Anda di halaman 1dari 7

Hukum Snellius Pada Pembiasan

Cahaya: Bunyi, Rumus, Gambar, Contoh


Soal Dan Pembahasan
At October 28, 2017 Hukum Snellius, Optik, Optika Geometri, Pembiasan Cahaya,

Tentunya kalian sudah dapat menyebutkan contoh kejadian sehari-hari yang


dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan. Dasar kolam tampak lebih dangkal
dari sebenarnya dan sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam air tampak
bengkok merupakan contoh kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan
terjadinya pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya tidak sembarang, tetapi
mengikuti hukum-hukum pembiasan.

Hukum pembiasan pertama kali dinyatakan oleh Willebrord Snellius, seorang ahli
Fisika berkebangsaan Belanda. Snellius melakukan eksperimen dengan
melewatkan seberkas sinar pada balok kaca. Secara sederhana, percobaan
Snellius ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Seberkas cahaya (sinar laser/kotak cahaya) di arahkan menuju permukaan balok


kaca (gambar kiri). Ternyata, sinar dibelokkan pada saat mengenai bidang batas
udara-kaca. Jika digambarkan dalam bentuk dua dimensi (gambar kanan), maka
sinar datang dari udara dibiaskan dalam kaca mendekati garis normal. Sehingga
besar sudut datang (i) selalu lebih besar dari sudut bias (r).
Jika percobaan yang sama diulang dengan sudut datang yang berubah-ubah yaitu
sebesar i1, i2, i3 hingga sudut biasnya r1, r2, r3 ternyata Snellius menemukan bahwa
hasil perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut biasnya selalu konstan
atau tetap. Dengan hasil percobaannya tersebut, Snellius mengemukakan Hukum
Pembiasan yang berbunyi sebagai berikut.
Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar.
Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada dua medium
yang berbeda merupakan bilangan tetap.

Secara matematis, pernyataan Hukum Snellius yang kedua di atas dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan berikut.
sin sin sin
i1 i2 i3
= =
sin sin sin
r1 r2 r3
sin
i
= Tetap pers. (1)
sin
r
Tetapan atau konstanta tersebut disebut dengan indeks bias relatif suatu medium
terhadap medium lain. Jika sinar datang dari medium 1 ke medium 2, maka indeks
bias relatif medium 2 terhadap medium 1 ditulis sebagai berikut.
n2
n21 =
n1
Dengan demikian, persamaan (1) di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut.
sin
i
= n21
sin
r
sin
n2
i
=
sin
n1
r
Sehingga kita peroleh rumus hubungan antara sudut datang, sudut bias dan
indeks bias medium sebagai berikut.
n1 sin i = n2 sin
r
Keterangan:
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
n21 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
i = sudut datang pada medium 1
r = sudut bia pada medium 2

Selain kedua pernyataan Hukum Snellius di atas, masih ada hal lain yang berlaku
pada peristiwa pembiasan cahaya, yaitu sebagai berikut.

1) Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, sinar akan
dibiaskan mendekati garis normal. Ini berarti, sudut bias lebih kecil daripada
sudut datangnya (r < i).
2) Jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, cahaya
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jadi, sudut datang lebih kecil dari sudut
bias (i < r).

3) Jika sinar datang tegak lurus batas dua medium, maka sinar tidak dibiaskan
melainkan diteruskan.

Ketika cahaya cahaya dari sebuah medium merambat melewati medium lain yang
berbeda kerapatan, cepat rambat cahaya akan berubah. Cepat rambat cahaya
akan berkurang jika memasuki medium dengan kerapatan tinggi. Sebaliknya,
cepat rambat cahaya akan bertambah jika memasuki medium dengan kerapatan
rendah.

Perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa (c) dengan cepat rambat
cahaya di dalam medium disebut indeks bias mutlak. Indeks bias mutlak suatu
medium dapat dicari dengan rumus:
c
n =
v
Keterangan:
n = indeks bias mutlak medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 108 m/s)
v = cepat rambat cahaya di dalam medium

Pada hukum Snellius di atas, indeks bias mutlak medium 1 ditunjukkan oleh n1 dan
indeks bias mutlak medium 2 ditunjukkan dengan n2. Sementara itu,
perbandingan indeks bias mutlak dari dua buah medium disebut indeks bias
relatif. Jika cahaya datang dari medium 1 dengan indeks bias n1 menuju medium 2
dengan indeks bias mutlak n2, maka indeks bias relatif medium 2 terhadap
medium 1 dinyatakan dengan persamaan berikut.
n2
n21 =
n1
sin
i
n21 =
sin
r
Dengan mensubtitusikan persamaan n = c/v, kita mendapat bentuk persamaan
berikut ini.
v1
n21 =
v2
Keterangan:
n21 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
i = sudut datang
r = sudut bias
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
v1 = cepat rambat cahaya pada medium 1
v2 = cepat rambat cahaya pada medium 2
Contoh Soal:
Dalam sebuah eksperimen untuk menentukan kecepatan cahaya di dalam air,
seorang siswa melewatkan seberkas cahaya ke dalam air dengan sudut datang
30. Kemudian, siswa mencatat sudut bias yang terjadi di dalam air ternyata
besarnya 22. Jika kecepatan cahaya di udara dianggap 3 108 m/s, tentukan
kecepatan cahaya di dalam air.
Penyelesaian:
Diketahui:
i = 30
c = 3 108 m/s
r = 22
Ditanyakan: v
Jawab:
Dengan menggabungkan persamaan n21 = sin i/sin r dengan persamaan n21 = c/v, maka
kita peroleh persamaan berikut.
sin
c
i
=
sin
v
r
Dengan demikian, kecepatan cahaya di dalam air (v) dapat kita hitung dengan
rumus berikut.
c
sin
v = sin
r
i
3 108 m/s sin
v =
sin 30 22
3
v = 108 m/s (0,37)
0,5
2,25
v =
108 m/s
Jadi, kecepatan cahaya di dalam air adalah 2,25 108 m/s.

Anda mungkin juga menyukai