KELOMPOK I
MODUL II – V
Disusun Oleh :
PERCOBAAN II
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar air dalam bentuk serbuk simplisia Daun jambu biji dan
mengkudu.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penentuan kadar air serbuk simplisia Daun jambu
biji dan mengkudu.
B. Dasar teori
Kadar air merupakan hasil dari pengukuran jumlah total air yang terkandung
dalam bahan pangan, termasuk simplisia dengan tanpa memperhatikan kondisi atau
derajat keterikatan air. Penentuan kadar air ini merupakan salah satu parameter non
spesifik dari proses standarisasi suatu simplisia, dengan tujuan untuk memberikan
batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Kandungan
air dalam suatu bahan yaitu simplisia dapat menjadi faktor penentu kualitas dari simplisia
itu sendiri, terutama kestabilannya selama penyimpanan.
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu dengan metode
thermogravimetri, thermovolumetri dan metode khemis. Salah satu cara yang paling
sering digunakan adalah dengan metode destilasi atau thermovolumetri. Metode ini
dilakukan dengan menguapkan air dari dalam bahan dengan menggunakan suatu
pembawa atau pelarut cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air
dan tidak dapat bercampur dengan air serta memiliki BJ yang lebih rendah.
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan/simplisia berbeda-beda metodenya
tergantung pada sifat bahan. Misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain
penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu
rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil
(mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut
tertentu yang berat jenisnya lebih rendah dari pada berat jenis air. Untuk bahan cair
yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan
reflaktometer,dsb.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Cawan
2. Oven
3. Penjepit besi
4. Nampan besi
5. Timbangan
6. Kertas perkamen
7. Sendok tanduk
8. Desikator
9. Stopwatch
B. Bahan
1. Daun simplisia jambu biji
2. Simplisia mengkudu
BAB III
CARA PEMBUATAN
B. PERCOBAAN 1
C. PERCOBAAN 2
Penetapan susut pengeringan Pada percobaan ini hal yang pertama dilakukan adalah
mengatur oven pada suhu 105⁰C. Kemudian cawan penguap kosong di masukkan ke dalamoven
selama 5 menit, lalu ditimbang. Hal tersebut dilakukan untukmengurangi kontaminasi bobot
pada cawan penguap. Simplisia daun jambu dan mengkudu digerus r, lalu ditimbang seberat 2
gram dan dimasukkan ke dalamcawan penguap tadi, kemudian dimasukkan ke dalam oven
selama 30 menit.Setelah itu, cawan didinginkan dalam desikator hingga suhu kamar, proses ini
bertujuan untuk mendinginkan simplisia. Pada bagian dalam desikator terdapat silica gel yang
berfungsi menyerap panas, jika silica gel mengalami perubahan warna dari sebelumnya maka
silica gel telah jenuh dengan air.Lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 105⁰selama beberapa
jam (Harborne, 1987).Setelah dingin kemudian ditimbang. Hal tersebut dilakukan
hinggadiperoleh bobot tetap. Bobot tetap atau stabil ialah dalam dua kali berturut-turut selisih
penimbangannya tidak lebih dari 0,25% atau 0,5 mg. Karena keterbatasan waktu pada percobaan
sehingga tidak diperoleh bobot tetap(Depkes RI, 2009). Perhitungan kadar air :
simplisia awal
Pada percobaan simplisia daun jambu dan mengkudu menghasilkan bobot yang sama antara
percobaan 1 dan percobaan 2 yang dinamakan sudah konstan.
Percoban 1.
0.16
a. cawan 1 = 31.36 − 31.20 = 𝑥 100% = 0.005%
31.36
0.13
b. cawan 2 = 22.28 − 22.15 = 𝑥 100% = 0.005%
22.28
0.15
c. cawan 3 = 29.85 − 29.70 = 𝑥 100% = 0.005%
29.85
0.14
d. cawan 4 = 34.98 − 34.84 = 𝑥 100% = 0.005%
34.98
Percoban 2
0.16
a. cawan 1 = 31.36 − 31.20 = 𝑥 100% = 0.005%
31.36
0.13
b. cawan 2 = 22.28 − 22.15 = 𝑥 100% = 0.005%
22.28
0.15
c. cawan 3 = 29.85 − 29.70 = 𝑥 100% = 0.005%
29.85
0.14
d. cawan 4 = 34.98 − 34.84 = 𝑥 100% = 0.005%
34.98
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar air yang
dimiliki oleh simplisia daun jambu biji dan daun mengkudu menghasilkan kadar air 0.005%.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar air pada simplisia daun jambu biji dan daun mengkudu
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal (FHI) tahun 2008
B. SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut yaitu kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kadar
abu tak larut asam guna untuk mengetahui apakah simplisia yang diuji dapat digunakan
sebagai obat tradisional.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
BAB VIII
LAMPIRAN
UNIT III
IDENTIFIKASI PENDAHULUAN
DOSEN PENGAMPU : Apt, EEM MASAENAH, S.SI
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Beraneka makhluk hidup menghuni alam ini salah satunya adalah tumbuhan yang banyak
ditemui disekitar kita. Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat sehingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan cabang-cabang ilmu
tumbuhan saja sekarang ini telah menjadi ilmu yang telah berdiri sendiri. Tumbuhan yang berada
di alam demikian banyak dan memiliki beragam khasiat yang dapat berguna bagi kehidupan
manusia. Zat yang terkandung pada tanaman ini yang semestinya dipelajari dan dikembangkan.
Maka dari itu maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum
farmakognosi. Pada laporan ini penyusun memberi penjelasan kepada pembaca mengenai
Identifikasi Pendahuluan terhadap simplisia pegagan (Centellae asiatica herba), kencur
(Kaempferiae Rhizoma), lada (Piperis Albi Fructus), temulawak (Curcumae Xanthorrhiza
Rhizoma) terdiri atas pemeriksaan alkaloid, flavonoid, terpen, steroid, fenol dan saponin.
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belummengalami
pengolahan tertentu, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telahdikeringkan. Menurut
sumber bahan yang digunakan jenis simplisia dapat berupasimplisia nabati, simplisia hewani,
simplisia pelikan. Simplisia nabati adalahsimplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
atau eksudat tanaman. Eksudattanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
isi sel yang dengan caratertentu dikeluarkan dari selnya,atau zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentudipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).Simplisia
hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh bagian hewanatau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimiamurninya. Sedangkan, simplisia pelikan
(mineral) ialah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimianya (Anonim, 1979)
Syarat baku simplisia :
Semua paparan yang tertera dalam persyaratan simplisia, kecuali tentang Isidan Penggunaan
simplisia merupakan syarat baku bagi simplisia yang bersangkutan.Suatu simplisia tidak dapat
dinyatakan bermutu Materia Medika Indonesia jika tidak memenuhi syarat baku tersebut. Syarat
baku yang tertera dalam Materia MedikaIndonesia berlaku untuk simplisia yang akan
dipergunakan untuk keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan
untuk keperluan lainyang dijual dengan nama yang sama (Anonim, 1980).
Identifikasi kandungan kimia :
Identifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metodeuntuk mengetahui
golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji secarakualitatif adanya senyawa kandungan
dalam sampel yang digunakan seperti misalnyatanin, saponin, flavonoid, steroid terpenoid,
alkaloid, serta kandungan kimia lainnya(Mutiatikum, dkk., 2010).Uji pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui golongan senyawa yangterdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai
data awal untuk menentukanmetode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif yang
terdapat padasampel dapat diekstrasi secara optimal (Mutiatikum, dkk., 2010).
Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia
sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya
kandungan kimia senyawa yang diidentifikasi. Hasil yang negatif dari pemeriksaan kimia
pendahuluan belum dapat dipastikan bahwa dalam simplisia tersebut tidak terdapat kandungan
senyawa yang diperiksa.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena presentasenya yang sedikit dalam tumbuhan atau
karena uji identifikasinya kurang sensitif untuk golongan senyawa tertentu. Senyawa metabolit
sekunder yang biasa ditemui didalam tumbuhan adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid, triterpenoid, saponin, tanin, minyak atsiri, kuinon dan kumarin.
Alkaloid tidak mempunyai tatanama sistematik,oleh karena itu suatu alkoida dinyatakan
dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin hamper semua nama trivial ini berakir
dengan yang mencirikan alkoida. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai
senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak
bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal hanya sedikit yang
berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar (Rizal, 2011).
Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang
terbanyak dialam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu,
merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya senyawa
flavonoid merupakan turunan senyawa induk “flavon” yakni nama sejenis flavonoid yang
terbesar jumlahnya dan lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan
primula (Putri, 2011).
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai
glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal.
Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas (Putri,
2011).
Terpenoid.Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya melalui
destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh
minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai (sitronela),
cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan
alam golongan minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi – wangian
(perfumery), makanan dan obat – obatan. Banyak tumbuhan (bunga, daun, buah, biji atau akar)
yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang terdiri dari 10 dan 15 karbon yang
disebt terpenoid (Putri, 2011).
Steroid adalah senyawa turunan(derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang
termasuk turunan steroid,misalnya kolesterol,ergosterol, danestrogen. Pada umunya steroid
berfungsi sebagai hormon. Secara sederhana steroid dapat diartikan sebagai kelas senyawa
organic bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan (siklopentanofenantren,
mempunyai empat cincin terpadu.
Saponin merupakan perpaduan glikosida triterpene dan sterol yang ada di kurang lebih
90 marga tanaman. Saponin memiliki kemampuan menghemolisis sel darah, menurunkan kadar
kolesterol, mencegah penyempitan pembuluh darah jantung (arterosklerosis). Saponin sanggup
menembus dinding sel darah pada beberapa organism bisa bersifat racun (Putri, 2011).Saponin
merupakan suatu senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan
suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan
non-gula (aglikon), saponin ini terdiri dari dua kelompok : saponin triterpenoid dan saponin
steroid. Saponin banyak digunakan untuk bahan pencucui kain (batik) dan sebagai shampo.
Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi (Rizal, 2011).
B. Tujuan praktikum
Dilakukan pemeriksaaan pendahuluan terhadap sampel tumbuhan yaitu : memeriksa
kandungan senyawa zat aktif dari simplisia yang mengandung alkaloid, flavonoid, terpen/steroid,
fenol, dan saponin.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat
Tabung reaksi
Corong
Pipet
Water bath
Lampu spirtus
Bahan
CHCL3 0.05 N
H2SO4 2 N
Pereaksi Mayer
Pereaksi Buchardat
Metanol
Logam Mg
HCL con
Etanol
FeCL3
Pereaksi Liberman Buchardat
Aquadest
Lada putih (piper nigrum)
Temulawak (curcuma xanthorriza)
Pegagan (cantella asiatica)
Kencur (kaempferia rhizoma)
Cara kerja
1. Pemeriksaan alkaloid
Dengan metode calvenor dan fitzgeral
1. Tambahkan 10 ml NH3 , 10 ml CHCL3 0,05 N saring kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 0.5 ml H2SO4 2N kocok selama 1 menit
3. Diamkan ambil lapisan asam di bagi 2 :
a. Lapisan asam pertama tambahkan pereaksi Mayer maka timbul
endapan putih
b. Lapisan asam kedua tambahkan pereaksi Buchardat
2. Pemeriksaan Flavonoid
Kencur (putih keruh) 2gr Krem keruh Keruh memudar agak jernih
Lada putih ( bening 2gr Tidak berubah warna Kuning jernih
kekuningan )
Temulawak (kuning) 2gr Semakin keruh Merah gelap
Pegagan (bening 2gr Hijau lumut (jernih) Hijau keruh (jernih) Hijau gelap
kehijaun)
Lada putih (putih 2gr Kuning jernih Kuning teh Agak orange
bening)
Kencur (putih 2gr Putih bening Putih aga krem Mocca keruh
keruh )
Temulawak ( 2gr Orange jernih Orange gelap Merah gelap
kuning)
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu
dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada
satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada
saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya,
metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
1. Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta
disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya monoterpena,
seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
2. Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen,
dan oksigen dalam struktur kimianya.) Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin,
flavonoid, dan tanin.
3. Senyawa yang mengandung nitrogen.Contohnya alkaloid dan glukosinolat.
Pada percobaan pereaksi alkaloid identifikasi kandungan zat aktif temulawak, kencur, lada putih,
menunjukan ada hasil positif untuk uji alkaloid, dan ada endapan bewarna putih. Sedangkan
untuk pegagan tidak ditemukan kandungan zat aktif dikarenakan pencampuran NH3 dan CHCL3
tidak menyatu pada saat praktikum kemungkinan kesalahan pada saat mereaksikan larutan, atau
karena bahan terkontaminasi sehingga menyebabkan percobaan terhadap pegagan hasilnya gagal.
Pereaksi fenol pada pemeriksaan terpen saponin dan fenol, Hasil positif di tunjukan warna
merah yaitu pada temulawak, artinya positif fenol.
pemeriksaan saponin dikocok akan membentuk busa, namun pada pemeriksaan saponin dengan
ke empat sampel : pegagan, lada putih, kencur, dan temulawak tidak ada busa yang terbentuk.
Artinya pada percobaan ini sampel negatif saponin.
Untuk pengujian bagian yang tidak larut dalam air ditambahkan CHCl3 tetapi semua sampel
larut dalam air karena itu sampel langsung di tambahkan 3 tetes HCl dan FeCl3 untuk pengujian
fenol. dan yang menghasilkan warna merah adalah sampel temulawak.
Pada percobaan flavonoid yang disertai pemanasan, sampel pegagan pada saat dilakukan
pemanasan dan penambahan metanol 10ml tidak berubah warna dan menghasilkan warna akhir
putih agak jernih. sampel kencur mengalami perubahan warna setelah di panaskan dan di
tambahkan metanol 10ml dari warna bening kekuningan menjadi warna krem keruh dan
menghasilkan warna akhir kuning jernih.
lalu untuk sampel lada putih tidak mengalami perubahan saat pemanasan dan penambahan
metanol 10ml tetapi mengalami perubahan saat penambahan 3 tetes hcl + logam Mg yaitu dari
warna awal bening menghasilkan warna kuning jernih. Dan sampel temulawak merupakan
sampel yang positif karena menghasilkan warna merah gelap di akhir percobaan setelah
ditambahkan 3 tetes HCl + logam Mg.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. identifikasi pendahuluan dilakukan untuk uji kandungan zat aktif pada sampel simplisia.
2. Dari pemeriksaan yang yang di lakukan menunjukan hasil positif pada uji alkaloid yaitu :
temulawak, kencur,lada putih. Dan untuk pegagan menunjukan tidak tercampurnya larutan
atau di katakana pisah dan tidak bisa di katakana hasil positif atau negative terhadap
alkaloid.
3. Pada pemeriksaan flavonoid menunjakan bahwa temulawak menunjukan hasil positif, dan
pegagan,kencur lada putih menunjukan hasil negative tehadap flavonoid.
4. Pada pemeriksaan terpen fenol dan saponin temulawak menunjukan hasil positif terhadap
fenol dan saponin.
5. Adanya hasil negative dari pemeriksaan alkaloid,flavonoid,terepen/steroid,fenol dan
saponin disebabkan oleh kesalahan yang terjadi saat pembuatan simplisia atau pada saat
praktikum yang menyebabkan hilangnya kandungan zat aktif di dalam contoh simplisia.
Saran
Jika masih ada yang kurang dalam laporan ini dimohon untuk diberi masukan agar pada
praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi. Dan Sebaiknya pada proses pembuatan simplisia
benar – benar didampingi oleh dosen pembimbing agar dapat meminimalisir kesalahan..
BAB V
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Temulawak (curcuma
zanthorriza) yg sudah di
Pereaksi buchard &
kencur yg sudah di pereaksi
mayer
Pemanasan kencur
http://zaharapiyu.blogspot.co.id/2011/08/metabolit-sekunder-pada-tumbuhan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder
modul praktikum farmakognosi apt ferry effendi,M.Farm
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PERCOBAAN IV
Disusun oleh :
PENULIS :
FARMASI BOGOR
Daftar Isi
COVER
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan
4.2 Pembahasan
Bab IV Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kata pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Identifikasi Amilum Secara Kimiawi Dan
Mikroskopik.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu guru dosen yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa Laporan Identifikasi Amilum Secara Kimiawi Dan Mikroskopik yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga Laporan Identifikasi Amilum Secara Kimiawi Dan Mikroskopik ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Judul Percobaan
Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang melimpah akan sumber daya
alamnya salah satunya adalah bahan makanan. Kebutuhan manusia akan hidup itu bergantung
Di Indonesia, bahan makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu, dan
kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan atau
bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai
bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan
jamur).
Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida
yaitu amilum. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk
dunia. Disamping bahan pangan kaya akan amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan
butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak
terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan
banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi.
Didalam berbagai produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer
molekul glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa rantai
panjang yang tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan
susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan
bervariasi dalam produk pangan, dimana produk pangan yang memiliki kandungan amilopektin
Penampang amilum pada berbagai tanaman tentu berbeda-beda. Karena itu, pada
praktikum kali ini akan membahas tentang perbedaan jenis amilum pada tumbuhan, seperti
amilum pada kentang (Solanum tuberosum), amilum pada beras (Oryza sativa), amilum pada
lerut (Maranta arudinaceae), amilum pada kacang hijau (Phaseolus radiatus L.), amilum pada
III. Tujuan
Setelah melakuka percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan
macam-macam amilum yang umum digunakan dalam sediaan farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pati tersusun atas polisakarida yang didapat dari butir padi (zea mays Linn.)
maupun gandum (triticum asetivum Linn.) yang merupakan famili Graminae.Ataupun dari umbi
kentang (solanum tuberosum Linn.) famili Solanaceae.Patisecara kimiawi mengandung dua
polisakarida yang berbeda , yaitu amilosa (β-amilosa) dan amilopektin, dengan perbandingan
1:2. Amilum bersifat dapat larutdalam air dan amilopeektin bersifat tidak larut dalam air, tetapi
mengembangdalam air dan bertanggung jawab atas sifat gelatin dari pati tsb. Kita
dapatmengidentifikasi pati secara kimiawi maupun mikroskopi.
Deskripsi :
Rasa : mucilaginous
Kegunaan :
METODE KERJA
Alat
Cara Kerja
TUGAS
1. Gambar hasil pengamatan yang anda peroleh pada kolom yang tersedia. Tunjukkan bagian-
bagian amilum hasil pengamatan anda, dan sebutkan nama amilum yang anda periksa.
2. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing amilum yang anda periksa.
BAB IV
Pati Beras
4.1.3 Pengamatan Simplisia 2
Pati Jagung
Pati Gandum
Pati Singkong
1. Klasifikasi Amylum
a) Amylum oryzae (pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa
L. yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara makroskopik yaitu berupa butir
bersegi banyak , tunggal atau majemuk bentuk bulat telur. Hilus di tengah tidak
terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Jika diamati di bawah cahaya terpolarisasi
tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
Klasifikasi tanaman asal:
Kingdom :Plantae
Subkingdom :TraCheobionta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Poales
Familli :Poaceae
Genus :Oryza
b) Amylum Maydis (pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji Zea mays L.
Yang berupa serbuk sangat halus dan putih.secara mikroskopik yaitu berupa butir
bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat, hilus ditengh berupa rongga nyata atau
celah, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak
bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
Klasifikasi tanaman asal:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliophsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
c) AmylumTriciti (pati gandum) adalah pati yang diperoleh dari biji Triticum
vulgare L. Secara mikroskopik berbentuk butir tunggal besar, dilindung oleh
butiran kecil. Bentuk serupa lensa bundar atau jorong, kadang berbentuk ginjal.
Hillus terletak ditengah tidak jelas bertupa titik atau celah, lamella tidak jelas.
Klasifikasi tanaman asal:
Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili ` : Poaceae
Genus : Triticum
Spesies : Triticumaestivum L.
d) Amylum Manihot (pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar
Manihot utilissima Pohl yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara
mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, butir
besar, hilus ditengah berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak
jelas konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang
tidak sama bentuknya.
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliopsida
Ordo :Euphorbiales
Famili :Eupherbiaceae
Genus :Manihot
Spesies :Manihotesculentacrantz
a) AMYLUM MANIHOT
Nama Lain : Pati singkong
Keluarga : Euphorbiaceae
obat
b) AMYLUM MAYDIS
Nama Lain : Pati jagung, Maizena, Corn
Keluarga : Poaceae
Keluarga : Poaceae
Pemerian : Serbuk sangat halus, warna putih, berasa dan tidak berbau
d) AMYLUM TRITICI
Nama Lain : Pati gandum, pati terigu
Keluarga : Poaceae
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari
Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum
tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal,
membulat atau sferoidal dan mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum
dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing
mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum/Pati Gambar
Pati Jagung
Pati Gandum
Pati Beras
Pati Singkong
Pada praktikum identifikasi ini disediakan 4 macam larutan amilum,yaitu pati jagung
(amilum Zea mays), pati beras (amilum Oryza sativa),Amylum tritici (Pati gandum), dan
pati singkong (amilum Manihot utilissima). Keempat larutan pati tersebut masing-masing
ditimbang 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beaker gelas kecil, lalu ditambahkan air
sebanyak 25 ml. Beri masing-masing larutan pati dengan 3 tetes larutan iodium. Tujuan dari
penambahan larutan iodium adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam
larutan tersebut yang dapat diketahui dengan adanya perubahan warna.
1. Pati jagung, awal serbuk putih berubah menjadi larutan putih larut.
2. Pati gandum, awal serbuk putih kecoklatan (cream) menjadi larutan bening keruh
tidak larut.
3. Pati singkong, awal serbuk putih berubah menjadi larutan putih larut.
4. Pati beras, awal serbuk putih berubah menjadi larutan putih larut.
Amilum/Pati Gambar
Pati Jagung
Pati Gandum
Pati Beras
Pati Singkong
Amilum/Pati Gambar
Pati Jagung
Pati Gandum
Pati Beras
Pati Singkong
Amilum/Pati Gambar
Pati Jagung
Pati Gandum
Pati Beras
Pati Singkong
Warna : Putih
Amylum Manihot
Bau : Tidak Berbau
Warna : Putih
Amylum Maydis
Bau : Tidak Berbau
4.2.3Identifikasi Amilum Secara Mikroskopik
Amilum Oryzae
Amylum Tritici
Bentuk : Tunggal agak bulat
Ukuran : 5µm-10µm
Hilus : hilus ditengah berbentuk titik
Lamella : tidak ada lamella
Gambar :
Amylum Manihot
Amylum Maydis
Identifikasi amilum secara makroskopis bertujuan untuk mengetahui warna dan bau dari
amilum yang akan di uji. Kemudian Identifikasi amilum secara mikroskopis agar kita lebih
mengetahui bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel sehingga
kedepannya akan lebih memudahkan mahasiswa dalam membuat sediaan farmasi. Sedangkan
Identifikasi secara kimiawi bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam
sampel yakni dengan cara uji iodine. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan
berubah warna menjadi biru keunguan sampai hitam.
Sampel di uji secara makroskopis dengan menggunakan indra manusia, di lihat warna
dan bau sampel. Amilum tritici berwarna putih kecoklatan (cream) dan tidak berbau. Amilum
manihot berwarna putih dan tidak berbau. Amilum maydis berwarna putih dan tidak berbau. Dari
semua sampel memiliki ciri-ciri berwarna putih dan tidak berbau sesuai dengan persyaratan mutu
yang baik dari amilum.
Berdasarkan hasil percobaan secara makroskopis, amilum oryzae berwarna putih dan
tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis amilum oryzae adalah butir bersegi banyak tunggal
atau majemuk berbentuk bulat telur, dengan ukuran kira-kira kurang lebih 2-5 mikro meter.
Hilus ditengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella konsentris. Identifikasi amilum secara
mikroskopis, pada amilum oryzae memiliki bentuk pati majemuk sehingga hilus dan lamelanya
tidak terlihat. Secara kimiawi , sampel yang ditetesi iodium menghasilkan warna hitam.
Pada amilum tritici berwarna putih kecoklatan (cream) dan tidak berbau. Sedangkan
secara mikroskopis amilum tritici adalah butir tunggal besar dilindungi oleh butiran kecil. Hilus
terletak di tengah tidak jelas berupa titik atau celah dan lamella tidak jelas. Secara kimiawi,
sampel yang ditetesi iodium menghasilkan warna ungu kecoklatan.
Pada amilum manihot berwarna putih dan tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis
amilum manihot adalah butir tunggal agak bulat atau bersegi banyak butir kecil yang berukuran
kira-kira kurang lebih 5-10 mikro meter. Hilus di tengah berupa titik dan lamella tidak jelas.
Secara kimiawi, sampel yang ditetesi iodium menghasilkan warna hitam.
Pada amilum maydis berwarna putih dan tidak berbau. Sedangkan secara mikroskopis
amilum maydis adalah butir bersegi banyak, bersudut, dengan ukuran kira-kira kurang lebih 2-23
mikro meter. Hilus di tengah berupa rongga yang nyata atau celah dan tidak ada lamella. Secara
kimiawi, sampel yang ditetesi iodium menghasilkan warna hitam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Modul Farmakognosi 1 S1
https://www.academia.edu/6772956/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOGNOSI_IDENTIF
IKASI_AMILUM_SECARA_KIMIAWI_DAN_MIKROSKOPI_
https://pdfcoffee.com/amylum-6-pdf-free.html
https://www.academia.edu/6772956/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOGNOSI_IDENTIF
IKASI_AMILUM_SECARA_KIMIAWI_DAN_MIKROSKOPI_
https://www.farmasiexperience.com/laporan-praktikum-farmakognosi-analisis-kualitatif-
simplisia-pati-amylum/
LAMPIRAN
PERCOBAAN 5
Disusun Oleh :
RetnoShafitri (20012001)
Iwang Ridwan (20012004)
Muhamad Dendra Dwi Sentosa (20012007)
S1 RK – A
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Simplisia nabati merupakan simplisia atau bahan yang berupa tanaman utuh, bisa bagian
tanaman, eksudat tanaman ataupun ketiganya. Eksudat sendiri mempunyai definisi sebagai cairan
yang secara spontan keluar dari tanaman atau secara sengaja dikeluarkan dari selnya. Bagian
bagian tanaman yang digunakan bisa berbentuk daun, akar, batang, kulit batang, biji, buah dan
bunga.
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu, sampai derajat
kehalusan tertentu (Anonim, 1995). Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka
dilakukan analisis ynag meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengujian mikroskopik
termasuk dalam analisis kuantitatif (Anonim, 2007).
METODE KERJA
Alat : Bahan :
1. Mikroskop 1. Aquades
2. Kaca pembesar 2. Larutan Kloralhidrat
3. Kaca preparat 3. Simplisia Daun Katuk
4. Cover glass 4. Simplisia Buah Mengkudu
5. Penggaris 5. Simplisia Temulawak
6. Pembakarspirtus6.Simplisia Kulit Manggis
Mikroskopik
1. Ambil serbuk daun katuk secukupnya lalu ditempatkan di
atas gelas objek
2. Lalu tetesi dengan larutan kloralhidrat beberapa tetes
3. Dihangatkan di atas nyala lampu spirtus ( janagan
sampai mendidih )
4. Tutup dengan gelas penutup
5. Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran lemah,dan bila perlu dilihat denganpembesaran kuat.
Cara Kerja Simplisia :
1. Radix, Rhizoma
Serbuk akar secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambah beberapa tetes larutan
kloralhidrat, dihangatkan diatas nyala lampu spiritus (jangan sampai mendidih ). Tutup
dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah
dan bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
2. Lighnum, Corlex
Serbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambah
beberapa tetes larutan kloralhidrat, dihangatkan diatas nyala lampu spiritus (jangan sampai
mendidih ). Tutup dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran lemah dan bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
3. Folium Herba
Serbuk daun secukupnya ditempatkan diatas gelas objek ditambah beberapa tetes larutan
kloralhidrat, dihangatkan diatas nyala lampu spiritus (jangan sampai mendidih ). Tutup
dengan gelas penutup. Setelah dingin dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah
dan bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
Fragmenpengenaladalahsklereida,endokarpium,
eksokarpium, parenkim dan
mesokarpium.
3.Data Pengamatan Mikroskopik & Makroskopik Daun Katuk
1. Radix, Rhizoma
Bahan yang di pakai : Temulawak
Hasil Pengamatan Temulawak
Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Division (Divisi) : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class (Kelas) : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorriza Roxb
Deskripsi Temulawak :
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya
berwarna kekuning-kuningan. Memiliki daun yang lebar dan pada setiap helainya dihubungkan
dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak mempunyai bunga berbentuk
bergerombol dan berwarna kuning tua (Septiatin, 2008). Tanaman semusim berbatang basah ini
tingginya dapat mencapai lebih dari 2,5 meter. Daunnya berwarna hijau atau cokelat keunguan.
Di atas tulang daun terdapat garis abstrak berwarna kecoklatan. Pada umumnya, setiap batang
mempunyai daun 2-9 helai, panjang daun 31-84 cm, lebar daun 10-18 cm, dan panjang tangkai
daun termasuk helainya sekitar 43-80 cm. bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih
dengan ujung berwarna merah dadu atau merah, panjang sekitar 1,25-2 cm (Haryanto, 2006).
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai anti
inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu). Temu lawak memiliki
efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol,
anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan
nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan
membersihkan darah. Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temulawak juga dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur
makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Di sisi lain,
temulawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan
tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol
yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti (Kartika, 2010).
Rimpang temulawak sudah tidak diragukan lagi manfaatnya untuk memelihara kesehatan
sehari-hari, yaitu mencegah dan mengobati penyakit serta baik untuk masa pemulihan penyakit.
Rimpang temulawak dapat dimanfaatkan dalam bentuk rimpang segar, simplisia atau rimpang
kering, ekstrak, ataupun dalam bentuk instan seperti serbuk instan, tablet, kaplet, dan kapsul
(Haryanto, 2006).
Temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat, sumber karbohidrat, bahan penyedap
makanan dan minuman, serta pewarna alami untuk makanan dan kosmetik (Afifah, 2003).
Temulawak atau dalam Bahasa Inggris disebut java turmeric ini, secara tradisional digunakan
untuk menyembuhkan penyakit perut, hati, konstipasi, pembuluh darah pecah, demam anak-
anak, kulit kasar, disentri dan sebagainya. Dilaporkan curcuma xanthorrhizol juga memiliki
kemampuan antitumor, anti kanker, anti diabetes, hipotriceriakademik, anti inflamantori,
hepatoprotective, anti mikroba, dan anti lemak (Salim, 2009).
Identitas Simplisia Pemerian Berupa irisan rimpang, keping tipis, bentuk bulatatauagak
jorong, ringan, keras, mudah patah, permukaan luar berkerut, warna cokelat kuning
hinggacokelat, bidang irisan melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan
melingkar pada batas antarakorteks dengan silinder pusat, korteks sempit,bekas patahan berdebu;
warna kuning jingga hingga cokelat jingga terang;bau khas aromatik; rasa tajam dan pahit.
2. Lignum, Cortex
Bahan yang di pakai : Kulit Manggis
Hasil Pengamatan Kulit manggis
Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Division (Divisi) : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Class (Kelas) : Magnoliopsida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Malpighiales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia L.
Spesies : Garcinia mangostana L.
Deskripsi Kulit Manggis :
Berupa pohon dengan tinggi 6-20 m. Daun manggis berbentuk oval memanjang,
meruncing pendek , 12-23 X 4,5-10 cm. Di sini hanya dikenal bunga betina, 1-3 pada ujung
ranting, bergaris tengah 5-6 cm. Dua daun kelopak yang terluar berwarna hijau kuning, dua yang
terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat dan tumpul. Daun mahkota berbentuk telur
terbalik, berdaging tebal, berwarna hijau kuning, tepi berwarna merah atau semua berwarna
merah. Staminodia seringkali dalam kelompok. Bakal buah beruang 4-8. kepala putik berjari-jari
4-8.Buah bentuk bola tertekan garis tengah 3,5-7 cm, berwarna ungu tua, dengan kepala putik
duduk, besar dan kelopak tetap. Dinding buah tebal, berdaging, berwarna ungu dengan getah
kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, berwarna putih, dapat dimakan.
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari
buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah
dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai
obat tradisional. Batang ohon dipakai sebagai ahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
Identitas Simplisia Pemerian Berupa potongan padat, agak keras, bentuk seperempat
bola atau setengah bola permukaan luar agak kasar, agak mengilat, permukaan dalam licin,pada
bagian ujung terapat sisa bakal buah,berwarna cokelat dan terdapat sisa sekat buah yang
membagi buah menjadi 4 bagianatau lebih, bekas patahan tidak rata; bagian luar berwarna
cokelat tua, bagian dalam cokelat; tidak berbau; rasa kelat lama-lama pahit.
3. Folium, Herba
Bahan yang di pakai : Daun
Katuk Hasil Pengamatan Daun
Katuk
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynus
Zat berkhasiat utama : protein lemak, kalsium
Penggunaan : memperlancar keluarnya ASI , obat bisul
Pemerian : bau aromatic lemah, rasa tawar
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan salah satu jenis tanaman semak yang tergolong
dalam suku jarak-jarakan (Euphorbiaceae), dengan ketinggian mencapai 2-3 m. Katuk dapat
tumbuh pada ketinggian 0-1500 m diatas permukaan laut.
Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling
pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm
(Anonimb, 2008). Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan tradisionil
yang mempunyai zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat
aktif warna karkas. Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya adalah : saponin, flavonoid,
dan tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen ternyata mampu memperlambat berkurangnya
massa tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat sebagai antikanker,
antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh (Santoso, 2009).
Menurut Santoso, dkk (2008), Daun katuk kaya akan besi, provitamin A dalam bentuk β-
carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya. Daun katuk tua terkandung air
10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat kasar 31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tepung daun katuk mengandung air 12%, abu
8,91%, lemak 26,32%, protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, β-carotene (mg/100 g) 165,05 dan
energi (kal) 134,10. Sedangkan menurut Rahayu dan Lenawati (2005), Kandungan Nutrisi daun
katuk per 100 g mempunyai komposisi protein 4,8 g, lemak 1 g, karbohidrat 11 g, kalsium 204
mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 239 mg, air
81 g. Daun katuk mengandung khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun
muda 41,6 spa d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau.
Identitas Simplisia Pemerian Berupa helaian daun berkerut dan melipat, bentuk helaian
daun bulat telur, bulat telur memanjang sampai jorong, pangkal daunratasampai runcing, tepi
berlekuk ke dalam, ujung meruncing, pertulangan daun menyirip dengan ibu tulang daun pada
permukaan bawah menonjol,; warna helaian daun hijau tua sampai hijau kecokelatan dengan
beberapa bagian terdapat bintik-bintik putih sampai kekuningan; bau khaslemah; tidak berasa.
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman tropis yang telah digunakan
sebagai makanan dan pengobatan herbal.Mengkudu(Morinda citrifolia L.) mulai dikenal secara
luas sejak bangsa Polynesia bermigrasi ke Asia Tenggara 2000 tahun yang lalu.14 Tanaman
mengkudu (Morinda citrifolia L.) diklasifikasikan ke dalam Filum Angiospermae, subfilum
Dycotiledones, divisi Lignosae,famili Rubiaceae, genus Morinda, dan spesies Morinda citrifolia
L.
Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) memiliki ciri umum yaitu pohon dengan
tinggi 4-6 meter. Batang berkelok-kelok, dahan kaku, kulit berwarna coklat keabu-abuan dan
tidak berbulu.Daun tebal berwarna hijau, berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50 x 5-17
cm, tepi daun rata, serat daun menyirip dan tidak berbulu.Akar tanaman mengkudu berwarna
coklat kehitaman dan merupakan akar tunggang. Bunga tanaman mengkudu yang masih kuncup
berwarna hijau, saat mengembang akanberubah menjadi berwarna putih dan harum. Buah
mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5- 10 cm, permukaan terbagi
dalam sel-sel polygonal berbintik-bintik. Buah mengkudu muda berwarna hijau, saat tua warna
akan berubah menjadi kuning. Buah yang matang akan berwarna putih transparan dan lunak.
Aroma buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)seperti keju busuk karena percampuran asam
kaprik dan asam kaproat.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa uji
mikroskopik dilakukan dengan mikroskop yang derajat perbesarannya disesuaikan
dengan keperluan. Pemeriksaan anatomi serbuk dari suatu simplisia memiliki
karakteristik tersendiri, dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia.
Pemeriksaan secara makroskopik maksudnya dengan percobaan organoleptis melalui
bau, rasa, warna, dan juga bentukan secara luar.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum yang telah dilakukan ialah praktikan dapat lebih teliti lagi dalam
preparasi simplisia agar hasil mikroskopik yang didapatkan lebih baik dan sesuai dengan
literatur. Managemen waktu diperlukn agar praktikum ini berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/FARMAS~2/AppData/Local/Temp/LAPORAN%20PRAKTIKUM%20FARMA
KOGNOSI%20analisis%20simplisia%20makroskopik&mikroskopik-1.pdf
https://docplayer.info/60083498-Prinsip-pembuatan-simplisia.html
https://www.scribd.com/doc/126260688/Standar-Analisis-Simplisia
RepublikIndonesia.JakartaTjitrosoepomo,G.,2011.
Gambar 1
Gambar 2