Anda di halaman 1dari 19

RESUME METODE PERHITUNGAN CADANGAN

Metode Inverse Distance Square (IDS)

Disusun Oleh :
MERYAM PUTRI ARMAINI
18137010

Kelompok 3 : Metode Triangulasi

Dosen :
Adree Octova S.Si.,M.T.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
1. Pengertian
Merupakan pengembangan dari Constant Distance Weight dan
merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya
hubungan letak ruang (jarak), kombinasi linear atau harga rata-rata
pembobotan (weighting average) dari titk-titik data yang ada di sekitarnya.
(Bankes, 2003). Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih
mirip pada data sampel yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot
(weight) akan berubah secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data
sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.
Metode Invers Distance pada Perhitungan Sumberdaya dan
Cadangan disebut juga dengan Metode Seperjarak. Prinsip penaksiran
metode Invers Distance adalah dilakukan teknik pembobotan titik data
yang didasarkan pada :
1. Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data
contoh
2. Kecenderungan penyebaran data kualitas.
3. Orientasi setiap contoh yang menunjukkan hubungan letak
ruang antar contoh.
Umumnya pembobotan jarak dengan metode menurut sample yang
ditampilkan dan cara penerapannya :
1. Invers distance
2. Invers distance squared
3. Invers distance cubed
Dalam prakteknya, karena dipengaruhi oleh : Jarak pengaruh &
Kerapatan data, maka Huges & Davey, 1979 membuat aturan
(rule) sebagai berikut :
1. Harus ada pembatas jarak pengaruh
2. Derajat (pangkat) seperjarak yang digunakan m
3. Sudut pencarian : nearest point rule

2
2. Data-Data yang Perlu dalam Metode Inverse Distance
Adapun data – data yang dibutuhkan dalam menentukan cadangan
menggunakan metode inverse distance adalah :
a. Dalam perhitungan manual
1) Jarak dari lubang bor satu ke lubang bor yang lain.
2) Data log bor.
b. Dalam menggunakan software
1) Data assay adalah merupakan data hasil analisis kadar nikel.
2) Data collar adalah data koordinatdan elevasi titik bor.
3) Data litologi adalah data litologi profil nikel laterit titik bor.
4) Data survey adalah data total kedalaman titik bor.
5) Data Geologi adalah data kadar dari bahan galian.

3. Teknik Pengolahan Data


Adapun rumus yang digunakan dalam metode Inverse Distance
adalah :
a. Inverse distance
Rumus umum Invers Distance :

Persamaan pembobotannya :

Faktor pembobotan :

3
b. Inverse Distance Square
Rumus umum Invers Distance squared : 

Persamaan pembobotannya :

Faktor pembobotan :

c. Inverse Distance Cube


Rumus Umum Invers Distance Cubed :

Persamaan pembobotannya :

Faktor pembobotan :

Keterangan :
W = factor bobot data grid j (grid penaksir).
d = jarak antara grid j dengan grid yang ditaksir.
g = kadar sampel mineral

4
4. Kelebihan dan Kekurangan Inver Distance
a. Kelebihan
 karakteristik interpolasi dapat dikontrol dengan membatasi
titik-titik masukan yang digunakan dalam proses
interpolasi.
 Titik-titik yang terletak jauh dari titik sampel dan yang
diperkirakan memiliki korelasi spasial dapat dihapusdari
perhitungan.
 Titik-titik yang digunakan dapat ditentukan langsung, atau
ditentukan berdasarkan jarak yang ingin di interpolasi.
b. Kekurangan
 Tidak dapat mengestimasi nilai di atas nilaimaksimum dan
dibawah nilai minimum dari titik-titik sampel (Pramono,
2008).
 Efek yang terjadi apabila interpolasi IDW diaplikasikan
adalah terjadinya perataan(flattening) puncakdan lembah,
kecuali jika titik-titik tertinggi dan terendah merupakan
bagian dari titik sampel, Karena nilai estimasi merupakan
nilai rata-rata, hasil permukaan tidak akan tepat melewati
titik-titik sampel.

5. Studi Kasus Mengenai Metode Inverse Distance


a. Kasus 1: Analisa Perbandingan Metoda NNP dan IDW pada
Penaksiran Kadar Mineral

Analisis di bawah ini merupakan perbandingan dua konsep


penaksir. Kadar di titik Z0 (gambar di bawah) ditaksir dengan
menggunakan penaksir poligon sampel terdekat dan seperjarak.

a. Penaksiran dengan metode NNP

Diberikan data seperti pada gambar di bawah ini yang diasumsikan


bahwa data adalah lokasi titik bor suatu bijih nikel. Diketahui nilai
Z1 = 2,75 % Cu, Z2 = 2,20 % Cu, Z3 = 1,62 % Cu ; d1 = 70 m, d2 =
50 m, d3 = 90 m.

5
Gambar 3 Tiga Komposit Jenjang (Z1, Z2, Z3) Untuk Penaksiran di
Titik Z0

Pada metode penaksir poligon sampel terdekat (NNP) bobot


(w) untuk jarak terdekat terhadap titik Z0 diberikan nilai = 1,
sedangkan untuk bobot (w) lainnya diberikan nilai = 0. Jadi nilai
bobot w1 = 0, w2 = 1 (jarak terdekat terhadap titik Z0), w3 = 0.

Table 1 Hasil taksiran memakai metode NNP

NNP Z1 2,74% Z2 2,20% Z3 1,62% Z0


Jarak d1 70 d2 50 d3 90 2,20
Bobot w1 0 w2 0 W3 0

Taksiran kadar dititik Z0 memakai poligon sampel terdekat


(NNP) adalah 2,20%, karena sampel Z2 memiliki jarak terdekat
terhadap titik Z0. Nilai tersebut dapat dihitung melalui perhitungan:

Z0= (w1 x Z1) + (w2 x Z2) + (w3 x Z3)

= (0 x 2,74) + (1 x 2,20) + (0 x 1,62)

= (0) + (2,20) + (0)

6
= 2,20%

Taksiran kadar memakai metode NNP hanya berdasarkan


jarak sampel terdekat terhadap titik yang ditaksir. Sampel dengan
jarak terdekat memiliki bobot terbesar (bobot sama dengan satu),
sehingga taksiran kadar adalah nilai kadar terdekat dengan titik yang
ditaksir.

b. Penaksiran dengan metode IDW

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dilakukan penaksiran


dengan menggunakan metode IDW dengan penaksiran bobot
masing-masing sampel (w1, w2, w3) dan penaksiran pada titik Z0.

Tabel 2 di bawah ini merupakan hasil penaksiran kadar memakai


metode NNP dan IDW dengan jarak sebagai berikut: d1 = 70m, d2 =
50m, d3 = 90m.

b. Kasus 2: Comparison the Performance of Ordinary Kringging and


Invers Distance Weighting Methods for Mapping Nickel Laterite
Properties
Nikel laterit adalah hasil dari pelapukan intensif batuan
ultrabasa dan padanan terserpentinasinya. Dalam profil umum dari
nikel laterit dapat dibagi menjadi zona limonit, zona saprolit dan
batuan dasar. Untuk memetakan distribusi area anomali diperlukan
pemilihan metode yang sesuai untuk diprediksi kadar bijih di lokasi
yang tidak disampel. Beberapa metode interpolasi seperti pembobotan
jarak terbalik (IDW) dan ordinary kriging (OK) telah dikembangkan
dengan menggunakan alat komputer yang dapat digunakan untuk itu
memperkirakan distribusi deposit mineral. Dalam proses estimasi IDW
lebih sederhana dan lebih cepat, tidak seperti kriging yang
membutuhkan langkah permodelan awal dari variogram sebelum
kriging itu sendiri dilakukan. Di dalam Penelitian, sebagai

7
perbandingan, prosedur IDW dan OK diterapkan untuk memetakan
distribusi nikel (Ni) dan anomali Cobalt (Co) dalam jenis deposit
laterit nikel
Ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :
1) Area Studi dan Desain Pengambilan Sampel
Daerah penelitian adalah sekitar 9 km ² yang terletak di
Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara Indonesia.
Sebanyak 28 lubang bor dengan kedalaman bervariasi dari 7,5
hingga 64,2m dengan jarak antar bor lubang 500 m. Sampel
dikumpulkan pada interval 1m untuk setiap lubang dan mereka
diuji untuk Ni dan Co. Distribusi lubang bor dan lokasi area
penelitian ditunjukkan dalam GAMBAR 1. Secara geologis daerah
ini terletak di lengan tenggara Sulawesi yang secara luas diduduki
oleh Kompleks batuan ophiolit terdiri dari batuan basaltik dan
ultramafik, dengan primer barat laut – tenggara trending structure.

2) Deskriptif Metode Estimasi


Kriging adalah teknik prediksi spasial untuk interpolasi
linear optimal yang tidak bias dengan a minimum kesalahan
interpolasi rata-rata [3]. Alat utama dalam estimasi kriging adalah
variogram, yang mencerminkan hubungan khusus antara
pengamatan data tetangga. Variogram diperoleh dari hasil cocok
antara variogram eksperimental dan model teoritis. Model yang
paling banyak digunakan di tambang adalah bulat, eksponensial,
dan gaussian [4]. Dalam penelitian ini untuk memilih model
teoritis variogram didasarkan pada nilai root mean square error
(RMSE) sedangkan nilai terkecil dipilih sebagai model terbaik [5].
Nilai variogram eksperimental dapat dihitung dengan persamaan
berikut [6]:

8
3) Kriging Biasa
Kriging biasa adalah salah satu dasar dari metode kriging
yang memberikan estimasi pada yang tidak teramati lokasi,
berdasarkan rata-rata tertimbang di sekitar lokasi yang diamati
dalam suatu wilayah [7]. Prediksi OK di lokasi yang tidak
diamplas ditentukan oleh persamaan:

Dengan berat dihitung dengan persamaan :

4) Inverse Distance weighting (IDW)


Untuk menghitung berat sampel, IDW mengasumsikan
tingkat korelasi dan kesamaan antara tetangga sebanding dengan
jarak di antara mereka. Persamaan IDW yang digunakan dalam
pembobotan adalah ditulis di bawah ini [4]:

5) Transformasi dan Interpolasi Data


Kinerja terbaik dari analisis kriging adalah pada data
distribusi normal. Jika distribusi data tidak normal maka
transformasi data dapat membantu membuatnya normal secara
normal [8]. Logaritmik transformasi dapat dipertimbangkan di

9
mana koefisien kemiringan lebih besar dari 1 dan akar kuadrat
transformasi adalah antara 0,5 dan 1 [9]. Untuk mengubah kembali
melalui eksponensial dapat digunakan persamaan di bawah [10]:

6) Kriteria Untuk Pembanding


Untuk memilih model variogram terbaik antara model
potetial dan untuk membandingkan akurasi Metode interpolasi
menggunakan parameter root mean square error (RMSE). RMSE
dapat diperoleh dari teknik validasi silang, dan dihitung dengan
persamaan di bawah ini [11]:

Hasil dari Penelitian ini ialah, Berdasarkan nilai RMSE hasil


perbandingan dari dua metode interpolasi yang diterapkan
menunjukkan bahwa Prosedur IDW adalah metode yang paling cocok
untuk estimasi dan pemetaan distribusi spasial Ni dan Co di bidang
studi ini. Mungkin karena jumlah dataset kami tidak sesuai untuk
membentuk stabil variogram. Hasil penelitian menunjukkan, di zona
limonit, kekuatan IDW 2 menunjukkan kinerja terbaik untuk Ni dan
Co Prosedur OK memberikan hasil terbaik ketika diterapkan pada

10
variabel ketebalan. Di zona saprolit, kekuatan IDW 5 menunjukkan
kinerja terbaik untuk Ni sedangkan IDW kekuatan 1 menunjukkan
hasil terbaik ketika diterapkan pada Co dan ketebalan.
Hasil interpolasi mengungkapkan distribusi nikel di zona
limonit dan saprolit masih terbuka ke timur laut dan ke barat daya.
Estimasi sumber daya di zona limonit ditunjukkan 868623,53 ton nikel
dan 94534,93 ton kobalt, sedangkan di zona saprolit adalah 688972,14
ton nikel dan 44843,29 ton kobalt. Sumber daya potensial nikel
tambahan di zona limonit dan saprolit dapat meluas ke Timur Laut dan
Barat Daya area penelitian.
c. Kasus 3 :
Studi Kasus Mengenai Metode Inverse Distance

Misalkan telah dilakukan pengukuran ketinggian tempat


(elevasi) pada sejumlah titik seperti terlihat pada gambar di atas.
Terdapat sebuah lokasi, yaitu titik X (titik berwarna kuning), yang
tidak diukur ketinggiannya (mungkin karena aksesibilitas lapangan

11
yang sulit). Tetapi titik X tersebut sangat penting untuk diketahui
ketinggiannya. Dengan menggunakan metode IDW dan sejumlah
sampel titik (perhatikan 5 titik yang bewarna merah berikut jaraknya
masing-masing terhadap titik X), tentukan ketinggian di titik X! 76 70
85 68 52 40 28 17 125 114 32 m X 50 m 15 m 57 m 48 m 79 Jika nilai
ketinggian pada masing-masing titik sampel kita sebut z, sehingga ada
z1, z2, z3, z4, dan z5. Dan jarak masing-masing titik sampel ke titik X
kita sebut d, sehingga ada d1, d2, d3, d4, dan d5. Maka ketinggian di
titik X (zx) dapat ditentukan dengan fungsi berikut:

Keterangan:
n adalah jumlah titik sampel, i dan j adalah nomor titik sampel, w
adalah bobot (weight), dan p adalah pangkat (power). Jumlah nilai bobot
harus sama dengan 1, dan nilai p harus lebih dari 1, umumnya nilai p
yang digunakan adalah 2.
Fungsi di atas merupakan algoritma IDW yang diformulasikan oleh
Shepard (1968).
Pada gambar hasil pengukuran ketinggian di atas, jika z1 = 70,
maka d1 (jarak z1 terhadap titik yang akan dicari ketinggiannya) adalah
32.
Seterusnya, sehingga:
z2 = 85, d2 = 50
z3 = 68, d3 = 15
z4 = 52, d4 = 48
z5 = 40, d5 = 57

12
Perhitungan IDW:
Jumlah titik (n) adalah 5, dan nilai p yang digunakan adalah 2.
Yang pertama kali dihitung adalah kebalikan jarak (inverse
distance) dari masing-masing titik sampel, dipangkatkan dengan nilai p.

Berikutnya adalah menghitung nilai bobot masing-masing titik


sampel. Nilai bobot (wi) dihitung dengan cara membagi nilai masing-
masing inverse distance kelima titik sampel dengan total kelima
inverse distance. Karena ada 5 titik sampel, maka akan ada 5 bobot.

13
Nilai kelima bobot di atas jika dijumlahkan hasilnya adalah 1.
Langkah terakhir adalah menghitung nilai ketinggian di titik X.

Jadi nilai ketinggian di titik X adalah 66,9624347514365, atau


dibulatkan menjadi 67.
Dengan cara seperti di atas, maka semua ketinggian tempat pada
wilayah observasi dapat dipetakan dengan hanya beberapa titik sampel

14
pengukuran, tidak perlu harus mengukur ketinggian tempat pada setiap inchi
wilayah yang kita amati. Tentunya, IDW hanya salah satu dari sekian
banyak metode interpolasi geostatistik. Disamping IDW ada Spline,
Kriging, Radial Basis Function (RBF), Local Polynomial Interpolation,
Global Polynomial Interpolation, Natural Neighbors, Trend, dan lain
sebagainya.

d. Kasus 4 : Estimasi Cadangan Bijih Nikel Saprolit Menggunakan


Metode Inverse Distance di PIT Blok 3A Banggai Area Tengah
Sulawesi
Tujuan Penelitian
TujuanPenelitian ini menghitung cadangan tonase dari
cadangan bijih nikel, tonase tanah penutup, danrasio pengupasan di
Blok PIT 3A. Memperkirakan cadangan dan rasio pengupasan dalam
PIT Block 3A di PT.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah mengumpulkan data yang akurat di
lapangan terkait dengan estimasi cadangan itu. Metode penelitian
meliputi; pengumpulan data , pemrosesan data , dan analisis data.
Hasil yang diperoleh
1) Berdasarkan hasil analisis, volume cadangan bijih adalah 50969 m
3 dan tonasecadangan saprolit untuk PIT Block 3A PT. Proyek
Situs Penambangan Kumala Bunta dengan 30 titik
pengeboranadalah 76453,5 ton dengan kepadatan bijih 1,5 ton / m
3 dihitung menggunakanSurpac 6.2 dengan COG (cut off grade)Ni
≥ 1,6%.
2) Berdasarkan desain pit dan beberapa analisis, volume pit adalah
144778 m3, volume limbah adalah 93809 m 3 dantonase dari
overburden PIT Block 3A adalah 112570,8 ton dengan kepadatan
batuan sisa 1,2 m3 / tondihitung menggunakan Surpac 6.2.

15
3) Stripping Ratio (SR) area penelitian adalah 1,47: 1. Cadangan
deposit nikel yang terkandungBlok 3A layak untuk ditambang,
karena SR wilayah studi lebih kecil dari nilai SRdiatur oleh PT.
Kumala Mining adalah 1.60: 1

e. Kasus 5 : APLIKASI METODE INTERPOLASI


INVERSE DISTANCE WEIGHTING DALAM
PENAKSIRAN SUMBERDAYA LATERIT
NIKEL

Data pada penelitian ini dilakukan pada zona limonit.


Data ketebalan dan hasil analisa geokimia Ni yang digunakan
diperoleh dari 60 titik bor. Data mentah (raw data) kadar Ni
dari setiap lubang bor kemudian diolah menjadi data
komposit dengan menggunakan persamaan (1). Data
komposit pada zona limonit di tabulasikan dalam spread
sheet excel untuk kemudian digunakan sebagai basis data
dalam perhitungan secara dua dimensi, dengan menggunakan
aplikasi software Arc Giss V.10. 2.
Hasil dari perhitungan data komposit diperoleh 27
sample dengan kadar Ni >1,2% dan 33 sampel dengan kadar
Ni 1,2%. Tabel.1 menunjukkan data komposit kadar Ni dan
ketebalan zona limonit, sedangkan Gambar 6 menunjukkan
distribusi sampel yang diklasifikasikan berdasarkan nilai Cut-
off Grade 1,2% Ni.
Hasil perbandingan nilai RMSE metode interpolasi
IDW dengan nilai power 1, 2, 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa
metode interpolasi IDW dengan nilai power 1 adalah yang
terbaik untuk penaksiran kadar Ni dan ketebalan zona limonit
dalam pemodelan sumberdaya dan sebaran bijih limonit
secara lateral. Hal ini mungkin disebabkan karena sebaran
data di daerah penelitian mempunyai nilai skewness yang
relatif kecil.

16
Estimasi dengan menggunakan metode IDW dengan nilai
power 1, menunjukkan bahwa sebaran bijih limonit dengan kadar
>1,2% Ni masih terbuka kearah selatan dan barat daya. Dengan
asumsi nilai cut-off grade adalah 1,2% Ni dan densitas limonit 1,6

towm3, hasil estimasi sumberdaya pada zona limonit adalah 151,7


juta ton bijih dengan kadar rata-rata 1,45% Ni atau setara dengan
+ 2,2 juta ton logam nikel.
Ekplorasi lebih rinci dengan jarak antar titik bor lebih
rapat disarankan untuk dilakukan di daerah sebaran bijih limonit
dengan kadar >1,2%Ni dan untuk menambah jumlah sumberdaya
dapat dilakukan perluasan daerah pemboran prospeksi ke arah
selatan dan barat daya daerah penelitian.

6. Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa tujuan dari interpolasi menggunakan idw ?

Jawab : Tujuannya adalah untuk mengimplementasikan asumsi bahwa


sesuatu yang saling berdekatan akan lebih serupa dibandingkan
dengan yang saling beijauhan. Maksudnya disini adalah dalam
pengambilan dan penaksiran data yang belum tersampel
hasilnya tidak jauh beda dengan data sampel yang sudah ada
dengan jaraknya yang berdekatan. Jadi sederhannya adalah
semakin dekat sampel yang akan ditaksir dengan sampel yang
sudah ada maka semakin mirip nilainya.

2. Data apa saja yang diperlukan dalam perhitungan manual dalam metode
ini?

Jawab : data data yang diperlukan untuk melakukan perhitungannya yaitu


yang pertama jarak,yaitu jarak antara sampel yang sudah terukur
ke sampel yang akan ditaksir, selanjutnya yaitu nilai dari sampel
yang sudah terukur, maksud dari nilai ini bisa jadi nilai kadarnya
atau nilai yang lainnya.

17
3. Apa kelebihan dari metode idw ini?

Jawab : Dari apa yang sudah saya pahami, kelebihan dari metode ini
adalah cara penaksiran yang sederhana dan mudah dipahami
perhitungannya, selain itu dalam penaksiran datanya kita hanya
menggunakan data sampel yang sudah ada tanpa melakukan
pengukuran secara langsung, misalnya kita melakukan
eksplorasi untuk mengetahui kadar mineral di wilayah yang
diamati dengan cara melakukan pemboran, maka kita tidak
harus melakukan pemboran disetiap inci wilayah tersebut cukup
berdasarkan data sampel bor yang ada disekitar daerah yang
akan ditaksir, jadi dengan kata lain metode ini juga hemat, yaitu
hemat waktu dan hemat biaya.

4. Tadi pada contoh kasus 2 dijelaskan cara perhitungan untuk menaksir


kadar suatu titik, tapi jika yang ditanya tingginya, bagaimana cara
perhitungannya?

Jawab : Untuk menaksir tinggi dari suatu titik maka perhitungannya tidak
berbeda, kita juga akan menggunakan rumus-rumus yang saya
contohkan tadi. Jika tadi saya mencontohkan untuk penaksiran
kadar, maka yang harus kita ketahui adalah kadar dari sampel-
sampel yang sudah terukur, dan begitu juga jika kita ingin
menaksir ketinggian dari suatu titik, maka yang harus kita
ketahui adalah ketinggian dari sampel-sampel yang sudah
terukur.
5. Apa prinsip dari penaksiran metode Invers Distance ini ?

Jawab : Prinsip penaksiran metode Invers Distance adalah dilakukan


teknik pembobotan titik data yang didasarkan pada :
1. Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap
letak data contoh
2. Kecenderungan penyebaran data kualitas.
3. Orientasi setiap contoh yang menunjukkan
hubungan letak ruang antar contoh.

18
6. Tadi penyaji mengatakan kalau perhitungan metode idw ini bisa memakai
aplikasi surpace, nah yg saya tanyakan data apa saja yang diperlukan untuk
perhitungan dengan surpace tersebut?

Jawab : Dalam menggunakan software data yang diperlukan adalah :


1. Data assay adalah merupakan data hasil analisis
kadar bahan galian.
2. Data collar adalah data koordinat dan elevasi titik
bor.
3. Data litologi adalah data litologi profil bahan galian
titik bor.
4. Data survey adalah data total kedalaman titik bor.
5. Data Geologi adalah data kadar dari bahan galian.

19

Anda mungkin juga menyukai