Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS SENYAWA AKTIF YANG TERKANDUNG DALAM


SEDIAAN OBAT

Di Susun Oleh :

TAUFIK HIDAYAT
(2022046)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PELITA MAS
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas individu. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Palu, 19 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan umum ...................................................................................................... 3

2.2 Manfaat ................................................................................................................... 5

2.3 Identifikasi ………………………………….......................................................... 5

BAB III : PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................................................... 7

3.2 Saran ..................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang
digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di
bidang farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian
sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan
semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat
(tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industri farmasi
telah membawa banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah
satunya adalah bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat,
dapat menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan
obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar
tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Sedangkan tablet cetak dibuat dengan
cara menekan massa serbuk lembab tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Penghantaran obat secara oral merupakan rute yang paling umum digunakan
dibandingkan beberapa rute penghantaran lainnya. Pemberian oral juga dapat
digunakan untuk pengobatan sistemik dengan berbagai bentuk sediaan farmasi.
Sediaan oral merupakan rute yang paling banyak digunakan karena memberikan
kemudahan dalam penggunaannya. Namun, kelarutan bahan obat dalam saluran cerna
merupakan suatu karakteristik fisika kimia yang perlu diperhatikan dalam
memformulasi suatu sediaan dengan rute pemberian secara oral karena akan

1
mempengaruhi ketersediaan hayati, sehingga untuk mengatasi keterbatasan tersebut
dilakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan waktu tinggal dari penghantaran
obat pada bagian atas saluran pencernaan (Baru et al., 2012).

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa itu analisis senyawa obat ?
1.2.2 Apa perbedaan senyawa organik dengan anorganik ?
1.2.3 Apa saja sifat-sifat analisis obat ?
1.2.4 Bagaimana langkah-langkah dalam melakukn identifikasi obat ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah metabolisme ini adalah untuk:
1.3.1 Dapat mengetahui analisis senyawa obat
1.3.2 Dapat mengetahui perbedaan senyawa organik dengan anorganik
1.3.3 Dapat mengetahui sifat-sifat analisis obat
1.3.4 Dapat mengetahui langkah-langkah dalam melakukn identifikasi obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan umum


Analisis senyawa obat adalah Identifikasi awal senyawa obat yang telah
terekstraksi yang diperiksa organoleptiknya meliputi bentuk, bau, rasa, dan kelarutan.
Percobaan pendahuluan berupa kelarutan dalam asam dan basa, analisis unsur N, S,
dan halogen, kemudian diperiksa gugus fungsinya.
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
analit yang dituju dalam suatu sampel.
Senyawa organik adalah kelompok senyawa kimia yang mengandung unsur
karbon dan berikatan langsung dengan unsur hidrogen. Senyawa organik sebagian
besar merupakan komponen dalam ilmu biokimia. Sedangkan senyawa anorganik
adalah kelompok atom/senyawa kation dan anion atau senyawa lain yg tidak memiliki
ikatan karbon-hidrogen. Contohnya asam karbonat. Golongan senyawa organik : 1)
Senyawa alifatik, rantai karbon yg dpt diubah gugus fungsinya 2) Hidrokarbon
aromatik, mempunyai paling sedikit satu cincin benzena 3) Senyawa heterosiklik,
terdapat atom nonkarbon dlm struktur cincinnya 4) Polimer, molekul rantai panjang

2.2 Manfaat
Analisis senyawa obat dapat diidentifikasi sebagai penerapan metode-metode
dan prosedur-prosedur kimia. Manfaat dari analisis kualitatif adalah untuk mengetahui
atau memastikan identitas suatu bahan obat dengan mengetahui unsur atau senyawa
dalam contoh tersebut. Dalam analisa kualitatif metode yang sering digunakan antara
lain; metode fisika, metode kimia dan metode fisika kimia.
Metode Fisika meliputi uji organoleptis/pemerian. Dalam cara ini, suatu zat dikenal
berdasarkan sifat-sifat fisiknya dengan panca indra. Pengamatan ini meliputi bentuk,
warna, rasa dan bau.
Selain itu dilakukan pula penetapan fisika. Perlu dilakukan penetapan fisika untuk
mengetahui kemurnian zat, seperti suhu lebur, suhu didih, kelarutan dan pH, bobot
jenis,index bias, rotasi jenis dan kekentalan (viskositas).

3
Analisis secara kualitatif secara kimia dapat dilakukan dengan melakukan reaksi
seperti golongan vitamin, anti histamin, antibiotik dll.

2.3 Identifikasi
A. Identifikasi Unsur/Elemen yang terdapat dalam sampel
Obat → senyawa organik,
→ biasanya memiliki unsur C, H, O, N, S, dan halogen
1. Uji positif untuk unsur karbon (C) :
a. Pada pemanasan/pengarangan → hitam
b. Dengan reaksi Panfield :
Sampel + Pb-kromat → timbul gas
Gas + air barit → keruh

2. Uji “positif’ untuk unsur N, S, P dan Halogen


a. Dengan reaksi Lassaigne-Castellan
Prosedur analisis :
Sampel + pereaksi [Na2CO3 + MgCO3 ― (2:1)] dicampur,
dipanaskan, dan dipijar dalam tabung kapiler. Hasil pemijaran
dimasukkan dalam akuades, digerus, dan disaring.

1) Filtrat + HCl + FeSO4 padat


Jika timbul warna biru berlin → (+) nitrogen
2) Filtrat + Pb-asetat
Jika timbul warna hitam → (+) sulfur
3) Filtrat + HNO3 + AgNO3, dipanaskan
Jika timbul endapan → (+) halogen
4) Filtrat + HNO3 + Ammonium molibdat
Jika timbul endapan kuning → (+) fosfor

B. Penyelidikan Gugus yang terdapat dalam sampel


1. Ikatan rangkap
- Reaksi Bayer (proses oksidasi)
Sampel + akuades + Na2CO3, dan dialirkan KMnO4 melalui dinding
tabung.

4
Jika warna ungu jadi hilang → (+) ikatan rangkap
- Penambahan aqua bromat pada larutan zat dalam akuades (proses adisi)
Jika warna coklat menjadi hilang → (+) ikatan rangkap

2. Inti benzene
Sampel +HNO3 pekat berasap, dengan katalisator H2SO4 pekat, dipanaskan
hati-hati.
Sisa dilarutkan dalam alkohol + HCl dan butiran Zn dengan sedikit
pemanasan (direduksi)
Setelah dingin, + larutan NaNO2 1% + larutan -naftol 1% dalam amonia.
Jika terbentuk cincin warna merah coklat pada perbatasan dua cairan → (+)
inti benzene

3. Gugus hidroksil (-OH)


1) Dengan reaksi Rosenthaler
Sampel + asam sulfanilat ditetesi HCl + NaNO2 + NaOH → merah
Jika sampel berupa alkohol aromatis → warna merah lebih lama, digojog
dengan amil alkohol (eter) warna merah akan masuk
Jika sampel berupa alkohol alifatik → warna merah cepat hilang, digojog
dengan amil alkohol (eter) warna merah tidak masuk

5
2) Dengan reaksi esterifikasi
Sampel + asam (salisilat atau asetat) + H2SO4, dipanaskan, ditambah
akuades → berbau khas
Reaksi :

 Reaksi uji untuk berbagai jenis alkohol alifatis


- Alkohol primer
Sampel + beberapa tetes KMnO4 1% + beberapa tetes H2SO4 4N, dan
ditetesi pereaksi Schiff → ungu
- Alkohol sekunder
Sampel + aqua bromata, dipanaskan di atas water bath hingga warna Br
(kelebihan) hilang. Kemudian + Na-nitroprusid + NH4Cl + NH4OH →
ungu hingga biru
- Alkohol tersier
Pereaksi Deniges dipanaskan dalam tabung reaksi, kemudian + sampel.
Setelah didinginkan, jika larutan berwarna abu-abu → (+) ….. (reaksi
Legal Lothera)
- Alkohol polivalen
Sampel + NaOH/KOH, kemudian ditetesi larutan CuSO4 sangat encer
→ ungu/biru ….. (reaksi Cupriphyl)

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan makalah di atas dapat di simpulkan bahwa :

1. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa sekunder yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada
satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi
hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
2. Manfaat metabolisme sekunder adalah sebagian besar tanaman penghasil senyawa
metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri
dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya.
3. Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan
hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat). Contohnya
monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin
benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya). Contohnya asam
fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

3.2 Saran

7
Saran dari saya jika ingin melakukan penelitian terhadap senyawa metabolit sekunder
perlu di ingat bahwa tidak semua hewan maupun tumbuhan memiliki senyawa yang
sama bahkan ada yang hanya punya satu senyawa dalam satu spesies.

DAFTAR PUSTAKA

Heinrich, Michael, dkk, 2005, Farmakognosi dan Fitoterapi, Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Jakarta: Penebar Swadaya.

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, edisi keenam, 71-72
Penerbit ITB, Bandung

Sudjadi, 2010, Kimia Farmasi Analisis, 91, 122, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai