Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA

ANALISIS FARMASI SEDIAAN CAIR DAN


SEMI PADAT

Melakukan Analisis Terhadap Kandungan Senyawa Kimia Pada Sampel


Suppositoria

Dosen Pengampu :
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt.
NIP. 198604182009122009

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK / KELAS : 4 / A2
ANGGOTA : Sally Isaura (I1021221008)
Fuji Rahayu Suryaningsih (I1021221035)
Nurwahid (I1021221044)
Ramadhan (I1021221053)
Natazya Yosephani Elsye Lestari (I1021221068)
Cinta Aura Princesa (I1021221080)
Afiqah Inggrid Sawitri (I1021221083)
Wulan Apsanita (I1021221086)
Ikhwanul Kirom (I1021221089)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Analisis Farmasi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai
penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pontianak, 10 September 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

I.2 Tujuan ............................................................................................................ 2

I.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

I.4 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

II.1 Supositoria .................................................................................................... 4

II.2 Komposisi Supositoria ................................................................................. 4

II.2.1 Basis Supositoria ................................................................................... 5

II.2.2 Zat Aktif ................................................................................................ 6

II.3 Metode Ekstraksi .......................................................................................... 7

II.3.1 Macam-macam Metode Ekstraksi ......................................................... 7

II.3.1 Ekstraksi Sampel Supositoria Parasetamol ........................................... 8

BAB III METODE .................................................................................................. 9

III.1 Definisi Masalah ......................................................................................... 9

III.2 Teknik Dan Metode Analisis ...................................................................... 9

III.3 Pengambilan Sampel ................................................................................. 10

III.4 Pra-Perlakuan Sampel (14) ....................................................................... 10

III.5 Pengukuran Analit ..................................................................................... 11

III.5.1 Pembuatan Larutan induk paracetamol konsentrasi 100 ppm............ 11

III.5.2 Pembuatan Larutan Serial Baku (18) ................................................. 12

III.5.3 Pembuatan Kurva Baku ..................................................................... 12

ii
III.6 Perhitungan ............................................................................................... 12

III.6.1 Pembuatan Larutan Baku ................................................................... 12

III.6.2 Perhitungan Akhir Kadar ................................................................... 13

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 14

IV.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 14

IV.2 SARAN ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan zaman, bentuk dan sediaan obat pun berbeda-
beda, ada yang berbentuk tablet, bubuk, kapsul, sirup, dan supositoria. Bentuk
sediaan yang berbeda didasarkan pada kebutuhan konsumen atau pasien.
Bentuk dan dosis obat juga dapat diberikan dengan cara berbeda dan mempunyai
efek berbeda. Supositoria adalah sediaan padat dengan bobot dan jenis berbeda
yang dimasukkan melalui rektum, vagina atau uretra. Penggunaan supositoria
diindikasikan untuk pasien dengan kesulitan menelan, gangguan saluran cerna
dan tidak sadarkan diri. Supositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, telur dan
uretra. Bentuk supositoria dapat ditentukan berdasarkan bahan dasar yang
digunakan. Basis supositoria berperan penting dalam pelepasan obat di
dalamnya (1).

Paracetamol adalah obat yang digunakan untuk meredakan atau


menghilangkan rasa sakit dan menurunkan demam (2). Penggunaan parasetamol
dalam bentuk supositoria sebenarnya hanya ditujukan untuk situasi tertentu
dimana pasien tidak sadarkan diri, tidak berdaya, atau sering muntah.
Penggunaan parasetamol secara suppositoria dianjurkan bila metode lain tidak
dapat digunakan. Namun parasetamol yang diberikan melalui penyerapan
langsung mencapai sistem saraf pusat lebih lambat dan memiliki sifat antipiretik
(penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri) dibandingkan pemberian oral (3).

Penting bagi sediaan obat untuk mempertahankan khasiat dan


karakteristiknya selama pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan. Stabilitas
sediaan merupakan salah satu kriteria kualitas sediaan yang paling penting,
karena mempengaruhi efisiensi, keamanan dan kualitas sediaan ketika
digunakan di masyarakat. Supositoria parasetamol banyak digunakan di
masyarakat, dimana bentuk ini dipilih karena dapat mencegah iritasi lambung
dan baik untuk pasien yang mudah muntah dan tidak sadarkan diri (4).

1
Ekstraksi adalah pemisahan atau pengambilan salah satu komponen suatu
zat padat atau cair dengan suatu pelarut berdasarkan perbedaan kelarutan pelarut
dan larutannya. Analisis kandungan senyawa kimia membantu kita menganalisis
konsentrasi kimia obat dalam formula. Selain itu, kita juga dapat
mendeskripsikan dan mengukur konsentrasi analit dalam sampel, memastikan
bahwa produk tersebut memiliki komposisi yang sesuai dan memenuhi standar
kualitas yang ditentukan. Hal ini penting untuk memastikan produk berfungsi
dengan baik dan aman digunakan. Produk kimia, farmasi, makanan dan
kosmetik dapat berubah selama penyimpanan dan pengangkutan. Analisis
komposisi kimia membantu memantau stabilitas produk dan menentukan umur
simpan yang tepat (5). Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan kita sehingga mampu melakukan
metode analisis kandungan senyawa kimia pada suatu sediaan.

I.2 Tujuan

1. Mampu melakukan studi literatur terkait sampel sediaan semi padat.


2. Mampu menganalisis metode ekstraksi yang telah dilakukan untuk
memperoleh analit pada sampel
3. Dapat mengetahui proses perhitungan
4. Mampu menyimpulkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

I.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara melakukan studi literatur terkait sampel sediaan semi padat.

2. Bagaimana cara menganalisis metode ekstraksi untuk memperoleh analit


pada sampel

3. Bagaimana cara melakukan proses perhitungan

4. Bagaimana kesimpulan hasil pengukuran yang telah dilakukan

I.4 Manfaat
1. Dapat melakukan studi literatur terkait sampel sediaan semi padat.

2
2. Dapat menganalisis metode ekstraksi untuk memperoleh analit pada suatu
sampel
3. Dapat melakukan proses perhitungan
4. Dapat menyimpulkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Supositoria
Supositoria merupakan bentuk sediaan padat di mana satu atau lebih zat
aktif terdistribusi dalam suatu basis yang tepat dan memiliki bentuk yang cocok
untuk dimasukkan melalui rektal, sehingga menghasilkan efek baik secara
lokal maupun sistemik (6,7). Supositoria rektal beratnya sekitar 2 gram untuk
orang dewasa dan biasanya berbentuk lonjong seperti torpedo. Suppositoria
untuk anak-anak beratnya sekitar 1 gram dan lebih kecil ukurannya.
Suppositoria vaginal beratnya sekitar 3-50 gram dan berbentuk bulat atau
ovoid. Suppositoria uretra berbentuk pensil dengan ujung yang meruncing,
suppositoria uretra yang digunakan oleh pria beratnya sekitar 4 gram dan
panjangnya 60-75 mm (7).

II.2 Komposisi Supositoria


Suppositoria umumnya terdiri dar zat aktif dan basis sebagai media
pendispersinya. Basis suppositoria umumnya terdiri dari basis berlemak dan
basis larut air. Bagi obat-obatan yang dapat larut dalam dasar supositoria,
proses pelepasan obat terjadi ketika supositoria tersebut larut atau meleleh di
permukaan mukosa di mana molekul obat kemudian menyebar keluar. Namun,
bagi obat-obatan yang tidak dapat larut dalam dasar supositoria, sifat kelarutan
yang berlawanan mendorong obat untuk keluar dari bentuk dosis dan kemudian
mulai larut dalam cairan fisiologis. Dengan kata lain, obat-obatan yang dapat
larut akan dilepaskan ketika supositoria meleleh, sedangkan obat-obatan yang
tidak dapat larut akan keluar dari supositoria dan kemudian larut dalam cairan
tubuh (8). Oleh karena sifat pelepasan tersebut dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam pemilihan basis yang tepat sesuai target pelepasan zat
aktif.

4
II.2.1 Basis Supositoria
II.2.1.1 Basis Berlemak (Oleum cacao)
Merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat,
asam palmitat; berwarna putih kekuningan; padat, berbau
khas seperti coklat, dan meleleh pada suhu 31°-34°C. Larut
dalam ester kosmetik dan minyak tetap; Tidak larut dalam air
(9). Bersifat polimorf, terdiri dari(10):

• Bentuk α (alfa) : terjadi bila lelehan oleum cacao


didinginkan segera pada suho 0°C. Memiliki titik
lebur 24°C (literatur lain menyebutkan 22°C)
• Bentuk β (beta) : terjadi bila lelehkan oleum cacao
diaduk pada suhu 18°-23°C. Memiliki titik lebur 28°-
31°C.
• Bentuk β stabil : didinginkan perlahan pada suhu
kamar. Memiliki titik lebur 34°-35°C.
• Bentuk γ (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan
oleum cacao yang sudah dingin (20°C). Memiliki
titik lebur 18°C.
Oleum cacao sukar bercampur dengan ekstrak dan
mempunyai viskositas yang rendah dimana terjadinya

5
sedimentasi partikel yang tersuspensi dalam proses
pembuatan dan pencetakan (11).

II.2.1.2 Basis larut air (PEG)

Supositoria memiliki titik lebur antara 35°-63°C, tidak


meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi
tubuh. Formula yang umum digunakan terdiri dari basis yang
tidak berair, seperti PEG 4000 sebanyak 4% (25%) dan PEG
1000 sebanyak 96% (75%), atau basis yang berair, seperti
PEG 1540 sebanyak 30% dan PEG 6000 sebanyak 50% (10).
Basis ini larut dalam air, dalam etanol,dalam aseton, dalam
glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak
larut dalam eter dan dalamhidrokarbon alifatik.

II.2.2 Zat Aktif


Suppositoria dapat digunakan untuk target pelepasan lokal
maupun sistemik. Parasetamol merupakan analgesik dan antipiretik
yang bekerja melalui sirkulasi sistemik tubuh (12). Studi ini akan
menganalisa produk supositoria yang mengandung parasetamol
sebagai zat aktif.

6
Parasetamol larut dalam air mendidih dan juga dalam natrium
hidroksida 1 N. Selain itu, parasetamol juga mudah larut dalam
etanol. Parasetamol berbentuk serbuk hablur putih yang tidak
memiliki bau tertentu. Rasa parasetamol sedikit pahit. Kandungan
parasetamol dalam produk tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 102,0% dari C8H9NO2, dihitung terhadap zat kering.
Parasetamol memiliki berat molekul sebesar 151,16 (13). Basis
supositoria yang umum digunakan untuk parasetamol adalah lemak
coklat (14).

II.3 Metode Ekstraksi


II.3.1 Macam-macam Metode Ekstraksi
II.3.1.1 Metode Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode di mana suatu larutan
(umumnya dalam air) dihubungkan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik) yang secara prinsipnya tidak bercampur
dengan larutan pertama. Ini mengakibatkan zat terlarut atau
lebih (solut) dari larutan pertama berpindah ke dalam pelarut
kedua. Metode ini bersifat sederhana, bersih, cepat, dan mudah.
Pada banyak kasus, proses pemisahan dapat dilakukan dengan
mengocok kedua larutan dalam corong pemisah selama
beberapa menit. Teknik ini dapat digunakan baik untuk zat-zat
dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah yang lebih besar (15).

II.3.1.1 Metode Ekstraksi Padat-Cair


Ekstraksi padat-cair adalah proses transfer komponen
terlarut dari materi padatan yang tidak dapat larut ke dalam
pelarutnya melalui difusi. Ini merupakan suatu proses fisik
karena komponen yang terlarut dapat dikembalikan ke kondisi
semula tanpa mengalami perubahan kimia. Proses ini sering
digunakan dalam pemisahan minyak dari bahan alam (16).

Dua tahap utama dalam proses ekstraksi padat-cair adalah


interaksi antara padatan dan pelarut serta pemisahan larutan dari

7
padatan yang tidak larut. Pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi harus memenuhi syarat utama, yaitu mampu
melarutkan solut yang terdapat dalam padatan yang tidak larut.
Mekanisme yang terjadi selama proses ekstraksi padat-cair
adalah ketika pelarut mencampur dengan padatan yang tidak
larut, sehingga permukaan padatan dilapisi oleh pelarut.
Selanjutnya, terjadi difusi massa pelarut pada permukaan
padatan yang tidak larut menuju ke dalam pori-pori padatan
tersebut. Laju difusi ini cenderung lambat karena pelarut harus
menembus dinding sel padatan. Solut yang terlarut dalam
padatan akan larut dalam pelarut. Campuran solut dalam pelarut
akan berdifusi keluar dari permukaan padatan yang tidak larut
dan bercampur dengan sisa pelarut (17).

II.3.1.1 Metode Ekstraksi Padat-Padat


Ekstraksi fase padat adalah metode dimana sampel analit
melewati sebuah kolom yang mengandung adsorben fase padat,
dan kemudian dilarutkan menggunakan pelarut khusus.
Pemilihan jenis adsorben yang digunakan disesuaikan dengan
jenis analit yang akan diisolasi, dan pelarut yang dipilih harus
memiliki kemampuan untuk memecahkan ikatan antara analit
dan adsorben, sehingga analit dapat terelusi dari kolom,
sementara senyawa-senyawa pengganggu tetap tertahan pada
adsorben.

II.3.1 Ekstraksi Sampel Supositoria Parasetamol


Ekstraksi supositoria parasetamol dilakukan dengan menggunakan
n-heksan dan air. n-heksan berfungsi untuk memisahkan basis berlemak
supositoria sedangkan air akan menjadi media terlarut parasetamol
sehingga analit dapat terpisah dari basisnya. Preparasi dilakukan dengan
melelehkan supositoria terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam
corong pisah untuk dilakukan pemisahan (14).

8
BAB III
METODE

III.1 Definisi Masalah


Studi ini akan menganalisis kandungan parasetamol dalam suppositoria
merek “pamol” yang ada beredar di Pontianak Selatan. Adapun alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah:

Alat Jumlah
Spektrofotometri UV-Vis 1
Labu Ukur 10 ml 1
Labu Ukur 200 ml 1
Cawan Penguap 2
Batang Pengaduk 1
Penangas air 1
Neraca Analitik 1
Corong Pisah 30 ml 1
Bahan
Baku PCT 25 mg
Air secukupnya
n-heksan secukupnya
methanol secukupnya
Suppositoria parasetamol “pamol” 5

III.2 Teknik Dan Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif
menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis. Dalam menentukan
panjang gelombang maksimum parasetamol, dilakukan pengukuran
absorbansi pada larutan standar parasetamol dalam rentang panjang
gelombang 200-300 nm (18).

9
III.3 Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah dengan metode random sampling.
Populasi dalam hal ini adalah semua supositoria merek "Pamol" yang ada di
pasaran. Sampel dibeli di salah satu apotek di bagian Selatan kota Pontianak.
Sampel yang akan digunakan adalah 5 buah supositoria yang dibeli di tempat
yang sama.

III.4 Pra-Perlakuan Sampel (14)

1. Persiapan:
o Siapkan cawan penguap dan batang pengaduk.
o Masukkan 5 supositoria ke dalam cawan penguap.
2. Pemanasan dan Pencampuran:
o Panaskan cawan penguap dengan supositoria di atas penangas air
perlahan-lahan.
o Sambil memanaskan, aduk supositoria dengan batang pengaduk
hingga meleleh sempurna.
3. Pendinginan dan Penimbangan:
o Setelah supositoria meleleh sempurna, dinginkan sambil terus
diaduk.
o Timbang supositoria yang sudah meleleh hingga berat setara
dengan kurang lebih 100 mg parasetamol.

10
4. Ekstraksi dengan n-Heksana:
o Masukkan supositoria yang sudah ditimbang ke dalam corong
pisah yang sesuai.
o Tambahkan 30 mL n-heksana (P) ke dalam corong pisah.
o Kocok hingga larut.
o Tambahkan 30 mL air, kocok perlahan, dan biarkan terjadi
pemisahan lapisan (jika perlu, tunggu hingga lapisan terpisah).
5. Pengumpulan Ekstrak:
o Setelah dua lapisan terpisah terbentuk, keluarkan lapisan bagian
bawah (n-heksana) ke dalam labu ukur 200 mL.
o Lapisan bagian atas (n-heksana) yang tersisa dalam corong pisah
diekstraksi sebanyak 3 kali dengan 30 mL air tiap ekstraksinya.
o Kumpulkan lapisan bagian bawah hasil ekstraksi ke dalam labu
ukur 200 mL yang sama dengan sebelumnya.
6. Pencampuran dan Penentuan Kadar:
o Campurkan ekstrak dalam labu ukur dengan air hingga tanda batas.
o Dengan langkah-langkah berikutnya dalam analisis, diperoleh
kadar larutan sebesar 0,5 mg per mL.

III.5 Pengukuran Analit


III.5.1 Pembuatan Larutan induk paracetamol konsentrasi 100 ppm
1. Digerus 25 mg paracetamol hingga menjadi serbuk
2. Dilarutkan serbuk paracetamol dengan 37,5 mL metanol
3. Diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit kemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL.
4. Diencerkan larutan menggunakan akuades hingga volume 1/3 di bawah
tanda batas.
5. Dibersihkan labu ukur terlebih dahulu agar tidak terjadi penambahan
volume, kemudian dihomogenkan kembali larutan.

11
III.5.2 Pembuatan Larutan Serial Baku (18)
Larutan deret standar dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12 ppm
dibuat dari larutan baku parasetamol 100 ppm yang dilarutkan dalam
10 mL metanol : akuades (1,5 : 8,5).

III.5.3 Pembuatan Kurva Baku


Larutan baku dengan seri konsentrasi 4, 6, 8, 10, 12 ppm
dimasukkan secara bergilir ke dalam kuvet kemudian dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum sampai diperoleh
absorbansi yang relatif konstan. Dari data hasil absorbansi,
selanjutnya dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh
persamaan garis y = bx + a. Bila hukum Lambert Beer terpenuhi maka
kurva kalibrasi berupa garis lurus. Persamaan ini akan menghasilkan
koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi yang persyaratan adalah
lebih memenuhi dari 0,9770 (19).

III.6 Perhitungan
III.6.1 Pembuatan Larutan Baku
Konsentrasi 4 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
4 x 10 = 100 x V2
V2 = 40 : 100 = 0,4 ml

Konsentrasi 6 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
6 x 10 = 100 x V2
V2 = 60 : 100 = 0,6 ml

Konsentrasi 8 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
8 x 10 = 100 x V2
V2 = 80 : 100 = 0,8 ml

Konsentrasi 10 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
10 x 10 = 100 x V2
V2 = 100 : 100 = 1 ml

Konsentrasi 12 ppm
M1 x V1 = M2 x V2

12
12 x 10 = 100 x V2
V2 = 120 : 100 = 1,2 ml

III.6.2 Perhitungan Akhir Kadar


Untuk mengetahui kadar parasetamol dalam sampel dicari
terlebih dahulu nilai x pada persamaan regresi linier dengan
memplotkan nilai absorbansi sampel yang diteliti pada regresi linier
kurva baku. Selanjutnya, untuk mengetahui berat parasetamol dalam
sampel maka nilai x tersebut dimasukkan kedalam rumus:

berat analit = 𝑋 × 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝐿) × 𝐹𝑃

Kemudian, dalam menghitung %b/b dalam sampel digunakan rumus:

13
BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari isi makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Supositoria adalah sediaan obat padat yang mengandung satu atau lebih zat
aktif di dalam suatu bahan yang disebut basis dan digunakan melalui rute
rektal untuk menghasilkan efek lokal ataupun sistemik. Supositoria yang
digunakan sebagai sampel dalam makalah ini yaitu supositoria paracetamol
merk “Pamol”.
2. Metode ekstraksi yang digunakan untuk memisahkan senyawa parasetamol
dari basis atau komposisi supositoria lainnya adalah ekstraksi cair-cair
dimana senyawa dipisahkan menggunakan dua pelarut yaitu n-heksan dan
air di dalam corong pisah.
3. Perhitungan diperlukan dalam beberapa tahap seperti pada pembuatan
larutan serial baku dimana dibutuhkan pengenceran larutan induk serta pada
perhitungan kadar parasetamol yang dilakukan setelah dianalisis
menggunakan spektrofometri UV-Vis.
4. Hasil pengukuran dari sampel supositoria tidak dapat diketahui secara pasti
dikarenakan perhitungan kadar parasetamol memerlukan data-data
percobaan seperti kurva baku dan nilai absorbansi dari instrument
spektrofometri UV-Vis.

IV.2 SARAN
Adapun beberapa saran yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Diperlukan adanya analisis lebih lanjut agar komposisi di dalam supositoria


diketahui secara pasti sehingga proses ekstraksi dan penetapan
kadar lebih maksimal.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmin R. Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria Dengan Bahan


Dasar Gelatin Tulang Ikan Bandeng (Chanos Chanos). Jurnal Kesehatan
Yamasi Makassar. 2020;4(2).

2. Trisyanti V, Fajar My, Sukarsih I. Model Matematika Konsentrasi


Parasetamol Dalam Plasma Pada Pemberian Oral Dosis Tunggal Dan Dosis
Ganda. Inprosiding Si Manis (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan
Nilai-Nilai Islami) 2020 Feb 13 (Vol. 3, No. 1, Pp. 198-205).

3. Sholihah Sh. Efektivitas Pemberian Parasetamol Oral Versus Parasetamol


Rektal Untuk Antipiretik Pada Anak: Systematic Review. Jurnal Ilmu
Farmasi Dan Farmasi Klinik. 2020 Jun 1;17(01):22-9.

4. Sugiharta S, Ningsih W. Evaluasi Stabilitas Sifat Fisika Kimia Sediaan Krim


Ketoconazole Dengan Metode Stabilitas Penyimpanan Jangka Panjang.
Majalah Farmasetika. 2021 Dec 30;6:162.

5. Setiawan Ma, Nugroho Ek, Lestario Ln. Ekstraksi Betasianin Dari Kulit
Umbi Bit (Beta Vulgaris) Sebagai Pewarna Alami. Agric. 2015;27(1):38-43.

6. Trianggani D, Permatasari D, Danimayostu A. Formulasi Dan Evaluasi


Sistem Dispersi Padat Ibuprofen Dengan Polimer Dekstrosa Dalam Sediaan
Suppositoria. Pharmaceutical Journal Of Indonesia. 2017 Jul 1;2:51–6.

7. Iwobi S. Suppository Solid Provision Technology. International Journal


Papier Advance And Scientific Review. 2020 Aug 30;1:30–5.

8. Hua S. Physiological And Pharmaceutical Considerations For Rectal Drug


Formulations. Vol. 10, Frontiers In Pharmacology. Frontiers Media S.A.;
2019.

9. The Ministry Of Health, Labour And Welfare. The Japanese Pharmacopoeia


Eighteenth Edition. Japan: The Ministry Of Health, Labour And Welfare;
2021

15
10. Ansel ’S Pharmaceutical Dosage Forms And Drug Delivery Systems,
9th Edition. Journal Of Pharmacy Technology [Internet]. 2010 May
1;26(3):167–8. Https://Doi.Org/10.1177/875512251002600315

11. Nurshazidah S, Adi Prasetya F, Salma Putri Utami D, Ayu Putri Andini D,
Desfina Wijaya G, Alfarizzy A, Et Al. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Obat
Suppositoria Base Oleum Cacao: Literature Review Article. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, Juni. 2023(12):480–9.

12. Hidayati H, Kustriyani A. Paracetamol, Migraine, And Medication Overuse


Headache (Moh). Jphv (Journal Of Pain, Vertigo And Headache). 2020 Sep
1;1:42–7.

13. Kemenkes Ri. Farmakope Indonesia Edisi Vi. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republikasi Indonesia; 2020.

14. Kemenkes Ri. Suplemen I Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia; 2022.

15. Prihatiningsih M, Hidayat R, Setiawan D. Pemisahan Renium-188 Dari


Sasaran Wolfram-188 Dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut
Metil Etil Keton. Jurnal Forum Nuklir. 2017 Jun 7;10:1.

16. Kombinasi R, Refluks A, Distilasi D, Efisiensi U, Refluks P, Kimia P, Et Al.


Indonesian Journal Of Laboratory. Vol. 2, Journal Of Laboratory. Online;
2019.

17. Aji A, Bahri S, Tantalia T. Pengaruh Waktu Ekstraksi Dan Konsentrasi Hcl
Untuk Pembuatan Pektin Dari Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima). Jurnal
Teknologi Kimia Unimal. 2018 Mar 23;6:33.

18. Sari A, Kuntari K. Penentuan Kafein Dan Parasetamol Dalam Sediaan Obat
Secara Simultan Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis. Ijca (Indonesian
Journal Of Chemical Analysis). 2019 Mar 1;2.

19. Tulandi G, Sudewi S, Lolo W, Farmasi P. Validasi Metode Analisis Untuk


Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sediaan Tablet Secara
Spektrofotometri Ultraviolet. 2015 Jan 1;

16

Anda mungkin juga menyukai