Anda di halaman 1dari 8

A.

Judul Percobaan : Pembiasan pada Kaca Plan Paralel


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh besar sudut datang (i) terhadap indeks bias
(n) kaca plan paralel?
2. Bagaimana pengaruh besar sudut datang (i) terhadap pergeseran
sinar (t) pada kaca plan paralel?
3. Bagaimana pengaruh besar sudut datang (i) terhadap sudut bias (r)
pada kaca plan paralel?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh besar sudut datang (i) terhadap indeks bias
(n) kaca plan paralel.
2. Mengetahui pengaruhi besar sudut datang (i) terhadap pergeseran
sinar (t) plan paralel.
3. Mengetahui pengaruh besar sudut datang (i) terhadap sudut bias (r)
pada kaca plan paralel.

D. Kajian Teori
a) Pembiasan Kaca Plan Paralel
Kaca plan paralel adalah sekeping kaca tiga dimensi yang kedua
sisi panjangnya dibuat sejajar. Kaca plan paralel dapat digunakan
untuk mengamati jalannya sinar yang mengalami pembiasan dan
untuk menentukan indeks bias kaca tersebut.  Peristiwa yang terjadi
ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar
tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau berkas sinar akan
mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca
akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan
cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki
kerapatan optik yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembiasan cahaya terjadi ketika cahaya melewati dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Seberkas cahaya yang melewati medium
dengan kerapatan yang berbeda, cahaya tersebut akan mengalami
perubahan kecepatan. Perubahan cepat rambat gelombang cahaya ini
yang menyebabkan cahaya mengalami pembiasan (Indeks, Zat, &
Melalui, 2013).

Gambar 1. Plan Paralel Berbentuk Balok


Sumber : Jurnal Pengukuran Indeks Bias Zat Cair melalui Metode
Pembiasan Menggunakan Plan Paralel

b) Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, Willbrord Snell melakukan eksperimen
untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen tersebut dikenal dengan nama hukum Snell yang kedua
[2] yang berbunyi:

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu
bidang datar.
2. Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut sinar bias
(r) selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n).

Gambar 2. Arah jalannya sinar datang dan sinar bias pada dua medium
dengan kerapatan optik yang berbeda
Sumber : Jurnal Pembuktian Hukum Snellius tentang Pembiasan
Cahaya pada Medium Udara-Air menggunakan Logger Pro
Konsep dasar pembiasan cahaya adalah Hukum Snellius yang
terbagi menjadi dua yaitu:

1. Hukum I Snellius berbunyi 
“ Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu
bidang datar”.
2. Hukum II Snellius berbunyi
“ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih
rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka
sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar
di belokkan menjauhi garis normal”.

Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,


sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke
medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini
disebut pembiasan.Sudut bias bergantung pada laju cahaya
kedua  media dan pada sudut datang. Hubungan analitis
antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun
1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal
sebagai hukum snell dan dituliskan:

                                        n1 sin q1  =  n2 sin q2

Pada rumus di atas q1 adalah sudut datang dan q2 adalah sudut


bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan
antara kedua media) n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi
tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang
sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan.
Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.

Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1,  maka q2 > q1, artinya


jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya
lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan
jika n2 > n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi
normal. (Giancoli, 2001).

Jika seberkas cahaya datang tegak lurus pada permukaan


sekeping kaca, bagian berkas cahaya yang datang pada keping kaca
akan diteruskan tanpa berubah arah (sudut datang sama dengan nol
derajat). Berkas cahaya yang datang pada prisma di sebelah atas akan
mengalami pembelokan atau deviasi ke bawah. Besar deviasi ini
bergantung pada sudut puncak prisma dan indeks bias prisma. Dengan
cara yang sama, bagian berkas cahaya yang jatuh pada prisma di
sebelah bawah akan mendapat deviasi keatas.

Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas


yang memisahkan dua medium berbeda. Energi cahaya tersebut
dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan arah dari sinar
yang ditransmisikan tersebut disebut pembiasan.(Purnamasari &
Surabaya, 2011)

c) Indeks Bias
Nilai pembiasan atau pembelokan arah rambat cahaya yang
keluar dari suatu medium bergantung pada kerapatan optik medium
tersebut. Kerapatan optik ini merupakan sifat dari medium yang
tembus cahaya (zat optik) dalam melewatkan cahaya (Zamroni dalam
Wiranda, 2019). Cahaya yang masuk dari zat optik kurang rapat ke zat
optik lebih rapat (udara ke air), maka cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik
lebih rapat ke zat optik kurang (kaca ke udara), cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Garis normal merupakan garis yang tegak
lurus pada bidang batas medium.

Pembiasan Cahaya pada Zat Cair Besar nilai kerapatan optik


suatu medium dinyatakan dalam indeks bias. Itu artinya semakin besar
indeks bias suatu medium berarti kerapatan optik medium juga
semakin besar dan semakin besar kerapatan optik, maka akan semakin
besar pula arah pembelokan cahaya yang melewati medium tersebut
(Zamroni, 2013) dalam jurnal (Wiranda, Studi, Fisika, & Bias, 2019).
Setiap medium mempunyai indeks bias tertentu, yang merupakan
suatu ukuran seberapa besar nilai suatu bahan dapat membiaskan
cahaya. Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya
di udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut. Kecepatan
cahaya di udara selalu lebih besar daripada di dalam zat lain. Oleh
karena itu, indeks bias zat lain selain udara selalu lebih besar dari 1
(Utami, 2015) dalam jurnal (Wiranda et al., 2019).

Semakin besar indeks bias suatu zat maka semakin besar cahaya
dibiaskan oleh zat tersebut. Besarnya pembiasan juga bergantung pada
panjang gelombang cahaya. Pada spektrum cahaya tampak, panjang
gelombang cahaya memiliki variasi gelombang, merah yang
terpanjang sampai gelombang ungu yang terpendek (Utami, 2015)
dalam jurnal (Wiranda et al., 2019). Ketika cahaya dari satu medium
merambat melewati medium lainnya yang berbeda kerapatan optik
maka cepat rambat cahaya akan berubah. Cepat rambat cahaya akan
berkurang jika memasuki medium dengan kerapatan tinggi.
Sebaliknya, cepat rambat cahaya akan bertambah jika melewati
medium dengan kerapatan rendah. Perbandingan cepat rambat cahaya
di ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya di dalam suatu
medium disebut indeks bias mutlak. Indeks bias mutlak suatu medium
dapat dicari dengan menggunakan persamaan dibawah ini.

c
n= … .(1)
v

Keterangan:

n = indeks bias mutlak medium

c = cepat rambat cahaya di ruang hampa yaitu (3 × 108 m/s)

v = cepat rambat cahaya di dalam medium

Analisis data dilakukan menggunakan hukum Snellius:


sinθ 1 v 1 n 2
= =
sinθ 2 v 2 n 1

E. Hipotesis
1.
2. Jika sudut sinar datang semakin besar dari bidang datar kaca plan,
maka pergeseran sinar semakin besar. Jika sebaliknya, sudut sinar
datang semakin kecil dari bidang datar kaca plan maka pergeseran
sinar semakin kecil.
3. Jika sudut sinar datang semakin besar dari bidang datar kaca plan
maka sudut bias semakin besar dan sebaliknya jika sudut sinar
datang semakin kecil dari bidang datar kaca plan maka sudut bias
semakin kecil
F. Alat dan Bahan
Alat :
1.  Kaca plan paralel                    1 buah
2.  Jarum pentul                           10 buah
3.  Penggaris                                1 buah
4.  Busur drajat                            1 buah
5.  Sterofoam                               1 buah

Bahan :
1.      Kertas putih                      10  lembar
G. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel manipulasi : sudut datang (i)
Definsi Operasional   : sudut datang adalah sudut yang dibentuk
antara sinar datang yang menyentuh sisi kaca plan paralel dengan
garis normal. Sudut datang dimanipulasi sebesar 25°, 30°,35°, 40°,
dan 45°.
2. Variabel kontrol : jenis kaca, tebal kaca, busur derajat
Definsi Operasional  : Jenis kaca yang digunakan dalam percobaan
adalah sama yaitu kaca plan paralel yang memiliki ketebalan yang
sama pula. Busur derajat yang digunakan untuk mengukur sudut-
sudut selama percobaan adalah sama.
3. Variabel respon : sudut bias (r), indeks bias (n) dan pergeseran (t),
Definsi Operasional  : Sudut bias adalah sudut yang dibentuk
antara sinar yang keluar (garis pada kaca) dengan garis
normal, dimana nanti akan di ukur dengan busur derajat. Indeks
Bias adalah perbandingan laju cahaya dari kedua medium.
Pergeseran (t) adalah jarak antara sinar datang dengan sinar
yang meninggalkan sisi kaca plan paralel.

H. Rancangan Percobaan

Gambar 1. Rancangan Percobaan pada Kaca Plan Paralel


Sumber: Panduan praktikum GO
I. Alur Percobaan

J. Tabel Data

Percobaan i t Hasil Hasil


ke perhitungan r perhitungan n
K. Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C., Fisika Jilid 2, diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum


dari Physics Fifth Edition, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.

Indeks, P., Zat, B., & Melalui, C. (2013). Pengukuran Indeks Bias Zat Cair
Melalui Metode Pembiasan Menggunakan Plan Paralel. Jurnal Fisika,
3(2), 108–111. https://doi.org/10.15294/jf.v3i2.3818
Purnamasari, W. S., & Surabaya, U. N. (2011). Wahyu Siami Purnamasari
113184029 Pendidikan Fisika A 2011 Universitas Negeri Surabaya.
1–14.
Wiranda, N. S., Studi, P., Fisika, P., & Bias, I. (2019). Kajian Indeks Bias
Terhadap Air Keruh Menggunakan Metode Plan Paralel
ASSESSMENT OF BIAS INDEX TO FAKE WATER USING THE.
1(1).
Sutadi, N. (2013). Pembuktian Hukum Snellius Tentang Pembiasan
Cahaya Pada Medium Udara-Air Menggunakan Logger Pro. Program
Magister Pendidikan Fisika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai