Anda di halaman 1dari 4

Nama Dosen : Dr.

Inna Novianty, SSi, MSi


NILAI:
Nama Asisten : Epa Rosidah, SSi, MSi
Nama Praktikan : Indeks Bias
NIM : J0313202191
Program Studi : Teknik dan manajemen lingkungan
Kelas Praktikum : A1

INDEKS BIAS
I. PENDAHULUAN

1. TEORI SINGKAT
Indeks bias suatu zat merupakan ukuran kelajuan cahaya di dalam zat cair
dibanding ketika di udara (Murdaka et al., 2010). Indeks bias merupakan salah satu dari
beberapa sifat optis yang penting dari medium. Dalam bidang kimia, pengukuran
terhadap indeks bias secara luas telah digunakan antara lain untuk mengetahui
konsentrasi larutan (Subedi et al., 2006) dan mengetahui komposisi bahan-bahan
penyusun larutan. Indeks bias juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
larutan. Penelitian yang dilakukan oleh Yunus et al. (2009) menunjukkan bahwa indeks
bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian dan kadaluarsa dari oli. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Sutiah et al. (2008) menunjukkan bahwa indeks bias dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian minyak goreng.
2. TUJUAN
Menentukan nilai indeks bias prima (1,5)
3. ALAT dan BAHAN
1) Kertas Hvs
2) Kardus
3) 1 buah Jarum kasur
4) 2 buah Jarum pentul
5) Busur
6) Prisma yang telah dibuat terlebih dahulu

II. LANGKAH KERJA

1) Gambarlah garis batas dan garis normal pada hvs yang telah dilapisi kardus
2) Letakanlah prisma hingga pucuknya tepat sejajar dengan garis normal
3) Tusukan jarum kasur ditengah pertemuan garis batas dan garis normal
4) Tusukan jarum pentul sesuai dengan percobaan
5) Bidik dari sisi sebrang agar jarum pentul pertama dan jarum kasur sejajar dengan
jarum pentul ke dua
6) Tempatkan jarum pentul kedua satu garis dengan jarum kasur dan jarum pentul
pertama
7) Lepaskan prisma dari kertas yang dilapisi kardus.
8) Tariiklah garis dari jarum kasur ke jarum pentul ketiga tandai dengan garis merah
9) Tariklah garis sudut dari garis normal ke garis merah sebagai sudut datang
10) Tariklah garis sudut kedua dari garis normal ke garis merah sebagai sudut datang
11) Terahkir, ukur nilai sudut menggunakan busur

III. DATA PENGUKURAN

Obyek θd θb Sin θd Sin θb n

1 15 24 0,26 0,41 1,57


2 25 37 0,42 0,60 1,43
3 12 20 0,21 0,34 1,62
Jumlah 4.62
Rataan 1.54

KETERANGAN:
θd = sudut datang
θb = sudut bias
nd = indeks bias datang
nb = indeks bias bias

IV. PENGOLAHAN DATA

nd sinθd = nb sinθb

nb sinθb 1. 0,41
nd1 = = = 1,57
sinθ d 0,26

nb sinθb 1. 0,60
nd2 = = = 1,43
sinθ d 0,42

nb sinθb 1. 0,34
nd3 = = = 1,62
sinθ d 0,21

n – n rataan = 1,57 – 1,54 = 0,03

n – n rataan = 1.43 – 1,54 = - 0,11

n – n rataan = 1,62 – 1,54 = 0,08

(n – n rataan)2 = (0,03)2 = 0,0009

(n – n rataan)2 = (0,11)2 = 0,0121

(n – n rataan)2 = (0,08)2 = 0,0064


∆ n = √ Ʃ¿ ¿ ¿ =
√ 0,0009+ 0,0121+ 0,0064
3−1
=
√0,0194
2
= √ 0,0097 = 0,098 = 0,10

V. PEMBAHASAN

Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) antara kelajuan cahaya di ruang hampa
terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan. Cepat rambat gelombang cahaya di ruang hampa
sebesar c. Jika melalui suatu medium maka cahaya tersebut akan mengalami perubahan
kecepatan menjadi v, dimana besarnya v jauh lebih kecil dibandingkan cepat rambang cahaya di
ruang hampa c. Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan turun sebesar
suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan indeks bias (n).

Hukum Snellius (juga dikenal sebagai hukum Snell-Descartes dan hukum refraksi) adalah
rumus yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara sudut-sudut kejadian dan
pembiasan.Hubungan itu terjadi ketika mengacu pada cahaya atau gelombang lain yang melewati
batas antara dua media isotropik yang berbeda, seperti seperti air, gelas, atau air.Dalam optik,
hukum snellius digunakan dalam penelusuran sinar untuk menghitung sudut insidensi atau
refraksi, dan dalam optik eksperimental untuk menemukan indeks bias suatu material.Hukum
snellius juga berinteraksi dengan bahan metam, yang memungkinkan cahaya menjadi bengkok
“terbelakang” pada sudut refraksi negatif dengan indeks bias negatif. (Nur Aini, 2020)

Pada sekitar tahun 1621, Willbrord Snell melakukan eksperimen untuk mencari
hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen tersebut dikenal dengan
nama hukum Snell yang kedua [2] yang berbunyi: Sinar datang, garis normal, dan sinar bias
terletak pada satu bidang datar Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut sinar bias
(r) selalu konstan. Nilai konstanta dinamakan indeks bias (n).

Dari hasil perhitungan di dapatkan dari tiga kali pengulangan untuk menentukan indeks
bias apabila di rata-rata akan menghasilkan angka mendekati 1,5 yaitu 1,54. Hal ini menunjukan
bahwa pada praktikum kali ini nilai indeks biasanya apabila di rata-rata, hampir sama dengan
indeks bias itu sendiri. Adanya selisih angka pada teori walaupun seikit mungkin terdapat
beberapa kesalahan kecil seperti, pembulatan angka sehingga mempengaruhi perhitungan n dan
busur derajat yang kurang presisi (menunjukan angka di tengah-tengah).

VI. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum kali ini, berdasarkan data hasil penelitian diperoleh indeks bias 1,54
yang hampir mendekati angka indeks bias prima yaitu 1,5. Pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya
melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis. Normal ketika
sinar dating dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan menjauhi
garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke medium kurang rapat (udara).
Dan sudut dating akan lebih besar daripada sudut biasanya.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Nur Aini, S. P. (2020, November 10). https://haloedukasi.com/hukum-snellius. Retrieved from


https://haloedukasi.com: https://haloedukasi.com/hukum-snellius

Sutadi, N. Pembuktian Hukum Snellius Tentang Pembiasan Cahaya Pada Medium Udara-Air
Menggunakan Logger Pro. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 02 Juni 2013, 45.

Zamroni, A. (2013). Pengukuran Indeks Bias Zat Cair Melalui Metode Pembiasan Menggunakan
Plan Paralel. Jurnal Fisika, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai