FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2016
Panduan Umum Keselamatan Penggunaan
Peralatan Laboratorium
a) Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker)
dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten/penanggung jawab praktikum.
b) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
c) Keringkan bagian tubuh yang basah karena keringat atau sisa air wudhu.
d) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau
orang lain.
e) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
f) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang
praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum. Jangan melakukan sesuatu
yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang berlebihan.
g) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain.
h) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum.
i) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
j) Hindari daerah,benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai.
k) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang
lain.
l) Dilarang memakai perhiasan berlebih terutama dari logam misalnya cincin,kalung,
gelang, dll.
m)Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum dan sekitar area
ruang praktikum.
n) Dilarang merokok di dalam ruang praktikum.
o) Simpan tas dan barang-barang yang tidak diperlukan dalam kegiatan praktikum di
tempat yang sudah disediakan.
p) Menggunakan jas laboratorium dalam setiap melakukan praktikum.
q) Menggunakan sepatu tertutup (bagi perempuan dilarang memakai sepatu hak tinggi dan
terbuka) dan tidak menggunakan perhiasan berlebih.
r) Menggunakan ikat rambut bagi yang berambut panjang (bila tida memakai
hijab/kerudung), hindari penggunaan hijab yang mengantung.
s) Jagalah selalu kebersihan, kerapihan dan kenyamanan lingkungan praktikum
PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKA
DASAR
a) Semua pihak yang berada dalam Laboratorium selama kegiatan praktikum sedang
berlangsung wajib memahami dan mengikuti instruksi Panduan Umum Keselamatan
Penggunaan Peralatan Laboratorium
b) Dosen pengampu mata kuliah praktikum menyerahkan data calon peserta praktikum ke
laboratorium selambat-lambatnya minggu ke-2 jadwal perkuliahan pada semester yang
bersangkutan.
c) Mahasiswa calon peserta praktikum berhak memperoleh petunjuk praktikum dengan
penggantian administrasi yang ditentukan kemudian.
d) Laboratorium mengumumkan peserta praktikum terdaftar dan dilengkapi dengan
pembagian kelompok, asisten, acara dan jadwal praktikum pada minggu ke-2 jadwal
perkuliahan pada semester yang bersangkutan.
e) Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80% dari jumlah total praktikum yang
diberikan.
f) Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi yang diserahkan
kepada Petugas Lab.Fisika paling lambat dua minggu sejak ketidak-hadirannya. Jika
tidak maka yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum susulan
sehingga nilai modul yang bersangkutan NOL.
g) Keterlambatan tidak boleh > 15 menit dari jadwal yang telah ditetapkan, apabila
terlambat tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum dan diberikan
kesempatan satu (1) kali melakukan praktikum susulan dengan jadwal yang ditentukan
kemudian.
h) Peserta praktikum wajib mengerjakan Tugas Pendahuluan dan membuat skema tabel
pengambilan data modul yang bersangkutan.
i) Acara praktikum meliputi pre-test, praktikum inti, pelaporan, dan persentasi akhir
kegiatan praktikum.
j) Peserta praktikum wajib mengikuti pelaksanaan Test Awal 10 menit sebelum
pelaksanaan praktikum. Hasil Test Awal akan menjadi bahan evaluasi keikutan sertaan
dalam kegiatan praktikum sesuai yang nilai acuannya ditentukan oleh asisten
praktikum.
k) Peserta praktikum yang nilai Test Awal dibawah acuan kelayakan akan dibatalkan
keikutsertaannya dalam praktikum tersebut dan diberikan kesempatan satu (1) kali
melakukan praktikum susulan dengan jadwal yang ditentukan kemudian.
l) Asisten praktikum mengevaluasi hasil Test Awal dan melaporkannya kepada
pembimbing praktikum sebelum diumumkan.
m) Setiap materi praktikum dalam praktikum inti dapat dipandu oleh satu (1) atau
beberapa orang asisten praktikum untuk setiap kelompok dengan jumlah ideal 2-5
peserta praktikum atau disesuaikan dengan jumlah peserta kelas.
n) Setelah menyelesaikan materi dalam praktikum inti, peserta praktikum wajib menyusun
laporan secara individu, mengikuti sistematika dalam petunjuk praktikum.
o) Laporan praktikum terdiri dari tujuan, alat dan bahan, teori dasar, prosedur, data dan
pengolahan data, pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka
p) Peserta praktikum mendapat bimbingan mengenai materi untuk laporan dari asisten
praktikum.
q) Laporan praktikum yang sudah dijilid dikumpulkan kepada asisten praktikum sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan (maksimal 7 hari seteleh pelaksanaan praktikum).
r) Peserta praktikum wajib mengikuti persentasi akhir sesuai jadwal. Bagi peserta
praktikum yang belum mengumpulkan laporan praktikum, tidak boleh mengikuti
presentasi akhir. Presentasi akhir dilakukan oleh pembimbing praktikum dengan
dibantu oleh asisten praktikum.
s) Nilai praktikum ditentutan dari nilai Tugas Pendahuluan, Tes Awal, Aktifitas,
Laporan.
t) Nilai akhir praktikum dihitung dari rata-rata nilai praktikum, presentasi akhir dan Ujian
(UTS, UAS atau Quis bila ada).
u) Untuk mengikuti praktikum susulan harus menghubungi petugas laboratorium 2 minggu
sebelum jadwal yang ditetapkan dan mengisi kelengkapan administrasi yang
bersangkutan.
v) Peserta praktikum yang telah dua (2) kali tidak mengikuti acara praktikum dinyatakan
GUGUR dan harus mengulang pada semester berikutnya, kecuali ada keterangan dari
ketua jurusan/kepala laboratorium atau surat dari dokter.
w) Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap
diberikan nilai sebesar 75%, sedangkan keterlambatan lebih dari satu (1) hari,
diberikan nilai 0%.
x) Plagiat dan kecurangan sejenisnya selama kegiatan praktikum maupun penyusunan
laporan praktikum, Nilai akan dibagi sesuai dengan banyak pelaku kecurangan.
y) Peserta praktikum yang telah menghilangkan, merusak atau memecahkan peralatan
praktikum harus mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud, dengan
kesepakatan antara laboran, pembimbing praktikum dan kepala laboratorium.
Prosentase pengantian alat yang hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat
atau tingkat kerusakan dari alat.
z) Apabila peserta praktikum sampai dengan jangka waktu yang ditentukan tidak bisa
mengganti alat tersebut, maka peserta praktikum TIDAK BOLEH mengikuti ujian
akhir semester (UAS); dan apabila peserta praktikum tidak sanggup mengganti alat
yang hilang, rusak atau pecah dikarenakan harga alat mahal atau alat tidak ada
dipasaran, maka nilai penggantian ditetapkan atas kesepakatan antara ketua jurusan,
pembimbing praktikum dan peserta praktikum (atau peminjam).
C. Modul Praktikum yang Disajikan
Jumlah
No. Judul Modul Metode Perte- Mata Kuliah Penilaian
muan
1 Kuliah Pendahuluan Diskusi 1 Prak. Fisika dasar -
1 dan Prak. Fisika
Dasar/Umum
2 Analisis Ketidakpastian dan Diskusi 3 Prak. Fisika dasar Kehadiran
Metode Grafik 1 dan Prak. Fisika Tugas Mandir
Dasar/Umum Tugas Terstruktur
3 Dasar Pengukuran Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
bersama 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan
(Perkelompok)
4 Translasi dan rotasi Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
5 Bandul matematis dan Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
osilator harmonik Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
6 Resonansi Bunyi Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
7 Viskositas Zat CAir Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
8 Kalorimeter Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 dan Prak. Fisika Test Awal
Dasar/Umum Keaktifan
Laporan (Individu)
9 Hukum ohm Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
10 Ayunan Magnetik Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
11 Pemantulan dan Pembiasan Praktikum 1 Prak. Fisika Tugas Pendahuluan
Pararel Dasar/Umum Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
12 Gaya gesek Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
13 Koefisien Restitusi dan Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Momen Inersia Batang Pararel 1 Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
14 Tegangan Permukaan Praktikum 1 Prak. Fisika dasar Tugas Pendahuluan
Pararel 1 Test Awal
Keaktifan
Laporan (Individu)
Percobaan 1
Analisis Ketidakpastian Pengukuran
dan Metode Grafik
1.1 Sumber Ketidakpastian
Pada percobaan fisika dasar dan juga pengambilan data pada praktikum maupun penelitian,hasil
yang diperoleh biasanya tidak dapat langsung diterima karena harus dipertanggung jawabkan
keberhasilan dan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia yang terbatas dan
ketelitian alat-alat yang dipergunakan mempunyai batas kemampuan tertentu.Dengan kata lain
peralatan dan sarana (termasuk waktu) yang tersedia bagi kita membatasitujuan dan hasil yang
dapat dicapai. Hasil percobaan baru dapat diterima apabila hargabesaran yang diukur dilengkapi
dengan batas-batas penyimpangan dan hasil tersebut, yangdisebut sesatan (ketidakpastian). Jika
dari hasil tersebut diketahui penyimpangan terlalu besar,maka bila diperlukan, percobaan harus
diulang kembali dengan berbagai cara, misalnyadengan mengulang pengukuran beberapa kali yang
lebih teliti atau mengganti alat-alat percobaandengan alat yang lebih baik ketelitiannya. Jadi
jelaslah untuk keperluan ini mutlakdiperlukan teori sesaat (ketidakpastian).
Penyebab Ketidakpastian
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian, yaitu:
1. Adanya nilai skala terkecil (NST) yang ditimbulkan oleh keterbatasan dari alat ukur.
2. Adanya ketidakpastian bersistem:
a) Kesalahan kalibrasi.
b) Kesalahan titik nol.
c) Kesalahan pegas.
d) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
e) Paralaks (arah pandang) dalam hal membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak:
1. Gerak Brown molekul udara.
2. Fluktasi tegangan jaringan listrik.
3. Bising elektronik.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
yang mana m dan V menyatakan massa dan volume benda (keduanya dapat diukur
secaralangsung). Karena pengukuran m dan V menghasilkan ketidakpastian∆m dan∆V, maka ρjuga
mengandung ketidakpastian∆ρ. Permasalahannya bagaimana hubungan∆m dan∆Vdengan∆ρ?
Misalkan besaran fisis Z (yang tidak dapat diukur secara langsung) merupakanfungsi dari besaran X
dan Y (yang dapat diukur secara langsung). Secara matematishubungan Z dengan X dan Y
dinyatakan sebagai:
𝑍(𝑋, 𝑌) = 𝑍(𝑋0 ± ∆𝑋, 𝑌0 ± ∆𝑌) (1.5)
dengan menggunakan deret Taylor di sekitar(X0, Y0) dapat diperoleh:
𝜕𝑍 𝜕𝑍
∆𝑍 = |𝜕𝑋| ∆𝑋 + |𝜕𝑌| ∆𝑌 (1.6)
𝑌 𝑋
Ketelitian dan Ketepatan
Suatu percobaan dikatakan memiliki ketelitian tinggi jika kesalahan percobaan(∆X) kecil.Dan suatu
percobaan dikatakan memiliki ketepatan tinggi jika kesalahan sistematik percobaan tersebut kecil.
Secara matematis ketelitian dan ketepatan suatu percobaan dapat ditulissebagai:
∆𝑋
𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = [1 − 𝑋̅
] × 100% (1.7)
𝑋𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 −𝑋𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑘𝑒𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = [1 − | 𝑋𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
|] × 100% (1.8)
Percobaan yang baik harus sama-sama memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam eksperimen fisika
yangmenggunakan metode grafik dengan pendekatan kuadrat terkecil (linier):
1. Menentukan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel bebas (variabel yang
nilainyadivariasi) dan besaran-besaran yang berperan sebagai variabel tak bebas
(variabelyang nilainya berubah karena adanya variasi dari variabel bebas).
2. Mengubah persamaan fisika yang terkait dengan tema eksperimen ke dalam
bentukpersamaan linear sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel bebas (x)
danvariabel tak bebasnya(y) membentuk persamaan linier
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥 (1.9)
dengan b adalah gradien grafik dan a adalah titik potong grafik terhadap sumbu y.
3. Membuat tabel yang diperlukan untuk mengubah nilai variabel-variabel terkait beserta
ketidakpastiannya menjadi variabel-variabel yang siap diplot ke dalam grafik.
4. Membuat grafik.
5. Menganalisa nilai besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik.
6. Membahas dan menyimpulkan hasil yang didapatkan.
Besaran atau konstanta yang akan dicari dari grafik biasanya berasal dari gradien(b) grafikatau titik
potong grafik terhadap sumbu y(a). Penentuan b dan a dapat dilakukan secaramanual setelah grafik
dibuat. Namun dapat pula ditentukan dengan menggunakan regresilinear, sebagai berikut:
𝑛 ∑𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −∑𝑖 𝑥𝑖 ∑𝑖 𝑦𝑖
𝑏= (1.10)
𝑛 ∑𝑖 𝑥𝑖2 −(∑𝑖 𝑥𝑖 )2
𝑛 ∑𝑖 𝑥𝑖 2 𝑦𝑖 −∑𝑖 𝑥𝑖 ∑𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖
𝑎= (1.11)
𝑛 ∑𝑖 𝑥𝑖2 −(∑𝑖 𝑥𝑖 )2
∑ 𝑥 2 ∑ (𝑦𝑖 −𝑎−𝑏𝑥𝑖 )2
(∆𝑎)2 = (𝑛−2)
𝑖 𝑖 𝑖
2 2
(1.13)
𝑛∑ 𝑖 𝑥𝑖 −(∑𝑖 𝑥𝑖 )
Secara numerik dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan Microsoft Excel atau
kalkulator saintifik.
Percobaan 2
Dasar Pengukuran
2.1 Tujuan
1. Dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong, mikrometer sekrup, gelas ukur dan
neraca.
2. Dapat membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang berbeda.
3. Dapat menganalisis ketidakpastian pengukuran pada masing-masing alat ukur yang
digunakan.
4. Dapat menghitung massa jenis benda.
Anda dapat mempelajari hukum tersebut di atas pada percobaan kereta dinamika maupunpada
percobaan pesawat Atwood. Percobaan kereta dinamika dapat dijelaskan sebagai berikut
Pada percobaan dalam Gambar 3.1, kereta dinamika berada di atas landasan (rel) yang diberi
kemiringan dan dilepaskan tanpa kecepatan awal. Gaya berat kereta dinamika tersebut
menyebabkan sistem kereta dinamika bergerak. Pada saat kereta dilepaskan, power supply yang
dihidupkan akan menyalakan ticker timer. Pola berupa titik-titik jejak ketikan yang dihasilkan oleh
ticker timer pada pita kertas yang ditarik oleh kereta dinamika ini menggambarkan gerak kereta
dinamika secara kualitatif. Dalam percobaan ini kereta dinamika bergerak lurus dengan kecepatan
yang bertambah, karena itu gerak kereta dinamika adalah gerak berubah beraturanyang dipercepat.
Dengan demikian, jarak antara dua titik yang berturutan pada kertas pitaakan semakin besar. Dalam
percobaan kereta dinamika ini anda dapat memvariasikan sudut kemiringan dan massa kereta
dinamika. Percobaan dengan pesawat Atwood ditunjukkanseperti pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Pesawat Atwood.
Bila massa silinder M1 dan beban tambahan(M1+m) lebih besar daripada massa silinder M2, maka
silinder M1 dan beban tambahanm akan bergerak dipercepat ke bawah sedangkan silinder M2, akan
bergerak keatas dengan percepatan yang sama besarnya. Hal itu akan membuat katrol bersumbu
tetap yang menghubungkan keduanya berotasi pada sumbu tetapnya.Pada tiap silinder berlaku
hukum II Newton:
∑ 𝐹 = ∑ 𝑚𝑎 (3.2)
Sedangkan untuk katrol berlaku
∑ 𝜏 = 𝐼𝛼 (3.3)
Dengan menjabarkan Persamaan (3.2) dan (3.3) di atas, kita dapat menurunkan persamaan
untuk menghitung percepatan silinder, yaitu:
(𝑀1 +𝑚−𝑀2 )
𝑎= 𝐼 .𝑔 (3.4)
(𝑀1 +𝑚+𝑀2 + 2 )
𝑅
Pesawat Atwood
1. Katrol (tebal 5 mm, diameter 12 cm) 1 buah
2. Batang tegak (batang berskala cm, skala terkecil 1 cm) 1 buah
3. Klem pemegang (1 klem memiliki pengatur panjang) 1 buah
4. Silinder materi 2 buah
5. Klem pembatas berlubang 1 buah
6. Klem pembatas tak berlubang 1 buah
7. Pemegang/pelepas silinder 1 buah
8. Beban tambahan 2 buah
9. Stop watch 1 buah
Pesawat Atwood
3. Buatlah grafik SAB terhadap tAB, dan grafik SBC terhadap tBC (untuk beban tambahanm1+m2)!
4. Berdasarkan grafik yang anda buat, perkirakanlah gerak pada lintasanAB danBC!
Percobaan 4
Harga l dan T dapat diukur pada pelaksanaan percobaan dengan bola logam yang cukupberat
digantungkan dengan kwat yang sangat ringan. Menentukan g dengan cara ini cukupteliti jika
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tali lebih ringan dibandingkan bolanya.
2. Simpangan harus lebih kecil (sudut θ lebih kecil dari 15◦).
3. Gesekan dengan udara harus sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
4. Gaya puntiran (torsi) tidak ada (kawat penggantung tidak boleh terpuntir).
Gambar 4.1: Bandul matematis.
4.2.2. Osilasi Harmonik
Setiap sistem yang memenuhi hukum Hooke akan bergetar dengan cara yang unik dan
sederhana yang disebut dengan gerak harmonik sederhana. Setiap sistem yang melengkung
terpuntir atau mengalami perubahan bentuk yang elastis dikatakan memenuhi hukum Hooke.
Besar gaya pemulihF ternyata berbanding lurus dengan negatif simpanganx dari pegas yang
direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara
matematis ditulis:
𝐹𝑠 = −𝑘∆𝑥 (4.5)
yang mana k merupakan konstanta pegas dan∆x adalah perubahan panjang pegas.
Jika pegas disusun vertikal dengan beban maka gaya pada pegas berasal dari berat beban,
sehinggajikadiketahuibesartetapanpegas, kitadapatmenentukanbesarpercepatangravitasi
sebagai
𝑘∆𝑥
𝑔=− (4.6)
𝑚
Ketika pegas yang telah diberi beban tersebut diberi simpangan awal dan dilepaskan maka
akan terjadi gerak harmonik sederhana, berdasarkan hukum Newton II dan hukum Hooke
diperoleh periode osilasi T sebagai
𝑚
𝑇 = 2𝜋√ 𝑘 (4.7)
Resonansi Bunyi
5.1. Tujuan
1. Memahami peristiwa resonansi gelombang bunyi.
2. Menentukan kecepatan rambat gelombang bunyi di udara.
Jika dua buah gelombang merambat dalam satu medium, hasilnya adalah jumlah dari
simpangankedua gelombang tersebut. Hasil dari supersosisi ini menimbulkan berbagai fenomena
yang menarik, seperti adanya pelayangan, interferensi, difraksi, dan resonansi. Misalkansuperposisi
dari suatu gelombang datang dengan gelombang pantulnya bisa menghasilkangelombang yang
dikenal sebagai gelombang stasioner atau gelombang berdiri.Jika gelombang datang secara terus
menerus maka akan terjadi resonansi. Resonansi padaumumnya terjadi jika gelombang mempunyai
frekuensi yang sama dengan atau mendekatifrekuensi alamiah, sehingga terjadi amplitudo yang
maksimal. Peristiwa resonansi ini banyakdimanfaatkan dalam kehidupan, misalkan saja resonansi
gelombang suara pada alat-alatmusik. Gelombang suara merupakan gelombang mekanik yang
dapat dipandang sebagai gelombangsimpangan maupun sebagai gelombang tekanan.Jika
gelombang suara merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka antara gelombangdatang dan
gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi superposisi. Resonansigelombang
berdiri dapat terjadi jika panjang tabung udara merupakan kelipatan dari ʎ/4, ʎ adalah panjang
gelombang. Jika gelombang suara dipandang sebagai gelombang simpangan, pada ujung tabung
yang tertutup akan terjadi simpul, tetapi jika ujungnya terbuka akan terjadi perut (lihat Gambar 5.1a
dan 5.1b). Untuk tabung yang salah satu ujungnya tertutup,hubungan antara panjang tabung L dan
panjang gelombang ʎ adalah:
𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) , 𝑛 = 0, 1, 2, … (5.1)
4
Dan untuk tabung yang ujungnya terbuka
𝜆
𝐿 = (𝑛 + 1) 2 , 𝑛 = 0, 1, 2, … (5.2)
Karena ukuran garis tabung kecil jika dibandingkan dengan panjang gelombang, perutgelombang
simpangan tidak tepat terjadi pada ujung terbuka didekatnya, melainkan pada e,suatu jarak antara
speaker dan tabung resonansi. Kemudian dengan menggunakan hubungan
𝜆 = 𝑉/𝑓. Persamaan (5.1) dituliskan menjadi:
𝜆
𝐿 = (2𝑛 + 1) − 𝑒
4
𝑉
= (2𝑛 + 1) 4𝑓 − 𝑒 (5.3)
Gambar 6.1: Gaya yang bekerja pada benda pada saat kecepatan terminal dicapai.
Persamaan (6.1) ini dikenal sebagai hukum Stokes dan dalam penerapannya memerlukan
beberapa syarat sebagai berikut:
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran bola).
2. Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak besar, sehingga aliran fluida masih bersifat laminar.
Jika sebuah bola padat yang rapat massanya ρ dan berjari-jari r dilepaskan tanpa kecepatanawal di
dalam zat cair kental yang rapat massanya ρ0 dengan ρ>ρ0, bola mula-mula akanmendapat
percepatan karena gaya berat dari bola, dan percepatan ini akan memperbesarkecepatan bola.
Bertambah besar kecepatan bola, menyebabkan gaya Stokes bertambah besar juga. Sehingga pada
suatu saat akan terjadi keseimbangan diantara gaya-gaya yangbekerja pada bola. Kesetimbangan
gaya-gaya ini menyebabkan bola bergerak lurus beraturan,yaitu bergerak dengan kecepatan yang
tetap. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatanakhir atau kecepatan terminal dari bola. Setelah
gaya-gaya pada bola setimbang, kecepatanterminal v dari bola dapat diturunkan sebagai berikut:
2𝑟 2 𝑔(𝜌−𝜌0 )
𝑣= 9𝜂
(6.2)
Kalorimeter
7.1. Tujuan
1. Menentukan kalor jenis kalorimeter.
2. Menentukan kalor jenis berbagai logam.
Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energy yang mengalir atau berpindah karena adanya
perbedaantemperature atau suhu. Secara umum dapat dikatakan bahwa satu kalor adalah
banyaknyakalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar dari 1 gram air.
Kalor Jenis
Suatu zat menerima kalor maka zat akan mengalami kenaikan suhu. Besar kenaikan suhu ini:
1. Sebanding dengan banyaknya kalor yang diterima.
2. Berbanding terbalik dengan massa zat.
3. Berbanding terbalik dengan kalor jenis zat.
Hubungan diatas dapat digambarkan dalam rumus berikut:
𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇 (7.1)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diterima, m adalah massa zat,∆𝑇adalah besarnyaperubahan
suhu dan c adalah kalor jenis benda. Dari Persamaan (7.1) di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kalor jenis zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untukmenaikkan suhu 1 kg zat
tersebut sebesar 1 0C.
Kapasitas kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk menaikkan
suhusebesar 10C. Hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda
terhadapkapasitas kalor benda dan kenaikkan suhu benda dapat ditulis sebagai:
𝑄 = 𝐶∆𝑇 (7.2)
dengan Q adalah banyaknya kalor yang diperlukan, ∆𝑇 adalah besarnya perubahan suhu danC ad-
lah kapasitas kalor jenis benda. Kapasitas kalor jenis air dapat dianggap sama dengan1 kal/g 0C.
Tabel 7.1: Kalor jenis zat pada suhu 250C tekanan 1 atm
Kalor Jenis c
Jenis zat
J/kg 0C kal/g 0C
Zat padat
Aluminium 900 0.215
Berylium 1830 0.436
Cadmium 230 0.055
Tembaga 387 0.0924
Germanium 322 0.077
Emas 129 0.0308
Besi 448 0.107
Timah 128 0.0305
Silikon 703 0.168
Perak 234 0.056
Kuningan 380 0.092
Kaca 837 0.200
Es (-50C) 2090 0.50
Marmer 860 0.21
Kayu 1700 0.41
Zat cair
Alkohol (etil) 2400 0.58
Raksa 140 0.033
Air (150C) 4186 1.00
Gas
Uap (1000C) 2010 0.48
HUKUM OHM
8.1. TUJUAN
1. Memperagakan pengukuran tegangan listrik.
2. Memperagakan pengukuran arus listrik.
3. Menginterpretasikan grafik tegangan dan arus.
4. Menentukan besar hambatansuatu penghantar.
yang disebut hukum Ohm. Dengan konstanta kesebandingan R, merupakan karakteristik internal
hambatan penghantar yang tidak dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang diberikan yang mana:
V : Beda potensial kedua ujung penghantar (Volt).
R : Besar hambatan (Ω).
I : Kuat arus yang mengalir (Ampere).
8.3.2.2. Percobaan 2
1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 8.1 di atas dan beritahukan kepada asisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
2. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
3. Atur ujung voltmeter pada hambatan geser (R1) dengan nilai tertentu hingga mendapatkan
nilai arus tertentu
4. Ubah nilai tegangan masuk B1 dan catatlah besarnya arus dan tegangan.
5. Ubah hambatan nilai hambatan geser (R1) sehingga nilai arus sama dengan nilai arus pada
langkah 3, catatlah besarnya arus dan tegangan.
6. Ulangi langkah 2-5 dengan variasi Arus.
8.3.2.3. Percobaan 3
1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 11.2 di atas dan beritahukan kepada asisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
2. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
3. Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 8.2, ulangi langkah pada percobaan 1
8.3.2.3. Percobaan 4
1. Pasanglah rangkaian listriknya seperti Gambar 8.2 di atas dan beritahukan kepada asisten
lebih dahulu untuk diperiksa sebelum rangkaian tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan.
2. Setelah diperiksa, aturlah saklar dalam posisi terhubung (ON).
3. Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 8.2, ulangi langkah pada percobaan 2.
8.4. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan bagaimana bunyi hukum Ohm?
2. Apakah besar hambatan dipengaruhi oleh tegangan dan arus yang diberikan?
3. Buktikan Persamaan (8.1) di atas sesuai hukum Ohm!
4. Apa yang dimaksud material Ohmic dan Non-Ohmic?
5. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar hambatan suatu benda?
Ayunan Magnetik
9.1. TUJUAN
Menentukan besar gaya magnet yang timbul pada kumparan berarus yang ditempatkan pada
medan magnet.
Berdasarkan Gambar 9.1, maka besarnya gaya magnet yang bekerja pada kumparan adalah:
𝐹 = 𝑊 tan 𝜃 (9.2)
sehingga
𝐵𝑖𝑙
tan 𝜃 = 𝑚𝑔 (9.3)
yang mana m merupakan massa kawat dan g adalah percepatan gravitasi bumi.
Percobaan 1
1. Rangkai alat-alat percobaan seperti pada Gambar 9.2.
2. Ukur massa dan panjang kumparan, perhatikan skala nol alat ukur sebelum digunakan dan
posisi pengamatan untuk mendapatkan data yang baik.
3. Pasang magnet di tengah tiang penyangga, sehingga magnet mengikuti huruf U yang
berotasi 900.
4. Pasang kumparan pada tiang penyangga, sehingga kumparan melewati bagian dalam
magnet.
5. Amati apa yang terjadi pada kumparan dan amperemeter. Catat sudut simpangan terjauh
yang dibentuk oleh kumparan dan kuat arus listrik terbesar yang ditunjukan oleh
amperemeter.
6. Ulangi langkah 3-5 untuk hambatan yang berbeda.
7. Buatlah grafik antara tan 𝜃 terhadap arus i, dan tentukan besarnya medan magnet B dan
gaya magnet F.
Percobaan 2
1. Ukur massa dan panjang kumparan, perhatikan skala nol alat ukur sebelum digunakan dan
posisi pengamatan untuk mendapatkan data yang baik.
2. Pasang magnet ditengah tiiang penyangga, sehingga magnet mengikuti huruf U yang
berotasi 900.
3. Pasang kumparan pada tiang penyangga, sehingga kumparan melewati bagian dalam
magnet.
4. Hubungkan kabel dengan hambatan 1 , catat kuat arus yang ditunjukan oleh amperemeter.
5. Catat sudut simpangan terjauh yang dibentuk oleh kumparan.
6. Ulangi langkah 3-5 untuk kumparan yang berbeda.
7. Buatlah grafik antara tan 𝜃 terhadap panjang kumparan l dan tentukan besarnya medan
magnet B dan gaya magnet F.
10. 1. TUJUAN
1. Melukis jalannya sinar pada pemantulan dan pembiasan cahaya.
2. Menentukan besar fokus cermin cekung dan cembung.
3. Menentukan besar fokus lensa cekung dan cembung.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya. Pembiasan cahaya terjadi
jika cahaya merambat dari suatu medium menembus ke medium lain yang memiliki
kerapatan yang berbeda. Hukum Snellius untuk pembiasan:
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 (10.1)
Metode Gauss
Untuk menghitung pembentukan bayangan dan juga perbesaran cermin dalam optika
geometrik digunakan rumus Gauss:
1 1 1
= + (10.2)
𝑓 𝑠 𝑠′
yang mana f adalah fokus cermin, s jarak sumber ke cermin dan s’ jarak cermin ke
bayangan. Selain itu hubungan antara fokus dengan jari-jari cermin adalah f = R/2.
Metode Bessel
untuk lensa cembung menggunakan Persamaan (10.2) dengan memodifikasi prosedur
melalui dua kali pengukuran. Dengan menggunakan jarak antara benda dan layar L yang
tetap akan dibentuk 2 bayangan terang, sehingga Persamaan (4.2) yang digunakan menjadi:
(𝐿−𝑋)(𝐿+𝑋) 𝐿2 −𝑋 2
𝑓= = (10.3)
4𝐿 4𝐿
4. Aturlah posisi cermin cembung sehingga tampak bayangan terang pada layar 2
(bisa menggunakan area yang tidak terpakai pada Lensa).
5. Ukur dan catatlah jarak cermin cembung terhadap layar 1 sebagai jari-jari
kelengkungan cermin cembung R.
6. Ulangi langkah 2 - 5 untuk posisi lensa + yang berbeda-beda.
1. Set up peralatan seperti Gambar 10.11, aturlah posisi layar 1 sehingga terbentuk
bayangan terang pada layar 1, tandai posisi laya r tersebut.
2. Pasang lensa cekung (-) diantara lensa cembung (+) dan layar 1,sehingga bayangan
menjadi kabur pada layar 1, kemudian geserlah layar sampai terbentuk bayangan
terang dan catatlah posisi layar sebagai posisi layar 2.
3. Ukur dan catat jarak lensa cekung (-) terhadap posisi layar awal (layar 1) sebagai
jarak benda maya –s, serta ukur dan catatlah jarak lensa cekung terhadap posisi
layar setelah digeser (layar 2) sebagai jarak bayangan nyata s’.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk posisi lensa cekung yang berbeda-beda.