DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. KRISTINA SINAGA (4183121058)
2. NURHAYANI NASUTION (4182121005)
3. SILVA FARRERA AVISTA (4181121012)
4. SYARIF MAULANA HARAHAP (4183321016)
JURUSAN FISIKA
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatdan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliahTERMODINAMIKA untuk
memenuhi tugas perkuliahan materi Entropi. Kami berterimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Nurdin Bukit, M.Si, S.Si selaku dosen yang telah memberikanbimbingannya.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itukami meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritikdan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.Akhir kata kami mengucapkan terimakasih semoga
dapat bermanfaat dan bisamenambah pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kata energi, telah dikenal bahkan sebelum mulai dipergunakan dalam peljaran awal
mengenai sains. Hal ini sangat membantu dalam mempelajarienergi dalam termodinamika
teknik. Analisi sistem berdasarkan hukum keduatermodinamika dapat dengan mudah dilakukan
dengan sifat entropi. Konsepenergi dan entropi merupakan konsep yang abstrak. Namun, tidak
seperti energi,kata entropi jarang didengar dalam percakapan sehari-hari, apalagi melakukan
analisis entropi secara kualitatif. energi dan entropi memegang peranan penting dalam
pembahasan& -pembahasan berikutnya.
Konsep entropi mula-mula diperkenalkan dalam fisika teori oleh R.J Clausius dalam
pertengahan abad kesembilan belas. Sampai pada saat itu terdapat banyak hal yang
membingungkan mengenai hubungan antara kalor dan kerja serta perannya dalam operasi mesin
kalor. 1nsinyur Perancis yang terkenal, carnot,Petit, ;lement, dan Desormes hanya memiliki
sedikit pengetahuan mengenai hukum pertama termodinamika. carnot percaya bahwa keluaran
kerja suatu mesin adalah akibat dari sejumlah kalor yang meninggalkan tandon panas dan
sejumlah kalor yang sama masuk ke tandon dingin.
3
BAB II
PEMBAHASAN
ENTROPI
Entropi adalah ukuran tingkat ketidakpastian suatu zat dengan tinjauan molekuler. Entropi
merupakan sifat dari zat karena itu entropi tidak tergantung proses.
Perhatikan diagram usaha p-V, setiap titik pada diagram menggambarkan keadaan seimbang
sistem tertentu. Misalkan titik I menggambarkan keadaan seimbang awal dan titik f keadaan
seimbang akhir atau proses. Dari defenisial proses reversible maka “titikf” selalu dapat dicapai
dari titik i melalui suatu proses reversible. Misalkan, R adalah salah satu proses reversible yang
mungkin. Perubahan suhu T selama proses tidak diketahui secara rinci, hanya diketahui suhu
berubah secara reversible dari nilai semula Ti menjadi Tf .
Misalkan, WiRf= -∫ 𝑃 𝑑𝑉 adalah usaha luar sistem sepanjang R, maka adalah sama
dengan luas i – R –f – Vf – Vi. Apabila , QiRf adalah jumlah kalor yang terlibat dalam proses R
ini, dan Uf – Ui adalah perubahan energy dalam yang dialami sistem, maka menurut hukum ke 1
:
QiRf = ( Uf – Ui ) -WiRf
Perhatikanlah proses reversible lain yang terdiri dari atas proses adiabatic ( i-a ) dam ( b –
f ), yang dihubungkan dengan proses isothermal ( a-b ). Kurva isotherm sedemikian rupa
4
sehingga luas di bawah garis zig-zag sama dengan luas di bawah jalan R. Wiabf = WiRf ,
sedangkan ∆𝑈 adalah tetap ( Uf – Ui ), maka hukum ke-1 mengatakan Qiabf = ( Uf – Ui ) - Wiabf.
Dari (a) dan (b) dapat disimpulkan Qiabf = QiRf. Dengan kata lain pada setiap proses
reversible antara dua titik keseimbangan i dan f, selalu dapat ditemukan proses reversible yang
terdiri atas adiabat-isoterm-adiabat, sehingga kalor yang terlibat dalam kedua proses itu adalah
sama. Kebenaran tersebut digunakan oleh Clausius untuk membuktikan adanya suatu fungsi
keadaan yang dikenal dengan entropi.
Perhatikan suatu siklus reversible sembarang (R) dalam diagram p-V. dari pengamatan di atas,
siklus demikian dapat dibagi-bagi atas sejumlah “pita”, yang masing-masing terdiri atas dua
kurva isotherm dan dua kurva adiabat, sehingga sesuai dengan siklus Carnot.
Pita-pita dapat diambil sedemikian rupa, sehingga luas siklus R sama dengan luas gambar
berzig-zag tertutup. Dengan kata lain : “ Setiap siklus reversible apapun bentuknya, dapat
dianggap terdiri dari sejumlah siklus Carnot”. Untuk siklus Carnot berlaku :|𝑄1 |⁄|𝑄2 |= 𝑇1 ⁄𝑇2
atau |𝑄1 |⁄𝑇1 − |𝑄2 |⁄𝑇2 = 0 , disini |𝑄1 | adalah kalor yang masuk selama siklus bersuhu 𝑇1 , dan
|𝑄2 | adalah kalor yang keluar dari sistem pada suhu 𝑇2 , Dengan menggunakan konvensi tanda
pada Q, dapat ditulis bahwa :
5
Maka untuk seluruh siklus akan berlaku :
2𝑁
Penjumlahan diambil sebanyak jumlah siklus yang ada, yakni N, sehingga ada 2N buah isotherm.
Dengan kata lain, penjumlahan diambil sepanjang garis zig-zag tertutup yang merupakan siklus
reversible. Hasil di atas dikenal sebagai “Teorema Clausius” : “Setiap sikus R dapat diganti
siklus zig-zag”. Apabila jumlah pita dalam rumus diperbanyak (jaringan adiabt-isoterm adiabat
diperhalus), garis tutup zig-zag menjadi kurva kontinyu bertutup: siklus rumus diatas menjadi :
𝑑𝑄
∮ =0
𝑇
𝑑𝑄
Dalam matematika pernyataan di atas berarti bahwa merupakan diferensial eksak, yakni :
𝑇
diferensial total suatu fungsi keadaan. Fungsi ini disebut entropi sistem dengan lambing S. Maka
𝑑𝑄
‖( 𝑇 ) 𝑅 : dS adalah diferensial eksak, sehingga
𝑓
∫𝑅𝑖 𝑑𝑆 = 𝑆𝑓 − 𝑆𝑖 = ∆𝑆𝑖𝑓 : integral berbatas dS tidak bergantung jalur integrasi, selalu
ditentukan oleh titik awal dan titik akhir. Jalan berpikir Clausius :
𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛−
Setiap proses R ↔ (ad – iso – ad ) karena W dapat dibuat sama ∆𝑈 sama, sehingga
Q = ∆ 𝑈 − 𝑊 menjadi sama.
Setiap siklus R ↔ N siklus carnot kecil, karena W dapat dibuat sama ∆U = 0, Q menjadi
sama
6
𝑄1 𝑄2
Untuk satu siklus Carnot berlaku + = 0, Untuk siklus R yang terdiri dari N siklus
𝑇1 𝑇2
𝑄 𝑑𝑄 𝑑𝑄
Carnot :∑𝛾 𝑇 𝑗 = 0 → ∮ = 0, 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 = 𝑑𝑆,
𝑗 𝑇 𝑇
𝑑𝑄 𝑓
dimana S adalah fungsi suatu keadaan. = dS ( eksak) → ∫𝑣 𝑑𝑆 = ∆𝑆𝑖𝑓 = 𝑆𝑓 − 𝑆𝑖.
𝑇
∮ 𝑑𝑆 = 0
Catatan :
𝑑𝑄
- dQ bukanlah diferensial eksak, akan tetapi adalah eksak, dalam hal ini faktor 1⁄𝑇
𝑇
Ketidaksamaan Clausius
Apa hasilnya apabila dalam penjumlahan dalam rumus-rumus diatas diadakan sepanjang
𝑄 𝑑𝑄 𝑑𝑄
siklus yang tidak reversible ? Ternyata ∑𝛾 𝑇 𝑗 = 0 ; 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∮ < 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 < 𝑑𝑆
𝑗 𝑇 𝑇
Bukti : Mesin Carnot yang paling mendekati mesin reversible adalah mesin yang memiliki 𝜂
terbesar disbanding dengan mesin-mesin kalor lain yang tidak menggunakan siklus reversible.
Dengan kata lain, apabila mesin Carnot C dan mesin lain NC diusahakan antara dua RK yang
sama, maka mesin NC memerlukan kalor yang lebih banyak untuk menghasilkan W yang sama.
𝑊 𝑊
Karena, 𝜂𝑐 > 𝜂𝑛𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 |𝑄1 |
> |𝑄 ′| , 𝑚𝑎𝑘𝑎 |𝑄1 ′| > |𝑄2 |. Jika ditulis |𝑄1 | = |𝑄1 | +
1
|𝑄1 ′| |𝑄2 ′| |𝑄1 |+ |𝑞| |𝑄2 |+ |𝑞| |𝑄1 | |𝑄2 | |𝑄1 | |𝑄2 | 1
Untuk mesin NC : − = + = - = - + |𝑞| ( −
𝑇1 𝑇2 𝑇1 𝑇2 𝑇1 𝑇2 𝑇1 𝑇2 𝑇1
1
𝑇2
)
7
𝑄1 ′ 𝑄2 ′ 𝑄1 𝑄2 1 1 1 1
𝑇1
−
𝑇2
=
𝑇1
+
𝑇2
+𝑞 ( −
𝑇 𝑇
) = |𝑞| (𝑇 − 𝑇2
)adalah negative
1 2 1
𝑄 ′ 𝑑𝑄
Sehingga untuk siklus NR diperoleh ∑ 𝑇𝑗 ′ < 0 𝑑𝑎𝑛 ∮ < 0 terbukti.
𝑗 𝑇
𝑑𝑄 𝑑𝑄
Dengan mengingat ∫ = ∮ 𝑑𝑆 = 0 dapat disimpulkan bahwa untuk proses non revesibel <
𝑇 𝑇
dS.
Jika Cv dianggap konstanta tidak bergantung T, integrasi menghasilkan dari keadaan To, Vo, So
ke keadaan T,V,S).
𝑆 𝑇 𝑉
𝑑𝑇 𝑑𝑉
∫ 𝑑𝑆 = 𝐶𝑣 ∫ + 𝑛𝑅 ∫ → 𝑆 − 𝑆𝑜 = (𝐶𝑣 ln 𝑇 + 𝑛𝑅 ln 𝑉) − 𝐶𝑣 ln 𝑇𝑜 + 𝑛𝑅 ln 𝑉𝑜)
𝑇 𝑉
𝑆𝑜 𝑇𝑜 𝑉𝑜
S = S (T, p)
Fungsi ini dapat di peroleh dengan cara yang sama seperti diatas, mengingat bahwa hokum ke-1
gas ideal yang mengalami proses infinitesimal veribel aadalah :T ds = Cp (T) dT + V dp.
Apabila Cp tetapan diperoleh bentuk S = ln (𝑇 𝐶𝑝 𝑃−𝐶𝑝+𝐶𝑣 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡. )
Catatan : hal ini dapat juga diperoleh dengan menggantikan V dengan p persamaan keadaan gas
ideal pv = nRT di dalam persamaan tersebut.
S = S ( p, V)
Fungsi ini dapat diperoleh dengan menggantikan T dengan p atau menggantikan T dengan V ke
dalam persamaan diatas. Hasilnya S = ln (𝑝𝐶𝑣 𝑉 𝐶𝑝 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡. )
8
𝑑𝑄
Untuk proses reversible berlaku 𝑑𝑆 = untuk proses adiabatic reversible : dQ = 0, (bahkan Q =
𝑇
0),maka dS = 0 atau ∆𝑆 = 0, (entropi tetap), Sf = Si.
Proses ini juga disebut proses isentrop
Proses adiabatic reversible atau proses isentrop dalam diagram T – S digambarkan sebagai garis
lurus tegak. Diagram T-S berup diagram energy, tepatnya diagram kalor.
Untuk proses reversible :dQ = T ds, maka∫ 𝑇 𝑑𝑠 = luas di bawah kurva = Q, kalor yang terlibat
dalam proses.
Usaha yang dilakukan system dalam suatu siklus reversible sama dengan luas siku pada diagram
T-S, karena W = |𝑄𝑚| − |𝑄𝑘|
Siklus carnot mudah digambarkan dalam diagram T-S karena berbentuk persegi panjang atau
bujur sangkar, hingga |𝑄𝑚|, |𝑄𝑘| dan W dengan mudah dapat ditentukan dengan mengukur.
2.5 Azas Entropi Serta Pemakaiannya
9
Pemakaian Azas Entropi
Teorema Carnot : Mesin Carnot yang merupakan mesin yang paling mendekati mesin reversible
memiliki efisiensi tertentu diantara mesin-mesin lain antara dua RK yang sama. Mesin kalor
bekerja antara RK-1 yang bersuhu T1, RK-2 yang bersuhu T2. Mesin menyerap kalor Q
menghasilkan sejumlah usaha |𝑊|. Buktikan efisiensi mesin itu adalah terbesar,
|𝑄1 |
(∆𝑆)RK-1 = , karena kalor keluar padanya pada suhu
𝑇1
|𝑄|−|𝑊|
(∆𝑆)RK-2 = , energy sebesar Q masuk padanya
𝑇1
|𝑄|−|𝑊| |𝑄|
(∆𝑆)Alam = - haruslah ≥
𝑇2 𝑇1
𝑇1 − 𝑇2 𝑇2
Maka |𝑊| ≤ , 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 |𝑊| 𝑚𝑎𝑘𝑠 = |𝑄| (1 − ) = 𝑞 𝜂𝐶𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡
𝑇2 𝑇1
10
8.3 Perubahan Entropi pad Proses Reversibel
Proses isotermal reversibel pada diagram T-S digambarkan dengan garis datar. Perubahan
entropi diperoleh melalui rumus (8.5) atau (8.6).
𝑑𝑇 𝑑𝑉 𝑑𝑉 𝑣𝑓
(8.5) = 𝑑𝑠 = 𝐶𝑣 + 𝑛𝑅 . maka 𝑑𝑠 = 𝑛𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑆𝑇 = 𝑛𝑅𝑙𝑛
𝑇 𝑣 𝑣 𝑣𝑖
Jelas : - Suatu ekspansi isotermal menghasilkan penambahan entropi dan kompresi isotermal
mengahasilkan pengurangan entropi
𝑑𝑇 𝑑𝑃
- Apabila dimulai dari (8.6) : 𝑑𝑠 = 𝐶𝑝 𝑇
− 𝑛𝑅 𝑝
𝑝𝑓
- ∆𝑆𝑟 = −𝑛𝑅𝑙𝑛 𝑝𝑖
- 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 (8.5) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑉 = 𝑛𝑅𝑇/𝑃
11
Jelas : apabila terjadi pemanasan dS bernilai positif dan sebaliknya.
Dari atas dapat disimpulkan : bahwa pada proses isokhorik (Cv tetapan) :
(𝑆 − 𝑎)
𝑆 = 𝐶𝑣 ln 𝑇 + 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 = exp = 𝑏𝑒 𝑆/𝐶𝑣
𝐶𝑣
Maka proses isokhorik tergambar sebagai kurva eksponen kemiringan pada kurva isokhorik diperoleh
dari (8.5).
𝜕𝑇 𝑇
Yakni(𝜕𝑆 )𝑣 = 𝐶
𝑣
𝑑𝑇 𝑐𝑇
𝑑𝑆𝑝 = 𝐶𝑝 (𝑇) 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑆𝑝 = ∫ 𝐶𝑝 (𝑇)
𝑇 𝑇
Apabila Cp bukan fungsi T maka
𝑇𝑓
∆𝑆𝑝 = 𝐶𝑝 𝑙𝑛 𝑇
𝑖
𝜕𝑇 𝑇
Kemiringan isobar diperoleh pada 8.6( 𝜕𝑠 )𝑝 = 𝐶
𝑝
Dengan mengingat sifat RK, bahwa kalor yang keluar maupun masuk tidak mengubah suhunya,
maka untuk suatu RK proses pertukaran kalor berlangsung secara isotermal, yakni terjadi pada suhu Rk
tersebut. Akan tetapip dan RK juga tidak berubah , maka keadaan keseimbangannya tidak pernah
terganggu, hingga proses itu selalu bersifat reversibel.
𝑑𝑄 1 𝑄
Maka berlaku : 𝑆𝑅𝐾 = ∫ 𝑇
=𝑇 ∫ 𝑑𝑄 = 𝑇
𝑅𝐾 𝑅𝐾
Q disini adalah kalor yang keluar atau masuk RK, maka kalor yang masuk atau keluar sistem dapat
dihitung dengan menggunakan hukum ke -1 yang diterapkan pada sistem untuk proses tersebut,
kemudian tandanya dibalik.
12
6. Perubahan entropi sistem perubahan fase
Perubahan fase merupakan proses isotermal. Hal tersebut terjadi pada suhu transisi, selain T
yang tidak berubah , biasanya ada lagi satu koordinat yang tidak berubah seperti tekanan, perubahan
fase pada udara luar. Perubahan entropi yang terdapat pada sistem dihitung dari rumus:
𝑄 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑖𝑏𝑎𝑡
(∆𝑆) =
𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖𝑠𝑖
Sekarang akan dihitung ∆𝑆 −𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 , pada proses non-reversibel. Sebagai contoh akan dibahas proses
pencampuran, yaitu :
I. Pencampuran 2 cairan : air 1 kg pada suhu 373K dicampurkan air 1 kg bersuhu 273K secara
adiabatik ke isobarik.
II. Pencampuran 2 gas ; gas H2 pada (p,v,T) dicampurkan dengan N2 pada (p,v,T) yang sama.
Kedua proses diatas bersifat non-reversibel, hingga rumus ∆𝑆 = ∫ 𝑑𝑄/𝑇 tidak berlaku dalam hitungan.
Keadaan akhir dan keadaan awal proses itu merupakan keadaan kesimbangan maka teorema
Clausius mengatakan : “titik f selalu dapat dicapai dari titik I melalui jalan reversibel sehingga ∆𝑆 =
𝑓
∫𝑐 𝑑𝑞/𝑇dapatdigunakan karena gas adalah suatu fungsi keadaan, maka nilai integralnya hanyalah
ditentukanoleh titik awal dan titik akhir tidak boleh proses sebenarnya”.
“ Apabila dalam suatu proses non – reversibel dan f merupakan keadaan keseimbangan , maka
dalam menghitung ∆𝑠 proses non-reversibel tersebut. Dapat digunakan dengan reversibel.
𝑓 𝑑𝑄 𝑓
Pengertian ini berarti ∆𝑆𝑛𝑜𝑛−𝑟𝑒𝑣 = ∆𝑆𝑟𝑒𝑣 = ∫𝑖 = ∫𝑖 𝑑𝑆 = 𝑆𝑓 −
𝑇
𝑆𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑓 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
- Pergantian ini berlaku juga seandainya f merupakan keadaan keseimbangan, namun cara
perhitungannya menjadi lebih rumit
- Apabila kedua keadaan dan f buka eadaan keseimbangan ∆𝑆harus ditentukan dengan cara-
caara lain .
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per
satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi yang
paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah sistem
tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang
bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya
terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses reversibel/bolak-balik). Entropi suatu
sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha
pada proses-proses termodinamika. Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang
sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoretis
mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul
pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk panas buangan.
3.2 Saran
Dalam proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan konsep termodinamika dalam kehidupan sehari-hari agar mampu menyelesaikan
permasalhan yang berkaitan dengan termodinamika khusunya yang berkaitan dengan hokum ke
dua termodinamika melalui konsep dan teori dalam termodinamika.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Entropi
https://www.academia.edu/29803400/ENTROPI_OLEH_KELOMPOK_X_MELVI_YULIDA_
RIZKI_4151121039_NANA_TRIANA_4151121043_NOVANTRY_SEVENTINA_SINAGA_4
152121047
15