Anda di halaman 1dari 42

KEBIJAKAN PENGADAAN RUANG LAKTASI

DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

SANNI KRISDAWATI

NIM : PO 1031219200

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PROGRAM


STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA AHLI
JENJANG POLTEKES KEMENKES

MEDAN TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa atas atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul ”KEBIJAKAN PENGADAAN
RUANG LAKTASI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF” tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih
dengan segala hormat dan kerendahan hati kepada:

1. Bapak Dr. Oslida Martony, SKM, M. Kes selaku Ketua Jurusan


Gizi Poltekes Kemenkes Medan

2. Ibu Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM selaku Ketua Prodi

3. Bapak Dr. Haripin Sinaga, MCN selakuk dosen pembimbing

4. Keluarga,saudara dan teman satu bimbingan yang memberikan


doa dan semangat selama penyusunan proposal

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak


kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang bersifatnya
membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Medan, Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................ii

DAFTAR TABEL............................................................................iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................3

1.3. Tujuan Penelitian ..............................................................3

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Literature Review...............................................................4

2.2. Pengertian ASI Eksklusif....................................................8

2.3. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif......10

2.4. Fasilitas pendukung program ASI Eksklusif......................15

2.5.Kebijakan pemerintah terkait pemberian ASI Eksklusif......17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Strategi Penentuan Judul Penelitian…………………........21

3.2. Strategi Pencarian Literature.............................................23

3.3. Kriteria Inklusi dan ekslusi.................................................24

3.4. Hasil pencarian dan Seleksi Kualitas Artikel.....................25

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....29

LAMPIRAN……………………………………………………...……....31

3
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ringkasan Lima Artikel……………………………………22

Tabel 2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi………………………………24

4
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tabel PRISMA……………………………………..27

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya meningkatkan kesuksesan program ASI eksklusif
masih diperlukan karena praktek pemberian ASI eksklusif
belum dilaksanakan sepenuhnya. WHO merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan,
namun hanya 43% bayi 0–6 bulan yang diberikan ASI eksklusif
(WHO, 2016).
Menurut laporan UNICEF (United Nation Children Fund)
tahun 2011 dalam World Breastfeeding Week (2012), sebanyak
136.700.000 bayi dilahirkan di seluruh dunia dan hanya 32,6%
yang mendapat ASI eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan
pertama. Hal tersebut menggambarkan cakupan pemberian ASI
eksklusif di bawah 80% dan masih sedikitnya ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada bayi
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, persentase
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia tahun
2014 sebesar 52,3%. Pada tahun 2015 cakupan pemberian ASI
eksklusif mengalami kenaikan menjadi 55,7%, namun pada
tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 54,0% (Kemenkes
RI, 2017).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI di
Indonesia adalah kurangnya pengetahuan ibu dan masyarakat
akan pentingnya ASI. Gencarnya promosi susu formula dan
kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang
mempekerjakan perempuan dan belum ada tempat menyusui di
tempat kerja (Depkes RI, 2011).

6
Ibu tidak dapat memberikan ASI ekslusif dengan alasan
pada umumnya perkantoran tempat ibu bekerja tidak
menyediakan tempat untuk menyusui dan tidak menyediakan
tempat untuk memompa ASI yang layak dan memenuhi standar
kesehatan, sehingga tidak jarang para ibu ini memerah ASInya
di dalam toilet yang dikhawatirkan akan banyak tercemar oleh
kuman-kuman yang bertebaran di toilet sehingga tidak dapat
menyimpan ASI tersebut dalam botol untuk diberikan kepada
bayi (Siregar, 2004).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
lebih beresiko tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang tidak bekerja, dimana ibu yang tidak bekerja lebih
berpeluang untuk dapat memberikan ASI eksklusif sebesar
16,4 kali dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Yuliandarin,
2009).
Untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia,
pemerintah telah membuat kebijakan terkait pemberian ASI
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI eksklusif yang mewajibkan pemerintah pusat,
daerah, pengurus tempat kerja untuk mendukung ibu menyusui
agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai
bayi berusia 6 bulan. (Kemenkes, 2010)
Ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif dengan
cara memerah ASI (ASI perah). ASI perah ini dapat diberikan
kepada bayi ketika ibu sedang bekerja, sementara ditempat
kerja ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya untuk
diberikan kepada bayi saat ibu tidak bersama bayi. (Kemenkes
RI. 2015)
Pojok laktasi atau ruang ASI dapat merupakan ruang
tersendiri atau bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang
ada di tempat kerja. Pojok laktasi atau ruang ASI harus
memenuhi persyaratan kesehatan. (Pemerintah RI, 2012)

7
Literatur review yang dilakukan merupakan sesuatu yang
baru atau memperbaharui yang sudah ada. Bagian yang
ditambahkan yaitu untuk mengetahui implementasi kebijakan
penyediaan ruang laktasi berjalan atau tidak, sesuai dengan
PERGUB dan PERDA yang sudah ada di propinsi dan
kabupaten yang ada di Indonesia sebagai wujud dukungan
dalam memberikan ASI Eksklusif. Dimana hasil literature review
sebelumnya berupa implementasi kebijakan penyediaan ruang
laktasi sudah berjalan atau tidak berdasarkan PERGUB atau
PERDA daerah yang dijadikan penelitian.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah pengadaan ruang laktasi sudah efektif ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kebijakan pengadaan ruang laktasi
dalam pemberian ASI Eksklusif.

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1. Untuk menganalisis kebijakan tentang ruang
laktasi dalam pemberian ASI Eksklusif.
1.3.2.2. Untuk mengetahui efektif peraturan terhadap
ruang laktasi dalam pemberian ASI eksklusif.

1.4. Manfaat Penelitian


Untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti
dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan di Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Medan

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Literature Review


Literature review merupakan suatu kajian ilmiah yang
berpokus pada satu topik tertentu. Memungkinkan peneliti
untuk melakukan identifikasi, mengembangkan suatu teori atau
metode, mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara suatu
teori dengan relevansi dilapangan terhadap suatu hasil
penelitian (Rowley & Slack, 2004: Bettany-Saltikov, 2012).

Defenisi

Literature review adalah analisis terintegritas (bukan


hanya ringkasan) tulisan ilmiah yang terkait langsung dengan
pertanyaan peneliti, artinya menunjukkan korespondensi antara
tulisan-tulisan dan pertanyaan peneliti yang dirumuskan.

Literature review adalah uraian tentang teori, temuan dan


artikel penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk
dijadikan landasan kegiatan peneliti.

Tujuan Literature review adalah:


 Memperdalam hasil pengetahuan tentang bidang yang
diteliti (Buku Textbook)
 Mengetahui hasil penelitian yang berhubungan dan yang
sudah pernah dilaksanakan (related research) (Paper)
 Mengetahui perkembangan ilmu pada bidang yagn kita pilih
(state-of-the-art research) (Paper)
 Memperjelas masalah penelitian (research problem)
(Paper)
 Mengetahui metode-metode terkini yang diusulkan para
peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitian (state-of-
the-art research) (Paper)

9
Tahapan untuk melakukan penyusunan suatu literatur review
yaitu:
1. Menemukan literature yang relevan
Sebelum melakukan pencarian literature baik berupa buku
maupun artikel penelitian, harus menentukan topik yang
jelas yang akan digunakan dalam penulisan literature
review. Untuk mendapatkan suatu referensi (artikel
ilmiah/buku) yang sesuai, diawali dengan membuat
beberapa daftar keyword yang akan digunakan untuk
pencarian data.
Beberapa sumber yang dapat diakses untuk mendapatkan
materi yang relevan dengan topik penelitian diantaranya
adalah:
a. Katalog perpustakaan
b. Google scholar. SINTA, DOAJ
c. EBSCO, CINAHL, PubMed
d. Mendeley
Artikel yang memiliki kualitas baik, ditandai dengan jumlah
kutipan yang dimiliki oleh artikel tersebut layak untuk
digunakan sebagai salah satu sumber referensi dalam
penyusunan literature review (Randolph, 2009: Hart, 2018).

2. Melakukan eveluasi sumber literature review


Tahap terpenting setelah mendapatkan berbagai refrensi
yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan literature
review adalah membaca setiap referensi yang didapatkan.
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan literature review, harus melakukan eveluasi
terhadap setiap referensi yang telah didapatkan kemudian
dikorelasikan.

10
3. Melakukan identifikasi tema dan kesenjangan antara teori
dengan kondisi lapangan jika ada.
Penting untuk melakukan pemahaman terlebih dahulu
mengenai hubungan antara referensi yang di dapat pada
tahap sebelumnya. Mengumpulkan referensi juga
mendukung penyusunan literature review, namun
membangun suatu korelasi antara suatu referensi dengan
referensi yang lainnya membutuhkan kejelian dari seorang
peneliti.

4. Membuat struktur garis besar


Struktur penyusunan literature review kadang menjadi
suatu hal penting yang harus diperlukan. Peneliti dapat
menentukan berbagai tema utama yang akan diangkat
dalam literature review, selanjutnya tema tersebut diperkuat
dengan teori yang telah ada sebelumnya.

5. Menyusun ulasan literature review


Literatur review pada dasarnya sama dengan naskah
akademik lainnya. Karena dikatakan sama maka,
penyusunsn literature review akan mengikuti format
standart penulisan naskah akademik.

Jenis dan metode yang digunakan para peneliti untuk


melakukan literature review atau tinjauan pustaka dan
kemudian merangkumkannya ke dalam suatu paper, secara
umum terbagi menjadi empat:
1. Traditional Review
Traditional review adalah metode tinjauan pustaka yang
selama ini umum dilakukan oleh para peneliti, dan hasilnya
banyak kita temukan pada survey paper yang ada. Paper
ilmiah yang direview dipilih sendiri oleh para peneliti pada

11
satu topik penelitian, dan dipilih berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang peneliti.
Kelemahan dari traditional review adalah tergantung
kepada pengetahuan dan pengalaman peneliti, sehingga
memungkinkan terjadinya bias pada saat memilih paper-
paper yang direview, yang akhirnya berpengaruh pada
kualitas survey paper yang dihasilkan.

2. Systematic Mapping Study (Scoping Study)


Systematic mapping study adalah metode literatre review
yang sistematis dengan menggunakan tahapan-tahapan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemilihan paper juga
tidak dilakukan secara subyektif oleh peneliti, akan tetapi
menggunakan protokol dan filter yang telah ditetapkan di
depan. Systematic mapping study biasanya dilakukan
untuk topik penelitian yang lebih luas dari pada traditional
review. Biasanya hasilnya berupa klaster dan klasifikasi
dari temuan-temuan yang didapatkan pada suatu topik
penelitian. Kadang dilakukan untuk mengidentifikasikan tren
penelitian ke depan suatu topik penelitian.

3. Systematic Literature Review atau Systematic Review


Systematic literature review atau sering disingkat SLR
atau dalam bahasa Indonesia disebut tinjauan pustaka
sistematis adalah metode literatre review yang
mengidentifikasi, menilai dan menginterpretasi seluruh
temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk
menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang
telah ditetapkan sebelumnya.

12
4. Tertiary Study
Tertiary Study adalah SLR dari SLR. Menggunakan
metode yang sama dengan SLR, perbedaannya adalah
apabila SLR membahas satu topik penelitian, tertiary study
lebih luas, karena membahas satu bidang penelitian.

2.2. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama


enam bulan pertama kehidupan tanpa tambahan makanan atau
minuman lain, kecuali obat-obatan, vitamin dan mineral. WHO
merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan dan
dilanjutkan pemberian ASI sampai dua tahun pertama
kehidupan.
ASI merupakan sumber nutrisi utama bagi anak sejak
dilahirkan sampai mampu mencerna asupan lain setelah usia
enam bulan. ASI dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal serta dapat melindungi dari
berbagai penyakit. (Utami Roesli, 2005).
ASI sebagai makanan utama bayi, karena mengandung
60% kebutuhan nutrisi bayi. ASI bermanfaat untuk kecerdasan
otak bayi, dan keamanan emosi bayi. Pemberian ASI dapat
menurunkan 16% kematian bayi baru lahir sejak hari pertama
kelahirannya dan 22% kematian bayi baru lahir dapat dicegah
apabila bayi diberi kesempatan menyusu dalam 1 jam pertama
setelah kelahirannya. (Abdullah, 2012).

Komposisi ASI
Menurut Prasetyono (2012), ASI merupakan suatu emulsi
lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan mineral ynag
berfungsi sebagai makanan bagi bayi. Oleh karena itu, ASI
dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama setelah kelahiran.

13
Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya
lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa
dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih
manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum
MPASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang
berperan dalam pertumbuhan sel saraf.

2. Protein
Kandungan protein dalam ASI berbentuk whey 70% dan kasein
30%,dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10.
pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI
matur (hari ke-11 sampai 240), dan 50:50 setelah hari ke-240.
Protein whey tahan terhadap susasana asam dan lebih mudah
diserap sehingga akan
mempercepat pengosongan lambung.

3. Lemak
Sekitar setengah dari energy yang terkandung dalam ASI
berasal darri lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh
bayi dari pada PASI.Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak
mengandng enzim pemecah lemak (lipase). Jenis lemak dalam
ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak.

4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relative rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai

14
berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan
mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan
berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang
terdapat di ASI dapat diserap oleh usus.

5. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, maka
semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Jumlah vitamin D,
vitamin A, vitamin C, dan tiamin bervariasi sesuai makanan
yang dikonsumsi oleh ibu.

2.3. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


a. Hubungan Usia dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif.
Umur merupakan variabel penting dalam siklus
kehidupan manusia. Dikatakan bahwa umur terbaik untuk
reproduktif sehat adalah rentang 20-35 tahun. Pada usia ini
dianggap sebagai periode emas untuk bereproduksi karena
fungsi-fungsi organ reproduksi dinilai sudah matang
sehingga siap untuk hamil, melahirkan dan menyusui.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianah, dkk
(2013), Rahmawati (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan
pemberian ASI eksklusif.

b. Hubungan Paritas Terhadap Perilaku Pemberian ASI


Eksklusif
Pengalaman menyusui sebelumnya juga
mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif
terutama dalam menghadapi masalah-masalah saat
menyusui.
Hasil penelitian Suraatmaja (1997) menyatakan bahwa
pada kenaikan paritas, ada sedikit perubahan produksi ASI

15
walaupun tidak bermakna. Volume ASI meningkat setelah
kelahiran anak pertama dan akan menurun setelah
kelahiran anak kelima.

c. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI


Eksklusif
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang
dimilikinya yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek (Notoatmojo, 2010).
Pengetahuan merupakan domain yang cukup penting
dalam menentukan perilaku. Perilaku yang didasari
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan semakin
langgeng. Pengetahuan yang baik akan memudahkan
seseorang untuk merubah perilaku termasuk dalam praktik
menyusui.
Perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif
disebabkan oleh faktor penyebab perilaku yang salah
satunya adalah pengetahuan, dimana faktor ini menjadi
dasaratau motivasi bagi individu dalam mengambil
keputusan (Notoatmojo, 2002 dalam Sriningsih, 2011).
Kecenderungan tindakan pada kondisi pengetahuan
yang baik adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
obyek tertentu, sedangkan kecenderungan tindakan pada
pengetahuan yang kurang adalah menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Azwar, 2011
dalam Nurhuda, dkk, 2013).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mekuria & Edris (2015) yang juga menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan
ASI eksklusif di mana pada ibu dengan pengetahuan yang

16
baik berpeluang 2,6 kali lebih mungkin untuk memberikan
ASI eksklusif.

d. Hubungan sikap Terhadap Perilaku Pemberian ASI


Eksklusif
Sikap adalah merupakan respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Semakin positif sikap seseorang semakin besar peluang
untuk memberikan ASI eksklusif. Pada uji multivariat, sikap
tidak berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Salah satu teori yang dapat menjelaskan hubungan
sikap dengan praktik pemberian ASI adalah teori tindakan
beralasan (theory of reasoned action) oleh Ajzen dan
Fishbein.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah:
1. Manusia umumnya melakukan tindakan dengan cara
yang masuk akal.
2. Manusia akan mempertimbangkan informasi yang
mendasari perhitungan akibat dari tindakan. Sikap
positif tentang ASI akan berpengaruh pada praktik
pemberian ASI secara eksklusif.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurhuda dan Mahmudah (2012) menunjukkan bahwa sikap
ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI. Ibu yang
menganggap bahwa ASI merupakan makanan terbaik
untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6
bulan.Sikap ibu terhadap pemberian makan bayi menjadi
prediktor kuat dalam pemberian ASI eksklusif.

e. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku


Pemberian ASI eksklusif

17
Keluarga merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan seseorang. Dukungan dari keluarga
sangat diperlukan oleh seorang ibu dalam keberhasilannya
memberikan ASI eksklusif, dukungan dari keluarga akan
mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI
eksklusif
Data pengamatan menunjukkan bahwa ayah memiliki
peran penting dalam keputusan ibu tentang cara memberi
makan bayi dan ibu yang memilih untuk memberikan susu
botol atau menyusui untuk waktu yang lebih singkat ketika
ayah tidak mendukung.
Hubungan yang unik antara seorang ayah dan bayinya
merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak di kemudian hari. Ayah perlu
mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui agar
ibu dapat menyusui dengan baik.
Keluarga, selain bisa menjadi faktor pendukung
sekaligus justru bisa menjadi faktor penghambat. Keinginan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif sebaiknya sudah
didiskusikan dengan keluarga terutama orang-orang yang
akan tinggal bersama ibu saat bayi itu lahir misal suami,
ibu, ibu mertua jauh sebelum si bayi lahir atau minimal saat
fase kehamilan.
Tanamkan kepada keluarga pentingnya ASI,
bagaimana memberikan ASI eksklusif serta dukungan apa
yang mereka bisa berikan. Hal ini menjadi penting, karena
pada beberapa kasus, kegagalan seorang ibu dalam
memberikan ASI eksklusif justru karena pemahaman yang
salah dari keluarga.
Permata (2014) juga menyatakan bahwa ibu yang
mendapat dukungan dari keluarga memiliki peluang 14. 5

18
kali untuk bisa memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.

f. Dukungan Teman Kerja Terhadap Perilaku Pemberian ASI


eksklusif
Dukungan teman selama di tempat kerja akan
membuat ibu mempunyai kesempatan untuk tetap
memberikan ASI. Ibu yang mendapat dukungan dari teman
kerjanya mempunyai peluang untuk bisa memberikan ASI
eksklusif sebesar 2,8 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
tidak mendapat dukungan dari teman kerjanya (Tsai, 2013).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tsai (2013) yang menyatakan bahwa ibu yang
mendapat dukungan dari teman kerjanya mempunyai
peluang untuk bisa memberikan ASI eksklusif sebesar 2.8
kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak mendapat
dukungan dari teman kerjanya (Tsai, 2013).
Pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh variabel
lain, namun tidak bisa juga dikatakan bahwa dukungan
teman kerja itu tidaklah penting, karena berdasarkan data
bahwa persentase ibu yang menyusui ASI eksklusif berada
pada kelompok yang mendapatkan dukungan dari teman
kerja yaitu sebesar 55.7%.

g. Dukungan Atasan Terhadap Perilaku Pemberian ASI


eksklusif
Ibu yang bekerja memiliki resiko untuk berhenti
menyusui, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah kebijakan instansi tempat ibu bekerja
termasuk didalamnya kebijakan atasan yang tidak atau
kurang mendukung ibu untuk tetap memberikan ASI.

19
Keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu niat
atau komitmen ibu serta faktor ekskternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri ibu seperti kebijakan instansi,
dukungan atasan.
Menurut Guendelman, et al (2009) bahwa bentuk
dukungan atasan yang dapat meningkatkan durasi
menyusui adalah memberikan kelonggaran dalam
pekerjaan maupun memberikan kesempatan untuk
memerah ASI.
Dukungan atasan yang baik tidak serta merta akan
membuat ibu berhasil memberikan ASI eksklusif karena
ada faktor yang lebih kuat yaitu bagaimana komitmen atau
niat ibu, tetapi dukungan dan kebijakan instansi yang tidak
mendukung pemberian ASI bisa dipastikan akan lebih
besar ibu bekerja yang tidak berhasil memberikan ASI.

2.4. Fasilitas Pendukung Program ASI Eksklusif


Fasilitas yang harus disediakan oleh tempat kerja dan
penyelenggara tempat sarana umum adalah ruang ASI, fasilitas
di dalam ruang ASI dan penanggung jawab ruang ASI yang
dapat merangkap sebagai konselor menyusui:
a. Ruang ASI Tempat atau sarana yang digunakan untuk
memerah atau menyusui bayi. Didalam ruang ASI terdapat
prasarana untuk menunjang ASI eksklusif (Kemenkes RI,
2013).
b. Ruang ASI atau ruang laktasi minimal berukuran 3x4 m2
dan/atau disesuaikan dengan jumlah pekerja perempuan
yang sedang menyusui.
c. Terdapat pintu yang dapat dikunci, yang mudah
dibuka/ditutup. Lantai ruangan dapat berupa keramik,
semen atau karpet.

20
d. Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
e. Bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas
polusi.
f. Lingkungan cukup tenang jauh dari kebisingan.
g. Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan.
h. Kelembapan berkisar antara 30-50%, maksimum 60%.
i. Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan
dan mencuci peralatan.

Peralatan Ruang ASI


a. Lemari pendingin (refrigerator) Untuk menyimpan
ASI.Adalah alat untuk mengurangi atau untuk
mempertahankan suhuruang di bawah suhu sekitarnya
(Kamus Bahasa Indonesia, 2014).
b. Gel pendingin (ice pack) Kantong adalah tempat membawa
sesuatu (belanjaan dansebagainya) yang terbuat dari kain,
plastik, dan sebagainya (Kamus Bahasa Indonesia, 2014).
Es adalah air beku atau air membatu.Ice pack/kantong es
adalah tempat membawa es yang terbuat darikain, plastik,
dan sebagainya.
c. Tas untuk membawa ASI perahan (cooler bag) Tas adalah
tempat yang mempunyai bentuk kotak, mempunyai tali,
menyimpan,atau membawa sesuatu (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014). Tas ASI perahan adalah kemasan atau
wadah berbentuk persegi dan sebagainya, dipakai untuk
menaruh.
d. Pompa ASI Pompa adalah alat atau mesin untuk
memindahkan atau menaikkan cairan atau gas dengan cara
mengisap dan memancarkannya (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014).Pompa ASI adalah alat atau mesin untuk
memindahkan ASIdengan cara menghisap.

21
e. Botol ASI Botol adalah wadah untuk benda cair, yang
berbentuk lonjong dan biasanya menggunakan plastic atau
kaca untukluarnya (Kamus Bahasa Indonesia,2014). Botol
ASI adalah wadah untuk ASI, yang berleher sempit
danbiasanya dibuat dari kaca atau plastik.
f. Sterilizer botol ASI. Sterilisasi adalah tindakan untuk
menghilangkan mikroorganisme dari barang atau benda
dengan cara memanaskan, menyinar (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014).

2.5. Kebijakan Pemerintah Terkait Pemberian ASI Eksklusif


Di Indonesia, Salah satu upaya yang dilakukan dalam
memecahkan masalah rendahnya perilaku pemberian ASI
eksklusif di tempat kerja yaitu menciptakan lingkungan yang
kondusif terhadap perilaku menyusui melalui peraturan
perundang-undangan dan kebijakan atau PP guna menciptakan
lingkungan kerja ramah laktasi.
Untuk memenuhi hak bayi mendapatkan ASI, terutama
pada bayi dengan ibu yang bekerja maka pemerintah membuat
beberapa kebijakan, mulai dari yang tercantum di Undang
Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 128 menyatakan
bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 bulan kecuali ada indikasi medis.
Selama pemberian ASI eksklusif ibu harus mendapat
dukungan dari pihak keluarga, pemerintah dan masyarakat
dengan menyediakan waktu dan fasilitas khusus. Penyediaan
fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan
di tempat kerja dan tempat sarana umum (UU No 36 Tahun
2009) maupun dalam bentuk peraturan pemerintah dan regulasi
regulasi yang lain, seperti yang tercantum pada pasal 83
Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
yang mewajibkan para pengusaha untuk memberikan peluang

22
yang layak pada karyawan wanita yang memiliki bayi dan masih
menyusui.
Peluang-peluang yang sedemikian termasuk di antaranya
membangun fasilitas yang sesuai di tempat kerja sehingga
memungkinkan para karyawan wanita untuk menyusui di
tempat kerja, selain juga memberikan karyawan wanita waktu
untuk menyusui selama jam kerja, sesuai dengan peraturan
perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.
Pada Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 berkenaan
dengan Jaminan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif,
mewajibkan setiap manajer di tempat kerja dan administrator
fasilitas publik untuk memberlakukan peraturan internal yang
mendukung dan membantu keberhasilan program pemberian
ASI.
Peraturan internal yang sedemikian menunjukkan
dukungan perusahaan terhadap pemberian ASI dan
memungkinkan perusahaan untuk mengimplementasikan
kebijakan tempat kerja ramah laktasi melalui sarana-sarana
berikut:
1. Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum
ibu yang bekerja agar dapat menyusui/memompa air
susunya (ruang menyusui).
2. Memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk
memberikan ASI/memerah susu ibu selama jam kerja.
3. Pemerintah memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3
bulan lebih bersifat fleksibel, tidak selamanya harus diambil
1½ bulan masa cuti sebelum melahirkan dan 1½ bulan
masa cuti setelah melahirkan, tetapi disarankan bahwa cuti
melahirkan disesuaikan dengan masa-masa yang
mendekati waktu melahirkan, berdasarkan surat rujukan
yang dikeluarkan oleh dokter.

23
Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 15 Tahun 2013 tentang tata
cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah
air susu ibu, di dalam PerMenKes tersebut pasal 3 dinyatakan
bahwa instansi kerja harus memberikan dukungan pada
program ASI eksklusif dengan cara sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas khusus untuk memerah atau
menyusui ASI.
2. Memberikan kesempatan pada ibu bekerja untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya atau memerah ASI
selama waktu kerja di tempat kerja.
3. Pembuatan peraturan internal yang mendukung
keberhasilan program pemberian ASI.
4. Menyediakan tenaga terlatih pemberian ASI.
Pemerintah mengatur mengenai pemberian sanksi pada
tempat kerja yang tidak melaksanakan regulasi pemerintah
tentang ASI pada Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal
200 dan pasal 201 yaitu ancaman pidana kurungan paling berat
selama 1 tahun dan denda maksimal Rp 100 juta. Untuk
perusahaan, denda menjadi minimal tiga kali lipat yaitu Rp 300
juta dan ancaman pencabutan ijin usaha (Maharani, 2015).
Walau demikian, aturan sanksi tersebut seperti tidak
berjalan karena pada kenyataannya selama ini tidak ada
perusahaan yang terkena sanski walaupun perusahaan tidak
mengindahkan regulasi ASI eksklusif,
Hasil penelitian Hilda (2009) di dalam artikelnya
menyatakan bahwa kebijakan yang ada belum bersifat
mengikat sehingga perlu peningkatan status hukum kebijakan
tersebut dan belum ada komitmen yang kuat untuk mendukung
ASI.

24
Daerah yang sudah memiliki PERGUB dan PERDA
tentang ASI Eksklusif:
1. Daerah Lampung, PERDA No. 17 Tahun 2014 dan
PERGUB No. 10 Tahun 2016
2. Daerah Jawa Tengah, SK Gubernur No. 71 Tahun 2004.
3. Daerah Kabupaten Klaten, PERDA No. 6 Tahun 2019.
4. Daerah Mojokerto, PERDA No. 4 Tahun 2018.
5. Daerah Bondowoso (Propinsi Jawa Timur), PERGUB No.
35 Tahun 2018.
6. Daerah Cirebon (Propinsi Jawa Barat), PERDA No. 4
Tahun 2016.
7. Propinsi Sulawesi Selatan, PERDA No. 6 Tahun 2010.
8. Daerah Bengkulu, PERDA No. 3 Tahun 2017.
9. Daerah Kabupaten Sijunjung, PERDA No. 3 Tahun 2013.
10. Daerah Aceh, PERGUB No. 49 Tahun 2016.

25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Strategi Penentuan Judul Penelitian


3.1.1. Menentukan Topik
Penentuan topik dilakukan dengan prinsip ada
kebaharuan (novelty), tidak replikasi penelitian
sebelumnya, asli (originality) sedang trend dan sesuai
dengan bidang ilmu yang sedang ditekuni peneliti.
Peneliti menekuni bidang gizi masyarakat dan setelah
diskusi dengan dosen pembimbing, peneliti
menentukan topik penelitian adalah ASI Eksklusif.

3.1.2. Defenisi Topik


Asi Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada
bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan
makanan dan minuman kecuali obat dan vitamin.

3.1.3. Membaca Artikel Sesuai Topik


Untuk mendapatkan ide tentang judul penelitian,
peneliti menganalisa lima artikel sesuai dengan topik
penelitian, dimana minimal satu diantaranya dalam
bentuk Literature Review.

26
TABEL 1. Ringkasan Lima Artikel

Desain
N Penelitian,
Penulis/Judul Tujuan Hasil Kesimpulan
O Analisis
data

Fitriyani Bahriyah Ada hubungan bermakna


Mengetahui
et al, 2017 antara pekerjaan ibu
hubungan Cakupan ASI
Hubungan terhadap pemberian Asi
pekerjaan Eksklusif
Pekerjaan Ibu Cross Ekslusif pada bayi, hal ini
1 ibu terhadap masih
Terhadap Sectional menunjukkan bahwa ibu
pemberian dibawah
Pemberian Asi yang tidak bekerja
ASI target
Eksklusif Pada mempunyai peluang yang
Eksklusif
Bayi lebih besar untuk
memberikan asi ekslusif.

Novira
Kusumayanti et Mengetahuai Tidak terdapat hubungan
al, 2017 hubungan yang signifikan anatara
Hubungan dukungan dukungan suami dengan
dukungan suami Cross suami Dukungan pemberian ASI Eksklusif,
2 suami dan
dengan Sectional dengan namun proporsi ibu yang
ASI Eksklusif
pemberian ASI pemberian memberikan ASI
Eksklusif di ASI Eksklusif Eksklusif lebih tinggi pada
daerah ibu yang mendapatkan
perdesaan dukungan dari suami.
Mengetahuai
Ariana Norma et
hubungan
al, 2016
pemberian Kejadian
Pemberian ASI Ada hubungan antara
ASI Eksklusif diare dan
Ekslusif dan pemberian ASI Eksklusif
dengan faktor yang
kejadian diare Kohort dengan kejadian diare
3 kejadian berhubungan
pada bayi di Historical pada bayi, pemberian ASI
diare pada dengan
Puskesmas Eksklusif menurunkan
bayi kejadian
Umbulharjo 1 kejadian diare pada bayi.
diare
Yogyakarta
Tahun 2016
Faktor yang
Tesy Mamonto,
berhubungan Faktor yang berhubungan
2015
yaitu tempat dengan pemberian ASI
Faktor-faktor Mengetahuai
persalinan Eksklusif yaitu tempat
yang faktor-faktor
ibu, penolong persalinan ibu, penolong
berhubungan yang
persalinan persalinan ibu, peran
dengan Cross berhubunga
ibu, peran tenaga kesehatan dan
4 pemberian ASI Sectional n dengen
petugas sikap ibu. Faktor
Eksklusif pada Study pemberian
kesehatan, pekerjaan ibu dan
bayi di Wilayah ASI
sikap ibu, pengetahuan ibu tidak
kerja Puskesmas Eksklusif
pekerjaan ibu mempunyai hubungan
Kotobangon pada bayi
dan dengan pemberian ASI
kecamatan kota
pengetahuan Eksklusif.
mobagu timur
ibu
Faktor Ditemukan bahwa
Nidya Comdeca
internal (diri, pengaruh tertinggi
N, 2020 Meninjau
keluarga) dukungan adalah
Pengalaman ibu dukungan
Review 9 dan faktor lingkungan kerja yang
bekerja mendapat terhadap
5 artikel dari 2 eksternal ditandai oleh kurangnya
dukungan dalam pemberian
data base (pekerja dukungan dari fasilitas,
pemberian ASI ASI
kesehatan, rekan kerja,beban kerja
Eksklusif : Eksklusif
lingkungan dan dipengaruhi niat ibu
Scoping Review
kerja) itu sendiri.

27
3.1.4. Menentukan Judul dan Rumusan Masalah
* Setelah merangkum hasil studi dari kelima artikel,
peneliti menentukan judul penelitian yaitu:
”Kebijakan Pengadaan Ruang Laktasi Dalam
Pemberian ASI Eksklusif”.
* Rumusan masalah : Apakah pengadaan ruang
laktasi sudah efektif?

28
3.2. Strategi Pencarian Literature
3.2.1. Protokol Pencarian Literature
Rangkuman menyeluruh dari Liretature Review adalah
tentang ASI Ekslusif. Protokol pencarian Literature
Review menggunakan table PRISMA checklist untuk
menseleksi studi yang telah ditentukan dan disesuaikan
dengan tujuan Literature Review. Checklist diawali
dengan melakukan identifikasi dan skrining
berdasarkan duplikasi, judul dan membaca abstrak.
Waktu pencarian Literature dilakukan bulan Juli 2020.

3.2.2. Database Pencarian Literature


Pencarian literature dilakukan pada bulan Juli 2020.
Mesin pencarian Literature yang digunakan adalah
Google Scholer, SINTA dan Pubmed. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu. Sumber
data diperoleh dari jurnal bereputasi baik nasional
maupun internasional yang dipublikasikan dari 2015
hingga 2020.

3.2.3. Kata Kunci


Kata kunci yang digunakan mengikuti topic penelitian.
Untuk artikel bahasa Indonesia menggunakan kata
kunci : kebijaka AND “ruang laktasi” AND asi eksklusif
dan untuk bahasa Inggris : breastfeeding AND ‘’public
lactating room”.

29
3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
 Kriteria pencarian pustaka diawali dengan duplikasi
kemudian judul dan kesesuaian abstrak. Pada tahap
duplikasi, artikel yang dicari dengan Pubmed dilakukan
dengan bantuan bibliography Mendeley, sedangkan seleksi
judul dilakukan dengan cara membeca secara cepat. Judul-
judul artikel yang relevan akan disisikan untuk dibaca
bagian abstraknya.
 Kriteria inklusi dan ekskuisi menggunakan table PICOS
(population/problem, intervention, comparator, autcome dan
study design). Apabila jumlah artikel masih terlalu banyak,
maka peneliti menambahkan kriteria ekslusi seperti
kelengkapan full text, tingkat kesulitan analisis dan indeks
jurnal, tahun terbit dan bahasa.

TABEL 2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi menurut PICOS

Kriteria Inklusi Eksklusi

Populasi/Problem Bayi 0 - 6 bulan Balita 0 - 59 Bulan


Tidak ada
Intervensi Ada Intervensi
Intervensi
Tidak/Ada
pembanding
Comparasi -
(untuk Quasy
experiment)
Longitudinal,
Cross Sectional, Randomized
Study Design Penelitian Empiris, Control Trial dan
Pendekatan Delphi bentuk lain sekalian
ketiga kriteria inklusi

Lengkap sesuai Tidak lengkap dan


Full Text
IMRAD, free berbayar

Indeks Jurnal Bereputasi Tidak bereputasi


Internasional dan SINTA 5 dan 6
seperti: Scopus,
Copernikus dan
Nasional : SINTA

30
3 dan 4
Indonesia dan Selain Indonesia
Bahasa
Inggris dan Inggris
Mulai tahun 2015
Tahun Terbit Sebelum 2015
– 2020

3.4. Seleksi Artikel dan penilaian Kualitas


3.4.1. Hasil Seleksi Artikel
 Pencarian menggunakan tiga database: Google
Scholar, SINTA dan Pubmed
 Pada tahap identifikasi, total jumlah artikel yang
muncul sesuai kata kunci yang sudah ditetapkan
sebanyak 229 dengan rincian sebagai berikut:
Google Scholar
Kata Kunci : kebijakan AND ”ruang laktasi” AND asi
eksklusif = 191 artikel
Portal GARUDA (SINTA)
Kata kunci : kebijakan DAN ”ruang laktasi” = 5 artikel
PubMed

31
Kata kunci :breastfeeding AND ”public lactating room”
= 33 artikel
 Kemudian setelak dilakukan identifikasi berdasarkan
kriteria duplikasi, judul tidak relevan dengan topic
dan abstrak, jumlah artikel yang layak untuk diproses
selanjutnya 229 artikel, dimana 179 artikel tidak dapat
diteruskan karena tidak layak. Seterusnya 50 diseleksi
berdasarkan format PICOS dan beberapa criteria
ekskuisi lainya seperti tahun terbit, indeks jurnal dan
bahasa, jumlah artikel yang dikeluarkan sebanyak 30
artikel dan sisanya 20 artikel. Pada penilaian terakhir
(final assessment), dilakukan seleksi dengan menilai
kualitas artikel menggunakan 11 kritrria critical
appraisal. Penulis membaca 20 artikel full text dan
memberikan tanda koreksi pada setiap lembar artikel.
Akhirnya diperoleh 10 artikel yang relevan untuk
dijadikan objek studi. Tahapan seleksi artikel
mengunakan Tabel Prisma seperti pada gambar 1.

32
Gamba 1 Tabel PRISMA

229 artike Artikel


disaring atas dasar
identifikasi

Artikel disaring atas


dasar identifikasi
duplikasi, judul dan 179 artikel diexclude
abstrak karena: duplikasi, judul
tidak sesuai topik dan isi
Dikeluarkan=179 abstrak: tujuan dan hasil
Hasil pencarian artikel tidak jelas, terlalu singkat
229 artikel: Google
n=229 artikel: Google dan terlalu panjang tidak
Scholar (n=146),
Scholar (n=191), SINTA sesuai kaidah penulisan
SINTA (n=3), PubMed
(n=5), PubMed (n=33) abstrak
(n=30)

Artikel disaring Dikeluarkan=30


berdasarkan PICOS n=50, artikel/tidak sesuai
Google Scholar (n=45), kriteria PICOS dan
SINTA (n=2), PubMed tahun terbit, indeks
(n=3) bahasa

Pencarian akhir, n=20 Dikeluarkan, n=10


artikel. Full text dibaca dan artikel karena tidak
dinilai berdasarkan Crtitical sesuai dengan 11
appraisal (n=20) kriteria critical

Artikel yang sangat layak


untuk dikaji (n=10 artikel)

33
3.4.2. Hasil Penilaian Kualitas Artikel

 Penilaian kualitas artikel dilakukan menggunakan


appraisal checklist yang terdiri dari 11 kriteria, dimana
20 artikel dinilai kualitasnya masing-masing criteria
diberi nilai Ya atau Tidak. Artikel yang mendapat nilai
>50% masuk dalam criteria inkuisi atau memenuhi
kualitas dan dibawah <50% tidak berkualitas dan
harus dibuang karena akan memberikan bias atau
validasi rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, D. (2017) ‘Hubungan Antara Kondisi Kesehatan Ibu, Pelaksanaan Imd,


Dan Iklan Susu Formula Dengan Pemberian Asi Eksklusif’, Ikesma,
13(1). doi: 10.19184/ikesma.v13i1.7027.

Di, M. et al. (2016) ‘Unnes Journal of Public Health Golden Standard of Infant
Feeding ( Standar Emas Makanan Bayi ) berdasarkan rekomendasi dari
WHO dan UNICEF yang tercantum dalam Global Strategy for Infant and
No . 33 tahun 2012 tentang pemberian air Daya Manunggal menyedia’,
5(2), pp. 100–109.

Hanulan septiani,Artha budi, K. (2017) ‘Faktor-fektor yang berhubungan dengan


pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui yang bekerja sebagai
tenaga kesehatan’, (1), pp. 6–8. doi: 10.16309/j.cnki.issn.1007-
1776.2003.03.004.

Poppy Farantia, E. B. S. (2019) ‘determinan periaku pemberian asi ek’, determinan


perilaku pemberian asi eksklusif pada ibu, 08, pp. 60–66.

Rsud, D. I., Sylvanus, D. and Raya, P. (2015) ‘Mahasiswa Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Staf
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang Pojok laktASI atau disebut sebagai Ruang ASI , didefinisikan
sebagai ruang atau tempat yan’, pp. 1–6.

Saputri, A. D. (2016) ‘No analisis implementasi kebijakan ruang laktasi di mall kota
solo’, analisis implementasi, 23(45), pp. 5–24.

Ariani, A., Rusmil, K. and Yuniati, T. (2016) ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Dukungan Unit Kerja/Departemen dengan Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Hasan Sadikin’, Sari
Pediatri, 18(1), p. 45. doi: 10.14238/sp18.1.2016.45-49.

Bahriyah, F., Jaelani, A. K. and Putri, M. (2017) ‘Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipayung’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 113. doi: 10.22216/jen.v2i2.1699.

Rahmawati, E. B. S. and Saputri, P. F. (2018) ‘Determinan Perilaku Pemberian ASI


Eksklusif Pada Ibu’, Jurnal Health Care Media, 3(3), pp. 1–7.

Bahriyah, F., Jaelani, A. K. and Putri, M. (2017) ‘Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipayung’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 113. doi: 10.22216/jen.v2i2.1699.
Lama, H. et al. (2019) ‘Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan ( Journal of Midwifery
Science and Health ) Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan’, (1).

Budiyanto, B., Asti, A. D. and Yuwono, P. (2015) ‘Hubungan Ketersediaan Fasilitas


Penunjang Terhadap Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan’, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 11(1), pp. 6–18. doi: 10.26753/jikk.v11i1.98.

Education, J. (2020) ‘HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN Jurnal


Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Jurnal
Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan’, 8(1),
pp. 389–393.

Gusmelia, I., Lipoeto, N. I. and Hardisman, H. (2019) ‘Implementasi Kebijakan


Penyediaan Ruang Menyusui di Kota Padang’, Jurnal Kesehatan
Andalas, 8(1), p. 151. doi: 10.25077/jka.v8i1.984.

Suparwati, A., Jati, S. and Melissa, A. (2015) ‘Analisis Implementasi Kebijakan


Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Bagi Pekerja Di Pt. Apac Inti Corpora
Kabupaten Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(2),
pp. 11–19.

literature(Afiyanti, 2014)Afiyanti, Y. (2014) ‘Penggunaan Literatur Dalam


Penelitian Kualitatif’, Jurnal Keperawatan Indonesia, 9(1), pp.
2003–2006. doi: 10.7454/jki.v9i1.157.

Cahyono, E. A., Sutomo and Harsono, A. (2019) ‘Literatur Review: Panduan


Penulisan dan Penyusunan’, Jurnal Keperawatan, p. 12.

Afiyanti, Y. (2014) ‘Penggunaan Literatur Dalam Penelitian Kualitatif’, Jurnal


Keperawatan Indonesia, 9(1), pp. 2003–2006. doi:
10.7454/jki.v9i1.157.

Anggriana, A. and Nim, A. (2016) ‘PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN YANG


MENYUSUI DALAM MEMPEROLEH RUANG LAKTASI YANG LAYAK PADA
PUSAT PERBELANJAAN MODERN (MALL) DI KOTA PONTIANAK (Suatu
Tinjauan Berbasis Kesetaraan Gender)’, Jurnal Nestor magister Hukum,
1, pp. 1–36.

Publik, D. A. and Diponegoro, U. (2013) ‘Implementasi Peraturan Walikota


Semarang Nomor 7 Tahun 2013 tentang Peningkatan Pemberian ASI
Eksklusif ( Studi di Puskesmas Pegandan Kecamatan Gajahmungkur
Kota Semarang ) Implementation of Semarang Mayor Regulation
Number 7 Year 2013 about Enhancing of ’.

Wijayanti, K., Prawitasari, S. and Wenny, W. (2016) ‘Pengalaman Ibu Bekerja


dalam Pemberian AIS Eksklusif di Lingkungan Universitas
Muhammadiyah Magelang’, Jurnal Kesehatan Reproduksi, 3(1), p. 41.
doi: 10.22146/jkr.13879.
Lampiran 1

Desain
NO Penulis/Judul Penelitian, Tujuan Hasil Kesimpulan
Analisis data

Fasilitas di tempat kerja kurang


namun hal tersebut menjadi
Zuly et al, 2019
tantangan bagi ibu dalam pemberian
Keberhasilan Menganalisa keberhasilan
ASI Eksklusif dan ASI Eksklusif. Keberhasilan
1 pemberian ASI Kualitatif ASI Eksklusif pada ibu
ruang laktasi pemberian ASI Eksklusif pada ibu
Eksklusif oleh ibu bekerja
bekerja adalah keyakinan diri untuk
bekerja
memberikan ASI saja selama 6
bulan.

Penyediaan fasilitas ruang laktasi


Rini et al, 2018
didasarkan atas kebijakan khusus.
Implementasi
Menganalisa implementasi Sebagian besar ruang laktasi telah
kebijakan Deskriptif ASI Eksklusif dan
2 kebijakan penyediaan memenuhi standart namun ruang
penyediaan ruang Kualitatif ruang laktasi
fasilitas ruang laktasi laktasi yang disediakan belumm
laktasi di kota
dimanfaatkan sebagaimana
Malang
mestinya.

Budiyanto et
al,2015, Hubungan
ketersediaan Ketersediaan fasilitas
Tidak ada hubungan antara fasilitas
fasilitas penunjang penunjang sebagai
Mengetahui hubungan penunjang terhadap keberhasilan
terhadap variabel independen
ketersediaan fasilitas pemberian ASI Eksklusif ibu bekerja
3 keberhasilan Kuantitatif terhadap keberhasilan
dengan pemberian ASI sebagai tenaga kesehatan di
pemberian ASI pemberian ASI
Ekskusif Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Eksklusif pada ibu Eksklusif pada ibu
Gombong
yang bekerja yang bekerja
sebagai tenaga
kesehatan

Is Susiloningtyas et
al, 2017 Faktor-
Faktor usia, faktor Tidak ada hubungan dengan
faktor yang
Menguji suatu hipotesis pendidikan, persepsi, pemanfaatan ruang laktasi dan ada
mempengaruhi
4 Cross Sectional dari hubungan antar motivasi dan hubungan antara faktor pendidikan,
pemanfaatan ruang
variabel pemanfaatan ruang persepsi dan motivasi dengan
laktasi di
laktasi pemanfaatan ruang laktasi
Puskesmas gunung
pati Semarang

Prawiti et al, 2018


Kajian implementasi Implementasi kebijakan ruang
kebijakan ruang Menganalisis laktasi yang diselenggarakan oleh
Ruang laktasi dan
5 laktasidi PT royal Kuantitatif implementasi kebijakan PT Royal Korindah belum
pekerja
korindah kabupaten ruang laktasi dilaksanakan sesuai dengan
Purbalingga ketentuan yang ada
Tahun2017

6 Inova Gusmelia et Kuantitatif Menentukan implementasi Menemukan faktor Implementasikebijakan ruang


al, 2019 kebijakan penghambat menyusui di kota Padang belum
Implementasi implementasi terlaksana dengan baik, karena

37
kebijakan Kebijakan dalam hanya 2 dari 9 instansi yang telah
penyediaan ruang penyediaan ruang menerima informasi
menyusui di kota laktasi
Padang

Priharyanti
Wulandari et al,
2018 Cara
Partisipan mengetahui pengertian
pelaksanaan Mengetahuai hubungan
ruang laktasi dan ibu dan ASI Eksklusif dan dukungan
7 pemberian ASI Kuantitatif dukungan suami dengan
bekerja keluarga sangat baik dalam
Eksklusif pada pemberian ASI Eksklusif
pemberian ASI Ekslusif
perawat yang
bekerja di RS ST.
Elisabeth Semarang

Hanan Khasyrawi
Abrar et al, 2020
Efektivitas Perda kota
Efektifitas Mengetahuai dan
Makasar no 3 Tahun Faktor sarana dan prasarana yakni
pelaksanaan memahami pelaksanaan
Penelitian 2016 masih sangat kurangnya ketersediaan ruang
peraturan kota peraturan pemerintah kota
8 Empiris (sosio- rendah dikarenakan laktasi yang memadai dan tidak
Makasar Nomor 3 Makasar Nomor 3 Tahun
legal) pemahaman ibu yang sesuai standarterhadap
Tahun 2016 2016 tentang pemberian
kurang terkait implementasi
Tentang pemberian ASI Eksklusif
masalah ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif

Noveri Aisyaroh et
al, 2017 Evaluasi
fasilitas ruang ASI
dalam implementasi Mengetahuai dukungan
Dukungan perusahaan terstil perlu
kebijakan Deskriftif perusahaan/ tempat kerja Ibu bekerja dan ASI
9 disesuaikan dengan Permenkes RI
pemberian ASI Analisis bapa ibu bekerja dalam Ekslusif
Nomor 15 Tahun 2013
Eksklusif pada memberikan ASI Eksklusif
buruh perempuan di
Perusahaan Tekstil
Jawa Tengah

Dwi Mukti Pratiwi,


2016 Analisis faktor
Menganalisis faktor Faktor penghambat pemanfaatan
penghambat
prnghambat pemanfaatan ruang menyusui ada hubunganya
pemanfaatan ruang Pekerja wanita, dan
10 Cross Sectional ruang menyusui di tempat dengan dukungan keluarga dan
menyusui ditempat ASI Ekslusif
kerja di PT Daya dukungan atasan dengan
kerja pada pekerja
Manunggal pemanfaatan ruang menyusui
wanita di PT Daya
Manunggal

Agnes melisa et al,


2015 Analisis
Peraturan Internal mengenai
Inplementasi
pemberian ASI Ekslusif di tempat
kebijakan
Mengetahui Implementasi Pekerja wanita, ASI kerja belum dapat difasilitasi
pemberian Ais Susu
11 Kualitatif kebijakan pemberian ASI Ekslusif dan ruang perusahaan karena pimpinan
Ibu Eksklusif bagi
Eksklusif laktasi perusahaan belum merasa bahwa
pekerja di PT. APAC
peraturan internal ini perlu dan
Inti Corpora
penting untuk dibuat
Kabupaten
Semarang

12 Silma Intifada et al, Deskriptif Menganalisis Terdapat 10 langkah Tidak terdapat hubungan yang
2016, Implementasi Implementasi Peraturan keberhasilan signifikan anatara dukungan suami
peraturan walikota walikota Semarang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif,
Semarang Nomor 7 tentang peningkatan berdasarkan namun proporsi ibu yang
Tahun 2013 tentang pemberian ASI Eksklusif peraturan walikota memberikan ASI Eksklusif lebih

38
peningkatan semarang Nomor 7 tinggi pada ibu yang mendapatkan
pemberian ASI Tahun 2013 dukungan dari suami.
Eksklusif (Studi di
Puskesmas
pengandan
kecamtan
Gajamungkur kota
Semarang)

Made Weny Juliani


Sarana dan Prasarana telah dimiliki
wismantari et al,
Mengetahui dukungan Asi eksklusif, dan masih berfungsi dengan baik,
2018 Analis input
suami, keluarga dan dukungan suami, meski letak ruangan pojok laktasi
13 dan lingkungan ibu Kualitatif
masyarakat dalam keluarga dan tidak strategis dan tidak luas karena
menyusui terhadap
pemberian ASI Eksklusif masyarakat menjadi satu dengan ruang
program pemberian
pelayanan KIA dan Gizi
ASI Eksklusif

Nela Kusuma Sari et


Mengetahui gambaran
al, 2019, Masih terdapat kekurangan dalam
sumber daya dalam Ibu bekerja dan
Implementasi penyediaan konselor menyusui
14 Deskriftif implementasi kebijakan sarana pemberian ASI
kebijakan ruang serta penyediaan sarana dan
ruang laktasi di tempat Ekslusif
laktasi ditempat kerja prasarana
kerja

Hanulan Septiani et
Cakupan pemberian
al, 2017 Faktor-
Mendeskripsikan ASI Eksklusif pada Faktor yang paling dominan
faktor yang
mengenai suatu tenaga kesehatan berhubungan dengan pemberian
berhubungan
fenomena/kejadian yang perempuan di ASI Eksklusif adalah pengetahuan
15 dengan pemberian Cross Sectional
ditemui kemudian puskesmas kota ibu dan tidak terdapat hubungan
ASI Eksklusif oleh
dilakukan analisis Bandar antara ketersediaan fasilitas dan
ibu menyusui yang
hubungan antar variabel Lampungsebesar 57,4 pelatihan manajemen laktasi
bekerja sebagai
%
tenaga kesehatan

Ave Alyatalaththova,
2016, Faktor-faktor Mengetahui faktor-faktor
Faktor yang Tidak ada hubungan antara tingkat
yang berhubungan yang berhubungan
mempengaruhi tingkat pendidikan dan dukungan teman
dengan praktek dengan praktek
16 Deskriftif pengetahuan, sosial kerja dengan praktek pemberian ASI
pemberian ASI pemberian ASI Eksklusif
budaya keluarga dan Eksklusif pada ibu bekerja di PT
Eksklusif pada ibu pada ibu bekerja di PT
pengasuh APAC
pekerja di PT. APAC APAC
inti corpora

Nanda Kartika
Juwitanigrum, 2017,
Implementasi
Implementasi kebijakan ruang
peraturan daerah Untuk mengetahui
laktasi di PT. Bina Guna Kimia
kabupaten gambaran implementasi
ASI Eksklusif dan sudah cukup baik. Saran penelitian
17 Semarang No. 5 Kualitatif kebijakan ruang laktasi di
ruang laktasi ini adalah perlunya kerjasama
Tahun 2014 PT. Bina Guna Kimia
semua pihak untuk memperbaiki
Tentang Menyusui Kabupaten Semarang
bagian yang masih belum sesuai
Dini dan Pemberian
Air Susu Ibu
Eksklusif

18 Vanessa Martinhago Kualitatif Mengetahui bagaimana Kesulitan dalam Aspek keuangan, budaya dan politik
et al, 2016, menejer perusahaan fasilitas mendirikan mempersulit pengaturan ruang
Establishment of melihat ruang pendukung ruangan laktasi, laktasi
lactaton room in laktasi dengan dominasi
public and private kesulitan keuangan

39
companies: dan kurangnya ruang
potentialities fisik
anddifficulties

Virginia et al, 2019,


Place of sanctuary:
an appreciative Keterlibatan pembuat kebijakan
Untuk mencapai konsesus
inquiry approach to Kebijakan, tempat yang berdedikasi di perusahaan,
Pendekatan dalam pengembangan
19 discovering how kerja dan ASI laktasi berbasis tempat kerja
Delphi model laktasi berbasis
communities Eksklusif dengan pendidikan interaktif dan
tempat kerkja.
support fasilitas khusus diperlukan.
breastfeeding and
parenting

Ray Waglu Basrowi,


Untuk
2016, Developing a
mengidentifikasi,mempro Pola asuh, pola Layanan berbasis komunikasi untuk
workplace lactation
20 Kualitatif mosikan dan mendukung komunikasi dan ASI mendukung pemberian ASI
promotion model in
pemberian ASI Eksklusif Eksklusif Eksklusif
Indonesia using
dan pola asuh dini
Deldhi technique

Lampiran 2

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai