D. Kajian Teori
a) Pembiasan Kaca Plan Paralel
Kaca plan paralel adalah sekeping kaca tiga dimensi yang kedua
sisi panjangnya dibuat sejajar. Kaca plan paralel dapat digunakan
untuk mengamati jalannya sinar yang mengalami pembiasan dan
untuk menentukan indeks bias kaca tersebut. Peristiwa yang terjadi
ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar
tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau berkas sinar akan
mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca
akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan
cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki
kerapatan optik yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembiasan cahaya terjadi ketika cahaya melewati dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Seberkas cahaya yang melewati medium
dengan kerapatan yang berbeda, cahaya tersebut akan mengalami
perubahan kecepatan. Perubahan cepat rambat gelombang cahaya ini
yang menyebabkan cahaya mengalami pembiasan (Indeks, Zat, &
Melalui, 2013).
b) Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, Willbrord Snell melakukan eksperimen
untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen tersebut dikenal dengan nama hukum Snell yang kedua
[2] yang berbunyi:
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu
bidang datar.
2. Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut sinar bias
(r) selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n).
Gambar 2. Arah jalannya sinar datang dan sinar bias pada dua medium
dengan kerapatan optik yang berbeda
Sumber : Jurnal Pembuktian Hukum Snellius tentang Pembiasan
Cahaya pada Medium Udara-Air menggunakan Logger Pro
Konsep dasar pembiasan cahaya adalah Hukum Snellius yang
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Hukum I Snellius berbunyi
“ Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu
bidang datar”.
2. Hukum II Snellius berbunyi
“ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka
sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar
di belokkan menjauhi garis normal”.
n1 sin q1 = n2 sin q2
c) Indeks Bias
Nilai pembiasan atau pembelokan arah rambat cahaya yang
keluar dari suatu medium bergantung pada kerapatan optik medium
tersebut. Kerapatan optik ini merupakan sifat dari medium yang
tembus cahaya (zat optik) dalam melewatkan cahaya (Zamroni dalam
Wiranda, 2019). Cahaya yang masuk dari zat optik kurang rapat ke zat
optik lebih rapat (udara ke air), maka cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik
lebih rapat ke zat optik kurang (kaca ke udara), cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Garis normal merupakan garis yang tegak
lurus pada bidang batas medium.
Semakin besar indeks bias suatu zat maka semakin besar cahaya
dibiaskan oleh zat tersebut. Besarnya pembiasan juga bergantung pada
panjang gelombang cahaya. Pada spektrum cahaya tampak, panjang
gelombang cahaya memiliki variasi gelombang, merah yang
terpanjang sampai gelombang ungu yang terpendek (Utami, 2015)
dalam jurnal (Wiranda et al., 2019). Ketika cahaya dari satu medium
merambat melewati medium lainnya yang berbeda kerapatan optik
maka cepat rambat cahaya akan berubah. Cepat rambat cahaya akan
berkurang jika memasuki medium dengan kerapatan tinggi.
Sebaliknya, cepat rambat cahaya akan bertambah jika melewati
medium dengan kerapatan rendah. Perbandingan cepat rambat cahaya
di ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya di dalam suatu
medium disebut indeks bias mutlak. Indeks bias mutlak suatu medium
dapat dicari dengan menggunakan persamaan dibawah ini.
c
n= … .(1)
v
Keterangan:
E. Hipotesis
1.
2. Jika sudut sinar datang semakin besar dari bidang datar kaca plan,
maka pergeseran sinar semakin besar. Jika sebaliknya, sudut sinar
datang semakin kecil dari bidang datar kaca plan maka pergeseran
sinar semakin kecil.
3. Jika sudut sinar datang semakin besar dari bidang datar kaca plan
maka sudut bias semakin besar dan sebaliknya jika sudut sinar
datang semakin kecil dari bidang datar kaca plan maka sudut bias
semakin kecil
F. Alat dan Bahan
Alat :
1. Kaca plan paralel 1 buah
2. Jarum pentul 10 buah
3. Penggaris 1 buah
4. Busur drajat 1 buah
5. Sterofoam 1 buah
Bahan :
1. Kertas putih 10 lembar
G. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel manipulasi : sudut datang (i)
Definsi Operasional : sudut datang adalah sudut yang dibentuk
antara sinar datang yang menyentuh sisi kaca plan paralel dengan
garis normal. Sudut datang dimanipulasi sebesar 25°, 30°,35°, 40°,
dan 45°.
2. Variabel kontrol : jenis kaca, tebal kaca, busur derajat
Definsi Operasional : Jenis kaca yang digunakan dalam percobaan
adalah sama yaitu kaca plan paralel yang memiliki ketebalan yang
sama pula. Busur derajat yang digunakan untuk mengukur sudut-
sudut selama percobaan adalah sama.
3. Variabel respon : sudut bias (r), indeks bias (n) dan pergeseran (t),
Definsi Operasional : Sudut bias adalah sudut yang dibentuk
antara sinar yang keluar (garis pada kaca) dengan garis
normal, dimana nanti akan di ukur dengan busur derajat. Indeks
Bias adalah perbandingan laju cahaya dari kedua medium.
Pergeseran (t) adalah jarak antara sinar datang dengan sinar
yang meninggalkan sisi kaca plan paralel.
H. Rancangan Percobaan
J. Tabel Data
Indeks, P., Zat, B., & Melalui, C. (2013). Pengukuran Indeks Bias Zat Cair
Melalui Metode Pembiasan Menggunakan Plan Paralel. Jurnal Fisika,
3(2), 108–111. https://doi.org/10.15294/jf.v3i2.3818
Purnamasari, W. S., & Surabaya, U. N. (2011). Wahyu Siami Purnamasari
113184029 Pendidikan Fisika A 2011 Universitas Negeri Surabaya.
1–14.
Wiranda, N. S., Studi, P., Fisika, P., & Bias, I. (2019). Kajian Indeks Bias
Terhadap Air Keruh Menggunakan Metode Plan Paralel
ASSESSMENT OF BIAS INDEX TO FAKE WATER USING THE.
1(1).
Sutadi, N. (2013). Pembuktian Hukum Snellius Tentang Pembiasan
Cahaya Pada Medium Udara-Air Menggunakan Logger Pro. Program
Magister Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.