Anda di halaman 1dari 9

Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan, maka berkas cahaya

tersebut ada yang dibelokkan sewaktu memasuki medium baru tersebut, dimana pembelokan
itu disebut dengan pembiasan.
Indeks bias atau indeks bias suatu zat adalah ukuran dari kecepatan cahaya dalam zat
tersebut. Hal ini dinyatakan sebagai rasio dari kecepatan cahaya dalam vakum relatif terhadap
yang dalam medium dipertimbangkan.
Sebagai media keluar cahaya, seperti udara, air atau gelas, juga bisa mengubah arah
propagasi dalam proporsi ke indeks bias ( Hukum Snell ). Indeks bias bahan bervariasi
dengan frekuensi cahaya yang terpancar .
HUKUM UTAMA PEMBIASAN:
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar
2. Sinar dating, dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibelokkan mendekati
garis normal dan sebaliknya.
http://akiuniya.wordpress.com/2011/01/17/pembiasan/
www.wikkipedia.co.id

Pembiasan
Pembiasan adalah pembelokan cahaya ketika melewati 2 medium yang berbeda.
Ketika cahaya mengenai bidang datar yang transparan (tembus pandang), selain berkas cahaya
dipantulkan, sebagian berkas cahaya juga diteruskan.
Jika seberkas cahaya mengenai bidang dan membentuk sudut datang (u
i
) terhadap garis normal
(garis yang tegak lurus bidang), maka berkas cahaya yang memasuki medium kedua akan
dibelokkan..
Peristiwa pembelokan cahaya inilah yang dinamakan pembiasan.
Mediumnya berupa :
Medium rapat ke kurang rapat = menjauhi garis normal
Medium kurang rapat ke rapat = mendekati garis normal

Indeks bias
Ukuran yang menyatakan kemampuan suatu medium membedakan cahaya
F.KESIMPULAN

Untuk menentukan sudut deviasi dan deviasi minimum pada prisma dapat
dilakukan melalui percobaan yang ada. Sudut deviasi dapat ditentukan apabila sudut
datang dan sudut bias dikrtahui. Sedangkan sudut deviasi minimum dapat ditentukan
apabila sudut datang dan sudut biasnya memiliki nilai yang sama.
Indeks bias prisma dapat ditentukan apabila sudut deviasi minimum diketahui.
http://www.scribd.com/doc/55103529/5-Pembiasan-Pada-Kaca-Plan-Paralel
Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama Willebrod
Snellius (1591 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan hukum pemantulan
cahaya yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 263
2. Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati
bidang batas dua medium tembus cahaya yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya
mempengaruhi penglihatan pengamat. Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat yang
sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah.
a. Indeks Bisa Medium
Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang
ada pada gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara udara dan
air. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya. Bagaimana
sebenarnya peristiwa ini terjadi?
Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung
pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya ini
selanjutnya disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam indeks
bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan
kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di medium tersebut

v
c
n
medium
=
dengan
n
medium
: indeks bias mutlak medium
c : cepat rambat cahaya di ruang hampa
v : cepat rambat cahaya di suatu medium
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 282
Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan
indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang berbeda
kerapatannya maka berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621 Snellius, seorang
fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki
hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r). Hukum pembiasan Snellius berbunyi:
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang
melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.
1
2
sin
sin
n
n
r
i
=
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka
gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat
menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar 18.

Cahaya datang dengan
sudut i dan dibiaskan
dengan sudut r. Cepat
rambat cahaya di
medium 1 adalah v
1
dan
di medium 2 adalah v
2
.
Waktu yang diperlukan
cahaya untuk merambat
dari B ke D sama
dengan waktu yang
dibutuhkan dari A ke E
sehingga DE menjadi
muka gelombang pada
medium 2.


Gambar 18. Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1 ke medium 2.

Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut
Sin i =
AD
.t v
AD
BD
1
= , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri sebagai
berikut, Sin r =
AD
.t v
AD
AE
2
= . Bila kedua persamaan dibandingkan akan diperoleh
2
1
v
v
sin
sin
=
r
i

Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi cahaya tetap
atau tidak mengalami perubahan. Karena v = .f maka berlaku pula,
2
1
sin
sin

=
r
i

Sehingga berlaku persamaan pembiasan
2
1
2
1
1
2
v
v
n
n
sin
sin

= = =
r
i

Dengan keterangan,
n
1
: indeks bias medium 1
n
2
: indeks bias medium 2
v
1
: cepat rambat cahaya di medium 1
v
2
: cepat rambat cahaya di medium 2

1
: panjang gelombang cahaya di medium 1

2
: panjang gelombang cahaya di medium 2
Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium, indeks
bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu
medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Bila cahaya merambat dari
medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 284-285
b. Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)

Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh sisi-sisi yang
sejajar.

Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati garis normal.
Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang berseberangan akan melihat sinar dari
benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah
semula.






Gambar 22. Sebuah kaca
plan paralel atau balok
kaca. Dibatasi oleh tiga
pasang sisi sisi sejajar
Gambar 23. Pergeseran sinar bias
terhadap arah semula dari sinar datang
pada kaca plan paralel. Berkas sinar bias
akhir sejajar dengan sinar datang namun
bergeser sejauh jarak titik G-C

Menentukan besar pergeseran sinar






Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.

Pada segitiga ABC siku-siku di B:

s
d
r =
1
cos maka
1
cosr
d
s =

Pada segitiga ACD siku-siku di D:

s
t
= o sin maka o sin . s t =
Pergeseran sinarnya sejauh t,
maka: . .sin
cosr
d
t
1
=
Karena
1 1
1 1
r i
r i
=
+ =
maka
1
1 1
cosr
) r d.sin(i
t

=
Ketentuan lain adalah berlaku: i
1
= r
2

r
1
= i
2
dengan keterangan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, ()
D
t
C B
d
A
r
2

s
i
1

o
r = sudut bias, ()
t = pergeseran cahaya, (cm)
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 293-294
c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca

Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca, kegunaannya
antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan serta
menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).
Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma akan dibiaskan dan pada saat
meninggalkan bidang pembias lainnya ke udara juga dibiaskan.

Rumus sudut puncak/pembias :
2 1
i r + =
Sedangkan rumus sudut deviasi : r i
2 1
+ =
pada bidang pembias I :
ud
k
1
1
n
n
sinr
sini
=
pada bidang pembias II :
k
ud
2
1
n
n
sinr
sini
=
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar bias prisma.
Pada saat i
1
= r
2
dan r
1
= i
2,
sudut deviasi menjadi sekecil-kecilnya disebut sudut Deviasi Minimum (o
m
).

Gambar 24. Sebuah prisma kaca
dibatasi oleh dua segitiga dan tiga
segiempat

Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.
Karena i
1
= r
2
r i
2 1
+ =
i i m
1 1
+ =

2
m
i
2i m
1
1
+
=
= +

dan r
1
= i
2

2 1
i r + =
1 1
r r + =
1
2r =
2

r
1
=
sehingga :
1
2
1
1
n
n
sinr
sini
=

1
2
n
n
)
2

sin(
)
2
m
sin(
=
+

untuk prisma dengan sudut pembias | 15
0
, sudut deviasi minimum ditentukan tersendiri. Karena
sudut deviasi menjadi sangat kecil (
m
) sehingga nilai sin = . Akibatnya persamaan Hukum Snellius
di atas berubah dari,

1
2
n
n
)
2

sin(
)
2
m
sin(
=
+


1
2
n
n
)
2

(
)
2
m
(
=
+


1
2 m
n
n


=
+


n
n

1
2
m
=
1)
n
n
(
1
2
m
=
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd. 295-297

FI SI KA KELAS XI
Drs. Pristiadi Utomo, M.Pd.


BAB X
OPTIKA GEOMETRIK

Anda mungkin juga menyukai