A J A R
OPTIKA GEOMETRI
A. Pembiasan cahaya
1. Pengertian
Gambar 4.1 terjadinya patahan pada batang pensil merupakan salah satu
contoh perisriwa Pembiasan Cahaya
Jika cahaya mengenai cermin , maka gejala yang lebih dominan adalah
pemantulan dari pada pembiasan . Begiu pula bila berkas cahaya mengenai benda
bening , misalnya air , dan lensa maka gejala yang lebih dominan adalah pembiasan .
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari
udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari
dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegak lurus terhadap bidang batas (sudut
datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya :
a.
b.
c.
2. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi
kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan
dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens
(1629-1695) : Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias.
c
n=
v
Dengan :
n = indeks bias
Berikut ini disajikan nilai indeks bias untuk beberapa zat di tabel di bawah ini :
Medium
Udara haampa
Udara (pada STP)
Air
Es
Alcohol Etil
Gliserol
n=c/v
1,0000
1,0003
1,333
1,31
1,36
1,48
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591
1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan
sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi:
a) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
b) Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan
tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian
cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru.
Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya
tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru.
Pembelokan ini disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara i dan r ditemukan secara eksperimental pada sekitar
tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal sebagai
Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin i = n2 sin r
i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media yangdikenal dengan garis
normal). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang
dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus
terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Hal - hal yang penting dalam pembiasan , sehingga sering disebut hukum
pembiasan adalah :
a) Berkas sinar datang , berkas sinar bias ,dan garis normal terletak pada bidang
datar .
b) Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat sinar di
r)
c) Sinar datang dari medium lebih rapat ke mediun yang kurang rapat sinar di
biaskan menjauhi garis normal (
d) Sinar datang tegak lurus bidang batas tidak dibiaskan , tetapi di teruskan .
Gambar : a ) sinar dibiaskan mendekati garis normal (
i>r
N
sinar datang
udara
bidang batas
o r
kaca
sinar bias
sinar bias
udara
Bidang batas
kaca
Sinar datang
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas
cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2
dibelokkan menjauhi normal.
Pembiasan Pada Lensa Cembung
Pada peristiwa pembiasan ini memiliki suatu hubungan antara jarak benda ke lensa
( s ) , jarak bayangan ke lensa ( s1 ) dan fokus lensa ( f ) . Hubungan ini memiliki persamaan
seperti dibawah ini :
1
= 1
+ 1
s1
s1
= 2
catatan :
jarak fokus dan jari jari kelengkungan lensa cembung bernilai positif.
Arti jarak benda dan jarak bayangan adalah :
1 . jika jarak benda :
a ) positif , benda di depan lensa atau benda nyata .
b ) negatif , benda di belakang lensa atau bendanya maya .
2 . jika jarak bayangan :
a) Positif , bayangan dibelakang lensa atau bayangan nyata
b) Negatif ,bayangan di depan lensa atau bayangan maya .
Kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar sinar .Kekuatan lensa
ditulis dalam pesamaan :
P=1
M=
h1
s1
Lensa Cekung
Lensa cekung adalah lensa yang tipis dibagian tengahnya , tetapi tebal dibagian tepinya .
Jenis jenis lensa cekung seperti pada gambar berikut ini :
(a)
B
(c)
F
(b)
F
a) Hubungan s , s1 , dan f
1 = 1 + 1
f
s1
b) Perbesaran bayangan
M =
h1 = s 1
h
c ) kekuatan lensa
p = 1
f
pengukuran yang berlaku dalam pembentukan bayangan oleh lensa cekung adalah :
a) f untuk lensa lensa cekung selalu negatif ( - )
b) s adalah positf ( + ) jika benda ada berada di depan lensa cekung , dan negatif ( - )
dan negatif ( - ) jika benda berada di belakang lensa cekung .
c) s1 positif ( + ) jika cekung bayangan benda berada di belakang lensa cekung ,dan
negatif ( - ) jika bayangan berada didepan lensa cekung ( maya )
sedangkan hubungan antara jarak , jarak bayangan ,dan jarak benda dengan jari jari
kelengkungan lensa adalah :
1
= 1
s1
= 1
= 2
catatan :
jarak fokus dan jari jari kelengkungan lensa cekung bernilai negatif .
Kegunaan lensa cekung
Lensa cekung bersifat menyebarkan s inar sinar bias ( divergen )maka sangat
berguna bagi kehidupan manusia , antara lain untuk : lensa kacamata , memperluas ,
mempeluas daerah pandangan luar , dan teropong panggung .
2. Indeks Bias
a) Indeks bias mutlak
sini
sinr
n=
sin
n=
= c
sin
n1
sin
= n2
sin
atau
sini
n2
=
= n21
sinr
n1
keterangan :
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium
i=
sudut datang
=sudut bias
cahaya
AFB =
AFB = 1800
r1
i2
r1
i2
AFB
r1
i2
ABC +
BCA +
CAB =
i1
i2
=1800, dimana
r1
BCA + (
r2
ABC =
i2
r2
+
i2
dan
r1
CAB
sehingga
i 1 1 = 1800
r
BCA = 1800
BCA = 1800
r 2
BCA = 1800 + (
r2
i1
i2
i1
i2+r 1 (i1 +r 2)
r1
D = 1800
D = 1800
D = 1800
180 i2r 1 +i 1 +r 2
D=
BCA
0
i 1+r 2 )
(i2+r 1 )
D=
i1+r 2
Keterangan :
)
D = sudut deviasi
i1
prisma
= sudut
bias diluar
prisma
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung padar 2sudut
datangnya
cahay
ke prisma.
i2+r 1
= 2r atau r =
1
dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan dengan :
2
Dm =
i1+r 2 )
Dm =
2i
atau i =
1
(Dm + )
2
sin i n 2
=
sinr n1
1
sin (D m+ )
n
2
= 2
1
n1
sin
2
atau
1
n1 sin (D m+ ) =
2
Dengan :
n1
n2
Dm
15
), maka berlaku
1
1
1
1
sin (Dm + )= (D m+ ) dan sin =
. Sehingga besarnya sudut deviasi
2
2
2
2
minimumnya dapat dinyatakan dengan :
1
1
n1 sin (Dm +) = n2 sin
2
2
1
1
n1 (Dm + ) = n2
2
2
n1 (Dm +)
n2
n1 Dm +n1
n2
n1 D m
Dm
n2 n1
n2 n1
n1
Dm
n2
1
n1
( )
Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1= 1 dan indeks bias prisma
dinyatakan dengan n , maka berlaku :
Dm
( n1 )
60
Seberkas sinar datang pada salah satu sisi pembias prisma dengan sudut datang
60
, tentukan :
4
3
biasnya
Penyelesaian
Diketahui :
n
= 1,5
60
60
Contoh soal
Ditanya :
a. D = . . . . . .?
b. Dm = . . . . . ?
c. Dm = . . . . .? (dalam air)
Jawab :
a. D =
i 1+r 2
sin i1
=n
sinr 1
sin i1
sin 60
sin r 1
nsin r 1
=
0
1,5sin r 1
1
3
2
1
sin r 2
n
sin
i2
sin
r2
= n sin
sin
r2
= 1,5 sin
sin
r2
r2
i2
24,8
60
D=(
39
39
60
39
b. Sin
1
( Dm + )
2
= n sin
30
= 1,5 sin
39
1 (Dm +
0 ) = arc sin 0,75
60
2
1 (Dm +
0 ) = 48,6
60
2
60
(Dm +
Dm =
c. Sin
Sin
)=
97,2
97,2
1
( Dm + )
2
1
Dm
60
n
1
sin
na
2
60
)=
3
2
sin
37,2
30
Dispersi cahaya
Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut
disebut spektrum. Lebar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada selisih
sudut deviasi antara cahaya ungu dan cahaya merah. Selisih sudut deviasi antara
cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi yang dirumuskan :
=DU D M
15
medium di sekitar prisma adalah udara, maka besarnya sudut dispersi dapat
dinyatakan :
n
( UnM )
=
1. Sebuah prisma dengan sudut pembias
15
indeks bias untuk sinar merah 1,52 dan untuk sinar ungu 1,54 digabung dengan
prisma yang terbuat dari kaca flinta sehingga membentuk susunan prisma akromatik.
Apabila indeks bias sinar merah dan sinar ungu untuk kaca flinta adalah 1,62 dan
Contoh
soal flinta!
1,67, tentukan besarnya sudut pembias
pada prisma
Penyelesaian
Dikeatahui
nm
nu
nm
nu
= 1,52
= 1,54
= 1,62
= 1,67
=
15
Jawab
(nu - nm)
'
= (nu - nm)
'
nunm
n ' un' m
'
1,541,52 0
15
1,671,62
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisisisi yang sejajar.
Gambar
disamping
adalah Sebuah kaca
plan paralel atau balok
kaca. Dibatasi oleh tiga
pasang sisi sisi sejajar
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati
garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan
akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami
pergeseran sinar terhadap arah semula.
i1
A
d
C
B
r2
cos r1
d
s
s
maka
d
cos r1
sin
t
s
maka
t s. sin
t
maka:
d
.sin.
cosr1
i1 r1
Karena
i1 r1
t
maka
dengan keterangan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, ()
r = sudut bias, ()
t = pergeseran cahaya, (cm)
Contoh soal:
d.sin(i 1 r1 )
cosr1
Seberkas sinar memasuki balok kaca dari udara (nu = 1) dengan sudut datang i = 30.
Bila indeks bias balok kaca 1,52 dan ketebalannya 4 cm tentukan jarak pergeseran
sinar setelah sinar yang masuk itu keluar dari balok kaca!
Penyelesaian:
Diketahui :
i = 30
n1 = nu = 1
n2 = nk = 1,52
d = 4 cm
Ditanya : t = ?
Jawab:
n1 sin i = n2 sin r
n1
sin r =
n2
1
1,52
sin r = 0,33
r = 19,2
sin i
.sin 30 =
1
1,52
. 0,5
t =
d . sin( i1 r1 )
cos r1
4 x sin( 30 0 19,2 0 )
cos 19,2 0
= 0,79 cm.