Anda di halaman 1dari 29

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN

Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Pendidikan Fisika 2014
Abstrak
Telah dilakukan percobaan tentang pemantulan dan pembiasan dengan tujuan untuk
mengetahui perilaku cahaya pada peristiwa pemantulan dan pembiasan serta menentukan indeks
bias bahan. Pada praktikum ini terdapat lima kegiatan. Kegiatan pertama mencari jarak fokus
cermin cekung dan cermin cembung, kegitan kedua membuktikan sinar-sinar istimewa pada
cermin cekung dan cermin cembung, kegiatan ketiga menentukan sifat bayangan pada cermin
datar, kegiatan empat mengenai pembiasan pada rhombus, dan yang terakhir mengenai pemantulan
sempurna. Jarak fokus padacermin cembung terletak di belakang cermin sedangkan pada cermin
cekung terletak di depan cermin. Dari hasil praktikum diperoleh besar jarak fokus cermin cembung
dan cekung adalah |6,40±0,05|cm dan |5,85 ± 0,05|cm. Pembiasan oleh rhombus dengan
menentukan sudut datang dan sudut biasnya diperoleh hasil indeks bias rata-rata yang berasal dari
udara ke kaca |1,46 ± 0,07| dan indeks bias yang berasal dari kaca ke udara adalah
|1,44 ± 0,10| dan sudut kritis kaca sebesar |40,0±0,5|˚ diperoleh pula besar % diff nya sebesar
8,6 % pada pemantulan sempurna.

Kata kunci : cermin, , jarak fokus, pemantulan, pembiasan

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perilaku cahaya pada peristiwa pemantulan dan pembiasan ?
2. Berapa besar nilai indeks bias bahan ?
TUJUAN
1. Mengetahui perilaku cahaya pada peristiwa pemantulan dan pembiasan
2. Menentukan besar indeks bias bahan

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik yang
memiliki sifat mendua. Disatu sisi cahaya merupakan gelombang namun disisi
lain cahaya memiliki sifat seperti sebuah partikel. Salah satu sifat cahaya sebagai
gelombang adalah dapat mengalami pemantulan (refleksi) sedangkan salah satu
sifat cahaya sebagai partkel adalah cahaya dapat mengalami peristiwa tumbukan
(Herman, 2015 : 39).
Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas
yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti sebuah permukaan udara
kaca, energi cahaya dipantulkan dan memasuki medium kedua, perubahan arah
dari sinar yang ditransmisikan disebut pembiasan (Tipler,2001: 446).
Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar
seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan
bergerak menjauhi penghalang tersebut.Fenomena ini disebut pemantulan.
Pemantulan terjadi pada bidang batas antara dua medium yang berbeda seperti
misalnya sebuah permukaan udara kaca, dalam kasus dimana sebagian energy
datang dipantulkan dan sebagian ditransmisikan. Sudut antara sinar datang dengan
garis normal (garis tegak lurus permukaan) sisebut sudut datang, bidang yang
dibatasi oleh dua garis ini disebut sudut datang. Sinar yang dipantulkan terletak di
dalam bidang datang tersebut dan membentuk sudut dengan garis normal yang
sama dengan sudut datang. Hasil ini dikenal dengan hukum pemantulan . Hukum
pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang (Tipler, 2001 : 442).
Berdasarkan eksperimen, diperoleh hukum-hukum mengenai refleksi dan
refraksi sebagai berikut:
1. Sinar yang direfleksikan dan dairefraksikan terletak pada satu bidang yang
dibentuk oleh sinar datang dan normal bidang batas di titik darang yaitu
bidang.
2. Untuk refleksi:
θ1'=θ1
3. Untuk refraksi:
sin θ1
sin θ2 =n21
Dengan n21 adalah konstanta yang disebut indeks refraksi (indeks bias) dari
medium 2 terhadap medium 1. Berikut tabel yang menunjukkan indeks refraksi
beberapa bahan terhadap vakum untuk panjang gelombang (cahaya natrium) (589

nm =5890 Ȧ ) (Halliday, 1978: 608-609).


Hukum refleksi telah dikenal oleh Euclides.Hukum refraksi diperoleh
secara eksperimen oleh Willebrod Snell (1591-1626) dan diturunkan melalui teori
korpuskuler cahaya oleh Rene Descartes (1596-1650).Hukum refraksi ini dikenal
sebagai Hukum Snell, atau (di Perancis) dikenal sebagai Hukum Descartes
(Halliday, 1978: 609).
Kajian eksprimental mengenai arah sinar masuk, sinar yang direflesikan,
dan sinar yang direfraksikan pada antarmuka yang halus di antara dua material
optic memunculkan smpulan-simpulan sebagai berikut :
1. Sinar yang masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan dan
normal terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama.
Bidang dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang permukaan batas di
antara kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar
sehingga sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan
berada dalam diagram.
2. Sudut refleksi 𝑟 sama dengan sudut masuk 𝑎 untuk semua panjang
gelombang dan untuk setiap pasangan material.
𝑟 = 𝑎 (hukum refleksi)
Hubungan ini, bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan
sinar yang direfleksikan dan normal. Semuanya terletak pada bidang yang
sama yang dinamakan hukum refleksi (law of reflection).
3. Untuk cahaya monokromotik dan untuk sepasang material yang diberikan a
dan b, pada sisi sisi yang berlawanan dari antarmuka itu, rasio dari sinus
sudut 𝑎 dan 𝑏 dimana kedua sudut tu diukur dar normal terhadap
permukaan , sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks refraksi :
sinθa nb
sinθb = na
nasinθa= nb sinθb
Hukum eksprimen ini bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan
sinar yang direfraksikan dan normal semuanya terletak pada bidang yang sama
dinamakan hukum refraksi (law of refraction) atau Hukum Snellius (Snell’s law)
(Young, 2003 : 499).
Jika cahaya terpantul keluar sebuah permukaan batas dimana ni< nt,
proses tersebut disebut pantulan eksternal, jika ni > nt maka proses terbut
merupakan pantulan internal. Misalnya cahaya melintasi sebuah medium dengan
indeks bias yang lebih tinggi ke medium dengan indeks bias yang lebih rendah.
Sebagian dari cahaya yang datang dibiaskan dan sebagian dipantulkan pada batas.
Karena 𝑡 harus lebih besar (Young, 2003 : 499).
Misalkan sinar cahaya dari medium yang rapat secara optis (katakanlah,
kaca) jatuh pada permukaan medium yang kurang rapat secara optis (katakanlah,
udara).Dengan memperbesar sudut datang θ, dapat dicapai suatu keadaan yang
sinar refraksinya mengarah sepanjang permukaan batas, sudut refraksinya
90˚.Untuk sudut datang yng lebih besar dari sudut kritis θ c ini, tidak ada sinar
refraksi yang terjadi.Fenomena ini disebut sebagai refraksi internal total. Sudut
kritis dapat diperoleh dari hukum refraksi dengan mengambil θ2=90˚:
n1 sin θc= n2 sin 90°,
n2
sin θ =
c
n1
Untuk kaca dan udara sin θc= (1,00/1,50) = 0,667, yang memberikan θc= 41,8˚.
Refleksi internal total tidak terjadi bila cahaya datang dari medium dengan indeks
refraksi yang lebih rendah (Halliday, 1978: 619-620).

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Meja optik 1 buah
b. Kotak cahaya 1 buah
c. Cermin datar 1 buah
d. Cermin cembung 1 buah
e. Cermin cekung 1 buah
f. Busur derajat 1 buah
g. Rhombus 1 buah
h. Diafragma 1 buah
i. Celah tunggal 1 buah
j. Celah 5 1 buah
k. Mistar 1 buah
l. Alat tulis menulis seperlunya
2. Bahan
Tidak ada

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Jarak fokus cermin cekung dan cermin cembung
1. Jarak fokus cermin cembung (cm)
2. Jarak fokus cermin cekung (cm)
Kegiatan 2. Sinar-sinar istimewa pada lensa
Tidak ada variabel yang dihitung dan diukur
Kegiatan 3. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Tidak ada variabel yang dihitung dan diukur
Kegiatan 4. Pembiasan pada rhmbus
1. Sudut datang (o)
2. Sudut bias (o)
Kegiatan 5. Pemantulan sempurna
1. Sudut kritis (o)

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1. Jarak fokus cermin cekung dan cermin cembung
1. Jarak fokus cermin cembung adalah jarak yang diukur dari cermin cembung
ke titik perpotongan dari perpanjangan sinar pantul yang terletak di belakang
cermin dan diukur menggunakan mistar dengan satuan cm.
2. Jarak fokus cermin cekung adalah jarak yang diukur dari cermin cekung ke
titik perpotongan dari perpanjangan sinar pantul yang terletak di depan cermin
cekung itu sendiri dan kemudian diukur menggunakan mistar dengan satuan
cm.
Kegiatan 2. Sinar-sinar istimewa pada lensa
Tidak ada variabel yang dihitung dan diukur
Kegiatan 3. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Tidak ada variabel yang dihitung dan diukur
Kegiatan 4. Pembiasan pada rhombus
1. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk dari sinar datang yang mengenai
salah satu sisi rhombus di mana sudut datangnya ini diukur terhadap garis
normal menggunakan busur derajat dengan satuan (o) yang disimbolkan
dengan θi.
2. Sudut bias adalah sudut yang dibentuk dari sinar bias terhadap garis normal
yang diukur menggunakan busur derajat dengan satuan (o) yang disimbolkan
dengan θr.
Kegiatan 5. Pemantulan sempurna
1. Sudut kritis adalah besar sudut datang terhadap garis normal di mana sinar
biasnya berimpit dengan sisi miring dari rhombus sehingga sudut biasnya
sama dengan 90o. Sudut kritisnya diukur dengan busur derajat dengan satuan
derajat yang disimbolkan dengan θk.

Prosedur Kerja
Kegiatan 1: Jarak fokus cermin cekung dan cembung
1. Memasang secara berturut-turut sumber cahaya, lensa positif, dan diafragma
pada rel optik, kemudian menempatkan meja optik tepat di depan diafragma.
2. Memasang celah (5 celah) pada diafragma.
3. Menyalakan sumber cahaya, dan mengatur posisi lensa positif agar diperoleh
garis-garis cahaya yang sejajar.
4. Meletakkan kertas kerja dan cermin cekung di atas meja optik tepat tegak
lurus terhadap arah datangnya cahaya.
5. Membuat garis di sepanjang permukaan cermin, dan mengamati pola
pemantulan cahaya dari cermin.
6. Memberikan tanda titik pada cahaya yang datang pada cermin. Setiap garis
minimal dua titik kemudian menghubungkan titik-titik tersebut.
7. Memberikan tanda titik pada garis-garis pantul yang terbentuk. Setiap
garis minimal dua titik kemudian menghubungkan titik-titik tersebut.
8. Mengukur besar jarak fokus cermin cekung.
9. Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan menggunakan
cermin cembung.
Kegiatan 2: Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
1. Mengganti celah pada diafragma dengan celah tunggal.
2. Membuat gamar cermin cekung, sumbu utama, dan titik fokus pada kertas
kosong.
3. Mengarahkan sinar dari celah ke cermin sesuai dengan sinar-sinar istimewa
pada cermin. Kemudian melukis gambar yang dibuat.
4. Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan menggunakan cermin
cembung.
Kegiatan 3: Pembentukan bayangan pada cermin datar
1. Mengganti cermin cembung dengan cermin datar.
2. Menggambar permukaan cermin datar tepat tegak lurus dengan arah
datangnya cahaya. Menempatkan cermin tersebut sehingga tepat pada garis
yang telah dibuat.
3. Mebuat objek garis di depan cermin datar.
4. Mengarahkan sinar dari celah tunggal ke objek dan gambar bayangan yang
terbentuk.
5. Menentukan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar.
Kegiatan 4: Pembiasan pada rhombus
1. Mengganti cermin yang digunakan pada kegiatan 3 dengan rhombus.
2. Menggambar rhombus dengan membuat garis pada setiap permukaannya.
3. Mengarahkan sinar pada salah satu sisi rhombus yang tegak lurus.
Memberikan tanda titik tepat pada sinar (minimal 2 titik).
4. Menghubungkan titik-titik yang telah dibuat.
5. Membuat garis normal pada setiap batas bidang medium, dan mengukur sudut
datang dan sudut bias pada masing-masing bidang batas medium.
6. Mengulangi kegiatan yang sama dengan arah sinar yang berbeda-beda (sudut
datang yang berbeda-beda).
Kegiatan 5: Pemantulan sempurna
1. Meletakkan rhombus di atas meja optik.
2. Memutar rhombus searah jarum jam sampai tidak ada lagi sinar bias keluar
dari sisi rhombus atau cahaya menghilang.
3. Menggambar rhombus dengan mengikuti sisi-sisinya.
4. Mengukur besar sudut datang pada bidang batas permukaan. Sudut datang
merupakan sudut kritis.

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Jarak fokus cermin cekung dan cermin cembung
Cermin cembung
NST mistar
NST = 1
cm = 0,1 cm
10
∆x = 0,05 cm

Dari gambar di atas, maka jarak fokus cermin cembung tersebut adalah f =
|6,50 ± 0,05| cm.
Cermin cekung

Dari gambar di atas, maka jarak fokus cermin cekung tersebut adalah f =
|5,85 ± 0,05| cm
Kegiatan 2. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
Gambar arah sinar-sinar istimewa untuk cermin cekung
Gambar arah sinar-sinar istimewa untuk cermin cembung

Kegiatan 3. Pembentukan bayangan pada cermin datar


Gambar pembentukan bayangan pada cermin datar
Kegiatan 4. Pembiasan pada rhombus
Tabel 1. Sudut datang dan sudut bias
Cahaya datang dari udara ke Cahaya datang dari kaca ke
udara
No kaca

Sudut Datang (°)Sudut Bias (°)Sudut Datang (°)Sudut Bias (°)

1 |33,0 ± 0,5 | |23,0 ± 0,5 | |24,0 ± 0,5 | |33,0 ± 0,5 |

2 |59,0 ± 0,5 | |34,5 ± 0,5 | |35,0 ± 0,5 | |58,0 ± 0,5 |

3 |56,0 ± 0,5 | |34,5 ± 0,5 | |35,0 ± 0,5 | |56,0 ± 0,5 |

4 |62,0 ± 0,5 | |38,0 ± 0,5 | |38,0 ± 0,5 | |60,0 ± 0,5 |

5 |54,0 ± 0,5 | |33,5 ± 0,5 | |33,0 ± 0,5 | |53,5 ± 0,5 |

6 |49,0 ± 0,5 | |30,5 ± 0,5 | |31,0 ± 0,5 | |49,5 ± 0,5 |

Kegiatan 5. Pemantulan sempurna


Indeks bias medium
n1= 1

n = |1,45 ± 0,01|
2

Gambar hasil percobaan

Besar sudut kritis θk = |40,0 ± 0,5|o


ANALISIS DATA
Kegiatan 1: Jarak fokus cermin cekung dan cembung
A. Dari hasil praktikum diperoleh besar jarak fokus cermin cembung adalah f =
|6,50 ± 0,05| cm. Dari hasil praktikum dapat dilihat sifat dari jarak fokus
cermin cembung. Hasil praktikum menunjukkan bahwa cermin cembung
memiliki sifat (divergen) yakni menyebarkan cahaya yang sesuai dengan teori.
Hasil perpanjangan dari sinar pantulnya membentuk titik perpotongan yang
terbentuk dibelakang cermin cembung itu sendiri. Sinar pantulnya seolah-olah
berasal dari titik perpotongannya. Titik perpotongan itulah yang disebut
dengan titik fokus yang sesuai dengan teori. Praktikum ini dikatakan berhasil
karena hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.
B. Dari hasil praktikum diperoleh besar jarak fokus cermin cekung adalah f =
|5,85 ± 0,05| cm. Dari hasil praktikum dapat dilihat sifat dari jarak fokus
cermin cekung. Hasil praktikum menunjukkan bahwa cermin cekung memiliki
sifat (konvergen) yakni mengumpulkan cahaya yang sesuai dengan teori. Sinar
datangnya memantul mengenai cermin dan sinar pantulnya membentuk titik
perpotongan. Hasil perpanjangan dari sinar pantulnya membentuk titik
perpotongan yang terbentuk di depan cermin cekung itu sendiri. Titik
perpotongan itulah yang disebut dengan titik fokus yang sesuai dengan teori.
Praktikum ini dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori.
Kegiatan 2: Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung
A. Cermin cekung
Berdasarkan hasil praktikum, dengan mengamati gambar yang diperoleh
dapat dinyatakan untuk sinar-sinar istimewa dari cermin cekung adalah sebagai
berikut:
1. Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokusnya.
2. Sinar datang yang melalui titik fokusnya akan dipantulkan sejajar dengan
sumbu utamannya.
3. Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungannya akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat kelengkungannya.
Hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan teori maka hasil
praktikum yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa :
1. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik
fokus.
2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat lengkungan cermin akan dipantulkan ke titik
itu juga
B. Cermin cembung
Berdasarkan hasil praktikum, dengan mengamati gambar yang diperoleh
dapat dinyatakan untuk sinar-sinar istimewa dari cermin cembung adalah
sebagai berikut:
1. Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-
olah dari titik fokusnya.
2. Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokusnya akan dipantulkan
sejajar dengan sumbu utamannya.
3. Sinar datang yang seolah-olah menuju titik pusat kelengkungannya maka
akan dipantulkan seolah-olah berasal titik pusat kelengkungannya.
Hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan teori maka hasil praktikum
yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari
titik fokus.
2. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu
utama.
3. Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan cermin, akan dipantulkan
seolah-olah berasal dari pusat kelengkungan yang sama.
Kegiatan 3: Pembentukan bayangan pada cermin datar
Berdasarkan hasil praktikum, dengan mengamati gambar yang diperoleh
dapat dinyatakan untuk bentuk bayangan dari cermin datar adalah sebagai berikut:
1. Besar bayangan sama dengan besar benda aslinya
2. Jarak bayangan ke cermin untuk titik P sebesar |2,80 ± 0,05| cm sama dengan
jarak aslinya ke cermin. Untuk titik Q sebesar |3,30 ± 0,05| cm sama dengan
jarak aslinya ke cermin.
3. Banyangannya sama tegak dengan benda aslinya
4. Banyangannya bersifat semu/maya di mana bayangannyaa terletak di belakang
dan tidak dapat ditangkap dengan layar.
5. Bayangan pada cermin datar tertukar sisinya (bagian kanan menjadi bagian
kiri).
Secara teori :
1. Besar bayangan sama dengan besar benda aslinya
2. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin
3. Banyangannya sama tegak dengan benda aslinya
4. Banyangannya bersifat semu/maya di mana bayangannyaa terletak di belakang
dan tidak dapat ditangkap dengan layar.
5. Bayangan pada cermin datar tertukar sisinya (bagian kanan menjadi bagian
kiri).
Dengan melihat perbandingan dari hasi teori dengan hasil praktikum ternyata
hasil yang diperoleh sama dengan teori sehingga praktikum yang dilakukan
berhasil.

Kegiatan 4 : Pembiasan pada rhombus


Keterangan: sudut datang = ɵi
sudut bias = ɵr
nudarah = 1
θi = |21,5±0,5|°
θr = |14,5±0,5|°
0,5°
Δθ = ×3,14 = 0,0087
180°

Karena n1 = 1, maka:
sinθi
n2 = sinθ
r

n2= sinθi.sin-1θr. n1
Analisis ketidakpastian
n2= sinθi.sin-1θr. n1
∂n = ∂n2 ∂n2
2 | | dθi + | | dθr
∂θ i ∂θ r
∂(sinθi.sin-1θr. n1) ∂(sinθi.sin-1θr. n1)
∂n2= | | dθi+ | | dθr
∂θi ∂θr
∆n2=|cosθi.sin-1θr. n1| dθi+|sinθi. cosθr.sin-2θr.n1| dθr
∆n2 = |cosθi.sin-1θr. n1
n sinθ .sin-1θ . n sinθi. cosθr.sin-2θr.n1
| dθi+ | dθr
| sinθ .sin-1θ . n
2 i r 1 i r 1

∆n2= cosθi
| cosθr ∆θ | n
sinθ ∆θi + sinθr r 2
i
Indeks bias kaca pada peristiwa I (cahaya datang dari udara ke kaca)
1. Sudut datang () : |33,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |23,0 ±
0,5| sinθi
n =
1 sinθr
sin 33 0,5446
n1= = =1,393
sin 23,0 0,3907
cosθi cosθr ∆θ | n
∆n1= |
sinθ ∆θi + sinθr r 1
i

∆n1= | cos 33 0,0087 cos 0,0087| 1,393


+ 23,0
sin 33 sin
23,0
∆n1= | 0,8386 0,0087| 1,393
0,9205
0,0087+
0,5446 0,3907
∆n1= |0,0133+0,0204|1,393
∆n1= 0,0469
∆n1
KR = ×100%
n1
0,0469
KR = ×100%
1,393
KR = 3,36% (3 AB)
n1= |n1 ± ∆n1|
n1= |1,39 ± 0,05|
2. Sudut datang () : |59,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |34,5 ±
0,5| sinθi
n=
2 sinθr
sin 59 0,8571
n2= = =1,513
sin 34,5 0,5664
cosθi cosθr
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
2
sinθi i
sinθr r 2
cos 59 cos 34,5
∆n2= | 0,0087+ 0,0087| 1,513
sin 59 sin 34 ,5
0,5150 0,8241
∆n2= | 0,0087+ 0,0087| 1,513
0,8571 0,5664
∆n2= |0,0052+0,0126|1,513
∆n2= 0,0269
∆n2
KR = ×100%
n2
KR= 0,0269 ×100%
1,513

KR= 1,77 % (3 AB)


n2=|n2 ± ∆n2|
n2=|1,51 ± 0,02|
3. Sudut datang () : |56,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |34,5 ± 0,5|
sinθi
n3 = sinθr
sin 56
0,8290
n3= = =1,463
sin 34,5 0,5664
cosθi cosθr
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
3
sinθi i
sinθr r 3

∆n3= | cos 56 0,0087 cos 0,0087| 1,463


+ 34,5
sin 56 sin
0,559 34,5
1 0,8241 0,0087| 1,463
∆n = | 0,0087+
3 0,8290
0,5664
∆n3=|0,0058 + 0,0126|1,463
∆n3= 0,0269
∆n3
KR = ×100%
n3
0,0269
KR = ×100%
1,463
KR = 1,83% (3 AB)
n3= |n3 ± ∆n3|
n3=|1,46 ± 0,02|
4. Sudut datang () : |62,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |38,0 ± 0,5|
sinθi
n4 = sinθr
sin 62
0,8829
n4= = =1,434
sin 38 0,6156
cosθi cosθr ∆θ | n
∆n4= | ∆θ i+
sinθr r 4
sinθ
i

∆n4= | cos 62 0,0087 cos 0,0087| 1,434


+ 38
sin 62 sin 38
0,469 0,7880
4 0,0087+ 0,0087| 1,434
∆n = |
4 0,8829 0,6156

∆n4=|0,0046+0,0111|1,434
∆n4= 0,0225
∆n4
KR = ×100%
n4
0,0225
KR = ×100%
1,434
KR = 1,57% (3 AB)
n4= |n4 ± ∆n4|
n4=|1,43 ± 0,02|
5. Sudut datang () : |54,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |33,5 ±
0,5| sinθi
n =
5 sinθr
sin 54 0,8090
n5= = =1,466
sin 33,5 0,5519
cosθi cosθr ∆θ | n
∆n5= |
sinθ ∆θi + sinθr r 5
i
cos 54 cos 33,5
∆n5= | 0,0087+ 0,0087| 1,466
sin 54 sin 33,5
0,587
7 0,8338
∆n = | 0,0087 0,0087| 1,466
5 0,809 +
0,5519
0
∆n5= |0,0063+0,0131|1,466
∆n5= 0,0284
∆n5
KR = ×100%
n5
0,0284
KR = ×100%
1,466
KR = 1,93% (3 AB)
n5= |n5 ± ∆n5|
n5=|1,47 ± 0,03|
6. Sudut datang () : |49,0 ± 0,5|
Sudut bias () : |30,5 ±
0,5| sinθi
n =
6 sinθr
sin 49 0,7547
n6= = =1,487
sin 30,5 0,5075
cosθi cosθr ∆θ | n
∆n6= |
sinθ ∆θi + sinθr r 6
i

∆n6= | cos 49 0,0087 cos 0,0087| 1,487


+ 30,5
sin 49 sin
0,656 30,5
0 0,8616 0,0087| 1,487
∆n = | 0,0087+
6 0,7547
0,5075
∆n6=|0,0076+0,0148|1,487
∆n6= 0,0333
∆n6
KR= ×100%
n6
0,0333
KR = ×100%
1,487
KR = 2,23% (3 AB)
n6=|n6 ± ∆n6|
n6=|1,49 ± 0,03|
Nilai rata-rata indeks bias pada kegiatan I dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
nk1+nk2+nk3+nk4+nk6+nk6 1,39+1,51+1,46+1,43+1,47+1,49 8,75
n̅= = = =1,46
I
6 6 6
Nilai ∆nI dapat ditentukan dengan menghitung nilai δmaks berikut:
δ1 =|n̅I -nk1 |=|1,46-1,39|= 0,07
δ2 =|n̅I -nk2 |=|1,46-1,51|= 0,05
δ3 =|n̅I -nk3 |=|1,46-1,46|= 0,00
δ4 =|n̅I -nk4 |=|1,46-1,43|= 0,03
δ5 =|n̅I -nk5 |=|1,46-1,47|= 0,01
δ6 =|n̅I -nk6 |=|1,46-1,49|= 0,03
Jadi nilai δmaks= ∆nI = 0,07
Pelaporan fisika
n = |nI ± ∆nI|
=|1,46 ± 0,07|

Indeks bias kaca pada peristiwa 2 (cahaya datang dari kaca ke udara)
1. Sudut bias () : |33,0 ± 0,5|
Sudut datang () : |24,0 ±
0,5| sinθr
n=
1 sinθi
sin 33 0,5446
n1= = =1,339
sin 24 0,4067
cosθr cosθi
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
1
sinθr r
sinθi i 1
cos 33 cos 24
∆n1= | 0,0087+ 0,0087| 1,339
sin 33 4
0,8386 0,9135
∆n1= | 0,0087+ 0,0087| 1,339
0,5446 0,4067
∆n1= |0,0133+0,0195|1,339
∆n1= 0,0439
∆n1
KR= ×100%
n1
0,0439
KR= ×100%
1,339
KR= 3,27% (3 AB)
n1= |n1 ± ∆n1|
n1=|1,34 ± 0,04|
2. Sudut bias () : |58,0 ± 0,5|
Sudut datang () : |35,0 ±
0,5| sinθr
n=
2 sinθi
sin 58 0,8480
n2= = =1,478
sin 35 0,5735
cosθr cosθi
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
2
sinθr r
sinθi i 2
cos 58 cos 35
∆n2= | 0,0087+ 0,0087| 1,478
sin 58 sin 35
0,5299 0,8191
∆n2= | 0,0087+ 0,0087| 1,478
0,8480 0,5735
∆n2=|0,0054+0,0124|1,478
∆n2= 0,0264
∆n2
KR= ×100%
n2
0,0264
KR= ×100%
1,478
KR = 1,78% (3 AB)
n2= |n2 ± ∆n2|
n2= |1,48 ± 0,02|
3. Sudut bias () : |56,0 ± 0,5|
Sudut datang () : |35,0 ±
0,5| sinθr
n=
3 sinθi
sin 56 0,8290
n3= = =1,445
sin 35 0,5735
cosθr cosθi ∆θ | n
∆n3= |
sinθ ∆θr+ sinθi i 3
r
cos 56 cos 35
∆n3= | 0,0087+ 0,0087| 1,445
sin 56 sin 35
0,5591 0,8191
∆n3= | 0,0087+ 0,0087| 1,445
0,8290 0,5735
∆n3=|0,0058+0,0124|1,445
∆n3=0,0263
∆n3
KR= ×100%
n3
0,0263
KR= ×100%
1,445
KR=1,82% (3 AB)
n3=|n3 ± ∆n3|
n3=|1,44 ± 0,02|
4. Sudut bias () : |60,0 ± 0,5|
Sudut datang () : |38,0 ±
0,5| sinθr
n=
4 sinθi
sin 60 0,8660
n4= = =1,406
sin 38 0,6156
cosθr cosθi
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
4
sinθr r
sinθi i 4
cos 60 cos 38
∆n4= | 0,0087+ 0,0087| 1,406
sin 60 sin 38
0,5 0,7880
∆n4= | 0,0087+ 0,0087| 1,406
0,8660 0,6156
∆n4=|0,0050+0,0111|1,406
∆n4= 0,0226
∆n4
KR = ×100%
n4
0,0226
KR = ×100%
1,406
KR =1,6% (3 AB)
n4= |n1 ± ∆n1|
n4=|1,41 ± 0,02|
5. Sudut bias () : |53,5 ± 0,5|
Sudut datang () : |33,0 ±
0,5| sinθr
n=
5 sinθi
sin 53,5 0,8038
n5= = =1,476
sin 33 0,5446
cosθr cosθi
∆n = | ∆θ + ∆θ | n
5
sinθr r
sinθi i 5
cos 53,5 cos 33
∆n5= | 0,0087+ 0,0087| 1,476
sin 53,5 sin 33
0,5948 0,8386
∆n5= | 0,0087+ 0,0087| 1,476
0,8038 0,5446
∆n5=|0,0064+0,0133|1,476
∆n5=0,0291
∆n5
KR= ×100%
n5
0,0291
KR= ×100%
1,476
KR=1,97% (3 AB)
n5=|n5 ± ∆n5|
n5=|1,48 ± 0,03|
6. Sudut bias () : |49,5 ± 0,5|
Sudut datang () : |31,0 ±
0,5| sinθr
n=
6 sinθi
sin 49,5 0,7604
n6= = =1,477
sin 31 0,5150
cosθr cosθi ∆θ | n
∆n6= |
sinθ ∆θr+ sinθi i 6
r
cos 49,5 cos 31
∆n6= | 0,0087+ 0,0087| 1,477
sin 49,5 sin 31
0,6494 0,8572
∆n6= | 0,0087+ 0,0087| 1,477
0,7604 0,5150
∆n6=|0,0074+0,0144|1,477
∆n6= 0,0322
∆n6
KR= ×100%
n6
0,0322
KR = ×100%
1,477
KR = 2,18% (3 AB)
n6= |n6 ± ∆n6|
n6=|1,47 ± 0,03|
Nilai rata-rata indeks bias pada kegiatan II dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
nk1+nk2+nk3+nk4+nk6+nk6 1,34+1,48+1,44+1,41+1,48+1,47 8,62
̅n̅ II= = = =1,44
6 6 6
Nilai ∆nII dapat ditentukan dengan menghitung nilai δmaks berikut:
δ1 =|n̅I -nk1 |=|1,44-1,34|= 0,10
δ2 =|n̅I -nk2 |=|1,44-1,48|= 0,04
δ3 =|n̅I -nk3 |=|1,44-1,44|= 0,00
δ4 =|n̅I -nk4 |=|1,44-1,41|= 0,03
δ5 =|n̅I -nk5 |=|1,44-1,48|= 0,04
δ6 =|n̅I -nk6 |=|1,44-1,47|= 0,03
Jadi nilai δmaks= ∆nII = 0,10
n = |̅n̅I̅I ±̅∆̅n̅I̅I |=|1,44 ± 0,10|
Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks bias pada peristiwa I dan
peristiwa II yang masing-masing secara berurutan bernilai |1,46 ± 0,07| dan
|1,44 ± 0,10|, maka nilai indeks bias kaca adalah sebagai berikut:
1,46+1,44
nkaca=
= 1,45
2
∆nkaca diperoleh nilai dengan menghitung δmaks berikut:
δ1 =|nkaca -̅n̅I | = |1,45-1,46|= 0,01
δ2 =|nkaca -̅n̅I̅I | = |1,45-1,44|= 0,01
Jadi nilai δmaks = ∆nII = 0,01
n = |nkaca ± ∆nkaca| = |1,45 ± 0,01|
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai bias kaca |1,45 ± 0,01|. Nilai
ini mendekati nilai indeks bias kaca pada teori yakni nilai indeks bias kaca pada
teori 1,52. Nilai indeks bias kaca yang kami peroleh dari hasil praktikum berada
pada rentang nilai tersebut. Sehingga dapat disimpulkan percobaan yang kami
lakukan telah berhasil. % diff untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:

% diff = |praktek-teori | ×100% = | 1,45-1,52| ×100% = |-0,07| ×100% = 4,71%


praktek+teori 1,45+1,52 1,485
2 2

Kegiatan 5. Pemantulan sempurna


nk sin θk= nu sin θu
nk sin θk= nu sin 90°
nu
sin θ =
k
nk
nu
θk= arc sin
nk
1
θk = arc sin
1,45
θk = 43,6°
Perbandingan hasil perhitungan dengan hasil praktikum
Besar sudut kritis berdasarkan perhitungan adalah θk = 43,6˚
Besar sudut kritis berdasarkan praktikum adalah θk = |40,0 ± 0,5|˚
praktikum-perhitungan
%perbedaan= | praktikum+perhitungan
| ×100%
2

40,0˚- 43,6° | ×100% = | 3,6 | ×100% = 8,6 %


% perbedaan = 40,0˚+43,6°
| 41,8
2

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, terdapat lima kegiatan.
Kegiatan pertama mencari jarak fokus pada cermin cekung dan cermin cembung.
Kegiatan kedua mengenai sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan cermin
cembung. Kegiatan ketiga mengenai pembentukan bayangan pada cermin datar.
Kegiatan keempat mengenai pembiasan pada rhombus. Dan kegiatan kelima
mengenai pemantulan sempurna.
Kegiatan pertama dari hasil praktikum diperoleh besar jarak fokus cermin
cembung adalah f = |6,50 ± 0,05| cm. Hasil praktikum menunjukkan bahwa
cermin cembung memiliki sifat (divergen) yakni menyebarkan cahaya yang sesuai
dengan teori. Hasil perpanjangan dari sinar pantulnya membentuk titik
perpotongan yang terbentuk di belakang cermin cembung itu sendiri. Sinar
pantulnya seolah-olah berasal dari titik perpotongannya. Titik perpotongan itulah
yang disebut dengan titik fokus yang sesuai dengan teori. Praktikum ini dikatakan
berhasil karena hasil yang diperoleh sesuai dengan teori. Sedangkan untuk cermin
cembung dari hasil praktikum diperoleh besar jarak fokus cermin cekung adalah
f = |5,85 ± 0,05| cm. Hasil praktikum menunjukkan bahwa cermin cekung
memiliki sifat (konvergen) yakni mengumpulkan cahaya yang sesuai dengan teori.
Sinar datangnya memantul mengenai cermin dan sinar pantulnya membentuk titik
perpotongan. Hasil perpanjangan dari sinar pantulnya membentuk titik
perpotongan yang terbentuk di depan cermin cekung itu sendiri. Titik perpotongan
itulah yang disebut dengan titik fokus yang sesuai dengan teori. Praktikum ini
dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.
Kegiatan kedua mengenai sinar-sinar istimewa pada cermin cekung dan
cembung. Berdasarkan hasil praktikum, dengan mengamati gambar yang
diperoleh dapat dinyatakan untuk sinar-sinar istimewa dari cermin cekung adalah
sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik
fokusnya, sinar datang yang melalui titik fokusnya akan dipantulkan sejajar
dengan sumbu utamannya, kemudian sinar datang yang melalui titik pusat
kelengkungannya akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungannya.
Oleh karena itu, apabila dibandingkan dengan teori maka hasil yang diperoleh
sesuai dengan teori dan dapat dikatakan praktikum untuk kegitan ini berhasil.
Kemudian untuk cermin cembung, dengan mengamati gambar yang diperoleh
dapat dinyatakan untuk sinar-sinar istimewa dari cermin cembung yakni sinar
datang yang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik
fokusnya, sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokusnya akan dipantulkan
sejajar dengan sumbu utamannya, dan sinar datang yang seolah-olah menuju titik
pusat kelengkungannya maka akan dipantulkan seolah-olah berasal titik pusat
kelengkungannya. Oleh karena itu, apabila dibandingkan dengan teori maka hasil
yang diperoleh sesuai dengan teori dan dapat dikatakan praktikum untuk kegitan
ini berhasil.
Kegiatan ketiga mengenai pembentukan bayangan pada cermin datar. Pada
kegiatan ini diperoleh hasil dengan mengamati gambar yang diperoleh dapat
dinyatakan untuk sifat bayangan dari cermin datar yakni besar bayangan sama
dengan besar benda aslinya, jarak bayangan ke cermin untuk titik P sebesar |2,80
± 0,05| cm sama dengan jarak aslinya ke cermin. Untuk titik Q sebesar |3,30 ±
0,05| cm sama dengan jarak aslinya ke cermin, banyangannya sama tegak dengan
benda aslinya, banyangannya bersifat semu/maya di mana bayangannyaa terletak
di belakang dan tidak dapat ditangkap dengan layar, bayangan pada cermin datar
tertukar sisinya (bagian kanan menjadi bagian kiri). Dengan melihat perbandingan
dari hasi teori dengan hasil praktikum ternyata hasil yang diperoleh sama dengan
teori sehingga praktikum yang dilakukan berhasil.
Kegiatan keempat mengenai pembiasan pada rhombus. Secara teori
menyatakan bahwa besar sudut yang datang dari udara ke kaca akan sama dengan
besar sudut bias dari kaca ke udara. Selain itu, sudut bias yang berasal dari udara
ke kaca akan sama dengan besar sudut datang dari kaca ke udara. Pada hasil
percobaan yang kami peroleh besar indeks bias dari udara ke kaca dengan sudut
datang yang berbeda-beda diperoleh hasil untuk sudut datang = |33,0 ± 0,5|o dan
sudut bias = |23,0 ± 0,5| diperoleh n1= |1,39 ± 0,05|. Untuk sudut
datang
|59,0 ± 0,5|o dan sudut bias |34,5 ± 0,5|o diperoleh n2=|1,51 ± 0,02|. Untuk sudut
datang |56,0 ± 0,5|oo dan sudut bias |34,5 ± 0,5|o diperoleh n3=|1,46 ± 0,02|.
Untuk sudut datang |62,0 ± 0,5|o dan sudut bias |38,0 ± 0,5|o diperoleh n4=|
1,43 ± 0,02|. Untuk sudut datang |54,0 ± 0,5|o dan sudut bias |33,5 ± 0,5|o
diperoleh n5=|1,47 ± 0,03|. Untuk sudut datang |49,0 ± 0,5|o dan sudut
bias
|30,5 ± 0,5|o diperoleh n6=|1,49 ± 0,03|. Untuk nilai indeks bias rata-ratanya n =
|1,46 ± 0,07|. Indeks bias kaca pada peristiwa 2 (cahaya datang dari kaca ke
udara) untuk sudut bias : |33,0 ± 0,5| dans udut datang : |24,0 ± 0,5| diperoleh
n1=|1,34 ± 0,04|. Untuk sudut bias : |58,0 ± 0,5| dan sudut datang : |35,0 ± 0,5|
diperoleh n2= |1,48 ± 0,02|. Untuk sudut bias: |56,0 ± 0,5| dan sudut datang
:
|35,0 ± 0,5| diperoleh n3=|1,44 ± 0,02|. Untuk sudut bias : |60,0 ± 0,5| dan sudut
datang : |38,0 ± 0,5| diperoleh n4=|1,41 ± 0,02|. Untuk sudut bias : |53,5 ± 0,5|
dan sudut datang : |33,0 ± 0,5| diperoleh n5=|1,48 ± 0,03|. Untuk sudut bias
:
|49,5 ± 0,5| dan sudut datang: |31,0 ± 0,5| diperoleh n6=|1,47 ± 0,03|. Untuk

nilai indeks bias rata-rata nya sebesar n = |̅n̅I̅I ±̅∆̅n̅I̅I |=|1,44 ± 0,10|. Berdasarkan
hasil perhitungan nilai indeks bias pada peristiwa I dan peristiwa II yang masing-
masing secara berurutan bernilai |1,46 ± 0,07| dan |1,44 ± 0,10|, maka nilai
indeks bias kaca adalah n = |nkaca ± ∆nkaca| = |1,45 ± 0,01|. Hasil yang diperoleh
tidak jauh berbeda dengan nilai indeks bias secara teori yakni 1,52. Sehingga
dapat dikatakan bahwa praktikum yang kami lakukan berhasil.
Kegiatan kelima mengenai pemantulan sempurna. Dengan menggunakan dua
medium yang berbeda yaitu medium udara yang indeks biasnya sebesar 1 dan medium
kaca yang indeks biasnya sebesar 1,45 diperoleh sudut kritis 43,6˚. Sedangkan besar
sudut kritis berdasarkan praktikum adalah |40,0 ± 0,5|˚. Diperoleh pula besar %
diff nya sebesar 8,6 %.
Dari percobaan ini dibutuhkan ketelitian saat pengambilan data. Ketepatan
dalam menentukan titik-titik cahaya yang tepat sangat diperlukan. Sehingga
apabila ada kesalahan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan
sendiri.

SIMPULAN DAN DISKUSI


1. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa perilaku cahaya pada
peristiwa pembiasan pada saat cahaya dari ruang kurang rapat menuju ruang
yang lebih rapat maka sudut biasnya lebih kecil dari sudut datangnya.
Sedangkan apabila cahaya berasal dari ruang yang lebih rapat maka sudut
biasnya akan lebiih besar dari sudut datangnya. Pada peristiwa pemantulan
untuk cermin cembung titik fokusnya berada di depan cermin sedangkan pada
cermin cembung titik fokusnya berada di belakang cermin. Kemudian
bayangan yang dibentuk oleh cermin datar akan sama tegak dengan aslinya,
bayangan sama dengan besar benda aslinya, jarak bayangan ke cermin sama
besar jarak benda ke cermin, banyangannya bersifat semu/maya di mana
bayangannyaa terletak di belakang dan tidak dapat ditangkap dengan layar,
bayangan pada cermin datar tertukar sisinya (bagian kanan menjadi bagian
kiri).
2. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh besar nilai indeks bias kaca yakni
sebesar θk = 43,6o dan secara praktikum diperoleh θk = |40,0 ± 0,5|˚.
Untuk praktikan diharapkan agar lebih teliti dan disiplin pada saat praktikum. Dan
untuk asisten agar senantiasa mendampingi praktikannya pada saaat pengambilan
data.

DAFTAR RUJUKAN
Halliday, David dan Resnick, Robert. 1978. Fisika Jilid 2 Edisi ketiga
(terjemahan). Jakarta: Erlangga
Herman, asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM

Tipler, Paul. 2001. Fisika Sins dan Teknik. Jakarta: Erlangga


Young, Hugh D. dkk. 2003Fisika Universitas Edisi Kesepuluh JilidII .Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai