PENDAHULUAN
Cahaya mempunyai beberapa sifat, di antaranya dapat dibiaskan jika melalui dua medium
yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan fenomena alam, contoh tongkat
yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air, seolah-olah tongkat tersebut patah jika dilihat dari
samping gelas. Peristiwa tersebut dinamakan sebagai pembiasan (dispersi) atau pembelokan.
Pembiasan atau pembelokan terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan kerapatan
yang berbeda, misalnya medium udara dan air. Pembiasan adalah peristiwa penguraian cahaya
putih (polikromatik) menjadi komponen-komponennya karena pembiasan. Komponen-komponen
warna yang terbentuk yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Istilah pembiasan
tentu tidak lepas dari sudut datang, sudut bias, dan garis normal. Sudut datang adalah sudut yang
dibentuk suatu cahaya yang datang terhadap garis normal suatu medium. Sudut bias adalah sudut
yang dibentuk dari pembiasan cahaya datang (cahaya pantul) terhadap garis normal
Pembiasan cahaya dapat terjadi pada prisma, antara lain diterapkan pada prinsip kerja dari
suatu alat yaitu spektrometer berupa alat optik yang digunakan untuk mengamati dan mengukur
sudut deviasi cahaya datang karena pembiasan dan dispersi. Dengan menggunakan hukum
Snellius, indeks bias dari kaca prisma untuk panjang gelombang tertentu atau warna tertentu
dapat ditentukan. Prisma yang berada di tengah spektrometer berfungsi untukmenyebarkan
cahaya karena peristiwa pembiasan cahaya.
Indeks bias adalah suatu nilai bahan yang berkaitan dengan pembelokan cahaya. Nilai ini
dipengaruhi oleh oleh kerapatan bahan dan daya tembus bahan jika dikenai seberkas cahaya.
Cahaya dari udara bebas yang memiliki indeks bias 1 diarahkan kepada suatu bahan yang memiliki
indeks bias lebih tinggi atau kerapatan yang lebih besar, akan dibelokkan menjauhi atau
mendekati garis normat dari benda tersebut. Pembelokan ini dinamakan pembiasan cahaya
Penentuan indeks bias terhadap suatu bahan yang transparan sangatlah penting. Pada
kendaraan misalnya kaca depan mobil, indeks bias sangat penting pada faktor kemiringan kaca
mobil sehingga dapat menimbulkan bayangan yang tepat seperti keadaan aslinya. Selain itu pada
alat optik seperti kacamata, juga dibutuhkan sebuah perhitungan pembiasan cahaya.
Pelaksanaan praktikum Fisika Pembiasan Cahaya Pada Prisma dan Indeks Bias Pada Zat
Cair Secara luring pada tanggal 10 Apri 2023 di laboratorium mekanika fluida. Program studi
Teknik Lingkungan fakultas teknik UPN “veteran” Jawa Timur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang
pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan
mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan
menjauhi garis normal (Sampurno, 2013).
Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat
optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca.
Pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik
rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati
sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula. Marilah kita mempelajari
fenomena yang terjadi jika seberkas cahaya melewati sebuah prisma seperti halnya terjadinya
sudut deviasi dan dispersi cahaya. (Marpaung, 2021).
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma
disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya
sinar. D = i1 + r2 - B .... Keterangan : D = sudut deviasi i1 = sudut datang pada prisma r2 = sudut
bias sinar meninggalkan prisma B = sudut pembias prisma Besarnya sudut deviasi sinar
bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma (Hadiningrum 2018).
Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil.
Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan
sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma
akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki (Reka, 2015).
𝛿=𝑖+𝑟−𝛽
Keterangan:
δ = sudut deviasi
Dengan melakukan percobaan dengan variasi sudut datang (i) akan menghasilkan sudut deviasi
yang berbeda dan mencapai sudut minimum dengan syarat i1 = r2 sehingga diperoleh sudut
deviasi minimum (δmin) diperoleh nilai indeks bias prisma (Gare, 2022).
sin ½ (δ + β) n =
sin ½ β
Keterangan :
δm = sudut deviasi minimum i1 = sudut datang sinar masuk r2 = sudut bias dari sinar keluar β =
sudut puncak pembias prisma (sudut bias)
Terdapat dua aspek penting pada perambatan cahaya, yaitu refleksi (pemantulan) dan
refraksi (pembiasan). Jika ada suatu permukaan yang memisahkan antara dua bahan yang
transparan (seperti gelas kaca dan air) yang dilewati gelombang cahaya, secara umum gelombang
tersebut akan terpantulkan sebagian dan sebagiannya lagi akan terbiaskan (Zamroni, 2013). Jika
gelombang cahaya bersentuhan dengan permukaan material yang kasar, pantulan cahayanya
akan tersebar ke segala arah. Pada geometri optik, terdapat faktor yang sangat penting
peranannya, yaitu indeks bias (Suhadi, 2019).
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan dari kelajuan cahaya pada udara dengan kelajuan
pada suatu zat. Indeks suatu zat pasti akan lebih besar dari indeks pada udara. Semakin besar
indeksnya maka akan semakin besar juga cahaya yang akan dibelokkan pada zat tersebut. Berikut
ini adalah perhitungan indeks bias zat pada zat lain:
n1xi1=n2xr2
keterangan:
(Faradhillah, 2019).
BAB 3
ALAT DAN BAHAN
a. Kotak Cahaya
c. Prisma siku-siku
d. Sumber Daya
e. Kabel penghubung
g. Penggaris
h. Kertas putih A4
a. Kotak Cahaya
d. Sumber Daya
e. Kabel Penghubung
f. Papan Busur
g. Penggaris
h. Kertas A4
BAB 4
PROSEDUR KERJA
1 Susunlah peralatan
BAB 5
Sin r1 Sin r2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
20° 23° 20° 30° 0,34 0,39 0,34 0,5 0,87 0,68
20° 28° 20° 27° 0,34 0,43 0,34 0,45 0,79 0,75
20° 29° 20° 28° 0,34 0,48 0,34 0,46 0,7 0,73
40° 15° 40° 14° 0,64 0,25 0,64 0,24 2,54 2,66
40° 14° 40° 13° 0,64 0,24 0,64 0,22 2,66 2,9
40° 16° 40° 12° 0,64 0,27 0,64 0,2 2,37 3,2
60° 26° 60° 22° 0,86 0,43 0,86 0,37 2,0 2,32
60° 27° 60° 23° 0,86 0,45 0,86 0,39 1,91 2,2
60° 25° 60° 24° 0,86 0,42 0,86 0,4 2,04 2,15
Pada praktikum ini kita membahas tentang pembiasan cahaya pada prisma yang bertujuan
untuk mengetahui sudut pembias prisma (β), sudut deviasi (δ) dan indeks bias prisma (np).
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh data yang akurat sesuai aturan uji
presisi. Pada percobaan pertama menggunakan sinar datang dengan sudut 20° dan sudut pembias
prisma sebesar 42° maka diperoleh sudut deviasi sebesar 1° dan sudut bias 22°.Pada percobaan
kedua menggunakan sinar datang dengan sudut 20° dan sudut pembias prisma sebesar 38° maka
diperoleh sudut deviasi sebesar 6° dan sudut bias 18°.Pada percobaan ketiga menggunakan sinar
datang dengan sudut 20° dan sudut pembias prisma sebesar 61° maka diperoleh sudut deviasi
sebesar 6° dan sudut bias 21°. Kesimpulannya bahwa jika menggunakan sinar datang 20° sudut
deviasi minimum yang didapat adalah 1° dan indeks bias prisma 1,02. Selanjutnya dilakukan
percobaan dengan arah datang sinar berbeda yakni 40°. Pada percobaan pertama menggunakan
sinar datang dengan sudut 40° dan sudut pembias prisma sebesar 80° maka diperoleh sudut
deviasi sebesar -4° dan sudut bias 48°.Pada percobaan kedua menggunakan sinar datang dengan
sudut 40° dan sudut pembias prisma 78° maka diperoleh sudut deviasi sebesar 8° dan sudut bias
42°.Pada percobaan ketiga menggunakan sinar datang dengan sudut 40° dan sudut pembias
prisma sebesar 89° maka diperoleh sudut deviasi sebesar 1° dan sudut bias 41°. Kesimpulannya
bahwa jika menggunakan sinar datang 40° sudut deviasi minimum yang didapat adalah -4° dan
indeks bias prisma 0,95. Pada percobaan terakhir dengan arah datang sinar berbeda yakni 60°.
Pada percobaan pertama menggunakan sinar datang dengan sudut 60° dan sudut pembias prisma
sebesar 77° maka diperoleh sudut deviasi sebesar 0° dan sudut bias 63°.Pada percobaan kedua
menggunakan sinar datang dengan sudut 60° dan sudut pembias prisma sebesar 80° maka
diperoleh sudut deviasi sebesar 10° dan sudut bias 60°.Pada percobaan ketiga menggunakan sinar
datang dengan sudut 60° dan sudut pembias prisma sebesar 85° maka diperoleh sudut deviasi
sebesar 7° dan sudut bias 60°. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jika menggunakan sinar datang 60°
sudut deviasi minimum yang didapat adalah 0° dan indeks bias prisma 1. Dari percobaan ini
didapatkan data yang berbeda-beda, hal ini disebabkan dari prisma yang dipakai dalam percobaan
mengalami kerusakan sehingga data yang diperoleh tidak akurat. Selain itu ketidaktepatan dan
akurat penggambaran titik hasil bias menjadi kekurangan yang dialami dalam menjalankan
praktikum.Faktor lain yang menyebabkan data tidak sempurna adalah fungsi dari sumber cahaya
yang kian meredup dan ruangan laboratorium yang gelap menyebabkan praktikan tidak teliti
dalam mengambil data.
Berdasarkan data hasil praktikum yang kami lakukan, pada 20 Maret 2023 yang merupakan
praktikum mengenai indeks bias pada zat cair. Praktikum tersebut dilakukan menggunakan
berbagai alat dan bahan seperti kotak cahaya, laser hingga kertas, praktikum kali ini dilakukan
untuk membuktikan indeks bias zat cair dan menentukan indeks pembias pada prisma. Pada
praktikum tersebut dilakukan percobaan sebayak 3 kali pada sudut dating 20, 40, dan 60 derajat.
Berikut merupakan hasil dan data percobaan yang dilakukan, Pada percobaan pertama
menggunakan sinar datang dengan sudut 20° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 16° dan
melalui perhitungan,indeks biasnya adalah 1,25. Selanjunya dilakukan percobaan kedua
menggunakan sinar dating dengan sudut 20° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 18° dan
melalui perhitungan,indeks biasnya adalah 1,11. Pada percobaan ketiga menggunakan sinar
datang dengan sudut 20° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 19° dan melalui
perhitungan,indeks biasnya adalah 1,05. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jika menggunakan sinar
datang 20° sudut bias zat cair tidak akan sama dengan sudut sinar datang dan indeks biasnya
berbanding terbalik dengan sduut bias zar cair yaitu semakin menurun. Selanjutnya dilakukan
percobaan dengan arah datang sinar berbeda yakni 40°. Pada percobaan pertama menggunakan
sinar datang dengan sudut 40° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 38° dan melalui
perhitungan,indeks biasnya adalah 1,05.
Pada percobaan kedua menggunakan sinar datang dengan sudut 40° dan diperoleh sudut
bias zat cair dan indeks bias yang sama dengan percobaan pertama. Pada percobaan ketiga
menggunakan sinar datang dengan sudut 40° diperoleh sudut bias zat cair sebesar 31° dan melalui
perhitungan,indeks biasnya adalah 1,29.Dapat ditarik kesimpulan bahwa jika menggunakan sinar
datang 40°sudut bias zat cair tidak akan sama dengan sudut sinar datang dan indeks biasnya
berbanding terbalik dengan sudut bias zat cair yaitu semakin meningkat. Pada percobaan dengan
arah datang sinar yakni 60°. Pada percobaan pertama menggunakan sinar datang dengan sudut
60° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 45° dan melalui perhitungan,indeks biasnya adalah
1,33.Pada percobaan kedua menggunakan sinar datang dengan sudut 60° dan diperoleh sudut
bias zat cair sebesar 47° dan melalui perhitungan,indeks biasnya adalah 1,27.Pada percobaan
ketiga menggunakan sinar datang dengan sudut 60° dan diperoleh sudut bias zat cair sebesar 59°
dan melalui perhitungan,indeks biasnya adalah 1,01. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jika
menggunakan sinar datang 60° sudut bias zat cair tidak akan sama dengan sudut sinar datang dan
indeks biasnya berbanding terbalik dengan sudut bias zat cair yaitu semakin menurun. Hasil dari
percobaan yang telah dilakukan tidak sepenuhnya memenuhi perhitungan RSD. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor yakni ruangan praktikum kurang cahaya/gelap sehingga sumber
cahaya yang digunakan(laser) dalam keadaan hampir mati sehingga menyebabkan cahaya susah
untuk diamati. Selain itu ketidaktepatan dalam penggambaran titik hasil bias merupakan salah
satu hal yang fatal karena dapat mengakibarkan kesalahan dalam menentukan sudut bias zat cair
dan indeks bias zat cair.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Kesimpulan Pembiasan Cahaya pada Prisma
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Semakin besar sudut datang maka sudut bias akan semakin kecil, sebaliknya jika sudut
datang semakin kecil maka sudut biasnya semakin besar. Jadi, sudut datang dan sudut
berbanding terbalik.
2. Semakin besar sudut bias maka sudut deviasinya semakin kecil, sebaliknya jika sudut
biasnya kecil maka sudut deviasinya akan semakin besar. Jadi, sudut bias dan sudut deviasi
berbanding terbalik.
Gare. 2022. Pengembangan Modul Praktikum Deviasi . CHARM SIANS 3(1). 37-43
Andari, N. M. R. P. (2018). PENILAIAN STATUS GIZI Interpretasi Hasil Pengukuran.
Kementerian Kesehatan RI: Politeknik Kesehatan Denpasar.
Serway, R. A. (2010). Fisika—untuk Sains dan Teknik Buku 2 Edisi 6. Jakarta: Salemba.
LaboranTeknik Lingkungan UPN "Veteran" Jawa Timur. (2023). Pembiasan Cahaya pada
Prisma. Surabaya: UPN "Veteran" Jawa Timur
D.C, G. (2001). Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Resnick, H. &. (1991). Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Young, H. D. (2003). Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga