OLEH:
Kelompok 7
2. M. Raeis
A. Tujuan
1. Alat : Laptop
2. Bahan : software pemantulan dan pembiasan
Laser
Medium : air, gelas, udara, mistery A, mistery B,
custom
Busur
C. Dasar Teori
1. Pemantulan
a. Pengertian Pemantulan
Cahaya merambat lurus seperti yang dapat kita lihat pada
cahaya yang keluar dari sebuah lampu teater di ruangan yang gelap
atau Laser yang melintasi asap atau debu. Oleh karenanya cahaya
yang merambat digambarkan sebagai garis lurus berarah yang
disebut sinar cahaya, sedangkan berkas cahaya terdiri dari beberapa
garis berarah. Berkas cahaya bisa paralel, divergen (menyebar) atau
konvergen (mengumpul).
Pemantulan cahaya terdiri dari dua jenis, yaitu pemantulan baur
dan pemantulan teratur. Pemantulan cahaya pada permukaan datar
seperti cermin, atau permukaan air yang tenang, termasuk
pemantulan teratur. Sedangkan pemantulan cahaya pada permukaan
kasar seperti pakaian, kertas dan aspal jalan, termasuk dalam
pemantulan baur. Berikut adalah jenis pemantulan yaitu:
1) Pemantulan Teratur (Pada permukaan licin)
Pada permukaan benda yang licin seperti cermin datar,
cahaya dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-
sinar sejajar yang datang pada permukaan cermin dipantulkan
sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat
membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam ini disebut
pemantulan teratur atau pemantulan biasa.
2) Pemantulan Baur
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata,
pada saat cahaya mengenai suatu permukaan yang tidak rata,
maka sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut
dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Dibawah
memperlihatkan bagaimana sinar-sinar yang datang ke permukaan
kayu dipantulkan ke berbagai arah sehingga kita dapat melihat
kayu ini.
Perhatikan bahwa sinar-sinar yang datang ke permukaan
kayu merupakan sinar-sinar yang sejajar, namun sinar-sinar
pantulnya tidak sejajar. Pemantulan seperti ini disebut pemantulan
baur.
Catatan: Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n 1), dan
nilainya berbeda untuk setiap zat.
(Young dan Freedman.2001:497).
Hukum-Hukum Pemantulan (Refleksi) dan Pembiasan (Refraksi)
Untuk menurunkan hukum refleksi, pandang bidang permukaan
refleksi H (lihat gambar 5). Akan dibuktikan bahwa sinar datang, sinar
refleksi dan garis normal, semua terletak pada suatu bidang.
Misalkan sinar cahaya datang dari A, dipantulkan di C dan sinar
refleksi melalui B. Lukis bidang tegak lurus H yang melalui A dan B, dan
lukis CO tegak lurus bidang ini. Kecuali O and C berimpit, selalu berlaku AC
lebih besar dari AO dan CB lebih besar dari OB.
Jadi, waktu yang diperlukan untuk lintasan ACB lebih lama dari pada
lintasan AOB, ini bertentangan dengan prinsip Fermat. Jadi, titik C dan O
harus berimpit dan sinar-sinar AO, OB dan normal di O pada H semuanya
harus terletak pada suatu bidang datar. Sekarang ditentukan di manakah letak
titik O sehingga waktu lintas sinar cahaya dari A ke O ke B adalah minimum.
sin i=sin r
i=r (10)
Menurut fermat, waktu lintas harus sesingkat mungkin (minimum), jadi dt=0
a sec i. tan i.di b sec r '. tan r '.dr '
dt 0 atau
v1 v2
Persamaan (10) dan (14) dikenal dengan hukum snellius untuk refleksi dan
refraksi. Dari persamaan (12) kita peroleh juga:
sin i n2 c / v2 v1
n12 dan
sin r ' n1 c / v1 v2
n1-2 disebut indeks bias medium (2) relative terhadap medium (1). Bila
sin i
medium pertama adalah vakum atau udara, maka konstanta adalah
sin r '
indeks bias medium (2), relative terhasap udara, disebut indeks bias refraksi
absolute dari medium (2). Ditetapkan bahwa vakum (udara) sebagai medium
standar:
nvakum nudara 1
Jika medium (1) mempunyai refraksi absolute yang lebih besar dari medium
(2) dikatakan bahwa medium (1) bersifat optis lebih rapat (optically denser)
dari pada medium (2) sebaliknya disebut medium yang bersifat kurang rapat
(lebih renggang).
a) Bila n1<n2 berarti v1>v2
Medium (1) bersifat optis kurang rapat daripada medium (2), maka:
sin i n2
1
sin r ' n1 atau
i>r
memberikan sudut refraksi r’=90, sudut jatuh ikr dinamakan sudut jatuh
kritis (critical angle of incidence), yaitu sudut jatuh tebesar yang masih dapat
memberikan refraksi.
Menentukan ikr :
n1 sin ikr=n2 sin 90=n2, maka:
n2
sin ikr
n1
Jika sudut i>ikr tidak terjadi refraksi, karena sinar direfleksikan total
(totally internal reflected), disebut pemantulan sempurna.
(Sarojo.2011:95-100)
D. Prosedur Kerja
N1 = 1,5
No Sudut Sudut n2
Datang Bias n2 ukur n2
hitung
1 50 60 1.33 1,25
2 100 120 1.33 1,25
3 150 170 1.33 1,33
4 200 230 1.33 1,31
5 250 280 1.33 1,35
6 300 340 1.33 1,34
7 350 400 1.33 1,33
8 400 460 1.33 1,34
9 450 530 1.33 1,33
10 500 590 1.33 1,34
Medium 2 = Udara
No Medium 1 n1 𝜃𝑐 n2
sin 𝜃1
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛
sin 𝜃2 1
%𝐾𝑅
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔− 𝑛2𝑢𝑘𝑢𝑟
=| | 𝑥100%
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1. Data 1
θ1 =50
θr =40
sin 50
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,25
sin 40
1,25 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 6,4%
1,25
2. Data 2
θ1 =100
θr =80
sin 100
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,25
sin 8⁰
1,25 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 6,4%
1,25
3. Data 3
θ1 =150
θr =110
sin 150
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,35
sin 11
1,35 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 1,4%
1,35
4. Data 4
θ1 =200
θr =150
sin 200
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,32
sin 150
1,32 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100%
1,32
= 0,7 %
5. Data 5
θ1 =250
θr =180
sin 250
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,37
sin 18⁰
1,37 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 2,9%
1,37
6. Data 6
θ1 =300
θr =220
sin 300
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,33
sin 23⁰
1,33 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
7. Data 7
θ1 =350
θr =260
sin 350
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,31
sin 260
1,31 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 1,5%
1,31
8. Data 8
θ1 =400
θr =290
sin 400
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,33
sin 290
1,33 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
9. Data 9
θ1 =450
θr =320
sin 450
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,33
sin 320
1,33 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
10. Data 10
θ1 =500
θr =360
sin 500
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1 = 1,30
sin 360
1,30 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 2,3%
1,30
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1,25 + 1,25 + 1,35 + 1,32 + 1,37 + 1,33 + 1,31 + 1,33 + 1,33 + 1,30
=
10
= 1,32
Tabel 2. Menentukan indeks bias suatu
material, dengan jalannya
Diketahui : n1 = 1,5
n2 = 1,33
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
sin 𝜃1
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑛
sin 𝜃2 1
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔− 𝑛2𝑢𝑘𝑢𝑟
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100%
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1. Data 1
θ1 =50
θr =60
sin 50
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑥1,5 = 1,25
sin 60
1,25 − 1 ,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 6,4%
1,25
2. Data 2
θ1 =100
θr =120
sin 100
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,25
sin 12
1,25 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 6,4%
1,25
3. Data 3
θ1 =150
θr =170
sin 150
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,33
sin 17
1,33 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
4. Data 4
θ1 =200
θr =230
sin 200
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,31
sin 230
1,31 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 1,5%
1,31
5. Data 5
θ1 =250
θr =280
sin 250
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,35
sin 280
1,35 − 1.33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 1,4%
1,35
6. Data 6
θ1 =300
θr =340
sin 300
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,34
sin 34
1,34 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0,7%
1,34
7. Data 7
θ1 =350
θr =400
sin 350
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,33
sin 400
1,33 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
8. Data 8
θ1 =400
θr =460
sin 400
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,34
sin 460
1,34 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0,7%
1,34
9. Data 9
θ1 =450
θr =530
sin 450
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,33
sin 530
1,33 − 1,33
%𝐾𝑅 = | | 𝑥100% = 0%
1,33
10. Data 10
θ1 =500
θr =590
sin 500
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,5 = 1,34
sin 590
1,34−1,33
%𝐾𝑅 = | 1,34
| 𝑥100% =
0,7%
𝑛2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
1,25 + 1,25 + 1,33 + 1,31 + 1,35 + 1,34 + 1,33 + 1,34 + 1,33 + 1,34
=
10
= 1,32
Tabel 3. Menentukan indeks bias suatu
material dengan menetapkan sudut
datang.
a. Medium 2 = misteri A
1. Medium 1 = udara , 𝑛1 = 1
Sudut bias = 12°
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑛2 = 𝑛1
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠
sin 30°
𝑛2 = 1
sin 12
𝑛2 = 2,4
b. Medium 2 = misteri B
1. Medium 1 = udara , 𝑛1 = 1
Sudut bias = 21°
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑛2 = 𝑛1
𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠
sin 30°
𝑛2 = 1
sin 21
𝑛2 = 1,4
1
sin-1𝜃 = 1.33
sin-1𝜃 = 0.751
𝜃h = 48.7°
𝜃h − 𝜃u
%KR = x 100%
𝜃h
50−48.7
= x 100%
48,7
= 2.6%
2 Percobaan 2, medium 1 = kaca (n1 =
1.5)
𝑛
sin-1𝜃 = 𝑛2
1
1
sin-1𝜃 = 1.50
sin-1𝜃 = 0.666
𝜃h = 41.8°
𝜃h − 𝜃u
% KR = x 100%
𝜃h
41,8− 42
% KR = x 100%
41,8
= 0.4%
3 Percobaan 3, medium 1 = misteri A
(n1 = 2.4)
𝑛
sin-1𝜃 = 𝑛2
1
1
sin-1𝜃 = 2.4
sin-1𝜃 = 0.416
𝜃h = 24.6°
𝜃h − 𝜃u
% KR = x 100%
𝜃h
24,6− 25
% KR = x 100%
24,6
= 1.6 %
4 Percobaan 4, medium 1 = misteri B
(n1 = 1.4)
𝑛
sin-1𝜃 = 𝑛2
1
1
sin-1𝜃 = 1.4
sin-1𝜃 = 0.714
𝜃h = 45.5
𝜃h − 𝜃u
% KR = x 100%
𝜃h
45,5− 47
% KR = x 100%
45,5
= 3,2 %
5 Percobaan 5, medium 1 = custom
(n1 = 1.6)
𝑛
sin-1𝜃 = 𝑛2
1
1
sin-1𝜃 = 1.60
sin-1𝜃 = 0.625
𝜃u = 38,6°
𝜃h − 𝜃u
% KR = x 100%
𝜃h
38,6− 40
% KR = x 100%
38,6
= 3,6 %
G. Pembahasan
1. Untuk jalannya sinar dari material renggang ke material padat, indeks bias medium 2
(udara) yaitu 1,32
2. Untuk jalannya sinar dari material padat ke material renggang, indeks medium 2
(udara) yaitu 1,32
3. Besarnya indeks bias material Misteri A adalah 2.4 dan besarnya indeks bias Misteri
B adalah 1.4.
4. Besarnya sudut kritis pada pemantulan total dapat diketahui dengan rumus
n2
arcsin ik
n1
Air = 50⁰
Kaca =42⁰
Misteri A =25⁰
Misteri B =47⁰
Custom =40⁰
I. Tugas Akhir
Tabel 1. Menentukan indeks bias suatu material dengan jalannya sinar material renggang ke
material padat
Tabel 2. Menentukan indeks bias suatu material dengan jalannya sinar material padat ke
material renggang
Tabel 3. Menentukan indeks bias suatu material dengan menetapakan sudut datang sinar.
Medium 2 = misteri A
a.udara
b. air
c. gelas
d. bahan rekayasa
Medium 2=misteri B
a. Udara
b. air
c. glass
d. bahan rekayasa
5. Tabel 4. Menentukan sudut kritis
a. air
b. kaca
c. materi A
D. materi B
e. Custom
Daftar Pustaka
Young, .Hough dan Freedman, Roger A. 2001. Fisika Universitas Edsi Kesepuluh
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.