Anda di halaman 1dari 4

TOPIK 1

PENENTUAN INDEKS BIAS PRODUK MINYAK BUMI


( AUTOMATIC REFRACTROMETER )

1.1 Tujuan Instruksional Khusus


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat:

 Menjelaskan prinsip kerja alat refraktometer


 Menentukan indeks bias dari sampel produk minyak bumi
 Menjelaskan kegunaan indeks bias sebagai salah satu karakteristik produk minyak bumi
 Menjelaskan dan membuat perhitungan pengenceran larutan pekat

1.2 Prinsip Kerja


Pengukuran indeks bias didasarkan pada perbandingan antara cepat rambat cahaya di
udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Pengertian Indeks Bias

Indeks bias adalah perbandingan kecepatan rambat cahaya dalam udara dengan kecepatan
rambat cahaya dalam suatu medium. Indeks bias berfungsi untuk mengidentifikasi kemurnian
zat. Alat untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer. Suhu pengukuran harus benar-benar
diatur pada 20oC karena sangat berpengaruh pada keakuratan hasil pengukuran. Untuk mencapai
kestabilan, alat harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standar.
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:
n = c / cm (1)
n = indeks bias, c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 m/s), cm = cepat rambat cahaya
di suatu medium.
Atau
n = λ1 / λ2 = sin α / sin  (2)

λ1 = panjang gelombang 1, λ2 = panjang gelombang 2, α = sudut datang,  = sudut bias


Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas
dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan
mata. Contohnya, sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup ke dalam air bening akan terlihat
patah.
1.3.2 Hukum Snellius pada Pembiasan

Pembiasan cahaya terjadi karena cahaya tidak dapat melewati suatu benda. Penyebab
suatu benda dapat dilihat oleh mata kita adalah karena cahaya yang menuju suatu benda sebagian
atau seluruhnya dipantulkan ke mata kita. Benda yang dapat memantulkan cahaya dengan
sempurna adalah kaca yang dilapisi oleh malgama perak.

Pada pemantulan cahaya terdapat suatu keteraturan yang sifatnya alami dan terus berlaku
pada semua pemantulan suatu benda. Suatu keteraturan in dinamakan hukum alam, yang
ditemukan oleh Snell yang berkebangsaan Belanda pada tahun 1621 sehingga disebut hukum
Snellius. Ada dua macam hukum Snellius tentang pemantulan, pertama, semua sinar yang jatuh
pada suatu bidang benda pantul, sinar pantulnya dan garis yang tegak lurus terhadap bidang
pantulnya terletak pada satu titik pada bidang datar tersebut. Kedua, sudut yang terbentuk antara
sinar datang dan garis normalnya sama dengan sudut yang terbentuk antara garis normal dan
sinar pantulnya. Hukum Snellius juga berlaku untuk benda yang permukaannya tidak teratur.
Untuk permukaan semacam ini garis normal tiap bidang tidak sejajar sehingga pemantulan tiap
bagian permukaannya tidak sama. Sehingga pemantulan pada bidang yang tidak teratur ini
disebut pemantulan baur, sementara pemantulan pada bidang datar disebut pemantulan teratur.

Tabel 1. Hasil Percobaan tentang pembiasan pada balok kaca

i r i/r sin i sin r sin i/sin r


18o 12o 1,50 0,309 0,208 1,49
26o 17o 1,53 0,438 0,292 1,50
36o 23o 1,57 0,588 0,391 1,50
43o 27o 1,59 0,682 0,454 1,50
47o 29o 1,62 0,731 0,485 1,51
50o 33o 1,67 0,819 0,545 1,50
60o 35o 1,71 0,866 0,574 1,51
Pada teori muka gelombang, rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka
gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus
bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan pada Cahaya datang dengan sudut i
dan dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat cahaya di medium 1 adalah V 1 dan di medium 2
adalah V2. Waktu yang diperlukan cahaya untuk merambat dari B ke D sama dengan waktu yang
dibutuhkan dari A ke E sehingga DE menjadi muka gelombang pada medium 2. Oleh karenanya
BD = V1 t dan AE = V2 t.
BD V 1 t
Sin i = = (3) Sin r =
AD AD
AE V 2 t
= (4)
AD AD

Bila sin i dibagi dengan sin r, diperoleh:

sin i V 1
= Persamaan pembiasan cahaya (5)
sin r V 2

i = sudut datang, r = sudut bias, V 1 = kecepatan cahaya sebelum dibiaskan, V2 = kecepatan


cahaya setelah dibiaskan.

1.4 Alat dan Bahan :


1. Automatic Refractometer
2. Sample yang akan diuji

1.4.1 Langkah Kerja :

1. Pastikan semua kabel peralatan terhubung


2. Nyalakan tombol power
3. Tombol-tombol pada display layar :
a) Escape : untuk pilihan kembali ke menu sebelumnya
b) Tab left contrast : mengatur level gelap-terang layar
c) Tab right bright : mengatur level kecerahan layar
d) Print : mencetak hasil dari measure
e) Measure : memulai proses pengukuran nilai refractive index
f) Setup : melakukan pengaturan untuk user calibrasi, operational
parameter, measurement parameter, user methods, data storage,
communication settings, service calibration, system information

4. Masukkan sample berupa liquid (air, petroleum product).


5. Tekan tombol measure untuk memulai proses pengukuran nilai RI (refractive
index)
6. Diamkan beberapa saat sampai nilai RI muncul pada layar
7. Catat nilai refractive indexnya atau print
8. Ulangi beberapa kali dengan menggunakan jenis sample sama tetapi dengan
sample yang baru sehingga didapat average dan standar deviasinya.

Anda mungkin juga menyukai