Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagian material rekayasa terdiri dari campuran fasa-fasa; misalnya : baja, solder, semen
Portland, batu gerinda, cat dan plastik diperkuat gelas. Campuran dari dua atau lebih fasa dalam
material memungkinkan terjadinya interaksi antara fasa; oleh karena itu, sifat yang dihasilkan
umumnya berbeda dengan sifat masing-masing fasa. Oleh karena itu sifat dapat dimodifikasi
dengan mengubah bentuk atau distribusi fasa. Komponen yang berbeda dapat digabungkan
menjadi material tunggal dengan pelarutan atau pencampuran.
Diagram fasa merupakan sarana penting bagi ilmuwan dan rekayasawan yang merancang
material untuk aplikasi spesifik, dan juga untuk mereka yang harus mengantisipasi stabilitas
material spesifik ketika mereka merancang produk untuk lingkungan pemakaian tertentu.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fasa?
2. Apa yang dimaksud dengan diagram fasa?
3. Apa yang dimaksud dengan komposisi dan kuantitatif fasa?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui definisi fasa, hubungan kualitatif fasa, diagram fasa dan komposisi serta
kuantitatif fasa
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fasa
Fasa didefinisikan sebagai bagian material yang memiliki struktur dan komposisi yang
berbeda dari yang lainnya. Misalnya air-es, meskipun komposisi sama, es adalah padatan
kristalin dengan kisi heksagonal; sedangkan air adalah cairan. Batas fasa antara keduanya
menunjukkan adanya diskontinuitas struktur; keduanya merupakan fasa terpisah.
Secara umum telah dikenal tiga kelompok fasa yaitu : fasa gas, fasa cair dan fasa padat.
Dimisalkan dalam fasa uap. Kerapatannya serbasama di semua bagian uap tersebut. Dalam fasa
cair, kerapatannya serbasama dengan di semua bagian pada cairan tersebut, namun nilai
kerapatannya berbeda dengan fasa di uap. Misalkan es adalah satu fasa walaupun terdiri dari
beberapa balok. Suatu larutan yang dibentuk dari 2 komponen atau lebih dapat merupakan satu
fasa walau jika diteliti secara mikroskopis sebetulnya larutan tersebut tidak homogen. Namun,
jika larutan tersebut merupakan campuran dari larutan yang tidak saling bercampur, maka larutan
tersebut terdiri lebih dari satu fasa. Pada fasa gas, sistem hanya akan memiliki satu fasa, karena
semua gas dapat saling bercampur.
Umumnya, dua fasa dari suatu material tertentu memiliki perbedaan nyata, baik dalam
komposisi maupun struktur-sebagai contoh, plastic yang diperkuat dengan serat gelas
(fiberglass). Sebaliknya, beberapa fasa kehilangan ke-khasannya dan larut, sebagai contoh,
setelah larut dalam secangkir kopi, gula tidak lagi merupakan fasa terpisah. Suatu larutan (cairan
atau padatan) adalah suatu fasa yang terdiri dari satu komponen. Suatu campuran material
dengan lebih dari satu fasa.
Jumlah kristalin cukup banyak karena banyak sekali permutasi dan kombinasi atom-atom,
atau kelompok-kelompok atom. Fasa amorf relative sedikit karena tidak memiliki tatanan
rentang-panjang, susunan atomik dari fase di sini kurang jelas dan terdapat rentang kelarutan
yang lebih besar dibandingkan dengan kristal-kristal. Hanya ada satu fasa gas. Jarak antar atom-
atom atau molekul-molekul jauh dan distribusinya acak; akibatnya komponen uap tambahan
dapat dimasukkan menjadi satu “struktur”.
Komponen yang berbeda dapat digabungkan menjadi material tunggal dengan pelarutan atau
pencampuran. Larutan adalah fasa dengan lebih dari satu komponen ; campuran adalah material
dengan lebih dari satu fasa. Pasir yang ditambah karet dengan material pengisi karbon, dan
tungsten karbida dengan material pengikat kobal merupakan contoh campuran, terdapat dua fasa
berbeda, masing-masing dengan susunan atomiknya sendiri. Dimungkinkan untuk membuat
suatu campran dari dua larutan berbeda. Sebagai contoh, solder terdiri dari timbal-timah, satu
fasa merupakan larutan padat dimana timah menggantikan timbal dalam struktur fcc (timbal-
kubik pemusatan-sisi), dan fasa lain dengan struktur timah (tetragonal pemusatan-ruang,bct).
Jadi setelah solder 60-40 biasa (60 persen Sn, 40 persen Pb) membeku, terdapat dua struktur,
masing-masing berupa larutan padat.
Dalam hal ini, kita akan menganggap bahwa kesetimbangan telah dicapai; yaitu tidak terjadi
reaksi lanjutan antara fasa-fasa yang ada.
2.2. Diagram Fasa
Suatu diagram fasa adalah kumpulan kurva yang menunjukkan limit kelarutan. Pada salah
satu sisi kurva terdapat fasa-tunggal larutan tak-jenuh (cairan atau padatan). Limit kelarutan
dilampaui di luar kurva. Oleh karna itu, harus ada fasa kedua dan campuran dari kedua fasa.
Diagram fasa digunakan untuk :
1) Memperkirakan fasa apa yang berada dalam kesetimbangan pada paduan dengan komposisi
tertentu pada suhu tertentu
2) Menentukan komposisi kimia setiap fasa
3) Menghitung kuantitas tiap fasa yang ada
Diagram Fasa (Kualitatif)
Gambar 2.1 memperlihatkan diagram fasa dari sistem Pb-Sn. Tampak fasa yang ada untuk
semua paduan Pb-Sn pada rentang suhu 0 hingga 350C . Jadi, pada 100C , paduan terdiri dari
60 %b Pb (40 %b Sn) terdiri dari dua fasa, yang disebut  dan  ; pada 200C terdapat  dan
pada 300C hanya terdapat cairan. Sama halnya dengan paduan 20 Pb-80 Sn yang juga terdiri
dari campuran  dan  pada 100C ; tetapi pada 200C terdiri dari cairan ditambah  .

Gambar 2.2.1 Diagram Pb-Sn

Diagram fasa merupakan suatu kumpulan kurva limit kelarutan. Tiga pasangan kurva seperti
ini menghasilkan diagram Pb-Sn pada gambar 2.1 sebagai berikut :
1. Limit kelarutan timah berbentuk fasa fcc yang disebut  dan limit kelarutan timbal
berebentuk fasa bct disebut  .
2. Limit kelarutan Sn dalam logam cair (61.9 %b Sn pada 183C hingga 100 %b Sn pada
232C . Limit kelarutan timbal dalam logam cair (38.1 %b pada 183C hingga 100 %b
pada 327C )
3. Limit kelarutan timah dalam  dan dari timbal dalam  ada cairan. Kurva pertama turun
dari 19.2 %b Sn pada 183C menjadi 0 pada titik cair timbal 327C . Kurva berikutnya
turun dari 2.5 %b Pb pada 183C menjadi 0 pada titik cair timah 232C .
Gambar 2.2 bukan hanya suatu diagram fasa melainkan merupakan suatu diagram
kesetimbangan.
Ketika tembaga dan nikel dicampur, diperoleh diagram fasa seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.2.2 Diagram Cu-Ni


Sumber : Metal Handbook ASM International

Di bagian bawah diagram, semua padatan hanya membentuk suatu larutan padat, berarti
hanya ada satu struktur Kristal, yang diberi tanda huruf Yunani alpha. Baik nikel maupun
tembaga memiliki struktur fcc. Karena ukuran masing-masing atom hampir sama, hal ini
memungkinkan atom nikel dan tembaga dapat saling menggantikan dalam struktur Kristal
dengan sembarang perbandingan pada 1000C . Ketika suatu paduan yang mengandung 60
persen tembaga 40 persen nikel dipanaskan, fasa padat tetap ada hingga suhu mencapai sekitar
1235C . Di atas suhu ini hingga 1280C terdapat larutan padat dan larutan cair. Di atas 1280C
hingga hanya terdapat fasa cair.
Suhu dan Komposisi Eutektik
Timbal murni mencair pada 327C dan timah murni mencair pada 232C . Paduan timbal dan
timah mencair pada suhu lebih rendah; yaitu 183C untuk paduan 61.9 Sn – 38.1 Pb. Jadi, solder
60-40 digunakan secara luas untuk sambungan listrik. Paduan dengan komposisi ini mudah
mencair, sehingga mendukung produksi sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan pada
komponen rangkaian listrik di dekatnya. Paduan ini disebut paduan eutektik. Suhu eutektik
adalah 183C ; dan komposisi eutektik adalah 61.9 Sn – 38.1 Pb. Suhu dan komposisi eutektik
terletak di titik potong dua kurva kelarutan yang merupakan limit komposisi cairan.
Suatu solder dengan komposisi 61.9 Sn – 38.1 Pb berubah dari larutan cairan tunggal menjadi
dua fasa padat jika didinginkan melewati suhu eutektiknya. Rentang suhu pembekuan
bergantung pada komposisi paduan. Rentang pembekuan solder 80-20 Pb-Sn berada di antara
270 sampai 183C , dibandingkan dengan 190 hingga 183C untuk solder 40-60 Pb-Sn.
Likuidus menunjukkan tempat kedudukan suhu tertentu, dimana atas suhu ini semua
komposisi berbentuk cair, dan solidus yang merupakan tempat kedudukan suhu tertentu, dimana
di bawah suhu ini semua komposisi terbentuk padat.
Nama dan label fasa
Kuningan adalah nama yang diberikan pada fasa larutan padat fcc yang terdiri dari seng
dalam tembaga. Perunggu memiliki nilai sejarah dan merupakan paduan fcc dari timah dalam
tembaga. Perak sterling mengandung 92.5 Ag dan 7.5 Cu. Struktur fcc perak tetap dipertahankan,
tetapi dengan substitusi tembaga. Contoh lainnya, nama lain untuk fasa seperti ferit untuk larutan
bcc dimana besi sebagai komponen utama, dan austenite sebagai fasa fcc berbasis besi. Kedua
fasa berbasis besi ini masing-masing diberi label atau tanda dengan huruf Yunani alpha  dan
gamma  . Label huruf-Yunani lebih dikenal dibandingkan nama fasa, karena lebih mudah
diingat. Sebelumnya seperti  dan  merupakan label untuk dua fasa padat paduan Pb-Sn.
Contoh :
Perak sterling suatu paduan yang mengandung sekitar 92.5 persen perak dan 7.5 persen
tembaga dipanaskan secara perlahan dari suhu ruang hingga 1000C. Sebutkan fasa yang akan
terjadi selama proses pemanasan berlangsung!
Jawaban
Suhu ruang hingga 740C  +
740C hingga 810C  saja
810C hingga 900C  + cairan
900C hingga 1000C cairan saja
2.3. Komposisi Kimia pada Fasa Setimbang
Di samping menjadi “peta”, diagram fasa menunjukkan pula komposisi kimia dari fasa yang
ada pada kondisi seimbang setelah semua reaksi berakhir. Berikut informasi mengenai jumlah
tiap fasa dalam campuran dua-fasa.
Daerah satu fasa
Penentuan komposisi kimia dari fasa tunggal berlangsung secara otomatis. Fasa itu memiliki
komposisi yang sama dengan paduan. Hal tersebut memang masuk akal karena pada 225C
hanya terdapat cairan dalam paduan 60 Sn-40 Pb, cairan ini harus memiliki komposisi 60-40
yang sama.

Gambar 2.3.1 Komposisi Fasa (paduan Pb-Sn)


Sumber : Metal Handbook ASM International
Daerah dua fasa
Penentuan komposisi kimia dari dua fasa dapat ditangani dengan cara yang sama. Komposisi
kimia dua fasa terletak di dua ujung isotherm atau garis hubung yang melalui daerah dua fasa.
Solder 80-2- Pb-Sn pada 150C . Sesuai gambar,  mempunyai komposisi kimia 10 %b timah
(atau 90 %b timbal). Komposisi  hampir 100 %b timah.
Suhu Tiga-Fasa dan Reaksi Eutektik
Cairan yang memiliki komposisi eutektik (38.1 Pb-61.9 Sn) apabila kita menggunakan sistem
Pb-Sn) pecah menjadi dua fasa padat (  dan  ) pada suhu eutektik 183C . Hanya pada suhu
ini terdapat tiga fasa. Apabila paduan dipanaskan, dua fasa padat solder ini menjadi satu-fasa
cairan
183C
 (80,8 Pb) +  (2.5 Pb)   cairan (38.1 Pb)
pemanasan
Karena tiga fasa suatu reaksi eutektik hanya mungkin berada pada suhu tertentu. Kondisi ini
disebut invariant. Tidak ada pilihan fasa – yaitu  ,  dan cairan. Komposisinya pun sudah
tetap- yaitu masing-masing mengandung 80.8, 2.5, dan 38.1 persen timbal.
Kuantitas Fasa dalam Campuran Setimbang
Selain untuk mengidentifikasi fasa stabil atau fasa kesetimbangan dan untuk menentukan
komposisi kimia dari diagram fasa, dapat juga ditentukan kuantitas dari setiap fasa yang berada
dalam campuran dua-fasa berimbang. Kemampuan ini bermanfaat ketika membahas sifat
material multifasa.

Gambar 2.3.2 Paduan Al-Si


Sumber : Metal Handbook ASM International
b) Paduan 88 Al-22 Si , c) Paduan 80 Al-20 Si, d) Paduan 50 Al-50 Si

sumber : Aluminium Research Laboratory

Daerah satu fasa


Paduan 80 Pb-20 Sn sebanyak 225 g pada 300C , selurunya berada dalam keadaan cair, dan
jumlahnya adalah 225 g. Sehingga juga dapat dinyatakan bahwa seluruh (atau 100 persen)
paduan berbentuk cairan. Jadi tidak perlu menspesifikasi berat paduan yang ada dengan tepat.
Daerah dua fasa
Kita menentukan kuantitas dari dua-fasa dengan interpolasi komposisi paduan pada garis
hubung antara komposisi dua-fasa. Ambil paduan solder 80 Pb – 20 Sn pada 150C sebagai
contoh. Komposisi kimia paduan berada pada 0,11 kali jarak antara komposisi kimia  (90 Pb-
10 Sn) pada suhu ini, dan komposisi  (< 1 Pb dan  100 Sn) . Oleh karena itu fraksi kuantitas
dari  adalah 0.11 (dan 0.89 untuk  ) pada 150C dari seluruh jumlah solder. Hal ini juga dapat
dilaporkan sebagai 89 persen  dan 11 persen 
Kasus khusus tiga fasa
Solder timbal-timah terdiri dari tiga fasa apabila berada dalam keadaan setimbang pada suhu
eutektik, yaitu 183C . Pada kasus khusus ini, kita tidak dapat menghitung dengan teliti fraksi
kuantitas  ,  , dan cairan yang ada. Kita dapat menghitung bahwa paduan 70 Pb – 30 Sn pada
182C terdiri dari 0.86  ( dan 14 persen  ). Solder tersebut terdiri dari 0.25 persen cairan dan
75 persen  pada 184C . Pada suhu eutektik, diantara 183C dan 184C ,  dan sebagian 
bereaksi jika dipanaskan dan menghasilkan cairan eutektik. Pada proses ini, 1000 g solder
menghasilkan 250 g cairan eutektik (61.9 Pb 38,1 Sn) produk reaksi dari 110 g  ( yaitu 860-750
g) dengan 140 g  . Oleh karena itu, dengan hadirnya tiga fasa pada 183C , hanya dapat
menunjukkan bahwa kuantitas  berada pada 850 dan 750 g; kuantitas  antara 140 g dan 0 g;
dan kuantitas cairan antara 0 dan 250 g.
BAB III
KESIMPULAN

1. Fasa didefinisikan sebagai bagian material yang memiliki struktur dan komposisi yang
berbeda dari yang lainnya. Suatu diagram fasa adalah kumpulan kurva yang
menunjukkan limit kelarutan. Diagram fasa berguna untuk : memperkirakan fasa apa
yang berada dalam kesetimbangan pada paduan dengan komposisi tertentu pada suhu
tertentu, menentukan komposisi kimia setiap fasa menghitung kuantitas tiap fasa yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Lawrence H. 2001. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material Edisi Keenam. Jakarta :
Penerbit Erlangga

Atkins, PW. 1996. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai