Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai kegiatan di sekeliling kita sangatlah dekat dengan fisika. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa adanya konsep fisika yang bekerja pada benda membuat pekerjaan
kita semakin mudah. Contohnya yaitu pembiasan. Fenomena alam yang berkaitan dengan
pembiasan cahaya sering kita jumpai seperti terbentuknya pelangi, adanya fatamorgana di
siang bolong, dan sendok yang terlihat patah saat tercelupkan sebagian ke dalam gelas yang
berisikan air. Hal-hal sepele semacam ini pun dapat terjadi karena adanya proses fisika.
Dengan begitu, alangkah lebih baik kita mengatahui apa penyebab setiap kejadian alam
yang berada di sekitar kita. Hal tersebut dapat memperdalam iman kita kepada yang maha
kuasa. Pembiasan sendiri dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan,maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan pengaruh sudut datang terhadap sudut bias pada kaca setengah
lingkaran, kaca plan parallel, dan prisma?
2. Bagaimana menentukan pengaruh sudut datang terhadap pergeseran sinar pada kaca plan
parallel
3. Bagaimana menentukan pengaruh sudut datang terhadap sudut deviasi prisma?
4. Bagaiamana menentukan besarnya indeks bias pada masing-masing kaca?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diketahui bahwa tujuan
percobaan ini adalah:
1. Dapat menentukan pengaruh sudut datang terhadap sudut bias pada kaca setengah
lingkaran,kaca plan parallel,dan prisma
2. Dapat menentukan pengaruh sudut datang terhadap pergeseran sinar pada kaca plan
parallel
3. Dapat menentukan pengaruh sudut datang terhadap sudut deviasi prisma
4. Dapat menentukan besarnya indeks bias pada masing-masing kaca
BAB II
DASAR TEORI

Pembiasan cahaya terjadi karena adanya cahaya yang melewati dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Apabila cahaya merambat dari medium optik yang kurang rapat ke medium
optik yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya apabila
cahaya merambat dari medium optik yang lebih rapat ke medium optik yang kurang rapat, maka
cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Gambar 2.1 skema pembiasan cahaya


Sumber : www.pakmono.com

Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada
medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju
cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”

Hukum Snell menyatakan bahwa :

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
2. Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.

Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan
analitis antara 1 dan 2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh
Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin i1 = n2 sin r1 ….(1)

Dengan i1 merupakan sudut sinar datang dan r1 merupakan sudut sinar bias (dimana
keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media). Sedangkan n1
dan n2 adalah indeks-indeks bias materi tersebut. hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka r1> i1,
artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka
berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka r1 > i1, sehingga berkas
dibelokkan menjauhi normal.
1. Pembiasan Cahaya pada kaca plan parallel

Gambar 2.2 skema pembiasan cahaya pada kaca plan parallel


Sumber : www.rumushitung.com
rumus menentukan indeks bias kaca :
sin i sin i '
n= = ….(2)
sinr sin r '
rumus menentukan pergeseran sinar :
d sin(i−r )
t= ….(3)
cos r
2. Pembiasan Cahaya pada Prisma
Pada prisma dengan sudut
pembias () 90o, apabila seberkas
cahaya masuk pada salah satu
permukaan prisma, cahaya akan
dipantulkan dan diteruskan dari
permukaan prisma lainnya. Karena
adanya proses pembiasan dan
pemantulan, maka pada prisma
Gambar 2.3 skema pembiasan cahaya dengan sudut pembias () 90o tidak
pada kaca prisma terbentuk sudut penyimpangan yang
Sumber : www.fisikazone.com disebut sudut deviasi.
Berbeda dengan prisma yang memiliki sudut pembias () 45 o dan 60o, ketika berkas
cahaya masuk pada salah satu permukaan prisma, cahaya akan dibiaskan dari permukaan prisma
lainnya. Karena adanya dua kali pembiasan, maka pada prisma terbentuklah sudut penyimpangan

yang disebut sudut deviasi. Dimana sudut deviasi memiliki rumus δ = i1 + r1 – β.


BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Kaca setengah lingkaran 1 buah
Kaca plan parallel 1 buah
Prisma (β=90 ° ¿ 1 buah
Jarum pentul Secukupnya
Busur 1 buah
Mistar 1 buah
Styrofoam 1 buah

3.2 Rancangan Percobaan


1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Meletakkan kertas di atas Styrofoam dan menentukan besar sinar datang kaca setengah
lingkaran/ kaca plan parallel/ kaca prisma
3) Kaca setengah lingkaran/ kaca plan parallel/ kaca prisma diletakkan tepat di atas
perwajahan kaca setengah lingkaran
4) Arahkan sinar laser pada garis sinar datang
5) Mengamati pembiasan sinar laser dari sisi lain hingga terlihat
6) Jarum c dan d ditancapkan sehingga terlihat segaris lurus
7) Ukur sudut bias dengan busur

Keterangan :
A :Laser
B : Sinar Datang
C : Jenis Kaca
E
D D : Sinar Bias
E : Busur
B
A
C

Sumber : Dokumen pribadi

3.3 Variabel Percobaan


Variabel kontrol : Medium yang digunakan
Variabel manipulasi : besar sudut datang
Variabel Respon : besar sudut bias
BAB IV
GRAFIK DATA DAN ANALISIS

A. Grafik Data dan Analisis

a. Kaca Setengah Lingkaran dan Plan


b. Kaca Prisma
Paralel

Gambar 4.1 Grafik hubungan sudut datang terhadap sudut bias


Pada gambar grafik 4.1 diatas dapat diketahui bahwa baik pada kaca plan parallel
dan kaca setengah lingkar semakin besar sudut sinar datang benda(i1), maka semakin
besar pula sudut bias benda tersebut. Namun dapat dilihat bahwa besar sudut bias tidak
lebih besar dari sudut datang. Hal ini sesuai dengan Hukum Snell yang berbunyi “bahwa
jika n2 > n1, maka r1> i1, artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar
(dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal”.
Hal ini dibuktikan pada grafik kaca plan parallel dengan sudut datang (30,0 ±
0,5)o maka didapatkan sudut bias sebesar (20,0 ± 0,5) o; dengan sudut datang (45,0 ± 0,5) o
maka didapatkan sudut bias sebesar (30,0 ± 0,5)o dan dengan dengan sudut datang (60,0
± 0,5)o maka didapatkan sudut bias sebesar (35,0 ± 0,5)o.
Pada kaca setengah lingkaran hal ini dibuktikan dengan sudut datang (30,0 ± 0,5)o
maka didapatkan sudut bias sebesar (19,0 ± 0,5)o; dengan sudut datang (45,0 ± 0,5)o
maka didapatkan sudut bias sebesar (28,0 ± 0,5)o dan dengan dengan sudut datang (60,0
± 0,5)o maka didapatkan sudut bias sebesar (36,0 ± 0,5)o.
Pada kaca prisma hal ini dibuktikan dengan sudut datang (5,0 ± 0,5)o maka
didapatkan sudut bias sebesar (4,0 ± 0,5)o; dengan sudut datang (20,0 ± 0,5)o maka
didapatkan sudut bias sebesar (18,0 ± 0,5)o dan dengan dengan sudut datang (30,0 ± 0,5) o
maka didapatkan sudut bias sebesar (28,0 ± 0,5)o.
Gambar 4.3 Grafik hubungan sudut datang terhadap pergeseran sinar pada kaca
plan parallel
Pada gambar grafik 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pada kaca plan parallel dan
kaca setengah lingkar didapatkan hasil indeks bias yang tidak berbeda jauh. Sedangkan
pada kaca prisma didapatkan hasil indeks bias yang berbeda jauh dengan kaca plan
parallel dan kaca setengah lingkaran. Nilai indeks bias didapatkan dari rumus n1 sin i1 =
n2 sin r1. Dari rumus tersebut didapatkan indeks bias pada kaca plan parallel 1,5; pada
kaca setengah lingkaran didapatkan indeks bias sebesar 1,47; dan pada kaca prisma
didapatkan indeks bias sebesar 1,2. Pada kaca prisma didapatkan nilai indeks bias yang
sangat kecil dan berbeda jauh dengan indeks bias kaca plan parallel dan kaca setengah
lingkaran, yaitu 1,2. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat pelaksanaan praktikum terjadi
miskonsepsi pada para praktikan sehingga membuat hasil atau data yang diperoleh pun
salah.
Sudut datang tidak berpengaruh terhadp sudut deviasi prisma dengan sudut pembias
() 90o . Hal ini dikarenakan pada prisma dengan sudut pembias () 90o yang terjadi adalah
pembiasan lalu pemantulan. Sehingga nilai i2 dan r2 adalah sama besar. Hal inilah yang
membuat tidak terbentuknya sudut devias seperti yang terjadi pada dengan prisma yang

memiliki sudut pembias () 45 o dan 60o.


Gambar 4.2 Grafik hubungan sudut datang terhadap pergeseran sinar pada kaca
plan parallel
Pada gambar grafik 4.2 diatas dapat diketahui bahwa pada kaca plan parallel
semakin besar sudut sinar datang benda(i1), maka semakin besar pula pergeseran
sinarnya(t). Hal ini dikarenakan
Pergeseran sinar yang terjadi pada plan parallel dibuktikan pada grafik kaca plan
parallel dengan sudut datang (30,0 ± 0,5) o maka didapatkan pergeseran sinarnya sebesar
(1,30 ± 0,05) cm; dengan sudut datang (45,0 ± 0,5) o maka didapatkan pergeseran
sinarnya sebesar (2,10 ± 0,05) cm dan dengan dengan sudut datang (60,0 ± 0,5) o maka
didapatkan pergeseran sinarnya sebesar (3,20 ± 0,05)cm.

B. Pertanyaan dan Jawaban


1. Bagaimana cara menentukan indeks bias kaca?
Jawab :
n sin 1 = n sin 2
Dengan :
sin θ1
n = indeks bias
n = sin θ
2 1 = sudut datang
2 = sudut bias
2. Apakah perubahan sudut datang mempengaruhi besar indeks bias kaca? Jelaskan!
Jawab :
Apabila ditinjau dari rumus indeks bias, nilai indeks bias suatu medium nilainya
sebanding dengan sudut datang cahaya dan berbanding terbalik dengan sudut bias
cahaya. Sehingga jika sudut datang berubah semakin besar maka sudut bias akan
semakin kecil sehingga nilai indeks bias akan semakin besar.
3. Mengapa pada kaca plan paralel terdapat pergeseran sinar?
Jawab :
Dikarenakan kaca plan paralel memiliki dua sisi yang sejajar dengan ketebalan yang
sama, maka sinar datang dari medium udara melewati medium kaca lalu menuju
medium udara kembali menyebabkan pergeseran sinar dari arah sinar semula,
melalui proses pembelokan terlebih dahulu lalu dibiaskan.
4. Pada sudut berapa dapat terjadi sudut deviasi minimum prisma? Jelaskan!
Jawab :
Pada prisma dengan sudut pembias () 90o tidak terbentuk sudut penyimpangan atau sudut
deviasi. Hal ini dikarenakan pada prisma dengan sudut pembias () 90o yang terjadi adalah
pembiasan lalu pemantulan. Sehingga nilai i2 dan r2 adalah sama besar. Hal inilah yang
membuat tidak terbentuknya sudut devias seperti yang terjadi pada dengan prisma yang

memiliki sudut pembias () 45 o dan 60o.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini pada percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa besar
sudut bias tidak lebih besar dari sudut datang pada grafik kaca plan parallel dengan sudut
datang (30,0 ± 0,5)o maka didapatkan sudut bias sebesar (20,0 ± 0,5)o. Pada percobaan kedua
dapat disimpulkan bahwa pada kaca plan parallel semakin besar sudut sinar datang
benda(i1), maka semakin besar pula pergeseran sinarnya(t). Pergeseran sinar ini dibuktikan
pada grafik kaca plan parallel dengan sudut datang (30,0 ± 0,5)o maka didapatkan
pergeseran sinarnya sebesar (1,30 ± 0,05) cm. Kesimpulan ketiga pada praktikum ini yaitu
sudut datang tidak berpengaruh terhadp sudut deviasi prisma dengan sudut pembias () 90o . Hal
ini dikarenakan pada prisma dengan sudut pembias () 90o yang terjadi adalah pembiasan lalu
pemantulan. Kesimpulan keempat pada praktikum ini yaitu pada kaca prisma didapatkan
hasil indeks bias yang berbeda jauh dengan kaca plan parallel dan kaca setengah lingkaran.
Dimana indeks bias kaca plan parallel adalah 1,5, indeks bias kaca setengah lingkaran
adalah 1,47, sedangkan indeks bias kaca prisma didapatkan 1,2.

B. SARAN

Saran untuk praktikum yang berhubungan dengan pembiasan khususnya untuk O-2a
kedepannya yaitu agar praktikan harus memiliki ketajaman mata yang baik, laser yang
masih berfungsi dengan baik, dan praktikan harus menguasai materi tentang pembiasan
khususnya materi pembiasan pada prisma dengan sudut pembias () 90o . Hal ini perlu
dilakukan agar nilai indeks kaca yang ditemukan dari hasil praktikum lebih mendekati teori
yaitu antara 1,2 – 1,5.

Anda mungkin juga menyukai