Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN EKSPERIMEN II

Judul Percobaan : Lensa Plan Pararel


Nama Lengkap : Leonarda Yulnelsa Sulastri
Nomor Pokok Mahasiswa : 160403070015
Kelas / Kelompok Pratikum : 2016 A / 3
Tanggal Percobaan : 09 November 2017
Tanggal Penyerahan : 16 November 2017
Dosen pembimbing : Muhammad Sayyadi, S.Pd.
Asisten Pratikum : Dedi Setiawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2017
PERCOBAAN LENSA PLAN PARALEL

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui letak bayangan pada lensa plan paralel
2. Untuk mengetahui sifat bayangan pada lensa plan paralel
3. Untuk mengetahui jalannya sinar pada lensa plan paralel

B. ALAT DAN BAHAN

No Alat dan bahan jumlah


1 Kertas HVS 3
2 Kaca plan paralel 1
3 Jarum pentul 4
4 Busur 1
5 Mistar 1
6 Pensil 1
7 Penghapus 1

C. DASAR TEORI

Pembiasan pada kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga
dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar ( gambar 10.a ). Untuk memudahkan
pembahasan, berkas sinar yang masuk dan keluar dari kaca ini dilukiskan pada
gambar 10.b yang merupakan gambar dua dimensi.

( a ) balok kaca
( b ) berkas cahaya masuk menembus balok kaca melalui bidang ABEF dan
bidang CDGH.

Gambar 10.b balok kaca berada dimeja. Berkas sinar masuk dari salah
satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua
kali. Pertama saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas
sinar dibiaskan dengan sudut bias r . kedua, saat melewati bidang batas antara
balok kaca dan udara, berkas sinar datang kebidang batas dengan sudut datang
i’ dan sudt bias r’ . Tampak pada gambar 10.b, besar sudut bias pertama sama
dengan sudut datang kedua atau r = i’ . tampak pula berkas sinar yang masuk
kebalok bergeser kekiri bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya
tampak sejajar. Bila d = PQ menyatakan ketebalan balok kaca dan t = RS
menyatakan besar pergeseran berkas sinar, maka dari segitiga RPS kita dapat

𝑅𝑆 𝑡
Sin ( i - r) = = 𝑃𝑆 atau
𝑃𝑆

𝑡
PS = sin ( 𝑖−𝑟 )

Dari segitiga QPS kita dapat :

𝑃𝑄 𝑑
Cos r = 𝑃𝑆 = 𝑃𝑆 atau

𝑑
PS = cos 𝑟

Kita gabungkan persamaan yang baru kita dapatkan diatas dengan persamaan
sebelumnya
𝑡 𝑑
= cos 𝑟
sin( 𝑖−𝑟 )

Akirnya kita dapatkan persamaan untuk pergeseran berkas sinar yang


melewati balok kaca,

𝑑 sin( 𝑖−𝑟 )
t=
cos 𝑟
keterangan :
d = tebal balok kaca ( cm )
i = sudut datang (°)
r = sudut bias ( ° )
t = pergeseran cahaya ( cm )

Berdasarkan gambar diatas, cahaya yang mengenai kaca plan paralel


akan mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca plan
paralel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.
Hukum pembiasan : Jika cahaya datang pada bidang batas antar dua
medium optik yang kerapatannya berbeda maka berkas cahaya tersebut akan
mengalami pembiasan ( refraksi ). Ada tiga keadaan yang melewati bidang
batas dengan kerapatan bebeda.
1. Sinar datang dari medium optik rapat ke medium kurang rapat,
sinar dibiaskan menjauhi garis normal.
2. Sinar datang dari medium optik kurang rapat ke medium rapat,
sinar dibiaskan mendekati garis normal.
3. Sinar datang dari medium manapun jika arahnya tegak lurus bidang
batas maka sinar tersebut akan diteruskan.
Kemudian berdasarkan percobaan snellius didapatkan hukum
pembiasan yaitu :
a. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu
bidang datar
b. Perbandingan sinus sudut datang dan sudut bias merupakan
bilangan yang konstan.
Sehingga hukum snellius itu dirumuskan :

sin 𝑖
=n
sin 𝑟

Pada saat sinar memasuki kaca :

Sinar datang ( i ) dari udara ( medium renggang ) ke kaca ( medium rapat )


maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ).

Pada saat sinar keluar dari kaca :

Sinar datang ( i” ) dari udara ( medium renggang ) ke kaca ( medium rapat)


maka akan dibiaskan (r”) menjauhi garis normal (N).Selain itu, sinar yang
keluar dari kaca planparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula.

Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan jalannya sinar cahaya


saat melewati dua medium yang berbeda. peristiwa pembelokan cahaya secara
alami ada di lingkungan sekitar kita seperti permukaan danau yang terlihat
lebih dangkal,batang kayu yang terlihat patah ketika sebagian tercelup dalam
air.

Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus
dengan 6 sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya
lempeng tipis mirip batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu
yang sering dilambangkan dengan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas
cahaya sinar melewati sebuah kaca plan paralel adalah sinar tersebut akan
mengalami pergeseran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalami 2 kali
pembiasan oleh dua medium yang berbeda kerapatannya.Pembiasan pertama
terjadi ketika berkas cahaya dari udara menuju kaca dan pembiasan kedua
terjadi saat berkas cahaya meninggalkan kaca menuju udara. Amati ilustrasi
pembiasan cahaya pada kaca plan paralel dibawah ini

Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang
masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari kaca plan paralel adalah sejajar.
Berkas cahaya hanya mengalami pergeseran t ( besaran panjang ). Jika berkas
cahaya datang dengan sudut i maka rumus pergeseran adalah :
𝑑.sin( 𝑖−𝑟 )
t ( pergeseran ) =
cos 𝑟

pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembeelokan


cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah
pembiasan cahaya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

 Mendekati garis normal

Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat


dimedium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat.

 Menjauhi garis normal


Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat
dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat.

Hukum snell
Hukum snell berbunyi

 Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang
datar.
 Hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan
bilangan tetap dan di sebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,
sebagian cahaya datang di pantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke
medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut
terhadap permukaan ( bukan hanya tegak lurus ), berkas tersebut di
belokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini di
sebut pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada
sudut datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 di temukan secara
eksperimental pada sekitar tahun 1621 ole Willbrord snell. Hubungan
ini di kenal sebagai hukum snell dan ditulis :
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias ( keduanya di ukur
terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media ). n1
dan n2 adalah indeks – indeks bias materi tersebut. Berkas – berkas
datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk
garis tegak lurus terhadap permukaan. Hokum snell merupakan dasar
hokum pembiasan.
Jelas dari hukum snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1,
artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar ( dan
lajunya lebih kecil ), maka berkas cahaya dibelokan menuju normal.
Dan jika n2 > n1 maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokan menjauhi
normal.
Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar dengan sinar
yang keluar dari bidang pembias II dan mengalami pergeseran.
Pergeseran sinar tersebut di rumuskan :
t = d sin ( i – r )/ cos r

D. LANGKAH KERJA

1. Meletakan lensa plan paralel diatas kertas kuarto, membuat blok lensa plan
paralel.
2. Tancapkan 2 jarum pentul didepan lensa plan paralel dengan tempat sembarang.
3. Tancapkan lagi 2 jarum pentul di sisi yang lain sehingga 4 jarum pentul tersebut
membentuk satu garis lurus.
4. Lepaslah lensa plan paralel, dan jarum pentul.
5. Buatlah garis dari dua jarum pentul disisi yang sama.
6. Buatlah garis normal.
7. Ukurlah sudut datangnya ( i ), dan sudut bias ( r ), serta sudut bias yang keluar
dari lensa ( r’ )
8. Ukurlah pergeseran sinar yang datang mula- mula dan yang keluar ( d ).
9. Masukkan hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

E. TABEL PENGAMATAN

No I R i’ r’ D (cm )
1 35° 24° 24° 41° 6
2 43° 29° 29° 42° 6
3 42° 25° 25° 39° 6

F. ANALISIS DATA

 Percobaan I

Dik : i = 35°

r = 24°
i’ = 24°
r’ = 41°
tamat = 1,2 cm
d = 6 cm
Dit : t ?
KR ?

𝑑 sin ( 𝑖−𝑟)
t hitung =
cos 𝑟

6 sin(35°−24° )
=
cos 24°

6 (0,19)
=
0,91

1,14
=
0,91
= 1,25 cm

𝑡 ( ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔)−𝑡 (𝑎𝑚𝑎𝑡)
KR = 1 × 100%
(𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑡 𝑎𝑚𝑎𝑡 )
2
1,25−1,2
= 1 × 100%
(1,25 +1,2 )
2

0,05
= 1 × 100%
(2,45 )
2

0,05
= × 100%
1,225

= 4%

 Percobaan II

Dik = i = 43°
r = 29°
i’ = 29°
r’ = 42°
t amat = 1,5 cm
d = 6 cm

Dit : t ?
KR ?

𝑑 sin( 𝑖−𝑟)
t hitung = cos 𝑟

6 sin( 43−29 )
=
cos 29

6 sin 14
=
0,87

6 (0,24 )
=
0,87

= 1,65 cm

𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑡 𝑎𝑚𝑎𝑡
KR = 1 × 100%
( 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔+𝑡 𝑎𝑚𝑎𝑡 )
2

1,65−1,5
= 1 × 100%
(3,15)
2
0,15
= × 100%
1,575

= 9%

 Percobaan III

Dik = i = 42°
r = 25°
i’ = 25°
r’ = 39°
d = 6 cm
t amat = 2,3 cm
Dit : t ?
KR ?

𝑑 sin(𝑖−𝑟 )
t hitung =
cos 𝑟

6 sin(42−25)
=
cos 25

6 sin 17
=
cos 25

6 ( 0,29 )
=
0,9

= 1,93 cm

𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔− 𝑡 𝑎𝑚𝑎𝑡
KR = 1 × 100%
(𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔+𝑡 𝑎𝑚𝑎𝑡
2

2,3−1,93
= 1 × 100%
( 2,3+1,93 )
2

0,37
= × 100%
2,115

= 17%
G. PERTANYAAN

1. Bandingkan sudut i dengan r, manakah yang lebih besar ? Apakah sudut r


menjauhi garis normal ? mengapa ?
2. Bandingkan sudut r dengan i’, manakah yang lebih besar ? mengapa demikian ?
3. Bandingkan sudut i dengan r’, manakah yang lebih besar ? mengapa demikian ?
4. Berapa cm pergeseran sinar datang ke sinar bias (t )

H. PEMBAHASAN

Perbandingan sudut i dan r pada praktikum yang telah kita lakukan diketahui
bahwa sudut i ( sudut datang ) memiliki sudut yang lebih besar dibandingkan sudut r
( sudut bias), dengan sudut i dan r pada praktikum satu sebesar 35° dan 24°.
Sedangkan pada praktikum kedua diperoleh sudut i dan r masing-masing sebesar 43°
dan 29°. Ini terjadi karena dalam praktikum pembiasaan lensa plan pararel besarnya
sudut i harus lebih besar dibandingkan sudut r dan begitu juga sebaliknya. Dan dapat
kita lihat bahwa sudut r ( sudut bias ) menjauhi garis normal. Hal ini disebabkan
karena, sinar yang datang dari medium optik yang rapat ke medium kurang rapat
sehingga menyebabkan sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Perbandingan antara sudut r dan i’ dapat kita ketahui bahwa sudut r dan i’
memiliki besar sudut yang sama. Pada praktikum pertama besar sudut r dan i’
sebesar 24° dan praktikum kedua besar sudutnya 29° dan juga praktikum ketiga besar
sudutnya 25°). Hal ini disebabkan karena sinar datang tegak lurus dengan permukaan
bidang batas.
Perbandingan antara sudut i dan r’ secara garis besar dari ketiga praktikum
diperoleh bahwa sudut i memiliki sudut yang lebih besar daripada sudut r’. Dimana
besarnya sudut i untuk masing-masing percobaan sebesar 35°, 43° dan 42°.
Sedangkan besarnya sudut r’ sebesar 41° 42° dan 39°. Hal ini disebabkan karena
sudut r’ merupakan pemantulan atau bayangan dari sudut r. Dimana, untuk
mengetahui suatu percobaan dikatakan berhasil atau tidak jika diperoleh sudut r yang
memiliki nilai atau sudut yang lebih kecil daripada sudut i.
Untuk pergesaran sinar datang (i) ke sinar bias (r) pada masing-masing percobaan
diperoleh besarnya nilai t sebesar 1,25 cm, 1,65 cm dan 1,93 cm.
Besarnya nilai t atau pergeseran cahaya diperoleh menggunakan rumus:
𝒅 𝐬𝐢𝐧 ( 𝒊−𝒓)
t=
𝐜𝐨𝐬 𝒓

I. KESIMPULAN

Sinar yang melalui dua medium yaitu kaca dan udara (dalam percobaan ) akan
mengalami perubahan kecepatan dengan indikasi pembelokan sinar. Hal ini disebut
pembiasan cahaya. Indeks bias akan membuat pergseran dari sudut datang
semula.semakin kecil sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya kecil, dan apabila
semakin beesar sudut sinar datang maka pergeseran sinarnya akan besar pula. Apabila
keraparatannya lebih tinggi dari udara, maka sinar mengalami pembiasan mendekati
garis normal. Sebaliknya ketika sinar dari kaca keluar menuju medium yang tingkat
kerapatannya lebih rendah juga mengalami pembiasan, tetapi pembiasannya menjauhi
garis normal.

J. DAFTAR PUSTAKA
 Modul eksperimen II
 Rumushitung.com rumus fisika diakses pada tanggal 14 november 2017
 https://novikandi.blogspot.com diakses pada tanggal 22 november 2017

K. DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai