan
atau aliran muatan listrik. Dalam ilmu fisika disebut elektrostatika.
Listrik statis merupakan bentuk listrik yang dihasilkan bila beberapa
benda digosokkan satu sama lain.
3. Muatan Listrik
Benda tersusun oleh partikel-partikel zat. Partikel zat yang
ukurannya paling kecil dan tidak dapat dibagi-bagi lagi disebut atom.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya, atom ternyata

36 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


masih dapat dibagi-bagi lagi. Tiap atom tersusun dari inti atom dan
elektron. Inti atom (nukleus) terdiri atas proton dan neutron. Adapun,
elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasannya dan mendapat
gaya tarik inti atom. Partikel yang bermuatan negatif disebut elektron.
Partikel yang bermuatan positif disebut proton. Massa proton dan
elektron lebih besar dibandingkan dengan massa elektron.
Gaya ikat inti terhadap elektron antara bahan satu dengan lain
berbeda. Karena sesuatu hal, elektron dapat lepas dari lintasannya dan
berpindah ke atom lain. Perpindahan elektron tersebut menyebabkan
perubahan muatan suatu atom. Berdasarkan hal itu atom dikelompokkan
menjadi tiga yaitu bermuatan negatif, bermuatan positif, dan netral. Atom
dikatakan bermuatan negatif jika kelebihan elektron, sedangkan atom
dikatakan bermuatan positif, jika kekurangan elektron. Adapun, yang
dikatakan atom netral jika jumlah proton dan elektronnya sama. Ada dua
jenis muatan listrik, yaitu muatan positif dan muatan negatif. Jika dua
muatan listrik yang sejenis didekatkan satu sama lain, akan saling
menolak. Akan tetapi, jika dua muatan listrik tidak sejenis didekatkan
satu sama lain maka akan saling menarik.
4. Membuat Benda Bermuatan Listrik
Atom ada yang bermuatan listrik dan ada yang netral. Demikian
pula dengan benda. Benda netral dapat dibuat menjadi bermuatan listrik
dengan cara menggosok. Penggaris plastik yang semula dalam keadaan
netral (tidak bermuatan listrik), sehingga tidak mampu menarik serpihan
kertas kecil. Ketika penggaris plastik digosok kain wol berarti
memberikan energi kepada electron untuk berpindah. Perpindahan
elektron terjadi pada kain wol menuju penggaris plastik. Penggaris
plastik akan bermuatan negatif karena mendapat sejumlah elektron dari
kain wol. Akibatnya penggaris plastik kelebihan elektron. Pindahnya
elektron pada kain wol mengakibatkan kain wol kekurangan elektron
sehingga kain wol bermuatan positif. Penggaris plastik yang telah
bermuatan listrik dapat menarik serpihan kertas kecil.

37 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Benda bermuatan positif maupun negatif dapat menarik benda
netral. Benda yang bermuatan listrik berusaha memengaruhi muatan yang
tidak sejenis pada benda netral dan berupaya menarik ke arahnya.
Akibatnya pada benda netral tersebut terjadi pemisahan muatan.
Peristiwa pemisahan muatan listrik pada benda netral akibat benda
bermuatan listrik didekatkan disebut induksi listrik. Induksi (pengaruh)
listrik ini dapat digunakan untuk membuat benda netral menjadi
bermuatan listrik. Benda bermuatan negatif jika didekatkan benda netral
akan menarik semua muatan positif benda netral ke salah satu ujung,
akibatnya ujung yang lain bermuatan negatif. Jika muatan negatif
dihubungkan dengan bumi kemudian diputus, benda netral tadi akan
berubah menjadi benda bermuatan positif.
Hasil percobaan yang dilakukan oleh para ahli menyatakan
bahwa jika benda bermuatan sejenis didekatkan, maka akan saling tolak
menolak. Dan jika benda bermuatan berbeda jenis didekatkan, maka akan
saling tarik menarik.

5. Medan Magnet pada Bahan Magnet


Medan solenoida yang panjang berbanding lurus dengan arus.
Dan memang persamaan ini memberitahu kita bahwa medan B0 di dalam
solenoida dinyatakan dengan
 0 IN
B0 
L
Ini berlaku jika hanya ada udara di dalam kumparan. Jika kita
masukkan sebatang besi atau bahan feromagnet lainnya ke dalam
solenoida, medan akan meningkat sangat besar, sering kali ratusan atau
ribuan kali lipat. Hal ini terjadi karena domain pada besi menjadi
tersusun oleh medan eksternal. Medan magnet yang dihasilkan
merupakan jumlah yang disebabkan oeh arus dan disebabkan oleh besi.
Kadangkala lebih mudah untuk menuliskan medan total dalam kasus ini
sebagai jumlah dua suku:
B = B 0 + BM

38 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Disini, B0 menyatakan medan yang hanya disebabkan oleh arus
pada kawat (“medan eksternal”). Medan inilah yang akan ada jika tidak
ada bahan feromagnet. Kemudian BM menyatakan medan tambahan
yang disebabkan oleh bahan feromagnet itu sendiri; sering kali BM
>> B0.
Medan total di dalam solenoida dalam kasus seperti ini juga
dapat dituliskan dengan mengganti konstanta pada persamaan (2.1)
menjadi konstanta lainnya, μ, yang merupakan karakteristik bahan di
dalam kumparan:

B = μnI

μ dinamakan permeabilitas magnetic bahan. Untuk bahan


feromagnet, μ jauh lebih besar dari . Untuk semua bahan lainnya,
nilainya sangat dekat dengan . Bagaimana pun, nilai μ tidak konstan
untuk bahan feromagnet; bergantung pada nilai medan eksternal B0.
Medan magnet adalah ruang/daerah di sekitar magnet di mana
tempat benda-benda tertentu mengalami gaya magnet. Orang pertama
yang menyelidiki bahwa di sekitar kawat yang dialiri aurs listrik terdapat
medan magnet adalah Hans Christian Oersted pada tahun 1820.

Gambar(1.a). Kawat belum dialiri arus listrik, sehingga jarum


magnet tidak menyimpang. Gambar(2.a). Kawat dialiri arus listrik
dengan arah ke bawah, jarum magnet menyimpang ke kanan.
Gambar(3.a). Kawat dialiri arus listrik dengan arah keatas, jarum
magnetik menyimpang ke kiri.
Hal yang sama juga akan terjadi pada jarum kompas, karena jarum

39 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


kompas juga merupakan jarum magnet. Untuk menentukan medan
magnet, gunakan aturan tangan kanan seperti gambar berikut:

1. Ibu jari menunjukkan arah arus (i)


2. Keempat jari tangan menunjukkan arah medan magnet (B)
Jika kita pakai aturan tangan kanan untuk menentukan arah
medan magnet pada gambar (a-1), maka ibu jari kita menghadap ke
bawah (sesuai dengan aliran arus) maka 4 jari yang lainnya mengarah ke
kanan, itulah arah medan magnetnya yang membuat jarum kompas
menyimpang ke kanan.
Medan magnet dapat dirasakan atau ada di sekitar kutub magnet.
Apabila ada kutub magnet lain dalam medan medan magnet maka akan
ada gaya interaksi magnetik atau gaya magnet. Medan magnet dapat
timbul dari bahan-bahan dari alam yang mempunyai sifat kemagnetan
atau bisa juga ditimbulkan oleh arus listrik. Salah satu tokoh terkenal
yang melakukan penelitian tentang medan magnet adalah Hans Christian
Oersted (1777-1851).
Oersted merupakan orang pertama yang dalam percobaannya
mengetahui terjadinya medan magnet oleh arus listrik. Gaya magnet ini
dalam aplikasinya banyak digunakan sebagai dasar dalam mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Misalkan dalam pembuatan motor
listrik, pembuatan generator. Selain karena adanya arus listrik medan
magnet juga dapat ditimbulkan karena sifat kemagnetan bahan.
Percobaan yang dilakukan Oersted mengamati jarum kompas
yang diletakkan di bawah kawat yang dilalui arus listrik. Hasil percobaan

40 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


diperlihatkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1a. memperlihatkan posisi
jarum kompas ketika tidak dialiri arus, jarum kompas menunjuk arah
utara. Selanjutnya jarum kompas dialiri arus ke arah utara seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.1b, akibatnya penunjukan jarum
menyimpang ke arah timur.
Apabila jarus kompas dialiri arus ke arah selatan maka
penunjukan jarum menyimpang ke arah barat (Gambar.2.1c).

Gambar 2.1. Pengaruh arus listrik terhadap penunjukan arah jarum kompas

Hubungan antara besarnya arus listrik dan medan magnet di nyatakan


oleh Biot Savart, yang kemudian dikenal dengan Hukum Biot Savart.

Induksi magnet di P yang berjarak r dari kawat berarus adalah:

 berbanding lurus dengan kuat arus i


 berbanding lurus dengan elemen dx

41 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


 berbanding terbalik dengan kuadrat jarak arah induksi magnet tersebut
tegak lurus dengan bidang yang melalui elemen arus dari titik P.

Induksi magnet oleh kawat arus lurus Untuk menghitung induksi


magnet di P oleh kawat lurus berarus dapat diguna pendekatan secara
integral. Induksi magnet di titik P oleh kawat yang tak berhingga panjang
adalah:

0 I
B
2a

Induksi magnet oleh kawat yang panjangnya tertentu seperti pada


Gambar 1.4 adalah

0
B cos1  cos 2 
4a

Ɵ adalah sudut-sudut yang terbentuk antara ujung-ujung kawat dengan


garis yang menghubungkan ujung kawat dan titik P. 1

C. Alat dan Bahan


1. Kawat tembaga berlapis insulator tipis (sekitar 25 m atau 30SWG,
dengan diameter sekitar 0, 3 mm).
2. Papan.
3. E825 magnet bentuk U.
4. Dinamo listrik AC 220V/5A
5. Kumparan
6. Multimeter digital
7. Lem alteco
8. Mistar
9. Kabel penghubung

42 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


D. Prosedur Kerja
1. Menyusun alat sesuai dengan rangkaiannya.

2. Pastikan multimeter yang terpasang untuk mengukur arus AC.


3. Ukur jarak kumparan terhadap medan magnet dimulai dengan L=0,01m
4. Nyalakan rangkaian dengan menghubungkan pada sumber listrik.
5. Baca penunjukan besarnya kuat arus pada multimeter digital dan catat
pada tabel pengamatan.
6. Ulangi kegiatan 2-5 dengan mengganti jarak kumparan terhadap medan
magnet (0,05 m dan 0,10 m).

E. Teknik Analisis Data


Jarak kumparan (L) Kuat Arus (I)
No.
(cm) (Ampere)
1. 0,01
2. 0,05
3. 0,10

43 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 9
JEMBATAN WHEATSTONE

A. Tujuan
1. Memahami prinsip kerja jembatan wheatstone.
2. Mengukur besar hambatan yang belum diketahui Rx dengan
menggunakan prinsip jembatan wheatstone.

B. Dasar Teori
Hambatan listrik merupakan karakteristik suatu bahan peghantar listrik
atau koduktor yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur besarnya arus listrik
dalam suatu rangkaian listrik. Hambatan sebuah koduktor diantara dua titik
diukur dengan memasang sebuah beda potensial antara dua titik tersebut dan
membandingkan arus listrik yang terukur.
R=VI
Dimana:
R = Hambatan
V = Beda Potensial
I = Arus Listrik
Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan amperemeter
serta dapat juga mengukur dengan menggunakan metode jembatan
wheatstone. Rangkaian jembatan wheatstone dapat mengukur hambatan
dengan teliti. Cara ini tidak menggunakan am peremeter dan voltmeter
melainkan dengan menggunakan galvanometer. Galvanometer berfungsi
untuk mengukur hambatan penghantar yang tidak diketahui hambatannya.
Prinsip dari rangkaian jembatan wheatstonedi perlihatkan oleh gambar:

44 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Keterangan:
S : saklar penghubung
G : galvanometer
E : sumber tegangan
Rs : hambatan geser
Ra dan Rb : hambatan yang sudah diketahui nilainya
Rx : hambatan yang akan ditentukan nilainya
Saat saklar S di tutup maka arus aakan melewati rangkatan. Jika jarum
galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu antara
titik C dan D ada beda potensial. Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga
hambatan geser Rs maka akan dapat dicapai galvanometer G tak teraliri arus
listrik, artinnya tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan demikian
akan berlaku persamaan:
RA
RX  Rs
RB
Salah satu cara yang baik untuk mengukur hambatan dari resistor adalah
metode jembatan wheatstone, dimana arus I yang datang di A sebagian
melalui R3 dan sbagian lainnya melalui R2, maka jarum galvanometer tidak
mengalami penyimpangan, untuk mennyederhanakan rangkaian dan
menghubbungkan besarnya R bergantung pada kawat penghantar,maka
rangkaian jematan wheatstone dapat diubah mngggunakan kawat penghatar
sebagai berikut:

Resistor RB dan Rx antara A dan B dianti oleh kawat hambatan lurus


yang serba sama dan panjangnya L. Sebagai sumber tegangan digunakan
baterai. Pada kawat hambatan tersebut dapat digeser-geser untuk mengubah
hambatan dan dengan mengubah besar hambatan dan menggeser kontak geser
C sepanjang AB, sehingga galvanometer G tidak di aliri listrik (menunjukkan

45 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


angka nol). Jika hal ini tercapai pada AC =L1, CB =L2 maka, dapat di
nyatakan sebagai berikut:
L2
RX  RB
L1
C. Alat dan Bahan
1. Galvanometer
2. Baterai
3. Hambatan tetap
4. Hambatan yang di ukur
5. Penggaris
6. Kawat nikelin
7. Kabel penghubung

D. Gambar Rangkaian

E. Pertanyaan Akhir
1. Bagaimana cara mengukur hambatan yang belum diketahui?
2. Apa syarat agar Rb dan Rx sebanding dengan L1 dan L2?
3. Apa fungsi alat galvanometer dan gambarkan alat tersebut!
4. Apa pengaruh pada hasil pengukuran jika kawat penghantar tidak
homogen?

46 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 10
TARA KIMIA LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami mekanisme voltmeter, menentukan tara kimia listrik.
2. Menentukan besarnya energi kalor yang diterima kalorimeter
3. Menentukan nilai kesetaraan kalor-listrik

B. Landasan Teori
Elektrolisis merupakan suatu porses perubahan arus listrik menjadi
reaksi reduksi dan oksidasi atau peristiwa penguraian elektrolit dalam sel
elektrolisis oleh arus. Dalam sel elektrolisis terjadinya reaksi kimia karena
adanya energi dari luar dalam bentuk potensial atau arus listrik. Reaksi yang
berlangsung pada sel elektrolisis adalah reaksi yang tergolong dalam reaksi
redoks spontan.
Alat elektrolisis terdiri dari sel elektrolisis yang terdiri dari larutan
atau leburan elektrolit, dan dua buah elektroda yaitu elektroda positif (anoda)
dan elektroda negatif (katoda). Mekanisme kerja alat elektrolisis ini adalah
arus listrik dalam larutan dihantarkan oleh ion-ion positif dan ion-ion negatif
(katoda dan anoda) yang bergerak saling mendekati.
Pada Proses elektrolisis berlaku hukum Faraday. Akibat aliran arus
listrik searah, ke dalam sebuah larutan elektrolitmaka akan terjadi perubahan
kimia. Dalam larutan tersebut menurut Michael Faraday tahun 1834
menyatakan bahwa lewatnya arus 1F mengakibatkan oksidasi 1massa
ekuivalen suatu zat pada suatu eletroda (anoda) dan reduksi 1massa ekuivalen
suatu zat pada elektroda yang lain(katoda).
Ion yang beremuatan positif akan menempel pada elektroda negative
(katoda). Dengan menimbang katoda sebelum dan sesudah di aliri arus listrik,
maka dapat di ketahui jumlah logam yang menempel pada elektroda tersebut.
Pada proses elektrolisa berlaku hukum faraday : “jumlah zat yang mengalami

47 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


oksidasi atau reduksi pada setiap elektroda saat elektrolisis sebanding dengan
jumlah arus yang melewati sel”.
Massa zat yang mengendap pada elektroda berbanding langsung
dengan tara listriknya:
(
1)
dengan: = Jumlah massa yang di endapkan pada elektroda
(gram)
= Tara kimia listrik
= Arus listrik ( )
= Waktu (detik)
Teori percobaan dengan cara elektrolisis ini menentukan besarnya
tara kimia listrik terlebih dahulu, bila arus listrik searah dialirkan melalui sel
elektrolit yang berisi larutan garam AB, maka garam tersebut akan terurai:

Tara kimia listrik adalah sel elektrolit atau larutan elektrolit yang
terdiri dari larutan garam seperti CuSO4 yang dialiri arus listrik searah dan
sel-sel elekrolit itu akan terurai dan berkumpul pada elekroda-elektrodanya.
Cara menghitung besarnya tara kimia listrik digunakan persamaan:

(
2)

dengan: = Jumlah zat yang diendapkan


= Tara kimia listrik
= Arus listrik( )
= Lama pelapisan (detik)

48 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


C. Alat dan Bahan

1. Kalorimeter tembaga yang terdiri 6. Tahanan geser


dari:
Bejana
Keping tembaga anoda
Keping tembaga katoda
2. Larutan CuSO4 7. Kabel-kabel penghubung
3. Sumber arus DC 8. Neraca digital
4. Amperemeter DC 9. Amplas
5. Stopwatch

D. Gambar Rangkaian Percobaan

E. Langkah Kerja
1. Persiapkan semua alat yang dibutuhkan.
2. Bersihkan semua elektroda yang akan digunakan menggunakan amplas.
3. Cucilah elektroda-elektroda tersebut dengan alkohol kemudian diamkan
hingga kering.
4. Timbanglah masing-masing elektroda tersebut dengan neraca.
5. Rangkailah elektroda tersebut seperti pada gambar rangkaian percobaan.
6. Tuangkan larutan CuSO4 ke dalam bejana.
7. Alirkan arus listrik pada rangkaian dengan menyalakan power supply dan
menutup saklar untuk menguji berfungsinya amperemeter pada rangkaian.
8. Atur tahanan geser sehingga kuat arus yang ditunjukkan oleh amperemeter
bernilai 1 A, kemudian buka saklar tersebut.

49 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


9. Ganti katoda percobaan dengan katoda yang akan digunakan dalam proses
elektrolisa.
10. Lakukan kembali langkah 7 sambil menyalakan stopwatch untuk proses
elektrolisa selama 15 menit.
11. Matikan power supply dan lepaskan katoda. Setelah itu, celupkan katoda
dalam alkohol dan keringkan.
12. Timbang massa katoda yang telah dikeringkan.
13. Ulangi langkah 9 sampai dengan 12 dengan mengubah besar kuat arus
menjadi 1,5 A dan 2 A.
14. Ulangi langkah 2 sampai dengan 9 dengan arus 2 A dan variasikan waktu
10, 15, dan 20 menit.

F. Tabel Pengamatan
1. Kuat arus yang divariasi
No. I (Ampere) t (detik) (gram) (gram) (gram)

2. Waktu yang divariasi


No. I (Ampere) t (detik) (gram) (gram) (gram)

50 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBBAAN 11
TABUNG SINAR KATODA
A. TUJUAN
1. Menjelaskan prinsip pembelokan sinar katoda.
2. Mengetahui arah penyimpangan sinar katoda ketika diletakkan pada
medan maget.
3. Mengetahui besar penyimpangan sinar katoda ketika diletakkan pada
medan magnet.
B. DASAR TEORI
Cara kerja tabung sinar katoda (cathode ray tube/CRT) pertama
bergantung pada fenomena emisi termionik, yang ditentukan oleh thomas alfa
edison pada saat mengerjakann eksperimen pengembangan bola lampulistrik.
Untuk memahami bagaimana emisi termionik terjadi, bayangkanlah dua pelat
kecil (elektrode) di dalam bola atau tabung hampa udara, yang diberi beda
potensial. Elektroda negatif disebut katoda, yang positif anoda. Jika katoda
negatif dipanaskan sampai sampai panas dan berpijar, ternyata muatan
negatif meninggalkan katoda dan mengalir ke anoda positif. Muatan-muatan
negatif ini sekarangg disebut elektron , tetapi awalnya disebut sinar katoda
karena kelihhatan datang ari katoda.
Tabung sinar katoda mendapatkan namanya dari kenyataan bahwa di
dalam tabung kaca yang hampa, suatu berkas sinar katoda (elektron-elektron)
diarahkan ke berbagai bagian layar untuk menghasilkann gambar. Elektron –
elektron yangg dipancarkan oleh katoda panass dipercepat oleh suatu
tegangan tinggi (5.000-50.000 V) yang diberikan kepada anoda. Elektron-
elektron keluar dari pistol elektron ii mmelalui lubang kecil pada anoda.
Bagian dalamm permukaaan tabung dilapisi dengan bahann flouensen yang
berpijjar ketika ditumbuk oleh eklektron. Suatu titik kecil yang terang akan
tampak ketika berkas sinar elektron mengenai layar. Dua pelat horizontal dan
dua vertikal membelokkan sinar elektron ketika diberi tegangan. Elektron-
elektron dibelokkan menuju pelat positif. Dengan mengubah-ubah tegangan
pada pelat penyimpangan, titik terang terseut dapat diletakkan pada titik
manapun pada layar.

51 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Gambar 1. Tabung sinar katoda.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Osiloskop
2. Power supply, sebagai sumber tegangan masukan pada elektroda.
3. 2 buah magnet batang.
D. GAMBAR RANGKAIAN

E. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
1. Hubungkan osiloskop dengan sumber tegangan.
2. Atur posisi sinar katoda supaya tepat berada di titik tengah layar.
3. Letakkan 1 buah magnet btang disebelah kanan osiloskop kemudian
dekatkan kutb utara magnet tersebut ke osiloskop. Catatlahh arah
penyimpangan sinar katoda dan besar penyimpangannya. Ulangi beberpa
kali.
4. Ulangi langkah 3 dengan mendekatkan kutub selatan magnet ke kiri.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 dengan menggunakan dua buah magnet.
6. Ulangi langkah 3-5 dengan mengganti posisi magnet di sebelah kiri
osiloskop.

52 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


F. TABEL PENGAMATAN
Dari kanan
No Jumlah magnet Kutub magnet yang Arah Besar
didekatkan penyimpangan penyimpangan
1 1 U
2 1 S
3 2 U
4 2 S

Dari kiri
No Jumlah magnet Kutub magnet yang Arah Besar
didekatkan penyimpangan penyimpangan
1 1 U
2 1 S
3 2 U
4 2 S

53 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 12
HAMBATAN DALAM BATERAI

A. TUJUAN
1. Untuk mmenentukan hambatan dalam baterai.

B. DASAR TEORI
Baterai merupakan salah satu komponen elektroniks yang dapat
mensuplai tegangan listrik DC. Meskipun demikian suatu sumber tegangan
maupun sumber arus listrik tetap memiliki hambatan i dalamnya atau serinng
disebut dengan hambatan dalam. Hambatn dalam suatu sumber tegangan
listrik (baterai) dapat diukur (diuji) melalui prinsip hukum Ohm.
V  IR
Dikenal juga dengan istilah tegangan jepit (V), yaitu beda potensial
yang ada di luar sumber tegangan (E). Berdasarkan hukum Kirchoff,
bbesarnya beda otensial pada rangkaian dapat dirumuskann sebagai berikut.
IR  Ir  E
Suku pertama tidak lain adalah besaarnya beda potensial pada
hambatan variabel (tegangan jepit) dan suku kedua merupakan besaanya beda
potensial pada hambatan dalam baterai, ataudapat ditulis:
V  Ir  E
Dengan:
E : GGl baterai (volt)
I : arus listrik yang timbul dalam rangkaian (mA)
V : tegangan luar atau tegangan jepit (volt)
r : hambatan dalam baterai (ohm)
Dengan demikian besarnya hambatan dalambaterai dapat dinyatakan
dengan:
E V
r
I
Jika baterai disusun secara seri maka besarnya GGL total dan
hambatan dalam baterai adalah:

 E   IR   Ir

54 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Dan hambatan total dari beberapa baterai tersebutt adalah:

 E   IR
r  I
C. ALAT DAN BAHAN
1. Baterai
2. Resistor
3. Multimeter
4. Kabel Penghubung

D. GAMBAR PERCOBAAN

E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Ambillah salah satu hambatan dan catatlah nilai resistansinya.
2. Ambil tiga buah baterai dan beri label I, II, dan III pada tiap-tiap baterai.
3. Buatlah rangkaiann seperti padaa gambar dengan menggunakan baterai I.
4. Tutup saklar lalu catat besarnya arus yang terbaca pada amperemeter.
5. Ukurlah besarnya tegangan Vab diantara ujung-ujung baterai.
6. Buka saklar, keudia ulangi langkah 3-5 dengan menggunakan baterai II
dan III.
7. Susunlah baterai I dan II secara seri kemudian ulangi langkah 3-5.
8. Susunlah baterai I, II, dan III secara seri kemudian ulangi langkah 3-5.
F. DATA PENGAMATAN
R:..............
No Baterai Tegangan ( Vab ) Arus (I) Hambatan Dalam (r)

1 I
2 II
3 III
4 Seri I+III
5 Seri I+II+III

55 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


G. PERTANYAAN AKHIR
1. Apakah besarnya hambatan dalam suatu baterai dapat berubah?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besrnya hambatan dalam?
3. Bagaimana hubungan antara besar hambatan dalam dengan banyaknya
baterai dari hasil percobaan?

56 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 13
HAMBATAN DALAM AMPEREMETER DAN VOLTMETER

A. TUJUAN
1. Menentukan hamabatan dalam amperemeter
2. Menentukan hambatan dalam voltmeter

B. TEORI DASAR
1. Pengukuran kuat arus dan beda potensial
Untuk mengukur kuat arus di suatu rangkaian digunakan
amperemeter. Amperemeter dipasang seri seperti dalam Gambar 2.1(a).
Untuk mengukur tegangan antara dua titik dalam rangkaian digunakan
voltmeter. Voltmeter pengukur tegangan dipasang paralel seperti dalam
2.1(b). Pengukuran kuat arus dan tegangan secara serempak dapat
dilakukan seperti pada Gambar 2.1(c) atau Gambar 2.1(d), tetapi
pengukuran serempak ini ada kelemahan-kelemahannya.

V
(a) (b)

A A

VR V
R

(c) (d)

57 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Gambar 2.1. Rangkaian untuk pengukuran arus dan tegangan
2. Pengukuran hambatan dalam dari sebuah amperemeter
Cara pertama, lihat Gambar 2.2(a): kalau hasil pengukuran voltmeter
adalah V dan hasil pengukuran amperemeter adalah I, maka
hambatan dalam amperemeter itu adalah:
(2.1)

A A

𝑉𝑚

(a) (b)
Gambar 2.2. Rangkaian untuk pengukuran hambatan dalam dari sebuah
amperemeter.
Cara kedua, lihat Gambar 2.2(b): Pengukuran dilakukan dua kali,
mula-mula ketika belum dipasang, misalkan hasil penunjukan
amperemeter . Kemudian dipasang maka penunjukan amperemeter
akan berubah, misalkan menjadi , maka hambatan dalam amperemeter
itu adalah:

(2.2)

3. Pengukuran hambatan dalam dari sebuah voltmeter


Cara pertama, lihat Gambar 2.3(a): Kalau hasil pengukuran
amperemeter adalah I dan hasil pengukuran voltmeter adalah V,
maka hambatan dalam voltmeter itu adalah:

58 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


(2.3)

𝑅𝑀 V V

(a) (b)

Gambar 2.3. Rangkaian untuk pengukuran (a) hambatan dalam dari sebuah
voltmeter dan (b) hambatan beban.

Cara kedua, lihat Gambar 2.3(b): Pengukuran dilakukan dua kali,


mula-mula ketika belum dipasang misalkan hasil penunjukan
voltmeter akan berubah misalkan menjadi . Kemudian dipasang
maka penunjukan voltmeter akan berubah misalkan menjadi , maka
hambatan dalam voltmeter adalah:

C. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Amperemeter DC (1 buah)
2. Voltmeter DC (1 buah)
3. Multimeter (1 buah)
4. Sumber tegangan DC variabel (1 buah)
5. Hambatan geser (1 buah)
6. Kabel-kabel
D. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
1. Pengukuran Hambatan dalam Amperemter dengan Metode 1.
a. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.2 (a)

59 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


b. Ukur dan catat tegangan yang terbaca pada multimeter ( ) dan
arus I yang terbaca pada amperemeter (A).
c. Variasikan nilai tegangan sebanyak 5 kali dan catat nilai
tegangan dan arus yang terbaca.
d. Tabulasikan data yang diperoleh pada tabel 2.3
e. Buat grafik I terhadap V dengan menggunakan data dari tabel
2.3
f. Lakukan regresi linier pada grafik tersebut dan tentukan nilai
hambatan dalam amperemeter ( ).
Tabel 2.3 hasil pengukuran tegangan dan arus pada rangkaian 2.2 (a)
No I (A)
1
2
3
4
5
2. Pengukuran Hambatan dalam Voltmeter dengan Metode 1:
a. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.3(a)
b. Beri tegangan awal pada rangkaian terbaca pada voltmeter (V)
c. Variasikan nilai tegangan sebanyak sebanyak 5 kali dan catat nilai
tegangan dan arus yang terbaca.
d. Tabulasikan data yang diperoleh pada tabel 2.4
e. Buat grafik I terhadap V dengan menggunakan data dari tabel 2.4
f. Lakukan regresi linier pada grafik tersebut dan tentukan nilai
hambatan dalam amperemeter ( )
No V (Volt) (A)
1
2
3
4
5

60 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


E. PERTANYAAN
1. Mengapa nilai hambatan dalam amperemeter sangat kecil sedangkan
hambatan dalam voltmeter sangat besar?. Jelaskan!
2. Mengapa dalam rangkaian diatas perlu dipasang hambatan geser?
Jelaskan!

61 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


PERCOBAAN 14
RANGKAIAN KAPASITOR

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang rangkaian kapasitor seri
dan paralel.
2. Mahasiswa dapat mengerti dan menghitung kapasitor total pada rangkaian
seri dan paralel.
3. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik
rangakaian kapasitor seri dan paralel.

B. Landasan Teori
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang terdiri dari dua
konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu sama lain dan membawa
muatan yang sama besar dan berlawanan. Salah satu sifat kapasitor
adalah dapat menyimpan dan mengosongkan muatan listrik. Kapasitor
yang digunakan pada umumnya adalah kapasitor keping sejajar yang
menggunakan dua keping konduktor sejajar. Kepingan tersebut dapat
berupa lapisan-lapisan logam yang tipis, yang terpisah dan terisolasi satu
sama lain.
Ketika kepingan terhubung pada piranti yang bermuatan misalnya
baterai seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, muatan akan
dipindahkan dari satu konduktor ke konduktor lainnya sampai beda
potensial antara kutub positif (+) dan kutub negatif (-) sama dengan beda
potensial antara kutub positif (+) dan kutub negatif (-) baterai. Jumlah
muatan (Q) yang dipindahkan tersebut sebanding dengan beda potensial.

62 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Gambar 1. Kapasitor keping sejajar

Hubungan antara muatan Q dan beda potensial V memenuhi persamaan


(1)
dengan C menyatakan konstanta kesebandingan yang dikenal sebagai
kapasitansi. Kapasitansi adalah suatu ukuran dari kapasitas penyimpanan
muatan untuk suatu perbedaan potensial, dengan satuan Coulomb per
Volt, yang disebut Farad.
Dua buah kapasitor atau lebih seringkali digunakan bersama-sama
sebagai kombinasi. Terdapat tiga macam kombinasi rangkaian kapasitor,
yaitu rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian seri-paralel.
Untuk sejumlah n kapasitor yang dirangkai secara seri, seperti pada
gambar 2, beda potensial terminal A-B terdistribusi merata pada setiap
masing-masing kapasitor, dan pada setiap kapasitor akan terdapat
sejumlah muatan yang sama besar sebesar Q. Maka, beda potensial A-B
adalah jumlah dari beda potensial n kapasitor tersebut, sehingga:
(1)

A 𝑽 B
Gambar 2. Rangkaian seri sejumlah n kapasitor

63 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


Dan pada masing-masing kapasitor:

(2)

(3)

(4)

Sehingga beda potensial total adalah:

(5)

( ) (6)

Maka, kapasitansi total rangkaian n buah kapasitor adalah:

(7)

Gambar 3 menunjukkan n buah kapasitor yang dirangkaikan secara


paralel atau sejajar dan dihubungkan dengan sumber tegangan yang
memiliki bda potensial yang tetap V, dengan:
(8)

A B

Karena n buah kapasitor dihubungkan paralel dan dihubungkan


dengan beda potensial yang sama, sehingga nilai beda potensial setiap
kapasitor juga sama, yaitu V. Jumlah muatan setiap kapasitor adalah:
(9)

64 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


(10)
(11)
Jumlah muatan total yang tersimpan di dalam rangkaian tersebut adalah:
(12)
(13)
( ) (14)
Sehingga jumlah kapasitansi totalnya adalah:

(15)

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
1. Multimeter 5. Saklar satu kutub (atau bisa
dengan kabel penghubung
selain jepit)
2. Kabel penghubung merah dan hitam 6. Kapasitor
3. Papan rangkaian 7. Kapasitor
4. Jembatan penghubung 8. Baterai

D. Gambar Rangkaian Percobaan


1. Rangakaian Kapasitor Seri

2. Rangkaian Kapasitor Paralel

65 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


E. Langkah Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan.
2. Kondisikan multimeter sebagai voltmeter.
3. Posisikan saklar dalam keadaan terbuka (off) kemudian hubungkan baterai
ke rangkaian menggunakan kabel penghubung.
4. Saklar S (posisi I) ditutup dan setelah beberapa saat buka kembali saklar S
(posisi O).
5. Ukurlah beda potensial kapasitor C1 misalnya V1 dan catat hasilnya ke
dalam tabel pengamatan.
6. Ulangi langkah 3 dan 4, kemudian ukur beda potensial kapasitor C2
misalnya V2 dan catat hasilnya ke dalam tabel pengamatan.
7. Ulangi lagi langkah 3 dan 4 kemudian ukur beda potensial total rangkaian
kapasitor dan catat hasilnya.

F. Tabel Pengamatan
1. Rangkaian Kapasitor Paralel
;
Q1
Tegangan V1 V2 Vtotal Q2 Qtotal Ctotal C1+C2
(Coloumb
Sumber (Volt) (Volt) (Volt) (Coloumb) (Coloumb) (Farad) (Farad)
)
1 2 3 4 5 6 7 8

66 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~


2. Rangkaian Kapasitor Seri
;
Tegangan V1 V2 Vtotal Q1 Q2 Qtotal Ctotal C1+C2
Sumber (Volt) (Volt) (Volt) (Coloumb) (Coloumb) (Coloumb) (Farad) (Farad)
1 2 3 4 5 6 7 8

G. Tugas
1. Hitunglah secara manual kapasitor total untuk setiap penambahan satu
buah kapasitor secara paralel maupun seri dan bandingkan hasil
perhitungan tersebut dengan hasil pengukuran
2. Jelaskan pengaruh penambahan kapasitor secara paralel maupun seri
terhadap beda potensial pada rangkaian kapasitor.
3. Jelaskan pengaruh penambahan kapasitor secara paralel maupun seri
terhadap jumlah muatan pada rangkaian kapasitor.
4. Lakukan pembahasan dan ambilah kesimpulannya.

67 | Niteni, Nirokke, Nambahi ~an~

Anda mungkin juga menyukai