SANNI KRISDAWATI
NIM : PO 1031219200
2. Ibu Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM selaku Ketua Prodi
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................i
DAFTAR TABEL............................................................................iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....29
LAMPIRAN……………………………………………………...……....31
3
DAFTAR TABEL
Halaman
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Ibu tidak dapat memberikan ASI ekslusif dengan alasan
pada umumnya perkantoran tempat ibu bekerja tidak
menyediakan tempat untuk menyusui dan tidak menyediakan
tempat untuk memompa ASI yang layak dan memenuhi standar
kesehatan, sehingga tidak jarang para ibu ini memerah ASInya
di dalam toilet yang dikhawatirkan akan banyak tercemar oleh
kuman-kuman yang bertebaran di toilet sehingga tidak dapat
menyimpan ASI tersebut dalam botol untuk diberikan kepada
bayi (Siregar, 2004).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
lebih beresiko tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang tidak bekerja, dimana ibu yang tidak bekerja lebih
berpeluang untuk dapat memberikan ASI eksklusif sebesar
16,4 kali dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Yuliandarin,
2009).
Untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia,
pemerintah telah membuat kebijakan terkait pemberian ASI
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI eksklusif yang mewajibkan pemerintah pusat,
daerah, pengurus tempat kerja untuk mendukung ibu menyusui
agar dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai
bayi berusia 6 bulan. (Kemenkes, 2010)
Ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif dengan
cara memerah ASI (ASI perah). ASI perah ini dapat diberikan
kepada bayi ketika ibu sedang bekerja, sementara ditempat
kerja ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya untuk
diberikan kepada bayi saat ibu tidak bersama bayi. (Kemenkes
RI. 2015)
Pojok laktasi atau ruang ASI dapat merupakan ruang
tersendiri atau bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang
ada di tempat kerja. Pojok laktasi atau ruang ASI harus
memenuhi persyaratan kesehatan. (Pemerintah RI, 2012)
7
Literatur review yang dilakukan merupakan sesuatu yang
baru atau memperbaharui yang sudah ada. Bagian yang
ditambahkan yaitu untuk mengetahui implementasi kebijakan
penyediaan ruang laktasi berjalan atau tidak, sesuai dengan
PERGUB dan PERDA yang sudah ada di propinsi dan
kabupaten yang ada di Indonesia sebagai wujud dukungan
dalam memberikan ASI Eksklusif. Dimana hasil literature review
sebelumnya berupa implementasi kebijakan penyediaan ruang
laktasi sudah berjalan atau tidak berdasarkan PERGUB atau
PERDA daerah yang dijadikan penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi
9
Tahapan untuk melakukan penyusunan suatu literatur review
yaitu:
1. Menemukan literature yang relevan
Sebelum melakukan pencarian literature baik berupa buku
maupun artikel penelitian, harus menentukan topik yang
jelas yang akan digunakan dalam penulisan literature
review. Untuk mendapatkan suatu referensi (artikel
ilmiah/buku) yang sesuai, diawali dengan membuat
beberapa daftar keyword yang akan digunakan untuk
pencarian data.
Beberapa sumber yang dapat diakses untuk mendapatkan
materi yang relevan dengan topik penelitian diantaranya
adalah:
a. Katalog perpustakaan
b. Google scholar. SINTA, DOAJ
c. EBSCO, CINAHL, PubMed
d. Mendeley
Artikel yang memiliki kualitas baik, ditandai dengan jumlah
kutipan yang dimiliki oleh artikel tersebut layak untuk
digunakan sebagai salah satu sumber referensi dalam
penyusunan literature review (Randolph, 2009: Hart, 2018).
10
3. Melakukan identifikasi tema dan kesenjangan antara teori
dengan kondisi lapangan jika ada.
Penting untuk melakukan pemahaman terlebih dahulu
mengenai hubungan antara referensi yang di dapat pada
tahap sebelumnya. Mengumpulkan referensi juga
mendukung penyusunan literature review, namun
membangun suatu korelasi antara suatu referensi dengan
referensi yang lainnya membutuhkan kejelian dari seorang
peneliti.
11
satu topik penelitian, dan dipilih berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang peneliti.
Kelemahan dari traditional review adalah tergantung
kepada pengetahuan dan pengalaman peneliti, sehingga
memungkinkan terjadinya bias pada saat memilih paper-
paper yang direview, yang akhirnya berpengaruh pada
kualitas survey paper yang dihasilkan.
12
4. Tertiary Study
Tertiary Study adalah SLR dari SLR. Menggunakan
metode yang sama dengan SLR, perbedaannya adalah
apabila SLR membahas satu topik penelitian, tertiary study
lebih luas, karena membahas satu bidang penelitian.
Komposisi ASI
Menurut Prasetyono (2012), ASI merupakan suatu emulsi
lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan mineral ynag
berfungsi sebagai makanan bagi bayi. Oleh karena itu, ASI
dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama setelah kelahiran.
13
Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya
lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa
dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih
manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum
MPASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang
berperan dalam pertumbuhan sel saraf.
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI berbentuk whey 70% dan kasein
30%,dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10.
pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI
matur (hari ke-11 sampai 240), dan 50:50 setelah hari ke-240.
Protein whey tahan terhadap susasana asam dan lebih mudah
diserap sehingga akan
mempercepat pengosongan lambung.
3. Lemak
Sekitar setengah dari energy yang terkandung dalam ASI
berasal darri lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh
bayi dari pada PASI.Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak
mengandng enzim pemecah lemak (lipase). Jenis lemak dalam
ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relative rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai
14
berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan
mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan
berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang
terdapat di ASI dapat diserap oleh usus.
5. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, maka
semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Jumlah vitamin D,
vitamin A, vitamin C, dan tiamin bervariasi sesuai makanan
yang dikonsumsi oleh ibu.
15
walaupun tidak bermakna. Volume ASI meningkat setelah
kelahiran anak pertama dan akan menurun setelah
kelahiran anak kelima.
16
baik berpeluang 2,6 kali lebih mungkin untuk memberikan
ASI eksklusif.
17
Keluarga merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan seseorang. Dukungan dari keluarga
sangat diperlukan oleh seorang ibu dalam keberhasilannya
memberikan ASI eksklusif, dukungan dari keluarga akan
mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI
eksklusif
Data pengamatan menunjukkan bahwa ayah memiliki
peran penting dalam keputusan ibu tentang cara memberi
makan bayi dan ibu yang memilih untuk memberikan susu
botol atau menyusui untuk waktu yang lebih singkat ketika
ayah tidak mendukung.
Hubungan yang unik antara seorang ayah dan bayinya
merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak di kemudian hari. Ayah perlu
mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui agar
ibu dapat menyusui dengan baik.
Keluarga, selain bisa menjadi faktor pendukung
sekaligus justru bisa menjadi faktor penghambat. Keinginan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif sebaiknya sudah
didiskusikan dengan keluarga terutama orang-orang yang
akan tinggal bersama ibu saat bayi itu lahir misal suami,
ibu, ibu mertua jauh sebelum si bayi lahir atau minimal saat
fase kehamilan.
Tanamkan kepada keluarga pentingnya ASI,
bagaimana memberikan ASI eksklusif serta dukungan apa
yang mereka bisa berikan. Hal ini menjadi penting, karena
pada beberapa kasus, kegagalan seorang ibu dalam
memberikan ASI eksklusif justru karena pemahaman yang
salah dari keluarga.
Permata (2014) juga menyatakan bahwa ibu yang
mendapat dukungan dari keluarga memiliki peluang 14. 5
18
kali untuk bisa memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.
19
Keberhasilan ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu niat
atau komitmen ibu serta faktor ekskternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri ibu seperti kebijakan instansi,
dukungan atasan.
Menurut Guendelman, et al (2009) bahwa bentuk
dukungan atasan yang dapat meningkatkan durasi
menyusui adalah memberikan kelonggaran dalam
pekerjaan maupun memberikan kesempatan untuk
memerah ASI.
Dukungan atasan yang baik tidak serta merta akan
membuat ibu berhasil memberikan ASI eksklusif karena
ada faktor yang lebih kuat yaitu bagaimana komitmen atau
niat ibu, tetapi dukungan dan kebijakan instansi yang tidak
mendukung pemberian ASI bisa dipastikan akan lebih
besar ibu bekerja yang tidak berhasil memberikan ASI.
20
d. Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.
e. Bebas potensi bahaya di tempat kerja termasuk bebas
polusi.
f. Lingkungan cukup tenang jauh dari kebisingan.
g. Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan.
h. Kelembapan berkisar antara 30-50%, maksimum 60%.
i. Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan
dan mencuci peralatan.
21
e. Botol ASI Botol adalah wadah untuk benda cair, yang
berbentuk lonjong dan biasanya menggunakan plastic atau
kaca untukluarnya (Kamus Bahasa Indonesia,2014). Botol
ASI adalah wadah untuk ASI, yang berleher sempit
danbiasanya dibuat dari kaca atau plastik.
f. Sterilizer botol ASI. Sterilisasi adalah tindakan untuk
menghilangkan mikroorganisme dari barang atau benda
dengan cara memanaskan, menyinar (Kamus Bahasa
Indonesia, 2014).
22
yang layak pada karyawan wanita yang memiliki bayi dan masih
menyusui.
Peluang-peluang yang sedemikian termasuk di antaranya
membangun fasilitas yang sesuai di tempat kerja sehingga
memungkinkan para karyawan wanita untuk menyusui di
tempat kerja, selain juga memberikan karyawan wanita waktu
untuk menyusui selama jam kerja, sesuai dengan peraturan
perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.
Pada Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2012 berkenaan
dengan Jaminan Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif,
mewajibkan setiap manajer di tempat kerja dan administrator
fasilitas publik untuk memberlakukan peraturan internal yang
mendukung dan membantu keberhasilan program pemberian
ASI.
Peraturan internal yang sedemikian menunjukkan
dukungan perusahaan terhadap pemberian ASI dan
memungkinkan perusahaan untuk mengimplementasikan
kebijakan tempat kerja ramah laktasi melalui sarana-sarana
berikut:
1. Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum
ibu yang bekerja agar dapat menyusui/memompa air
susunya (ruang menyusui).
2. Memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk
memberikan ASI/memerah susu ibu selama jam kerja.
3. Pemerintah memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3
bulan lebih bersifat fleksibel, tidak selamanya harus diambil
1½ bulan masa cuti sebelum melahirkan dan 1½ bulan
masa cuti setelah melahirkan, tetapi disarankan bahwa cuti
melahirkan disesuaikan dengan masa-masa yang
mendekati waktu melahirkan, berdasarkan surat rujukan
yang dikeluarkan oleh dokter.
23
Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 15 Tahun 2013 tentang tata
cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah
air susu ibu, di dalam PerMenKes tersebut pasal 3 dinyatakan
bahwa instansi kerja harus memberikan dukungan pada
program ASI eksklusif dengan cara sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas khusus untuk memerah atau
menyusui ASI.
2. Memberikan kesempatan pada ibu bekerja untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya atau memerah ASI
selama waktu kerja di tempat kerja.
3. Pembuatan peraturan internal yang mendukung
keberhasilan program pemberian ASI.
4. Menyediakan tenaga terlatih pemberian ASI.
Pemerintah mengatur mengenai pemberian sanksi pada
tempat kerja yang tidak melaksanakan regulasi pemerintah
tentang ASI pada Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal
200 dan pasal 201 yaitu ancaman pidana kurungan paling berat
selama 1 tahun dan denda maksimal Rp 100 juta. Untuk
perusahaan, denda menjadi minimal tiga kali lipat yaitu Rp 300
juta dan ancaman pencabutan ijin usaha (Maharani, 2015).
Walau demikian, aturan sanksi tersebut seperti tidak
berjalan karena pada kenyataannya selama ini tidak ada
perusahaan yang terkena sanski walaupun perusahaan tidak
mengindahkan regulasi ASI eksklusif,
Hasil penelitian Hilda (2009) di dalam artikelnya
menyatakan bahwa kebijakan yang ada belum bersifat
mengikat sehingga perlu peningkatan status hukum kebijakan
tersebut dan belum ada komitmen yang kuat untuk mendukung
ASI.
24
Daerah yang sudah memiliki PERGUB dan PERDA
tentang ASI Eksklusif:
1. Daerah Lampung, PERDA No. 17 Tahun 2014 dan
PERGUB No. 10 Tahun 2016
2. Daerah Jawa Tengah, SK Gubernur No. 71 Tahun 2004.
3. Daerah Kabupaten Klaten, PERDA No. 6 Tahun 2019.
4. Daerah Mojokerto, PERDA No. 4 Tahun 2018.
5. Daerah Bondowoso (Propinsi Jawa Timur), PERGUB No.
35 Tahun 2018.
6. Daerah Cirebon (Propinsi Jawa Barat), PERDA No. 4
Tahun 2016.
7. Propinsi Sulawesi Selatan, PERDA No. 6 Tahun 2010.
8. Daerah Bengkulu, PERDA No. 3 Tahun 2017.
9. Daerah Kabupaten Sijunjung, PERDA No. 3 Tahun 2013.
10. Daerah Aceh, PERGUB No. 49 Tahun 2016.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
TABEL 1. Ringkasan Lima Artikel
Desain
N Penelitian,
Penulis/Judul Tujuan Hasil Kesimpulan
O Analisis
data
Novira
Kusumayanti et Mengetahuai Tidak terdapat hubungan
al, 2017 hubungan yang signifikan anatara
Hubungan dukungan dukungan suami dengan
dukungan suami Cross suami Dukungan pemberian ASI Eksklusif,
2 suami dan
dengan Sectional dengan namun proporsi ibu yang
ASI Eksklusif
pemberian ASI pemberian memberikan ASI
Eksklusif di ASI Eksklusif Eksklusif lebih tinggi pada
daerah ibu yang mendapatkan
perdesaan dukungan dari suami.
Mengetahuai
Ariana Norma et
hubungan
al, 2016
pemberian Kejadian
Pemberian ASI Ada hubungan antara
ASI Eksklusif diare dan
Ekslusif dan pemberian ASI Eksklusif
dengan faktor yang
kejadian diare Kohort dengan kejadian diare
3 kejadian berhubungan
pada bayi di Historical pada bayi, pemberian ASI
diare pada dengan
Puskesmas Eksklusif menurunkan
bayi kejadian
Umbulharjo 1 kejadian diare pada bayi.
diare
Yogyakarta
Tahun 2016
Faktor yang
Tesy Mamonto,
berhubungan Faktor yang berhubungan
2015
yaitu tempat dengan pemberian ASI
Faktor-faktor Mengetahuai
persalinan Eksklusif yaitu tempat
yang faktor-faktor
ibu, penolong persalinan ibu, penolong
berhubungan yang
persalinan persalinan ibu, peran
dengan Cross berhubunga
ibu, peran tenaga kesehatan dan
4 pemberian ASI Sectional n dengen
petugas sikap ibu. Faktor
Eksklusif pada Study pemberian
kesehatan, pekerjaan ibu dan
bayi di Wilayah ASI
sikap ibu, pengetahuan ibu tidak
kerja Puskesmas Eksklusif
pekerjaan ibu mempunyai hubungan
Kotobangon pada bayi
dan dengan pemberian ASI
kecamatan kota
pengetahuan Eksklusif.
mobagu timur
ibu
Faktor Ditemukan bahwa
Nidya Comdeca
internal (diri, pengaruh tertinggi
N, 2020 Meninjau
keluarga) dukungan adalah
Pengalaman ibu dukungan
Review 9 dan faktor lingkungan kerja yang
bekerja mendapat terhadap
5 artikel dari 2 eksternal ditandai oleh kurangnya
dukungan dalam pemberian
data base (pekerja dukungan dari fasilitas,
pemberian ASI ASI
kesehatan, rekan kerja,beban kerja
Eksklusif : Eksklusif
lingkungan dan dipengaruhi niat ibu
Scoping Review
kerja) itu sendiri.
27
3.1.4. Menentukan Judul dan Rumusan Masalah
* Setelah merangkum hasil studi dari kelima artikel,
peneliti menentukan judul penelitian yaitu:
”Kebijakan Pengadaan Ruang Laktasi Dalam
Pemberian ASI Eksklusif”.
* Rumusan masalah : Apakah pengadaan ruang
laktasi sudah efektif?
28
3.2. Strategi Pencarian Literature
3.2.1. Protokol Pencarian Literature
Rangkuman menyeluruh dari Liretature Review adalah
tentang ASI Ekslusif. Protokol pencarian Literature
Review menggunakan table PRISMA checklist untuk
menseleksi studi yang telah ditentukan dan disesuaikan
dengan tujuan Literature Review. Checklist diawali
dengan melakukan identifikasi dan skrining
berdasarkan duplikasi, judul dan membaca abstrak.
Waktu pencarian Literature dilakukan bulan Juli 2020.
29
3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria pencarian pustaka diawali dengan duplikasi
kemudian judul dan kesesuaian abstrak. Pada tahap
duplikasi, artikel yang dicari dengan Pubmed dilakukan
dengan bantuan bibliography Mendeley, sedangkan seleksi
judul dilakukan dengan cara membeca secara cepat. Judul-
judul artikel yang relevan akan disisikan untuk dibaca
bagian abstraknya.
Kriteria inklusi dan ekskuisi menggunakan table PICOS
(population/problem, intervention, comparator, autcome dan
study design). Apabila jumlah artikel masih terlalu banyak,
maka peneliti menambahkan kriteria ekslusi seperti
kelengkapan full text, tingkat kesulitan analisis dan indeks
jurnal, tahun terbit dan bahasa.
30
3 dan 4
Indonesia dan Selain Indonesia
Bahasa
Inggris dan Inggris
Mulai tahun 2015
Tahun Terbit Sebelum 2015
– 2020
31
Kata kunci :breastfeeding AND ”public lactating room”
= 33 artikel
Kemudian setelak dilakukan identifikasi berdasarkan
kriteria duplikasi, judul tidak relevan dengan topic
dan abstrak, jumlah artikel yang layak untuk diproses
selanjutnya 229 artikel, dimana 179 artikel tidak dapat
diteruskan karena tidak layak. Seterusnya 50 diseleksi
berdasarkan format PICOS dan beberapa criteria
ekskuisi lainya seperti tahun terbit, indeks jurnal dan
bahasa, jumlah artikel yang dikeluarkan sebanyak 30
artikel dan sisanya 20 artikel. Pada penilaian terakhir
(final assessment), dilakukan seleksi dengan menilai
kualitas artikel menggunakan 11 kritrria critical
appraisal. Penulis membaca 20 artikel full text dan
memberikan tanda koreksi pada setiap lembar artikel.
Akhirnya diperoleh 10 artikel yang relevan untuk
dijadikan objek studi. Tahapan seleksi artikel
mengunakan Tabel Prisma seperti pada gambar 1.
32
Gamba 1 Tabel PRISMA
33
3.4.2. Hasil Penilaian Kualitas Artikel
Di, M. et al. (2016) ‘Unnes Journal of Public Health Golden Standard of Infant
Feeding ( Standar Emas Makanan Bayi ) berdasarkan rekomendasi dari
WHO dan UNICEF yang tercantum dalam Global Strategy for Infant and
No . 33 tahun 2012 tentang pemberian air Daya Manunggal menyedia’,
5(2), pp. 100–109.
Rsud, D. I., Sylvanus, D. and Raya, P. (2015) ‘Mahasiswa Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Staf
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang Pojok laktASI atau disebut sebagai Ruang ASI , didefinisikan
sebagai ruang atau tempat yan’, pp. 1–6.
Saputri, A. D. (2016) ‘No analisis implementasi kebijakan ruang laktasi di mall kota
solo’, analisis implementasi, 23(45), pp. 5–24.
Ariani, A., Rusmil, K. and Yuniati, T. (2016) ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan
Dukungan Unit Kerja/Departemen dengan Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Hasan Sadikin’, Sari
Pediatri, 18(1), p. 45. doi: 10.14238/sp18.1.2016.45-49.
Bahriyah, F., Jaelani, A. K. and Putri, M. (2017) ‘Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipayung’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 113. doi: 10.22216/jen.v2i2.1699.
Bahriyah, F., Jaelani, A. K. and Putri, M. (2017) ‘Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipayung’, Jurnal Endurance, 2(2), p. 113. doi: 10.22216/jen.v2i2.1699.
Lama, H. et al. (2019) ‘Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan ( Journal of Midwifery
Science and Health ) Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan’, (1).
Desain
NO Penulis/Judul Penelitian, Tujuan Hasil Kesimpulan
Analisis data
Budiyanto et
al,2015, Hubungan
ketersediaan Ketersediaan fasilitas
Tidak ada hubungan antara fasilitas
fasilitas penunjang penunjang sebagai
Mengetahui hubungan penunjang terhadap keberhasilan
terhadap variabel independen
ketersediaan fasilitas pemberian ASI Eksklusif ibu bekerja
3 keberhasilan Kuantitatif terhadap keberhasilan
dengan pemberian ASI sebagai tenaga kesehatan di
pemberian ASI pemberian ASI
Ekskusif Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Eksklusif pada ibu Eksklusif pada ibu
Gombong
yang bekerja yang bekerja
sebagai tenaga
kesehatan
Is Susiloningtyas et
al, 2017 Faktor-
Faktor usia, faktor Tidak ada hubungan dengan
faktor yang
Menguji suatu hipotesis pendidikan, persepsi, pemanfaatan ruang laktasi dan ada
mempengaruhi
4 Cross Sectional dari hubungan antar motivasi dan hubungan antara faktor pendidikan,
pemanfaatan ruang
variabel pemanfaatan ruang persepsi dan motivasi dengan
laktasi di
laktasi pemanfaatan ruang laktasi
Puskesmas gunung
pati Semarang
37
kebijakan Kebijakan dalam hanya 2 dari 9 instansi yang telah
penyediaan ruang penyediaan ruang menerima informasi
menyusui di kota laktasi
Padang
Priharyanti
Wulandari et al,
2018 Cara
Partisipan mengetahui pengertian
pelaksanaan Mengetahuai hubungan
ruang laktasi dan ibu dan ASI Eksklusif dan dukungan
7 pemberian ASI Kuantitatif dukungan suami dengan
bekerja keluarga sangat baik dalam
Eksklusif pada pemberian ASI Eksklusif
pemberian ASI Ekslusif
perawat yang
bekerja di RS ST.
Elisabeth Semarang
Hanan Khasyrawi
Abrar et al, 2020
Efektivitas Perda kota
Efektifitas Mengetahuai dan
Makasar no 3 Tahun Faktor sarana dan prasarana yakni
pelaksanaan memahami pelaksanaan
Penelitian 2016 masih sangat kurangnya ketersediaan ruang
peraturan kota peraturan pemerintah kota
8 Empiris (sosio- rendah dikarenakan laktasi yang memadai dan tidak
Makasar Nomor 3 Makasar Nomor 3 Tahun
legal) pemahaman ibu yang sesuai standarterhadap
Tahun 2016 2016 tentang pemberian
kurang terkait implementasi
Tentang pemberian ASI Eksklusif
masalah ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif
Noveri Aisyaroh et
al, 2017 Evaluasi
fasilitas ruang ASI
dalam implementasi Mengetahuai dukungan
Dukungan perusahaan terstil perlu
kebijakan Deskriftif perusahaan/ tempat kerja Ibu bekerja dan ASI
9 disesuaikan dengan Permenkes RI
pemberian ASI Analisis bapa ibu bekerja dalam Ekslusif
Nomor 15 Tahun 2013
Eksklusif pada memberikan ASI Eksklusif
buruh perempuan di
Perusahaan Tekstil
Jawa Tengah
12 Silma Intifada et al, Deskriptif Menganalisis Terdapat 10 langkah Tidak terdapat hubungan yang
2016, Implementasi Implementasi Peraturan keberhasilan signifikan anatara dukungan suami
peraturan walikota walikota Semarang menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif,
Semarang Nomor 7 tentang peningkatan berdasarkan namun proporsi ibu yang
Tahun 2013 tentang pemberian ASI Eksklusif peraturan walikota memberikan ASI Eksklusif lebih
38
peningkatan semarang Nomor 7 tinggi pada ibu yang mendapatkan
pemberian ASI Tahun 2013 dukungan dari suami.
Eksklusif (Studi di
Puskesmas
pengandan
kecamtan
Gajamungkur kota
Semarang)
Hanulan Septiani et
Cakupan pemberian
al, 2017 Faktor-
Mendeskripsikan ASI Eksklusif pada Faktor yang paling dominan
faktor yang
mengenai suatu tenaga kesehatan berhubungan dengan pemberian
berhubungan
fenomena/kejadian yang perempuan di ASI Eksklusif adalah pengetahuan
15 dengan pemberian Cross Sectional
ditemui kemudian puskesmas kota ibu dan tidak terdapat hubungan
ASI Eksklusif oleh
dilakukan analisis Bandar antara ketersediaan fasilitas dan
ibu menyusui yang
hubungan antar variabel Lampungsebesar 57,4 pelatihan manajemen laktasi
bekerja sebagai
%
tenaga kesehatan
Ave Alyatalaththova,
2016, Faktor-faktor Mengetahui faktor-faktor
Faktor yang Tidak ada hubungan antara tingkat
yang berhubungan yang berhubungan
mempengaruhi tingkat pendidikan dan dukungan teman
dengan praktek dengan praktek
16 Deskriftif pengetahuan, sosial kerja dengan praktek pemberian ASI
pemberian ASI pemberian ASI Eksklusif
budaya keluarga dan Eksklusif pada ibu bekerja di PT
Eksklusif pada ibu pada ibu bekerja di PT
pengasuh APAC
pekerja di PT. APAC APAC
inti corpora
Nanda Kartika
Juwitanigrum, 2017,
Implementasi
Implementasi kebijakan ruang
peraturan daerah Untuk mengetahui
laktasi di PT. Bina Guna Kimia
kabupaten gambaran implementasi
ASI Eksklusif dan sudah cukup baik. Saran penelitian
17 Semarang No. 5 Kualitatif kebijakan ruang laktasi di
ruang laktasi ini adalah perlunya kerjasama
Tahun 2014 PT. Bina Guna Kimia
semua pihak untuk memperbaiki
Tentang Menyusui Kabupaten Semarang
bagian yang masih belum sesuai
Dini dan Pemberian
Air Susu Ibu
Eksklusif
18 Vanessa Martinhago Kualitatif Mengetahui bagaimana Kesulitan dalam Aspek keuangan, budaya dan politik
et al, 2016, menejer perusahaan fasilitas mendirikan mempersulit pengaturan ruang
Establishment of melihat ruang pendukung ruangan laktasi, laktasi
lactaton room in laktasi dengan dominasi
public and private kesulitan keuangan
39
companies: dan kurangnya ruang
potentialities fisik
anddifficulties
Lampiran 2
40
41
42