Anda di halaman 1dari 23

B A H A N

A J A R

OPTIKA GEOMETRI

A. Pembiasan cahaya
1. Pengertian

Gambar 4.1 terjadinya patahan pada batang pensil merupakan salah satu
contoh perisriwa Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya


karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya.
Jika sebatang kayu yang sebagian masuk kedalam air , pada bidang batas
antara udara dan air , batang kayu itu kelihatan bengkok seperti patah ;Peristiwa ini
disebut pembiasan . Dikatakan berkas sinar itu dibiaskan oleh air karena optik air
tidak sama dengan kerapatan udara sehingga cepat rambat cahaya pada kedua
medium itu pun tidak sama .
Pembiasan akan terjadi apabila berkas sinar merambat melalui medium (zat
perantara) yang kerapatannya berbeda .
Apabila berkas cahaya atau sinar mengenai suatu medium atau berpindah dari
medium satu ke medium yang lain , maka akan mengalami dua gejala , yakni :
pemantulan dan pembiasan . Namun karena sifat medium dua gejala tersebut salah
satu lebih dominan dari pada yang lain .

Jika cahaya mengenai cermin , maka gejala yang lebih dominan adalah
pemantulan dari pada pembiasan . Begiu pula bila berkas cahaya mengenai benda
bening , misalnya air , dan lensa maka gejala yang lebih dominan adalah pembiasan .
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari
udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium
optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari
dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegak lurus terhadap bidang batas (sudut
datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya :
a.

Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari


atas.

b.

Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus


(positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun
dekat karena adanya pembiasan.

c.

Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

2. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi

dikarenakan perbedaan laju cahaya pada

kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan
dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens

(1629-1695) : Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias.

Secara matematis dapat dirumuskan :

c
n=
v

Dengan :

n = indeks bias

c = laju cahaya dalam ruang


hampa ( 3 x 108 m/s)

v = laju cahaya dalam zat (m/s)

Berikut ini disajikan nilai indeks bias untuk beberapa zat di tabel di bawah ini :
Medium
Udara haampa
Udara (pada STP)
Air
Es
Alcohol Etil
Gliserol

3. Hukum Pembiasan( Lensa)

n=c/v
1,0000
1,0003
1,333
1,31
1,36
1,48

Gambar 4.2 pembiasan pada

Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591
1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan
sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi:
a) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
b) Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan
tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian
cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru.
Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya
tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru.
Pembelokan ini disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara i dan r ditemukan secara eksperimental pada sekitar
tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal sebagai
Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin i = n2 sin r

i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap
garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media yangdikenal dengan garis
normal). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang
dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus
terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Hal - hal yang penting dalam pembiasan , sehingga sering disebut hukum
pembiasan adalah :

a) Berkas sinar datang , berkas sinar bias ,dan garis normal terletak pada bidang
datar .
b) Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat sinar di

biaskan mendekati garis normal (

r)

c) Sinar datang dari medium lebih rapat ke mediun yang kurang rapat sinar di
biaskan menjauhi garis normal (

d) Sinar datang tegak lurus bidang batas tidak dibiaskan , tetapi di teruskan .
Gambar : a ) sinar dibiaskan mendekati garis normal (

i>r

N
sinar datang

udara

bidang batas

o r

kaca

sinar bias

Gambar : b ) sinar dibiaskan menjauhi garis normal (


N

sinar bias

udara

Bidang batas

kaca

Sinar datang

Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka r

i, artinya jika cahaya

memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas
cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2
dibelokkan menjauhi normal.
Pembiasan Pada Lensa Cembung

n1, maka r > i, sehingga berkas

a . Jenis jenis lensa cembung


Salah satu ciri lensa cembung adalah bagian tebal lebih tebal daripada bagian
tepi .Lensa cembung dikatakan juga dengan lensa positif karena jarak fokusnya juga
psitif .
Lensa cembung mempunyai sifat mengumpulkan sinar atau konvergen. Sinar sinar
yang sejajar dengan sumbu utama , lensa dibiaskan menuju titik fokus lensa .
Ciri ciri lensa cembung adalah :

1 . Lensa cembung ganda atau cembung cembung ( bikonveks )


2 .cembung cekung ( konkaf - konveks)
3 . cembung datar ( plan konveks)
Sinar sinar istimewa pada lensa cembung :
1 ) sinar datang sejajar sumbu utama lensa , dibiaskan melalui titik fokus ( f )
2 ) sinsr datang melalui titik fokus ( f ) dibiaskan sejajar sumbu utama
3 ) sinar datang melalui titik pusat optik ( o ), tidak dibiaskan melainkan
diteruskan .

Pada peristiwa pembiasan ini memiliki suatu hubungan antara jarak benda ke lensa
( s ) , jarak bayangan ke lensa ( s1 ) dan fokus lensa ( f ) . Hubungan ini memiliki persamaan
seperti dibawah ini :
1

= 1

+ 1
s1

Letak bayangan pada lensa cembung dapat ditentukan dengan persamaan :


1
s

s1

= 2

catatan :
jarak fokus dan jari jari kelengkungan lensa cembung bernilai positif.
Arti jarak benda dan jarak bayangan adalah :
1 . jika jarak benda :
a ) positif , benda di depan lensa atau benda nyata .
b ) negatif , benda di belakang lensa atau bendanya maya .
2 . jika jarak bayangan :
a) Positif , bayangan dibelakang lensa atau bayangan nyata
b) Negatif ,bayangan di depan lensa atau bayangan maya .
Kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk memfokuskan sinar sinar .Kekuatan lensa
ditulis dalam pesamaan :

P=1

; dimana P itu adalah


f
kekuatan lensa dengan satuan dioptri ; f = jarak fokus benda dengan satuan meter (m).
Kekuatan lensa dalam kacamata sering disebut dengan nomor kacamata .
Kegunaan Lensa Cembung
Dalam kehidupan sehari hari lensa cembung mempunyai banyak kegunaan misalnya untuk
lensa kacamata , lensa pada kamera , lup , dan mikroskop .
d . Perbesaran lateral
Perbesaran lateral pada lensa cembung adalah perbandingan antara tinggi bayangan dan
tinggi benda dan atau perbandingan antara jarak bayangan dengan jarak benda .

M=

h1

s1

Lensa Cekung
Lensa cekung adalah lensa yang tipis dibagian tengahnya , tetapi tebal dibagian tepinya .
Jenis jenis lensa cekung seperti pada gambar berikut ini :

a) Lensa cekung ganda ( bikonkaf )


b) Lensa cekung cembung ( konkaf konveks )
c) Lensa cekung datar ( plan konkaf
Salah satu ciri lensa cekung adalah bagian tengah lebih tipis dari pada bagian tepi. Lensa
cekung dinamakan pula lensa negatif karena jarak fokusnya bernilai negatif .Lensa cekung
bersifat menyebarkan sinar ( divergen ) ; artinya sinar sinar yang sejajar sumbu utama
lensa dibiaskan seolah olah berasal dari titik fokus lensa .
Sinar sinar istimewa pada lensa cekung adalah sebagai berikut :
a) Sinar datang sejajar sumbu utma lensa , dibiaskan seolah olah berasal dari titik
fokus lensa .
b) Sinar datang menuju titik fokus , dibiaskan sejajar sumbu utama .
c) Sinar datang melalui titik pusat lensa cekung O tidak dibiaskan .
Gambar :
L

(a)
B

(c)
F

(b)
F

Rumus rumus lensa cekung


Rumus rumus pada lensa cembung berlaku juga pada lensa cekung .

a) Hubungan s , s1 , dan f
1 = 1 + 1
f

s1

b) Perbesaran bayangan
M =
h1 = s 1
h

c ) kekuatan lensa
p = 1
f

pengukuran yang berlaku dalam pembentukan bayangan oleh lensa cekung adalah :
a) f untuk lensa lensa cekung selalu negatif ( - )
b) s adalah positf ( + ) jika benda ada berada di depan lensa cekung , dan negatif ( - )
dan negatif ( - ) jika benda berada di belakang lensa cekung .
c) s1 positif ( + ) jika cekung bayangan benda berada di belakang lensa cekung ,dan
negatif ( - ) jika bayangan berada didepan lensa cekung ( maya )
sedangkan hubungan antara jarak , jarak bayangan ,dan jarak benda dengan jari jari
kelengkungan lensa adalah :
1

= 1

s1

= 1

= 2

catatan :
jarak fokus dan jari jari kelengkungan lensa cekung bernilai negatif .
Kegunaan lensa cekung

Lensa cekung bersifat menyebarkan s inar sinar bias ( divergen )maka sangat
berguna bagi kehidupan manusia , antara lain untuk : lensa kacamata , memperluas ,
mempeluas daerah pandangan luar , dan teropong panggung .

2. Indeks Bias
a) Indeks bias mutlak

Indeks bias mutlak dapat dipandang sebagai suatu ukuran


kemampuan medium itu untuk membelokkan cahaya . Indeks bias mutlak
merupakan perbandingan antara sinus sudut bias , atau dirumuskan sbb :

sini
sinr

n=

cahaya yang merambat pada dua medium yang berbeda akan


mengalami perubahan kecepatan . Oleh karena itu , indeks bias mutlak
suatu medium hampa dapat dirumuskan :

sin

n=

= c

sin

b ) Indeks Bias Relatif


Seberkas sinar merambat dari medium 1 ( n1 ) ke medium 2 ( n2 )
misalnya dari kaca menuju air . Indeks bias relatif kaca terhadap air dapat
ditulis sbb :

n1

sin

= n2

sin

atau

sini
n2
=
= n21
sinr
n1

keterangan :
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium

i=

sudut datang

=sudut bias

n21= indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 .

Hubungan antara cepat rambat , frekuensi , dan panjang gelombang

cahaya

dengan indeks bias .


Ketika cahaya dari suatu medium menuju medium lainnya , frekuensinya
tetap atau tidak berubah , sehingga f1 = f2 = f
( ingat v = f ) . Dengan demikian hubungan antara panjang gelombang dan
indeks bias sbb :

Pembiasan Cahaya Pada Prisma


Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas
sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang
pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II,
berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar
dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat
optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar
dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik
kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah
prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Marilah kita mempelajari
fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti halnya
terjadinya sudut deviasi dan dispersi cahaya.
1. Sudut deviasi

Gambar 4.1 Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Gambar 4.1 menggambarkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma.


Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma
mengalami dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan
berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Sudut yang dibentuk antara arah
sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi
lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.
Perhatikan Gambar 4.1!
Untuk segiempat AFBE, maka :
Pada segitiga AFB,

AFB =

AFB = 1800

r1

i2

AFB = 1800, sehingga diperoleh

r1

i2

AFB

r1

i2

ABC +

BCA +

CAB =

i1

i2

Pada segitiga ABC, terdapat hubungan :

=1800, dimana

r1

BCA + (

r2

ABC =

i2

r2
+

i2

dan

r1

CAB

sehingga

i 1 1 = 1800
r

BCA = 1800

BCA = 1800

r 2

BCA = 1800 + (

r2

i1

Besarnya sudut deviasi dapat dicarisebagai berikut :

i2

i1

i2+r 1 (i1 +r 2)

r1

D = 1800

D = 1800

{180 +(i 2+r 1)(i1+r 2)}

D = 1800

180 i2r 1 +i 1 +r 2

D=

BCA
0

i 1+r 2 )
(i2+r 1 )

D=

i1+r 2

Keterangan :
)

D = sudut deviasi

i1

= sudut datang pada

prisma
= sudut
bias diluar
prisma
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung padar 2sudut
datangnya
cahay
ke prisma.

Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya


pun akan semakin kecil.
= sudut pembias
Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama
dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang
masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga
berlaku i1 = r2 = i (dengan i adalah sudut datang cahay ke prisma) dan i2= r1 = r (dengan r
adalah sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena

i2+r 1

= 2r atau r =

1
dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat dinyatakan dengan :
2
Dm =

i1+r 2 )

Dm =

2i

atau i =

1
(Dm + )
2

Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku :

sin i n 2
=
sinr n1

1
sin (D m+ )
n
2
= 2
1
n1
sin
2

atau

1
n1 sin (D m+ ) =
2

Dengan :

n1

= indeks bias medium di sekitar prisma

n2

= indeks bias prisma

= sudut pembias prisma

Dm

= sudut deviasi minimum prisma

Untuk sudut pembias prisma kecil (

15

), maka berlaku

1
1
1
1
sin (Dm + )= (D m+ ) dan sin =
. Sehingga besarnya sudut deviasi
2
2
2
2
minimumnya dapat dinyatakan dengan :

1
1
n1 sin (Dm +) = n2 sin
2
2
1
1
n1 (Dm + ) = n2
2
2

n1 (Dm +)

n2

n1 Dm +n1

n2

n1 D m
Dm

n2 n1
n2 n1
n1

Dm

n2
1
n1

( )

Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1= 1 dan indeks bias prisma
dinyatakan dengan n , maka berlaku :

Dm

( n1 )

1. Sebuah prisma mempunyai sudut pembias

60

dan indeks biasnya 1,5.

Seberkas sinar datang pada salah satu sisi pembias prisma dengan sudut datang

60

, tentukan :

a. Sudut deviasi yang terjadi pada prisma,


b. Sudut deviasi minimum yang terjadi pada prisma tersebut, dan
c. Sudut deviasi minimum yang terjadi jika prisma di dalam air yang indeks

4
3

biasnya
Penyelesaian
Diketahui :
n

= 1,5

60

60

Contoh soal

Ditanya :
a. D = . . . . . .?
b. Dm = . . . . . ?
c. Dm = . . . . .? (dalam air)
Jawab :
a. D =

i 1+r 2

sin i1
=n
sinr 1

sin i1
sin 60
sin r 1

nsin r 1

=
0

1,5sin r 1
1
3
2

1
sin r 2
n

sin

i2

sin

r2

= n sin

sin

r2

= 1,5 sin

sin

r2

r2

i2
24,8

= 1,5 x 0,42 = 0,63

= arc sin 0,63 =

60

D=(

39

39

60

39

Jadi, sudut deviasi pada prisma sebesar

b. Sin

1
( Dm + )
2

= n sin

30

= 1,5 sin

39

= 1,5 x 0,5 = 0,75

1 (Dm +
0 ) = arc sin 0,75
60
2
1 (Dm +
0 ) = 48,6
60
2

60

(Dm +

Dm =
c. Sin

Sin

)=

97,2

97,2

1
( Dm + )
2
1

Dm

60

n
1
sin

na
2

60

)=

3
2

sin

37,2

30

Dispersi cahaya

Gambar 4.4 Terbentuknya pelangi merupakan salah satu contoh


peristiwa dispersi.

Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang


berwarna-warni, seperti terjadinya pelangi. Pelangi merupakan peristiwa terurainya
cahaya matahari oleh butiran-butiran air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini
disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing cahaya, di mana indeks
bias cahaya merah paling kecil, sedangkan cahaya ungu memiliki indeks bias paling
besar. Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni disebut
cahaya polikromatik sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi disebut
cahaya monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih,
misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu prisma seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.5 Dispersi cahaya oleh prisma

Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut
disebut spektrum. Lebar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada selisih
sudut deviasi antara cahaya ungu dan cahaya merah. Selisih sudut deviasi antara
cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi yang dirumuskan :

=DU D M

Jika sudut pembias prisma kecil (<

15

) dan n menyatakan indeks bias prisma serta

medium di sekitar prisma adalah udara, maka besarnya sudut dispersi dapat
dinyatakan :

n
( UnM )
=
1. Sebuah prisma dengan sudut pembias

15

terbuat dari kaca kerona yang memiliki

indeks bias untuk sinar merah 1,52 dan untuk sinar ungu 1,54 digabung dengan
prisma yang terbuat dari kaca flinta sehingga membentuk susunan prisma akromatik.
Apabila indeks bias sinar merah dan sinar ungu untuk kaca flinta adalah 1,62 dan
Contoh
soal flinta!
1,67, tentukan besarnya sudut pembias
pada prisma
Penyelesaian
Dikeatahui
nm
nu
nm
nu

= 1,52
= 1,54
= 1,62
= 1,67
=

15

Jawab

(nu - nm)

'

= (nu - nm)

'

nunm

n ' un' m

'

1,541,52 0
15
1,671,62

Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)

Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisisisi yang sejajar.

Gambar
disamping
adalah Sebuah kaca
plan paralel atau balok
kaca. Dibatasi oleh tiga
pasang sisi sisi sejajar
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati
garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan
akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami
pergeseran sinar terhadap arah semula.

Gambar Pergeseran sinar bias


terhadap arah semula dari
sinar datang pada kaca plan
paralel. Berkas sinar bias
akhir sejajar dengan sinar
datang
namun
bergeser
sejauh jarak titik G-C

Menentukan besar pergeseran sinar.

i1

A
d

C
B
r2

Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.

Pada segitiga ABC siku-siku di B:

cos r1

d
s

s
maka

d
cos r1

Pada segitiga ACD siku-siku di D:

sin

t
s

maka

t s. sin

Pergeseran sinarnya sejauh t,

t
maka:

d
.sin.
cosr1

i1 r1
Karena

i1 r1

t
maka

Ketentuan lain adalah berlaku: i1 = r2


r1 = i2

dengan keterangan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, ()
r = sudut bias, ()
t = pergeseran cahaya, (cm)

Contoh soal:

d.sin(i 1 r1 )
cosr1

Seberkas sinar memasuki balok kaca dari udara (nu = 1) dengan sudut datang i = 30.
Bila indeks bias balok kaca 1,52 dan ketebalannya 4 cm tentukan jarak pergeseran
sinar setelah sinar yang masuk itu keluar dari balok kaca!
Penyelesaian:
Diketahui :
i = 30
n1 = nu = 1
n2 = nk = 1,52
d = 4 cm

Ditanya : t = ?
Jawab:
n1 sin i = n2 sin r

n1
sin r =

n2

1
1,52

sin r = 0,33

r = 19,2

sin i

.sin 30 =

1
1,52

. 0,5

t =

d . sin( i1 r1 )
cos r1

4 x sin( 30 0 19,2 0 )
cos 19,2 0

= 0,79 cm.

Anda mungkin juga menyukai