Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

“ARGENTOMETRI”

Tanggal Praktikum : 17 November 2023


Asistensi : 1. Muhammad Deryan Kevin
2. Rezki Fabilla Dandulana
3. Tiara Swastika Putri
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Roza Linda, M.Si
2. Dr. Hj. Rini, S.Si, M.Si
Kelompok : IV (Empat)
Nama : 1. Dame Ivana Novelin B. (2205135859)
2. Deprimansyah (2205113113)
3. Fadhia Azzahra (2205135847)
4. Galuh Pramudita (2205113123)
5. Nurul Khafizah (2205113117)
6. Putri Rahma Yati (2205110591)
Kelas : 3A

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
Dosen Pengampu : 1. Dr. Roza Linda, M.Si
2. Dr. Hj. Rini, S.Si, M.Si

Anggota Kelompok :

1. Dame Ivana Novelin Bagariang


2. Deprimansyah
3. Fadhia Azzahra
4. Galuh Pramudita
5. Nurul Khafizah
6. Putri Rahma Yati

Nama Asisten :

1. M. Deryan Kevin
2. Rezki Fabilla Dandulana
3. Tiara Swastika Putri

Pernyataam Keaslian

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan praktikum yang
dibuat oleh kelompok IV merupakan hasil karya dari kelompok IV. Jika terdapat
bagian yang merupakan hasil meniru karya orang lain atau manipulasi data, maka
kelompok kami (kelompok IV) akan menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,

Galuh Pramudita

Asisten I

Asisten II

Asisten III
I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar halogen atau pseudo halogen pada suatu
campuran.
II. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip percobaan dari praktikum ini adalah Penentuan kadar NaCI dalam
garam dapur dengan cara titrasi pengendapan menggunakan metode Mohr.
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan
titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasi. Reaksi pengendapan dimana senyawa klorida dalam
NaCl berada pada suasana netral dengan tambahan larutan baku sekunder perak
nitrat (AgNO3) dan penambahan larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai
indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida setelah
mencapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat (AgNO 3) akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah bata.
III. LANDASAN TEORI
Argentometri merupakan metode umum yang digunakan untuk
menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain. Metode argentometri disebut
juga pengendapan karena memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak
larut atau endapan (Gandjar, 2007).
Dalam argentometri, yang dimaksudkan dengan larutan normal adalah
larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag + tiap 1 mol AgNO3. Satu grek dalam
metode ini merupakan kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepaskan
ion perak (Ag+). Pada argentometri, sampel yang digunakan biasanya merupakan
senyawa halogen (Cl, Br, I). Senyawa halogen jika bereaksi dengan AgNO 3
maka akan membentuk endapan. Misalnya perak klorida akan mengendap dalam
bentuk gumpalan karena koagulasi bahan koloid. Endapan itu mudah disaring
dan dicuci dengan air yang mengandung asam nitrat. Penggunaan asam nitrat
bertujuan untuk mencegah peptisasi endapan dan akan menguap ketika endapan
itu dikeringkan. Perak klorida biasanya disaring dengan kaca masir atau porselen
berpori dan dikeringkan pada suhu 110 – 130°C (Underwood, 1992).
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah
titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag + dari titran akan bereaksi dengan ion Cl -
dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl (Kisman, 1988).
Argentometri adalah salah satu metode analisis kuantitatif untuk
menentukan kadar suatu zat dalam larutan yang didasarkan pada reaksi
pengendapan dengan larutan standar AgNO3. Metode-metode dalam
argentometri antara lain adalah metode mohr, metode volhard, dan metode
fajans. Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titrat dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut (Arsyad,
2004).
Metode Mohr adalah metode yang digunakan dalam pengukuran kadar
klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat
(AgNO3) dan penambahan kalium kromat (K 2CrO7) sebagai indikator. Titrasi
dalam suasana asam menyebabkan perak kromat larut karena terbentuk dikromat
dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Apabila ion
klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag +), maka ion
kromat akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih membentuk endapan perak
kromat (Ag2CrO7) yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi
(Khopkhar, 2008).
Metode Mohr merupakan titrasi argentometri dengan menggunakan
indikator kalium kromat (K2CrO4). Metode ini merupakan titrasi langsung analit
dengan titran menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO 3). Larutan analit
yang dapat ditentukan dengan metode Mohr antara ion klorida. Endapan putih
perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi. Indikator yang digunakan
dalam titrasi tersebut adalah larutan kalium kromat encer. Reaksi yang terjadi
adalah :
Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl (s) ↓putih + NaNO3 (aq)

(Pursitasari, 2017)
Warna putih yang terbentuk akibat reaksi antara AgNO 3 dengan NaCl,
apabila Cl- habis beraksi dengan Ag+ dari AgNO3. Titik akhir titrasi dapat
dinyatakan dengan indikator larutan K 2Cr2O7 yang dengan ion Ag+ berlebih
menghasilkan endapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah menjadi
kemerah-merahan. Setelah dititrasi pada larutan sampel terbentuk endapan
kemerah–merahan, hal inilah yang membuktikan bahwa metode titrasi
pengendapan yang dilakukan adalah metode Mohr. Munculnya endapan yang
berwarna kemerah-merahan pada titik akhir titrasi dikarenakan kromat terikat
oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna merah bata
(Yusmita, 2017)
Natrium klorida (NaCl) digunakan sebagai larutan primer. Larutan baku
primer adalah larutan yang dibuat dengan syarat tertentu sehingga tingkat
kemurniannya sangat tinggi (Basset, 1994).
Baik pada titrasi pembakuan maupun penetapan sampel masing–masing
digunakan indikator K2Cr2O7. Pemilihan indikator ini dikarenakan kalium
dikromat dapat bereaksi dengan nitrat membentuk endapan yang memiliki warna
yang spesifik yaitu merah bata. Dengan ditambahkannya indikator tersebut akan
didapatkan endapan merah bata yang menjadi tanda terjadinya titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana penambahan satu tetes larutan
baku dapat menyebabkan perubahan warna pada indikator. Perubahan warna
tersebut karena adanya pertukaran ion-ion antara ion-ion pereaksi sehingga
membentuk senyawa baru yang berbentuk endapan dan berwarna merah-
kemerahan. Indikator K2Cr2O7 yang memiliki range pH 5 - 7,5 (Huljani &
Rahma, 2019)
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam
larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion
tiosianat berlebih. Metode ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung
dari perak, larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion
klorida. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk
menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan
standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan KCNS, dimana
kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah
darah dari Fe(SCN)3 (Hasan, 2016)
Pada praktikum ini hanya akan dilakukan menggunakan metoda Mohr
untuk penetapan kadar halogen (klorida). Titrasi pengendapan adalah salah satu
golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam
yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat
mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor
yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 2011).
Titrasi Argentometri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan endapan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Temperatur, kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi
dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2) Sifat alami pelarut, garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan
dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan
kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk
memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas
yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang
berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3) Pengaruh ion sejenis, kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan
dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
4) Pengaruh pH, kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam
lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan
proton dengan anion endapannya.
5) Pengaruh hidrolisis, jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka
akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan
6) Menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan
meningkatkan kelarutan garam tersebut.
7) Pengaruh ion kompleks, kelarutan garam yang tidak mudah larut akan
semakin meningkat kelarutannya dengan adanya pembentukan kompleks
antara ligan dengan kation garam tersebut. (Mulyono, 2005).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Erlenmeyer 500 ml 4 unit
2. Gelas kimia 250 ml 1 unit
3. Gelas kimia 100 ml 1 unit
4. Gelas ukur 50 ml 2 unit
5. Pipet tetes 2 unit
6. Corong 1 unit
Bahan
1. Larutan NaCl 0,1M 1250 ml
2. Larutan AgNO3 0,1M 30 ml
3. Larutan K2Cr2O7 2 ml
4. Aquadest Secukupnya
V. PROSEDUR KERJA
1) Standarisasi larutan AgNO3

25 ml NaCl + 1 ml K2Cr2O7 2%

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

Larutan kuning

-Dititrasi dengan larutan AgNO3

Terbentuk endapan merah bata

-Dititrasi secara duplo

23,2 ml AgNO3 23,6 ml AgNO3

2) Penetapan kadar NaCl dalam garam dapur

25 ml larutan garam + 1 ml K2Cr2O7 2%

-Dimasukan kedalam erlenmeyer 250 ml

Larutan kuning

-Dititrasi dengan larutan AgNO3

Terbentuk endapan merah bata

-Dititrasi secara duplo

18 ml AgNO3 17,2 ml AgNO3


VI. HASIL PENGAMATAN

NO. Prosedur Pengamatan

Standarisasi larutan AgNO3

1. Siapkan larutan NaCl 0,1 M Larutan menjadi berwarna


sebanyak 1000 ml dengan cara ungu pekat
melarutkan 5,8 gram NaCl PA
dengan 1000 ml aquadest

2. Siapkan larutan AgNO3 0,1 M Larutan bening


sebanyak 500 ml dengan melarutkan
9 gram AgNO3 dengan 500 ml
aquadest

3. Ambil 25 ml NaCl dan tuangkan ke Larutan menjadi berwarna


dalam Erlenmeyer 250 ml, kuning
tambahkan 1 ml larutan K2Cr2O7 2%
sebagai indikator

4. Titrasi dengan larutan AgNO3 yang Terbentuk endapan warna


telah disiapkan sampai terbentuk merah bata pada volume 23,2
warna merah bata ml

5. Lakukan duplo Terbentuk endapan warna


merah bata pada volume 23,6
ml

Penetapan Kadar NaCl dalam garam dapur

No. Peosedur Pengamatan

1. Larutkan 1 gram garam dapur Larutan berwarna bening


dengan 250 ml aquadest, ambil 25 ml
larutan garam tersebut lalu masukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 ml

2. Tambahkan 1 ml larutan K2Cr2O7 2% Larutan berubah menjadi


kuning
3. Titrasi dengan larutan standar Terbentuk endapan merah
AgNO3 sampai terbentuk warna bata pada volume 18 ml
merah bata

4. Lakukan duplo Endapan merah bata pada


volume 17,2 ml

5. Hitung kadar NaCl dalam garam


dapur

NB: Faktor pengenceran = 250/25


VII. PENGOLAHAN DATA
A. Standarisasi Larutan AgNO3
 Volume AgNO3 pada titrasi I = 23,3 ml
 Volume AgNO3 pada titrasi II = 23,6 ml
Volume Titrasi I +Volume Titrasi II 23 ,2+23 ,6
 Rata – rata = = =
2 2
23,4 ml
 Penetapan Kadar AgNO3 : V1 × N1 = V2 × N2
23,2 × 0,1 = 23,4 × N2
23 ,2 × 0 ,1
N2 =
23 , 4
N2 = 0,093
B. Penetapan Kadar NaCl dalam garam dapur
Volume AgNO3 pada titrasi I = 18 ml
Volume AgNO3 pada titrasi II = 17,2 ml
250
FP =
25
Volume Titrasi I +Volume Titrasi II 18+17 , 2
Rata – rata = = = 17,6 ml
2 2
Penetapan kadar NaCl :

Volume A gNO 3 × N AgNO 3 × BE NaCl × FP


%= × 100 %
sampel
17 , 6 ml ×0,099 N 35 ,5
= × 100%
1000
=61,85 %
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan telah melakukan titrasi argentometri.
Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat
sebagai titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar larut. Dasar analisa
metodenya yaitu merupakan suatu titrasi ion perak dan ion-ion hidrogen. Pada
analisa argentometri ada beberapa cara pengendapan yang dikenal yaitu Mohr,
Volhard, dan Vajans. Adapun cara yang digunakan adalah Mohr. Titrasi
pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui
kadarnya pada larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila
semua bagian titran sudah membentuk endapan. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag + dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl+ dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Adapun reaksi yang terjadi adalah ;
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) ↓putih + NaNO3 (aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak
akan bereaksi dengani indikator. Indikator yang dipakai adalah ion kromat dimana
dengan indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat
kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati.
Langkah awal yang dilakukan adalah NaCl dengan berat sampel sebanyak
5,8 gram yang dilarutkan dengan 1000 ml aquades di dalam erlenmeyer, lalu
diambil 25 ml dan diletakkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 1 ml
larutan K2Cr2O7 2% sebagai indikator. Dipilih indikator K2Cr2O7 karena suasana
sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana
netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat
menjadi ion bikromat dengan reaksi :
2− 2−
2 CrO4 + 2 H+ ↔ Cr2O7 + H2O
Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH - dari
basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi H 2O
dengan reaksi:
Ag+ + 2OH- ↔ Ag(OH)2↓

Setelah penambahan indikator tersebut, warna larutan sampel menjadi


kuning. Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan Baku AgNO 3. Alasan dititrasi
dengan AgNO3 adalah berdasarkan namanya, titrasi argentometri menggunakan
larutan AgNO₃ sebagai titrannya karena AgNO₃ adalah satu-satunya garam perak
yang terlarutkan air sehingga pereaksi perak nitrat dengan garam lain akan
menghasilkan endapan. Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dari AgNO 3
dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna
putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan
2−
bereaksi dengan ion CrO4 dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan
perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata dan terdapat endapan merah.
Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut
dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol AgNO 3 sama dengan jumlah mol
NaCl. Terbentuknya endapan berwarna merah bata pada titrasi ini terjadi pada
volume 24,5 ml dan duplo pada volume 24,2 ml dengan rata-rata 24,35 ml.

Pada percobaan selanjutnya yakni penetapan kadar NaCl dalam garam


dapur digunakan sampel 1 gram garam dapur yang dilarutkan dengan 250 ml
aquades, yang kemudian diambil 25 ml dan diletakkan ke dalam erlenmeyer 500
ml. Lalu dilakukan penambahan 1 ml K 2Cr2O7 2% sebagai indikator. Pada proses
penambahan indikator ini terjadi perubahan warna pada larutan yang semulanya
berwarna bening menjadi warna kuning. Lalu di titrasi dengan larutan AgNO 3
yang semula larutan homogen dikocok dan dihasilkan endapan berwarna putih
lama kelamaan berubah menjadi endapan yang berwarna merah bata.
Terbentuknya endapan yang berwarna merah bata ini terjadi pada volume 18 ml
dan duplo 17,2 ml dengan rata-rata 17,6 ml. Lalu didapatkan juga kadar penetapan
NaCl berdasarkan perhitungan yakni :
V AgNO 3 × N AgNO 3× BE Cl × FP 125
%= ×100 % FP = =10
Sampel 25
17 , 6 ml ×0,099 N ×35 , 5 ×10
= × 100 %
1000 mg
= 61,85 %

IX. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan Argentometri adalah
titrasi pengendapan dengan larutan standar AgNO 3. Ada 3 metode argentometri
yaitu metode Mohr, Volhard, dan Fajans. Akan tetapi metode yang dipakai
dalam percobaan ini adalah metode Mohr.
Metode Mohr didasarkan pada pembentukan endapan berwarna. AgNO3
akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih.
Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag + dari , maka kelebihan sedikit
Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator yang ditambahkan, ini berarti
titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari
endapan . Dalam penentuan kadar NaCl pada garam dapur metode Mohr,
didapatkan sebanyak 61,85% kadar NaCl
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu pada percobaan argentometri metode
yang digunakan tidak hanya metode Mohr tapi bisa juga dengan metode volhard
dan fajans.
X. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa titrasi argentometri disebut juga dengan reaksi pengendapan?
Jawaban:
Titrasi argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut
atau endapan. Titrasi argentometri ini menggunakan perak nitrat sebagai titran di
mana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
2. Jelaskan tiga metode titrasi argentometri yang dikenal beserta reaksi yang
terjadi!
Jawaban:
1) Metode Mohr
Dalam metode Mohr ini indikator yang digunakan yaitu kalium kromat
(K2CrO4). Pada metode ini larutan standar yang digunakan yaitu perak
nitrat (AgNO3). Ion klorida merupakan larutan yang bertindak sebagai
analit yang dapat ditentukan pada metode ini. Selama proses titrasi
berlangsung akan terbentuk endapan putih akibat adanya perak klorida.
Indikator yang digunakan pada metode ini yaitu larutan kalium kromat
encer(sekitar 2%). Maka reaksi yang terjadi yaitu :

2) Metode Volhard
Titrasi argentometri metode Volhard ini indikator yang digunakan yaitu
Fe(III) atau ion Fe³⁺ dan ion tiosianat(SCN ⁻) bertindak sebagai larutan
standar. Titik akhir titrasi pada metode Volhard ini ditandai dengan
perubahan warna putih menjadi merah. Titrasi dengan metode ini
merupakan titrasi langsung terhadap Ag⁺ serta merupakan titrasi balik
terhadap ion klorida, bromida dan iodida. Penambahan AgNO₃ dalam
jumlah tertentu dan berlebih, kemudian kelebihan larutan perak nitrat
(AgNO₃) tersebut akan dititrasi dengan larutan standar ion
tiosianat(SCN⁻). Setelah titik ekivalen berlangsung, penambahan ion
tiosianat(SCN⁻) ini akan bereaksi dengan indikator Fe(III) membentuk ion
kompleks yang berwarna merah. Dan saat perubahan warna inilah titrasi
harus segera dihenmtikan karna sudah mencapai titik akhir titrasi. Reaksi
yang terjadi pada titrasi argentometri ini dengan menggunakan metode
Volhard yaitu sebagai berikut :

3) Metode Fajans
Pada titrasi argentometri menggunakan metode Fajans ini menggunakan
indikator yang disebut dengan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ini
merupakan senyawa organik yang dapat berubah warnanya jika teradsorpsi
pada permukaan endapan. Misalnya titrasi antara ion klorida dengan
larutan standar Ag⁺ , yang reaksinya :

3. Titik akhir titrasi pada saat standarisasi AgNO3 ditandai dengan apa?
Jawaban:
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna yang semulanya
berwarna kuning bening menjadi merah bata/coklat merah lemah.
XI. DAFTAR RUJUKAN

Arsyad. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Edisi4. Jakarta : EGC.
Gandjar, I. G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, A. (2016). Dampak penggunaan klorin. J. Tek. Lingk. P3TL-BPPT, 7(1),
90–96.
Huljani, M., & Rahma, N. (2019). Analisis Kadar Klorida Air Sumur Bor Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) II Musi II Palembang dengan Metode
Titrasi Argentometri. ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia Dan Terapan, 2(2),
5–9. https://doi.org/10.19109/alkimia.v2i2.2987
Khopkar S.M,2011. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia;Jakarta
Khopkhar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi ke 4.Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Kisman, S. 1998. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Mulyono 2005. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara
Pursitasari, I D. 2017. Kimia Analitik Dasar dengan Strategi Problem Solving dan
Open-Ended Experiment. Bandung: Alfabeta.
Underwood, R. A. 1992. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Yusmita, L. (2017). IDENTIFIKASI KONSENTRASI NATRIUM KLORIDA
(NaCl) PADA JAHE DAN LENGKUAS GILING DIBEBERAPA
PASAR TRADISIONAL DI KOTA PADANG. Jurnal Teknologi
Pertanian Andalas, 21(2), 122. https://doi.org/10.25077/jtpa.21.2.122-
126.2017

XII. LAMPIRAN
XIII. DOKUMENTASI

Alat dan Bahan

Proses Percobaan
Hasil Percobaan

Anda mungkin juga menyukai